Anda di halaman 1dari 13

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH
TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI
(Hari Senin, 18-12-2017)

DOSEN

Dr. Anton Kaharu, A,Ma., S.T, M.T

DiSusun Oleh :

Nama : Supriadi Djua

Nim : 5114-11-038

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
Jawaban :

1. Juranal yang saya anggap sangat baik adalah Jurnal Nasional :

VARIABEL URAIAN
Judul PENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER
PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC

Jurnal Jurnal Nasional

Volume & Halaman Teras Jurnal, Vol.6, No.2, September 2016 Hal 121 - 130

Tahun 2016

Penulis Zulfhazli 1), Wesli 2), Said Jalalul Akbar 3)

Reviewer Supriadi Djua (511411038)

Tanggal 2, September 2016

Subjek Penelitian Hasil penelitian menggambarkan nilai Flow pada campuran aspal
mengalami peningkatan pada variasi 25% abu batu bara dengan
nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91%
menjadi 3,33 mm pada variasi 50%, kemudian terus meningkat
seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran,hal
ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara
bertambah dan rongga dalam campuran bertambah
licin.Sedangkan nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami
penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas
sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar
50% abu batu bara sebesar 1418 kg nilai stabilitas mengalami
penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam
campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan
butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal,
sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin
dan akan menurunya nilai stabilitas, dapat disimpulan bahwa
semakin besar komposisi abu batu bara dapat meningkatkan
Flow namun menurunkan stabilitas campuran.
Untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum (KAO) maka
Metode Penelitian terlebih dahulu dicari kadar aspal tengah yang selanjutnya nilai
kadar aspal tengah dijadikan nilai patokan untuk pembuatan benda
uji, benda uji masing–masing dibuat dengan variasi kadar aspal
perkiraan dengan peningkatan dan penurunan sebesar 0,5% yaitu
4%, 4,5%, 5%, 5,5%, dan 6% kadar aspal, selanjutnya pengujian
benda uji dengan menggunakan alat marshall test untuk
mendapatkan kadar aspal optimum.

Definisi Oprasional -
Variabel Penelitian

Cara & Alat Mengukur


Mengumpulkan data primer &diukur dengan Variabel Interval
Variabel Penelitian

Pembuatan benda uji dengan penambahan filler abu batubara dalam


Metodologi (Langkah – campuran aspal beton dengan kadar penambahan masing – masing
Langkah) Penelitian sampel adalah, 25%, 50%, 75%, dan 100% dari berat filler yang
diizinkan. Benda uji yang telah ditambahkan dengan filler abu
batubara selanjutnya dilakukan perendaman selama 24 jam, dan
selanjutnya dilakukan perendaman dalam watet bath selama 30
menit. Selanjutnya dilakukan pengujian marshall yang bertujuan
untuk mengetahui nilai stabilitas, flowdan nilai parameter marshall
FMA, VIM, VFA dan sejauh mana pengaruh penambahan abu
batubara terhadap aspal beton AC-BC (asphalt concrete-binder
corse) seiring penambahan kadar abu batu bara dalam campuran
tersebut.
Hasil Penelitian Hasil penelitian dapat disimpulan bahwa berdasarkan variasi kadar
aspal 4%, 4,5%, 5%, 5,5% dan 6% maka KAO (kadar aspal
optimum) yang digunakan adalah 5% aspal dan dari pengujian
Marshall menunjukkan bahwa semakin bertambah persentase abu
batu bara dalam campuran aspal AC–BC, maka semakin menurun
nilai Stabilitas namun meningkatkan nilai Flow hal ini disebabkan
nilai VIM dapat menerima peningkatan kadar abu batu bara dan
rongga dalam campuran bertambah licin. Nilai parameter Marshall
yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I
terdapat pada variasi 25% dengan nilai Density sebesar 2,303%,
VMA sebesar 14,20%, VIM sebesar 4,97%, VFA sebesar 65,00%,
Stabilitas sebesar 1431 kg, Flow sebesar 3,30 mm dan MQ sebesar
447 kg/mm.
Kekuatan Penelitian Kuatnya penelitian ini karena memenuhi format artikel dalam
jurnal ilmiah, kajian konseptual maupun hasil penelitian empiris
yang pada umumnya mencakup, bagian: 1) judul
2) nama penulis,
3) abstrak dan kata-kata kunci,
4) pendahuluan,
5) isi
6) penutup atau rangkuman, dan
7) daftar rujukan/pustaka.
a. Metode penelitian,
b. Hasil penelitian, dan
c. Pembahasan.
Kelemahan Penelitian Saya belum bisa menentukan kelemahan dari jurnal yang saya
review ini, Karena jurnal ini penulisannya sudah rapi sesuai
dengan tata cara penulisan jurnal kemudian metodologi
penelitian dan referensi disampaikan dengan jelas yang disertai
dengan gambar dan penyampayan hasil dari penelitian sangat
jelas.
2. Dalam melakukan perjalanan, pelaku perjalanan akan memilih salah satu dari
berbagai moda (jenis angkutan) yang ada.
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda adala:
Tamin (2000) menyatakan bahwa, faktor yang dapat mempengaruhi
pemilihan moda ini dapat dikelompokkan menjadi empat bagian,
sebagaimana dijelaskan berikut ini :
1) Karakteristik Pengguna Jalan
Karakteristik orang yang akan melakukan perjalanan atau tempat
dimanamereka tinggal, beberapa faktor berikut ini diyakini akan
sangatmempengaruhi pemilihan moda :
 Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi, semakin tinggi
tingkat pemilikan kendaraan pribadi akan semakin kecil pula
ketergantungan pada angkutan umum.
 Pemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM).
 Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dengan anak,
pensiun, bujangan, dan lain-lain).
 Pendapatan, semakin tinggi pendapatan akan semakin besar
peluang menggunakan kendaraan pribadi.
 Faktor lain misalnya keharusan menggunakan bus ke tempat

