Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PERKEMIHAN

“Trauma Buli”

Tingkat 3 Keperawatan

Anggota Kelompok :
1. Dara Noviana
2. Defi Hidayanti
3. Desi Sintiya
4. Sania Dhela Putri
5. Tsara Febrilia Angeline

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG


Jl. Prabu Siliwangi (Jl. Raya Pasar Kemis) Km.3 Tangerang-Banten
Telp. (021) 592 1132 – Fax (021) 592 1132
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga kita masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sholawat beserta salam kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada ibu
Ns. Seftian Putra A., S.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Perkemihan dan
semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya tugas ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini. Sehingga kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….……………… 1
C. Tujuan Penulisan ………………………………………….………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi …………………………………………………………….. 3
B. Definisi ……………………………………………………………………. 4
C. Klasifikasi ……………………………………………………………….…… 4
D. Etiologi ……………………………………………………………………. 5
E. Manifestasi Klinik ……………………………………………………………. 5
F. Pathway ……………………………………………………………………. 5
G. Komplikasi ……………………………………………………………………. 6
H. Penatalaksanaan ……………………………………………………………. 6
I. Pemeriksaan Penunjang …….……………………………………………… 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Kasus ………………………….………………………………………………… 8
B. Analisa Data ………………………………………………………………….… 8
C. Intervensi Keperawatan ………………………………………………….… 9

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …….……………………………………………………………... 13
B. Saran ……………………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… iii


LAMPIRAN …………………………………………………………………………… iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cedera yang terjadi pada organ urogenitalia dapat merupakan akibat cedera dari
luar yang berupa trauma tumpul ataupun trauma tajam, dan cedera iatrogenic akibat
tindakan dokter pada saat operasi atau petugas medik yang lain. Jika dilihat secara
anatomis sebagian besar organ urogenitalia terletak di rongga ekstraperitoneal (kecuali
genitalia eksterna), dan terlindungi oleh otot-otot dan organ lainnya. Jika ditemukannya
cedera pada organ urogenitalia maka perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya
kerusakan organ lain disekitarnya.
Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi kurang lebih
2% dari seluruh trauma pada sistem urogenitalia. Frekuensi dari ruptur buli-buli
bervariasi tergantung dari mekanisme injurinya sendiri, seperti trauma eksternal 82%,
intoksikasi 2,9%, spontaneous < 1%.
Sekitar 60-85% dari ruptur buli disebabkan oleh trauma tumpul, sedangkan 15-
40% dari trauma tajam. Mekanisme tersering penyebab terjadinya trauma tumpul adalah
kecelakaan motor, jatuh, diikuti dengan penganiayaan. Pada trauma tajam, mekanisme
paling sering adalah tembakan senjata diikuti oleh penusukan . Sedangkan ruptur buli-buli
secaraspontan jarang sekali ditemukan dan biasanya dikaitkan dengan ascites dan gagal
ginjal akut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi dari Trauma Buli?
2. Apa Definisi dari Trauma Buli?
3. Bagaimana Klasifikasi dari Trauma Buli?
4. Bagaimana Etiologi dari Trauma Buli?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Trauma Buli?
6. Bagaimana Pahway dari Trauma Buli?
7. Apa Komplikasi dari Trauma Buli?
8. Bagaimana Penatalaksanaan untuk Trauma Buli?
9. Bagaimana dari Pemeriksaan Diagnostic Trauma Buli?
10. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Trauma Buli?

1
2

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi Fisiologi dari Trauma Buli.


2. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi dari Trauma Buli.
3. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi dari Trauma Buli.
4. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Trauma Buli.
5. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi Klinis pada Trauma Buli.
6. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi dari Trauma Buli.
7. Mahasiswa mampu mengetahui Komplikasi dari Trauma Buli.
8. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan pada Trauma Buli.
9. Mahasiswa mampu mengetahui dari Pemeriksaan Diagnostik Trauma Buli.
10. Mahasiswa mampu mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Trauma Buli.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI

Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot
polos. Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai
200-300 cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang
dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.

Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada
laki-laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada
perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,
berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi
urine, tingginya dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir. Dinding
Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :

1. Serosa : Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal rongga


abdomino pelvis. Hanya di bagian atas pelvis.
2. Otot Detrusor : Lapisan tengah. Terdiri dari otot–otot polos yangsaling membentuk
sudut. Berperan penting dalam proses urinasi
3. Submukosa : Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor
dengan lapisan mukosa.
4. Mukosa: Terdiri dari epitel–epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam
keadaan relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh.

