Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan uji disolusi yang bertujuan untuk
memahami teknis disolusi, mampu menghitung kadar zat aktif terdisolusi dan
membuat profil disolusi, dimana disolusi ini sendiri merupakan proses pelepasan
senyawa obat dari sediaan dan melarut dalam media pelarut, prinsip dari
pengerjaan disolusi ini berdasarkan kecepatan laju kelarutan suatu zat pada media
disolusinya, dimana laju disolusi ini merupakan jumlah zat aktif yang dapat larut
dalam waktu tertentu pada kondisi antar permukaan cair-padat, suhu dan
komposisi media. Dengan kata lain disolusi adalah jumlah zat aktif dari obat yang
dapat larut dalam cairan tubuh.
Tetapan laju disolusi merupakan suatu besaran yang menunjukkan jumlah
bagian senyawa ibuprofen yang larut dalam media per satuan waktu. Dimana
mekanisme disolusi suatu sediaan dalam bentuk tablet yaitu tablet yang ditelan
akan masuk ke dalam lambung dan di dalam lambung akan dipecah, mengalami
disintegrasi menjadi granul-granul yang kecil yang terdiri dari zat-zat aktif dan
zat-zat tambahan yang lain. Granul selanjutnya dipecah menjadi serbuk dan zat-
zat aktifnya akan larut dalam cairan lambung atau usus, tergantung di mana tablet
tersebut harus bekerja.
Tipe alat disolusi yang digunakan pada praktikum yang telah dilakukan ini
yakni metode dengan tipe dayung karena pengaduk dayung sering digunakan
untuk obat yang tidak bersalut. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak 25 ± 2
mm antara dayung dan bagian dasar wadah yang dipertahankan selama pengujian
berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah sebelum
dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk
mencegah mengapungnya sediaan.
Batang logam berada pada posisi sedemikian rupa sehingga sumbunya
tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar dengan
halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang yang
diikatkan pada bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh mesin yang
kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air
yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37º ± 0,5ºC.
Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan digunakan
suatu penutup yang sesuai.
Pada teknis pengerjaannya, sebelumnya alat disolusi dipasang terlebih
dahulu dengan posisi yang tepat, untuk posisi pengaduk jarak 25mm ± 2mm
antara dayung dengan bagian dasar wadah, posisi yang dianjurkan untuk
pengambilan sampel diantara bagian puncak dayung dengan permukaan medium,
sampel harus diambil 10-25 mm dari dinding bejana disolusi, karena bagian ini
diperkirakan bagian yang mendapatkan pengadukan yang paling baik, selanjutnya
dilakukan pembuatan kurva baku terlebih dahulu menggunakan 6 konsentrasi,
pada pembuatan kurva baku diusahkan absorbansi yang dihasilkan diantara 0,2
dan 0,8 karena pada absorbansi tersebut akan dihasilkan λ maksimum, dan pada
absorbansi tersebut dihasilkan konsentrasi yang lebih akurat, hasil konsentrasi
yang didapatkan relative sangat kecil diantaranya 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25
ppm, 30 ppm dan 35 ppm.
Setelah diketahui hasilnya, dibuat kurva baku yang berisi perbandingan
antara konsentrasi dengan absorbansi. Kemudian dibuat persamaan garisnya
dengan menggunakan metode regresi linier, dan didapat persamaannya adalah
sebagai berikut : y = 0.036x - 0.060. Dengan nilai r adalah 0,985. Nilai r yang
didapat sangat baik, karena nilai nya mendekati 1. Persamaan garis yang didapat
tersebut nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar sampel ibuprofen pada
uji disolusi.
Selanjutnya dilakukan uji disolusi yang mula-mula larutan dapar asetat pH
4,6 dimasukkan ke dalam bejana sebanyak 500 mL kemudian dipanaskan dan
suhu nya dipertahankan sekitar 37°C ± 0,5°C hal ini bertujuan agar sesuai dengan
suhu tubuh dan menganalogikannya dengan jumlah cairan di dalam tubuh,
ibuprofen yang dimasukkan sebanyak 1 tablet dengan kecepatan yang diatur 50
rpm, selanjutnya pengambilan sampel dilakukan sebanyak 17 kali dengan selisih
waktu yang berbeda yaitu pada menit ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 20, 30, 45, 50, 55
dan 60 diambil sebanyak 5 ml menggunakan syringe yang berselang, dan
dimasukkan kedalam botol vial. Dalam setiap pengambilan sampel media
pelarutnya juga ikut ditambahkan dengan volume dan waktu yang bersamaan, hal
ini bertujuan untuk mengembalikan jumlah volume media pelarut seperti semula
karena media pelarut ini dianalogikan sebagai cairan tubuh. Setelah pengambilan
sampel, dilakukan analisis menggunakan instrument spektrofotometer Uv-Vis
untuk menetukan absorbansi dari sampel dengan panjang gelombang 225 yang
nantinya akan di dapatkan konsentrasi dari sampel tersebut. Hal yang perlu di
perhatikan dalam penggunaan instrument ini adalah saat penggunaan kuvet, kuvet
yang digunakan berbahan kuarsa, karena sifat sampel ini berupa larutan bening
yang dikhawatirkan jika menggunakan kuvet berbahan lain seperti plastic
dikhawatirkan ikut serta bereaksi dengan sampel dan akan menghalangi absorban
sampel, pada saat pengisian, kuvet tidak boleh dipegang dengan tangan telanjang
karena dikhawatirkan protein yang ada pada jari ikut menempel pada bagian kuvet
sehingga mengakibatkan hasil analisis tidak akurat lagi.
Dari hasil percobaan tersebut terlihat bahwa absorbansi yang dihasilkan
tidak memenuhi syarat karena seiring peningkatan waktu absorbansinya tidak
mengalami naik turun dan didapatkan kurva yang tidak linier dengan nilai y =
0,036 x – 0,060 dan nilai regresi linier = 0,955. Konsentrasi yang didapat
seharusnya menunjukkan peningkatan dari menit ke menit, karena semakin lama
tablet akan hancur dan bercampur dan serta konsentrasinya meningkat. Tetapi
hasil yang didapat yaitu naik turun dan absorbansi yang diperoleh dibawah
rentang (0,2-0,8). Hasil konsentrasi yang diperoleh kemudian dibuat grafik
disolusi ibuprofen yaitu grafik disolusi terhadap waktu.
Pada uji disolusi ibuprofen diketahui Q30 = 70% yang dapat di artikan
sebagai kadar suatu tablet yang terdisolusi mencapai 70% pada menit ke-30.
Namun dalam percobaan ini tablet ibuprofen tidak mencapai 70% dalam waktu 30
menit maka dikatakan tidak memenuhi persyaratan Q30. Hal ini menunjukkan
adanya ketidaksesuaian hasil praktikum ini dengan referensi, yang disebabkan
beberapa faktor kesalahan antara lain: kesalahan dalam melakukan uji disolusi,
penggunaan pH dapar yang tidak sesuai dengan monografi ibuprofen pada
Farmakope Indonesia karena pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan
zat-zat yang bersifat asam atau basa lemah. Untuk asam lemah: Jika (H+) kecil
atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan
disolusi zat juga meningkat.Untuk basa lemah: Jika (H+) besar atau pH kecil
maka kelarutan zat akan meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga
meningkat dan faktor pengamatan yang kurang teliti.

I. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tablet Ibuprofen 400 mg tidak memenuhi syarat
uji disolusi, dimana kadar tablet terdisolusi tidak mencapai 70% dalam waktu 30
menit.

Anda mungkin juga menyukai