Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU PSIKIATRI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

SKIZOFRENIA YTT (F20.9)

Disusun oleh :
Riena Paula Rode Abrahams
(2017-84-022)

Pembimbing

dr. David Santoso, Sp.KJ, MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. EW
No RM : 03.75.01
TTL : Jakarta, 26-03-1990
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Batu Merah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status pernikahan : Belum menikah
Tanggal Periksa : 13 April 2018

II. Riwayat Psikiatri


Diperoleh dari:
 Autoanamnesis pada tanggal 13 April 2018 dilakukan secara langsung dengan
pasien di Poli Jiwa RSKD.
 Alloanamnesis pada tanngal 13 dan 16 April 2018 dilakukan secara langsung
dengan ibu pasien dan adik pasien di Poli Jiwa RSKD

A. Keluhan utama
Bicara dan tertawa sendiri
B. Riwayat penyakit sekarang
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang pertama kali ke Poli Jiwa RSKD Prov
Maluku dengan keluhan pasien bicara sendiri, kadang tertawa sendiri, kadang marah-
marah sejak 3 minggu terakhir, perubahan perilaku dimulai sejak ±5 tahun awalnya
sulit tidur yang lalu pasien seperti malas-malasan, tidak mau ke kuliah dan tidak mau
bersosialisasi. Diketahui juga bahwa ayah pasien jika marah juga sangat jahat bisa
sampai mengusir pasien dan juga menyiramnya dengan air dan pasien mengaku ini
juga yang buat pasien tertekan. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, wajah terasa
keram, mata seperti terus melotot dan terasa sakit. Pasien malas mandi, malas bekerja.
Pasien mengaku mendengar suara-suara bisikan perempuan dan kadang juga laki-laki
yang sering berbicara mengenai masalah asmara, masyarakat, negara. Pasien juga
mengatakan sering muncul gambaran-gambaran dipikiran pasien yang tidak terlalu
jelas. Dan pasien selalu merasa bahwa akan ada yang ingin mencelakainya.
C. Riwayat Gangguan sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis dan
kejang yang mempengaruhi fungsi otak.
2. Riwayat penggunaan obat dan zat kimia: diketahui merokok sejak lulus SMU 1
bungkus/hari. Riwayat konsumsi alkohol disangkal, penggunaan NAPZA
disangkal.
3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: pasien mengalami perubahan perilaku
sejak ± 5 tahun yll. Saat itu pasien sementara berkuliah di UNPATTI semester 7
jurusan FKIP Biologi. Pasien kemudian meminta berhenti kuliah, berkerja di toko
namun tidak lama karena seperti orang bingung. Barang ditoko sering hilang
sampai akhirnya pasien dipecat.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir 26 maret 1990, lahir di Praktek Bidan. Menurut pengakuan ibu
pasien. Pasien lahir cukup bulan dan normal. Pasien 3 orang bersaudara dan anak
yang diinginkan. Perkembangan pasien semasa kanak awal sesuai dengan anak
sesusianya. Tidak ada tanda-tanda keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Riwayat kanak awal (usia 1-3 tahun)
Pasien tidak pernah mendapatkan ASI. Pasien diberikan makanan pendamping
ASI sejak umur 3 bulan. Saat itu, pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Ayahnya
jarang bersama pasien karena bekerja sebagai supir angkutan umum. Latihan
buang air saat usia 2 tahun dan tidak diketahui ada perlakukan yang tidak
menyenangkan pasien saat latihan buang air. Pertumbuhan dan perkembangan
pasien sama seperti anak sebayanya. Usia 6 tahun adik pertama pasien lahir.
3. Riwayat masa Kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pada usia 6 tahun pasien memiliki adik pertama. Pasien menamatkan pendidikan
SD di SD 6 Tawiri Ambon dan cukup berprestasi. Pasien memang dari dulu
adalah anak yang pemalu dan suka menyendiri.
4. Riwayat masa kanak akhir (usia 12-14 tahun)
Pada usia 12 tahun pasien melanjtkan sekolah di SMP Sanawiyah Kebun Cengkih
Ambon. Pasien merupakan anak yang cukup berprestasi sering mendapat rangking
3. Sewaktu disekolah pasien adalah orang yang pendiam, kurang suka bergaul dan
tidak memiliki banyak teman.
5. Riwayat Masa Remaja (usia 15-18 tahun)
Pada usia 15 tahun pasien mulai bersekolah di MAN STAIN dan menamatkan
studinya.
6. Riwayat Dewasa
 Riwayat pendidikan: pasien bersekolah hingga tamat SMA. Pasien kemudian
melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi Universitas Pattimura Jurusan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi namun berhenti pada semester
7. Pasien masuk keguruan tinggi dengan beasiswa. Saat pasien sekolah dan
berkuliah pasien adalah anak yang pendiam, tidak punya banyak teman dan jika
punya teman dekat dia hanya akan dekat dengan satu temannya tersebut. Pasien
tidak terlalu bergaul dengan tetangga pada lingkungan sekitarnya.
 Riwayat pekerjaan: Pasien saat ini tidak bekerja, namun sempat bekerja sebagai
penjaga toko dan bekerja di warnet.
 Riwayat pernikahan: Pasien belum menikah. Pernah pacaran sebelumnya dua
kali setelah lulus SMU.
 Riwayat kehidupan beragama: Pasien memeluk agama Islam.
 Riwayat militer: pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer
 Riwayat psikoseksual: pasien mengalami mimpi basah saat umur 11 tahun. Dan
pasien melakukan hubungan seksual pertama kali dengan pacar pasien saat
lulus SMA.
7. Riwayat keluarga.
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien dan keluarganya
menganut suku Bugis dan beragam Islam. Keluarga pasien merupakan pengikut
agama yang taat dan cukup fanatik. Sejak kecil pasien dibesarkan dengan norma-
norma agama yang ketat. Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga ada yaitu dari
keluarga ayahnya yaitu adik dari ibu ayahnya serta paman dan sepupu pasien.
E. Evaluasi keluarga/Genogram