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3
4

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
4. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk oleh ginjal,
dalam rangka untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat penting, karena sisa
metabolisme ini kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik yang akan kontak
dengan mukosa vesica urinaria yang berupa epitel transisional sehingga bisa
menyebabkan neoplasi. Ditinjau dari fungsi vesika urinaria ini identik dengan rectum
dalam sistema alimentary.

B. DEFINISI
Trauma urinaria atau trauma pada saluran perkemihan merupakan adanya
benturan pada saluran perkemihan (ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra). Pada laki-laki
dapat pula mengenai scrotum, testis dan prostat. Cedera kandung kemih disebabkan oleh
trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi
kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi
luka dari pada saat kosong. (Muttaqin, Arif. 2011).
Trauma kandung kemih didefinisikan sebagai trauma tumpul atau tajam terhadap
kandung kemih yang dapat menyebabkan rupture kandung kemih. (Black, 2014)

C. KLASIFIKASI
1. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih
Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-
100%). Sebelumnya, mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen
tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan
tingkat keparahan fraktur.

2. Rupture kandung kemih intraperitoneal


Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarkan sebagai masuknya urine
secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera adalah
peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba kekandung kemih yang
penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding
kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.
5

3. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal


Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih
seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal
bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal, ekstraperitoneal, cidera, atau
gabungan kandung kemih.

D. ETIOLOGI
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Peluru
3. Pisau
4. Pecahan tulang pelvis (fraktur pelvis)
5. Jatuh dari ketinggian
6. Kecelakaan kerja

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Hematuria
2. Nyeri suprapubik
3. Kesulitan berkemih

Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga tidak
jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok. Pada abdomen
bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat nyeri tekan pada daerah supra
publik ditempat hematom. Pada ruptur buli-buli intraperitonial urine yang seriong masuk
ke rongga peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan
peritonial. Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga
peritonial yang sering menyebabkan septisema.

F. PATHWAY
Terlampir
G. KOMPLIKASI
1. Peritonitis
2. Selulitis pelvis
3. Urosepsis

H. PENATALAKSAAN
1. Pada ruptur intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk mencari
robekan pada buli-buliserta kemungkinan cedera organ lain. Rongga intraperitoneum
dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2lapis, kemudian dipasang kateter sistostomi
yang dilewatkan di luar sayatan laparotomi. Dilepaskan kateter pada hari ke 7.
6

2. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana dianjurkan untuk memasang


kateter 7-10 haritetapi dianjurkan juga untuk melakukan penjahitan disertai
pemasangan kateter sistostomi.
3. Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra/kateter
sistostomi, terlebihdahulu dilakukan pemeriksaan sistografi untuk melihat
kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin (Purnomo, 2009).

Farmakologi
1. Ceftriaxone
Ceftriaxon diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh infeksi
saluran pernafasan bawah, infeksi kulit dan struktur kulit, infeksi tulang dan sendi,
infeksi intraabdominal, infeksi saluran kemih, meningitis dan profilaksis preoperasi
(Tatro, 2003).
2. Ketorolak
Injeksi ketorolac diindikasikan untuk terapi jangka pendek pada rasa sakit sedang
sampai berat, tidak dianjurkan pemakaian lebih dari 5 hari.Mekanisme kerja
menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja cyclooxygenase .
3. Parasetamol
Parasetamol merupakan metabolit dari fenasetin yang berkhasiat sebagai analgetik
dan antipiretik tapi tidak antiradang.Penggunaannya tidak mempengaruhi SSP atau
menurunkan kesadaran serta tidak menyebabkan ketagihan. Dewasa ini pada
umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman .
Daya antipiretik parasetamol didasarkan pada rangsangan pusat penghantar kalor di
hipotalamus, menimbulkan vasodilatasi perifer (di kulit) sehingga terjadi pengeluaran
panas yang disertai banyak keringat .
4. Novalgin
Novalgin mengandung Na. Metamizole. Diindikasikan untuk nyeri hebat yang
berhubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, post operasi nyeri akut dan kronik.
Dosisnya 2-5 ml iv/im dalam dosis tunggal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma
2. Scan tulang, temogram, scan CT / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak, melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi
selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga rangkaian
tes tersebut tidak perlu dilakukan.
3. Hitung darah lengkap
7

Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun(perdarahan


bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).Peningkatan jumlah
SDP (sel darah putih)adalah respons stress normal setelahtrauma.
4. Sistografi
Dapat memberikan keterangan ada tidaknya ruptur kandung kemih, dan lokasi ruptur
apakah intraperitoneal atau ekstraperitoneal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS
Seorang perempun berusia 25 tahun dibawa ke Instalasi Rawat Inap RS Dr. Soetomo.
Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor sehingga terjadi benturan pada perutnya.
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, terutama saat berkemih. Nyeri skala 7
rasanya seperti tertekan, adanya memar. Saat berkemih urin bercampur darah. Luka pada
siku, kaki kanan, dan memar pada dahi. Klien tampak meringis kesakitan. Klien terlihat
lemas, lemah, dan pucat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
TD: 130/90 mmHg TB: 160 cm
N: 90 x/menit BB: 60 kg
RR: 20 x/menit
S: 38o C

B. ANALISA DATA

No DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


NANDA
1 DS: Domain 3 : Eliminasi Dan Pertukaran
1. Klien mengatakan nyeri pada perut
Kelas 1 : Fungsi Urinarius
bagian bawah, terutama saat
00016 - Gangguan Eliminasi Urine
berkemih
DO:
2. Saat berkemih urin bercampur
darah

8
9

2. DS: Domain 11 : Keamanan/Perlindungan


3. Klien mengatakan saat berkemih
Kelas 2 : Cidera Fisik
urin bercampur dengan darah
DO: 00206 – Resiko Perdarahan
4. Klien mengalami kecelakaan
sehingga terjadi benturan pada
perut bagian bawah
5. Klien terlihat lemas, lemah, dan
pucat

3 DS: Domain 12 : Kenyamanan


6. Klien mengatakan nyeri pada perut
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
bagian bawah
00132 - Nyeri Akut
P: Benturan pada bagian perut akibat
kecelakaan
Q: Rasa tertekan
R: Perut bagian bawah
S: 7
T: Pada saat berkemih
DO:
7. Klien tampak meringis kesakitan
8. Klien terlihat luka dan memar pada
bagian siku, kaki kanan, dan dahi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx. Kep NANDA Kriteria hasil NOC Intervensi NIC


1 Domain 3 Eliminasi dan Domain 2 Fisiologi : Domain 1 Fisiologis : Dasar
Pertukaran Kesehatan
Class B Manajemen
Class 1 Fungsi Kelas F Eliminasi Eliminasi
Berkemih
0503 Eliminasi Urine 0590 Manajemen Eliminasi
Dx 00016 Gangguan Urine
Setelahkan dilakukan
Eliminasi Urine
tindakan keperawatan Tindakan :
manajemen eliminasi urine
1. Monitor eliminasi urin
selama 30-45 menit
termasuk frekuensi,
diharapkan klien tidak
konsistensi, bau,
10

sering BAK dengan volume, dan warna yang


kriteria hasil : sesuai
2. Monitor tanda-tanda dan
- 050301 Memantau gejala retensi urin
pola eliminasi pasien 3. Ajarkan tanda dan gejala
(2-3) infeksi saluran kemih
- 050302 pasien
Mengidentifikasi bau 4. Perhatikan waktu
urine pasien (2-3) eliminasi urine terakhir
- 050303 Memonitoring yang sesuai
jumlah urine paasien 5. Anjurkan pasien atau
(2-3) keluarga untuk merekam
- 050304 output urine yang sesuai
Mengidentifikasi
warna urine pasien (2-
3)
- 050307 Memonitoring
asupan cairan pasien
(2-3)
2 Domain 11 : Domain 2 Kesehatan Domain 2 Fisiologis
Keamanan/Perlindungan Fisiologis Kompleks
Kelas E Jantung Paru Kelas N Manajemen Perfusi
Kelas 2 : Cidera Fisik 0413 – Keparahan Jaringan
00206 – Resiko Kehilangan Darah 4020 – Pengurangan
Perdarahan 041301 – Kehilangan Perdarahan
darah yang terlihat (2-4) - Identifikasi penyebab
041302 – Hematuria (2-4)
perdarahan
041306 – Distensi
- Monitor pasien akan
abdomen (2-4)
Setelah dilakukan tindakan perdarahan secara ketat
keperawatan Pengurangan - Perhatikan kadar Hb/Ht
Perdarahan selama 46-60 sebelum dan sesudah
menit diharapkan masalah
keperawatan pada Resiko kehilangan darah
Perdarahan dapat diatasi - Instruksikan pasien
dengan kriteria hasil: untuk pembatasan
aktivitas
- Instruksikan pasien dan
keluarga akan tanda-
tanda perdarahan dan
tindakan yang tepat, bila
11