bekerja dan keperluan mengantar anak sekolah.

2) Karakteristik Pergerakan
Karakteristik pergerakan yang akan dibuat, beberapa faktor berikut
inidiyakini juga sangat mempengaruhi pemilihan moda :
 Tujuan Pergerakan, orang masih akan tetap menggunakan
buspribadi ke tempat kerja, meskipun lebih mahal, karena
ketepatanwaktu, kenyamanan, dan lain-lainnya yang tidak dapat
dipenuhioleh angkutan umum.
 Waktu Terjadinya Pergerakan, kalau kita ingin bergerak tengah

malam, kita pasti membutuhkan kendaraan pribadi karena pada

saat itu angkutan umum tidak ada atau jarang beroperasi.


 Jarak Perjalanan, semakin jauh perjalanan, kita semakin cenderung

memilih angkutan umum dibandingkan dengan angkutan pribadi.

3) Karakteristik Fasilitas Moda Transportasi

Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori :

 Faktor Kuantitatif, terdiri dari : Waktu perjalanan, waktumenunggu


di tempat pemberhentian bus, waktu berjalan kaki ketempat
pemberhentian bus, waktu selama bergerak dan lain-lain. Biaya
transportasi, tarif, biaya bahan bakar, dan lain-lain. Ketersediaan
ruang dan tarif parkir.
 Faktor Kualitatif, terdiri dari : kenyamanan dan
keamanan,keandalan dan keteraturan, dan lain-lain.
4) Karakteristik Kota atau Zona
Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi pemilihan moda
adalahjarak dari pusat kota dan kepadatan penduduk. Kelompok ini
terdiri darivariabel yang mulai jarang digunakan. Pada studi-studi
terdahulu, terlihatbahwa variabel tersebut mempunyai korelasi dengan
pemilihan moda, tetapisering merupakan variabel-variabel yang tidak
sesuai karena tidakmenerangkan bagaimana suatu moda tertentu dipilih.