Keterangan:

Gangguan jiwa Perempuan Sudah


meninggal

Pasien Laki-laki

8. Situasi kehidupan sekarang


Pasien tinggal bersama keluarganya dua saudara perempuan dan laki-laki, ayah
serta ibunya.
9. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya.
Pasien ingin sembuh dan mendapat pengobatan serta menghilangkan suara bisikan
yang sering sekali membuat pasien tertekan.
10. Riwayat sosio ekonomi sekarang.
Pasien saat ini tidak bekerja karena sakit yang dialaminya. Kebutuhan pasien
dipenuhi dari pendapatan kedua orang tuanya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Internus : Dalam batas normal
2. Status neurologis : Tidak terdapat kelainan
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 13 april 2018)
A. Deskipsi umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, kulit putih, berperawakan kurus, memakai baju kaos
berlapis, gondrong dan brewokan, wajah sesuai umur, perawatan diri kurang.
2. Kesadaran
Kompos mentis, kontak mata ada
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor.
Pasien tampak tenang, Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang tidak
bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata tidak adekuat. Pasien sering kali menjawab
pertanyaan tidak melihat kearah pemeriksa kadang pasien melihat kearah
rumah tetangga pasien. Pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik,
walaupun setiap menjawab pertanyaan pasien merespon agak lama dan
seringkali saat ditanya terdiam
5. Pembicaraan
 Kuantitas : Pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat mengungkapkan
isi hatinya dengan jelas.
 Kualitas : pasien menyambung jika ditanya, dan menjawab pertanyaan
dengan spontan, pasien terkadang bercerita dengan spontan tetapi tiba- tiba
pasien terdiam,volume bicara terkadang kuat tetapi kadang lemah, intonasi
pasien berbicara agak lambat, pengucapan kata jelas dan pembicaraan dapat
dimengerti.
 Tidak ada hendaya berbahasa.
B. Mood dan afek
 Afek : Tumpul
 Keserasian : Tidak serasi
C. Fungsi kognitif
 Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Taraf pendidikan Pasien lulusan SMA dan sempat menempuh perguruan tinggi
sampai semester 7 namun berhenti.
 Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien kurang, pasien tidak dapat mengurangkan angka 7 dikurang
100, pasien juga tidak bisa mengalikan angka seperti 4x5 atau 5x10, pasien
mengatakan tidak bisa fokus merasa bahwa memorinya terganggu oleh suara-
suara tersebut.
 Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat siang hari
Tempat : Baik, pasien mengetahui sedang berada di Poli Jiwa RSKD Prov
Maluku.
Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja saudaranya, siapa saja yang tinggal
serumah dengannya, dan mengetahui sedang diwawancara oleh siapa.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi dan wawancara.
 Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang: Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien
bersekolah SD
Daya ingat jangka menengah: Baik, pasien dapat mengingat kapan dia berhenti
kuliah
Daya ingat jangka pendek: Baik, pasien dapat mengingat makan apa tadi malam
Daya ingat segera Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa
 Kemampuan baca tulis: baik
 Kemampuan visuospatial: baik
 Berpikir abstrak: baik.
 Kemampuan menolong diri sendiri : kurang. Pasien jarang mandi dan jika suara-