perdarahan berlanjut
3 Domain 12 Domain 4 Pengetahuan Domain 1 Fisiologi : Dasar
Kenyamanan Kesehatan & Perilaku
Class E Promosi Kesehatan
Class 1 Kenyamanan Kelas Q Perilaku Fisik
Fisik Kesehatan
1400 Management Nyeri
Dx 00132 Nyeri Akut 1605 Kontrol Nyeri
Tindakan :
Setelah dilakukan tindakan
1. Gunakan strategi
keperawatan selama lebih
dari 1 jam nyeri akut komunikasi terapeutik
teratasi sebagian dengan untuk mengakui
kriteria hasil : pengalaman rasa sakit
dan menyampaikan
- 160510 Menganalisis penerimaan respon
skala nyeri pasien
pasien terhadap nyeri.
setiap 24 jam (2-3) 2. Eksplorasi pengetahuan
- 160503 Meggunakan dan keyakinan tentang
Langkah-langkah rasa sakit pasien
pencegahan Nyeri akut 3. Bantu pasien dan
(2-3) keluarga untuk mencari
dan memberikan
- 160504 menggunakan
langkah langkah dukungan
4. Tentukan frekuensi
bantuan non analgesic
(2-3) diperlukan untuk
membuat penilaian
- 160505 menggunakan kenyamanan pasien dan
analgesic seperti yang melaksanakan rencana
dianjurkan (2-3) pemantauan
5. Kendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu, kamar,
pencahayaan,
kebisingan)
6. Pilih dan Terapkan
berbagai langkah-
langkah (misalnya,
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi penghilang
12

rasa sakit, yang sesuai


7. Dorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri
dengan tepat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, trauma pada system perkemihan
adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami gangguan bukan karena pengaruh
dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk),
trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak
ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria), berkurangnya proses berkemih
dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar,
dan jika cukup berat, dapat menurunkan tekanan darah (syok).
Jika kita membicarakan mengenai system perkemihan, di dalamnya terdapat
beberapa organ yang kemungkinan dapat terkena trauma. Diantaranya adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra.

B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih memahami mengenai Trauma Bladder, agar
kedepannya bisa lebih peduli terhadap tanda dan gejala penyakit ini. Masyarakat
juga diharapkan dapat mencegah agar tidak mengidap penyakit Trauma Bladder.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya dan Tim Kesehatan


Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menjadi parameter penyusunan
makalah, serta diharapkan untuk tim kesehatan lebih care dalam menangani
pasien dengan Trauma Bladder dan memberikan arahan kepada keluarga pasien.

3. Bagi STIKES YATSI


Menyediakan sumber-sumber perpustakaan yang lebih banyak yang
berkaitan dengan Trauma Bladder sehingga memudahkan mahasiswa untuk
mengembangkan penelitian melalui kajian-kajian literatur yang bervariasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2. Singapore : Elsevier
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Clatification 2015-2017:
Publishing: NANDA International
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Clatification (NIC): Elsevier Mosby
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Johnson, M, et all. 2014. Nursing Outcomes Classificaton (NOC) Second Edition. New
Jersey : Upper Saddle River
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Mc Closkey, C. J, et all. 2014. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey : Upper Saddle River
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Clatification (NOC): Elsevier Mosby
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nanda, 2014, Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI
Soeparman.1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48440/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 21 November 2016 pukul 15.30 WIB

iii
LAMPIRAN

PATHWAY

Kecelakaan Fraktur Tulang Trauma Trauma Tajam


Tumpul

Patah Tulang Kontusio/buli- Ruptur Luka Tusuk


Pelvis buli memar

Trauma Bladder

Obstruksi Jejas Hematom Robekan Dinding


Abdomen Bladder

Inkontinensia
Tekanan
Kandung Kemih Dx. Resiko
Kateterisasi
Perdarahan
Dx. Gangguan
Eliminasi Urin Nyeri Tekan
Dx. Resiko Supra Pubis
Infeksi Anemia

Dx. Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri

iv

Anda mungkin juga menyukai