B. Alasan mengapa angkutan umum perkotaan saat ini kurang menarik,


sehingga penumpangnya makin lama makin berkurang karena beberapa
alasan, yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Masyarakat Indonesia tercatat memiliki penduduk yang terbesar ke
empat di dunia setelah Amerika, Banyaknya penduduk Indonesia
menjadikan padatnya wilayah-wilayah perkotaan, kota semakin
padat dengan banyaknya lapangan pekerjaan dan fasilitas yang
diminati masyarakat Indonesia, banyaknya masyarakat yang
membeli kendaraan pribadi menyebabkan semakin padatnya
perkotaan, hampir tidak ada keluarga atau masyarakat kota tidak
memiliki kendaraan pribadi, sampai seperti satu orang memiliki satu
kendaraan sendiri jika seperti ini pasti di perkotaan akan terjadi hal
yang disebut kemacetan, kemacetean bias terjadi sangat lama dan
membuang waktu efektif yang pasti sangat berharga bagi
masyarakat perkotaan yang bekerja, mereka akan merasa rugi
dengan kemacetan, dalam realitasnya tetap saja masyarakat masih
banyak memilih memakai kendaraan pribadi daripada transportasi
umum yang di sediakan oleh pemerintah kota, masyarakat perkotaan
merasa lebih murah dan efisien memakai kendaraan pribadi.
2) Masyarakat memilih memakai kendaraan pribadi karena berbagai
alasan seperti, biaya karcis bus atau angkutan kota lebih mahal,tidak
nyaman dan mengeluarkan uang setiap hari lebih tidak praktis
daripada memberi bahan bakar kendaraan pribadi yang hanya sekali
untuk beberapa hari, juga seperti banyak yang mengeluhkan bahwa
trasportasi umum sangatlah tidak layak dan tidak nyaman, juga
transportasi umum masih kurang armadanya dan ada juga yang
berpendapat jadwal kedatangan dan keberangkatan transportasi
umum masih terlambat, yang juga dapat mengakibatkan terlambat
sampai tujuan ke tempat kerja atau sekolah. Hal ini masih menjadi
alasan utama masyarakat yang enggan menggunakan kendaraan
umum.
3) Kebudayaan masyarakat Indonesia akan menggunakan transportasi
umum padahal dulunya pada zaman kolonial Belanda masih sedikit
terjadi karena hanya orang orang yang mampu dan orang keturunan
Eropa, Asia Tengah, Tionghoa dan Bangsawan lah yang boleh atau
bias menggunakan kendaraan pribadi, dahulu Pemerintah colonial
Belanda membangun banyak sekali transportasi umum seperti
pembuataan rel kereta dalam kota, yaitu Trem, trem adalah kereta
berukuran kecil dan tidak terlalu panjang yang mesinya digerakkan
oleh tenaga lisrik yang didapatkan dari kabel yang memanjang di
atas relnya, trem tidak panjang karena menyesuaikan dengan
keadaan perkotaan yang sempit dan ramai, namun trem sangatlah
popular dan banyak penggunanya mulai dari para kaum pribumi,
bahkan lebih banyak kaum pribumi yang memakai jasa trem dari
pada kaum Eropa sendiri, karena kaum Eropa lebih memilih
memiliki kendaraan pribadinya yang nyaman dan bersih juga mahal
dan membuat mereka leih tinggi dibandingkan orang lain,
khususnya kaum pribumi,
4) Karena pemikiran para orang Eropa bahwa memiliki kendaraan
sendiri mereka merasa tinggi dari orang lain, setelah kemerdekaan
orang Indonesia mulai mencontoh paham para orang eropa tersebut
bahwa memiliki kendaraan adalah nilai tersendiri, sampai antar
orang yang mampu tersebut mereka beranggapan bahwa mereka
bias lebih tinggi jika memiliki kendaraan yang lebih mahal, dan ber-
merk daripada sainganya menyebabkan banyak yang membeli
kendaraan pribadi,
5) Faktor geografis dari Indonesia juga menyebabkan kenapa
masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada
transportasi umum, cuaca yang panas pada musim panas, jika ramai-
ramai berada di bis kota,maupun angkota, pasti akan gerah dan
panas, sangat tidak nyaman, juga saat musim hujan, jika menunggu
kendaraan umum, hujan deras, dingin dan jalanan licin, sangat tidak
nyaman juga. Itulah kenapa masyarakat lebih memilih kendaraan
pribadi. (Iqball Wahyukarno Putra)

C. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menaikan jumlah penumpang


angkutan umum adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah, daerah dan pusat, harus mampu menyediakan sarana
transportasi umum dalam jumlah yang banyak. Jumlah yang banyak
berarti untuk setiap jenisnya, unit yang disediakan harus mampu
melayani kebutuhan pengguna transportasi tersebut. Contohnya,
angkutan darat seperti bus besar dalam kota–Patas, Patas AC–
jumlahnya masih sedikit. Tidak jarang seorang penumpang dari
Depok harus menunggu lebih dari lima belas menit untuk dapat
menaiki sebuah patas yang bertujuan Jakarta. Keberadaan kendaraan
pelengkap bus besar seperti Metro Mini, Kopaja, Miniarta, Sukma
Jaya, Deborah,–juga sedikit. Padahal mikrobus dapat menjadi
pelengkap untuk bus Patas yang ukurannya terlalu besar untuk jalan-
jalan kecil di Jakarta. Moda kereta jalur JaBoDeTaBek juga
mengalami perkara yang kurang lebih sama. Harusnya setiap 15
menit sekali ada kereta yang mampir di setiap stasiun untuk
mengambil penumpang. Kenyataan yang ada, kereta sering kali
datang terlambat atau mengalami gangguan teknis sehingga
kedatangan kereta di setiap stasiun menjadi 30 menit sekali dan
bahkan 45 menit sekali. Penambahan armada angkutan umum,
untuk setiap jenisnya, menjadi krusial karena itu akan membuat
daya angkut menjadi lebih besar. Seandainya setiap 5 menit atau 10
menit ada kereta atau bus yang datang untuk mengangkut
penumpang, masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk dapat
sampai ke tempat tujuan. Peningkatan armada akan mempengaruhi
tingkat kedatangan angkutan umum. Makin tinggi kekerapan
kedatangan angkutan umum, makin banyak pula masyarakat yang
terangkut olehnya. Makin sering bus atau kereta datang, makin
yakin masyarakat untuk menggunakan alat transportasi umum.
Imbasnya, orang memiliki sedikit alasa untuk menggunakan
kendaraan pribadi milikknya karena tahu ia setiap saat dapat
memilih transportasi yang ia inginkan.

2) Masyarakat akan lebih tertarik menggunakan angkutan umum


apabila pemerintah lebih serius dalam melakukan evaluasi, rutin dan
mendadak, terhadap kelaikan kendaraan-kendaraan yang digunakan
oleh perusahaan angkutan umum yang resmi beroperasi di jalan.
KIR yang dilakukan selama ini terkesan hanya formalitas belaka.
Buktinya, walau sudah berkali-kali dilakukan KIR masih banyak
terjadi kecelakaan di jalan raya yang melibatkan angkutan umum.
Kebanyakan dari kecelakaan itu bersumber dari tidak terpeliharanya
angkutan umum yang beroperasi di jalan raya–ban yang botak, rem
yang blong, sistem kemudi yang rusak, rangkat yang sudah berkarat.
Razia yang dilakukan DLLAJR sebaiknya jangan cuma mengincar
kendaraan-kendaraan niaga tapi juga angkutan umum. Mereka juga
jangan hanya memeriksa kelengkapan surat kendaraan tapi juga
harus memeriksa kelengkapan dari kendaraan itu sendiri. Periksa
ban Angkot dan Mikrolet-kembangnya masih dalam atau tidak.
Perhatikan itu bus-bus besar atau kecil, bisa tidak kendaraan itu
memperlambat laju dengan baik dengan menggunakan rem.
Kendaraan yang didapati tidak laik jalan pada saat dilakukan razia
harus “dikandangkan”. Kendaraan tersebut tidak boleh beroperasi
sampai kekurangannya diperbaiki. Kondisi bus Patas dan mikrobis
yang hilir mudik saat ini juga harus diperbaiki. Bus-bus tersebut
banyak yang sudah mengalami pengeroposan di bodi kendaraannya.
Besi-besi pada pintu mobil dan badan mobil sudah berkarat. Besi
pegangan di bus seperti Patas atau Metro Mini sudah mulai copot
dari tempatnya, karena murnya hilang atau las-nya patah. Pintu-
pintu di gerbong kereta banyak yang rusak dan tidak dapat ditutup.
Kendaraan angkut kecil macam Mikrolet atau Angkot tidak luput
hal serupa. Usaha perbaikan terhadap sarana angkutan umum–
pengecatan ulang pada bodi, penggantian suku cadang kendaraan,
pembelian unit kendaraan baru–akan berdampak besar pada
perubahan sikap para penumpang. Apabila mobil yang dinaiki
berada dalam kondisi yang baik, secara kasat mata, orang pun
merasa nyaman berada di dalamnya. Dan jika kendaraan angkutan
umum yang beroperasi laik jalan, maka masyarakat pun lebih tenang
hatinya dan mau beralih menggunakan alat transportasi umum.
Dampaknya, orang pun suka naik kendaraan umum.
3) Mutu layanan yang bagus terhadap penumpang juga salah satu hal
yang mampu membangkitkan minat masyrakat untuk lebih aktif
menggunakan angkutan umum. Yang perlu menjadi perhatian dari
pemerintah dan, pada khususnya, operator angkutan umum adalah
kenyamanan para penumpang. Masa kini adalah saatnya untuk
memberlakukan larangan tegas terhadap keberadaan pengamen dan
pedagang asongan di dalam bus, kereta, dan angkutan kecil macam
mikrolet dan angkot. Keberadaan mereka di dalam bus, mikrolet,
dan kereta bukannya mempermudah penumpang melainkan
mengganggu dan berpotensi menimbulkan gangguan keamanan.
Tidak perlulah mengingkari fakta kalau tidak semua pengamen
benar-benar mengamen, pengasong benar-benar mengasong, dan
pengemis benar-benar mengemis. Sebenarnya, semua operator
angkutan umum setuju dengan hal ini. Namun, pelaksanaan di
lapangan selalu jauh panggang dari api. Meskipun sudah dibuat
larangan, masih saja pengamen, pengemis, dan pedangang asongan
naik ke kendaraan umum, bisa dengan mencuri masuk atau
memaksa masuk ke dalam bus. Cara mereka bisa dengan pemaksaan
dengan ancaman yang dilakukan sendiri atau bekerja sama dengan
preman jalanan. Dalam hal ini, posisi awak bus seperti sopir dan
kenek menjadi sangat lemah. Mereka ingin menegakan peraturan
tetapi nyawa mereka terancam. Pada titik inilah peran polisi sebagai
aparatur pemerintahan dalam urusan keamanan diperlukan. Polisi
dapat mengambil inisatif dalam mengatasi keberadaan pengemis,
pengamen dan pedagang asongan di dalam bus atau mikrolet. Jika di
dalam bus didapati pengasong atau pengamen, polisi bisa langsung
turun tangan meminta mereka turun dari kendaraan umum. Agar ada
efek langsung, Polisi juga perlu dibekali peraturan yang
memungkinkan mereka untuk langsung mengenakan denda pada
pedagang atau pengamen yang tertangkap tangan. Pada moda
kereta, Polisi Khusus KA (Polsuska) juga dapat melakukan hal
serupa seperti melarang kereta berjalan sampai para pedagang dan
pengemis turun dari setiap gerbong. Penempatan Polsuska juga
jangan hanya di dalam kereta AC tapi juga perlu dilakukan dalam
kereta Ekonomi.

4) Pemerintah perlu melakukan penilaian berkala terhadap operator-


operator angkutan umum di Jakarta yang hasilnya wajib diberitakan
kepada khalayak umum. Penilaian berkala yang harus dilakukan
meliputi aspek pelayanan, kelaikan unit transportasi yang dimiliki,
dan ketrampilan pengemudi angkutan. Untuk urusan pelayanan
penumpang, tim penilai dapat menyebarkan angket kepada
penumpang angkutan umum secara acak. Penilaian kelaikan
angkutan umum bisa dilakukan tim peneliti di bengkel yang
ditunjuk khusus atau di garasi pemeriksaan milik pemerintah. Untuk
urusan ketrampilan pengemudi angkutan umum, dapat dilakukan
lewat uji ketrampilan mengemudi di bawah pengawasan Polisi dan
Asosiasi Mengemudi Difensif Indonesia (AMDI). Operator
angkutan umum yang mendapat nilai tinggi dari hasil penilaian
layak untuk diganjar penghargaan oleh pemerintah. Caranya bisa
lewat pemberian plakat penghargaan, pemberitaan di media massa,
pemberian subsidi, dll. Untuk operator angkutan yang mendapat
nilai rendah, tim penilai bisa memberikan hukuman dalam bentuk
pengawasan ketat selama setahun atau dua tahun. Dalam kurun
waktu itu, operator diminta agar meningkatkan kinerjanya menjadi
lebih baik lagi. Bila si pemilik tidak dapat memenuhi target, maka
pemerintah wajib memberikan hukuman berupa penghentian ijin
operasi angkutan umum hingga penutupan perusahaan (likuidasi).
Agar adil dan dapat dipertanggung jawabkan, kelompok penilai
sebaiknya berasal dari pemerintah, polisi, DLLAJR, pakar angkutan
umum, akademisi, YLKI, dan perwakilan masyarakat otomotif.
Untuk menjamin konsistensi penelitian, pemeriksaan berkala ini
selain dilakukan secara terjadwal juga harus dilakukan secara
mendadak dan acak.

5) Minat penumpag terhadap angkutan umum juga bisa


ditingkatkan lewat pemberian subsidi pada tarif resmi bagi para
penumpang agar tarif angkutan umum menjadi lebih terjangkau
dan rasional. Jangan biarkan Organda mengatu-ngatur tarif
sesuka hati berdasarkan pendapat sepihak dari para pengusaha
bus. Penumpang, sebagai konsumen, juga harus didengar
suaranya dalam penentuan tarif penumpang. Pemerintah,
Organda, peneliti dan perwakilan penumpang perlu duduk
bersama dalam perundingan manakala muncul usulan untuk
kenaikan tarif. Keputusan akhir dari perundingan dapat diamil
lewat cara pemungutan suara. Nantinya, pelaksanaan keputusan
harus dipatuhi oleh semua pihak yang telah berunding. Kalau
ada yang melanggar, tindak dengan tegas! Tarif yang bersahabat
dan realistis, sesuai dengan kondisi yang dialami penumpang,
akan membuat orang tertarik untuk menggunakan transportasi
umum.https://todofs.wordpress.com/2013/03/27/membuatmasya
rakat-tertarik-naik-angkutan-umum/

Anda mungkin juga menyukai