suara tersebut sering menyuruh pasien untuk bermalas-malasan sehingga pasien
sering bermalas-malasan.
D. Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik ada pasien mendengar suara-suara yang berbicra mengenai
masalah asmara, negara dan keluarga.
E. Proses Pikir
Bentuk pikir : autistik atau non realistik
Arus pikir
Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan, namun
terkadang pasien saat ditanya tiba-tiba terdiam (blocking).
Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan
Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
Isi pikiran : Ide curiga (+), pasien merasa bahwa orang-orang disekitarnya selalu
ingin merencanakan kejahatan pada dirinya.
F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.
G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara dapat mengontrol emosinya
dengan baik (tidak mengamuk atau menangis).
H. Tilikan
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari bahwa dirinya mengalami stres, tetapi
pasien juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki sakit dalam kejiwaannya, pasien
hanya memerlukan pengobatan untuk dapat tidur dengan nyenyak tanpa diganggu
oleh bisikan.
I. Taraf dapat dipercaya:
Dapat dipercaya
V. RESUME
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang pertama kali ke Poli Jiwa RSKD Prov
Maluku dengan keluhan pasien mulai bicara sendiri, kadang tertawa sendiri,
kadang marah-marah 3 minggu terakhir, awalnya perubahan perilaku dimulai
sejak ±7 tahun sulit tidur yang lalu pasien seperti malas-malasan, tidak mau ke
kuliah dan tidak mau bersosialisasi. Diketahui juga bahwa ayah pasien jika marah
juga sangat jahat bisa sampai mengusir pasien dan juga menyiramnya dengan air
dan pasien mengaku ini juga yang buat pasien tertekan. Pasien juga mengeluhkan
sakit kepala, wajah terasa keram, mata seperti terus melotot dan terasa sakit.
Pasien malas mandi, malas bekerja. Pasien mengaku mendengar suara-suara
bisikan perempuan dan kadang juga laki-laki yang sering berbicara mengenai
masalah asmara, masyarakat, negara. Pasien juga mengatakan sering muncul
gambaran-gambaran dipikiran pasien yang tidak terlalu jelas. Dan pasien selalu
merasa bahwa akan ada yang ingin mencelakainya.
Pasien mengalami perubahan perilaku sejak ± 5 tahun yll. Saat itu pasien
sementara berkuliah di UNPATTI semester 7 jurusan FKIP Biologi. Pasien
kemudian meminta berhenti kuliah, berkerja di toko namun tidak lama karena
seperti orang bingung. Barang ditoko sering hilang sampai akhirnya pasien
dipercat.
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga ada. Riwayat merokok sejak 7 tahun
yang lalu. Riwayat konsumsi alkohol dan NAPZA tidak ada.
Status mental yang bermakna: Seorang laki-laki, kulit putih, berperwakan kurus,
memakai baju kaos berlapis, gondrong dan brewokan, wajah sesuai umur,
perawatan diri kurang. Tampak tenang, kemampuan menolong diri sendiri kurang.
Ada halusinasi auditorik. Kontinuitas arus pikir autistik. Tilikan 2 pasien
menyadari bahwa dirinya mengalami stres, tetapi pasien juga merasa bahwa
dirinya tidak memiliki sakit dalam kejiwaannya, pasien hanya memerlukan
pengobatan untuk dapat tidur dengan nyenyak tanpa diganggu oleh bisikan.

VI. PEMERIKSAAN LAINNYA


1. Laboratorium: -
2. EEG: -
3. CT-Scan Kepala: -

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis, ditemukan Seorang laki-laki
berusia 28 tahun datang pertama kali ke Poli Jiwa RSKD Prov Maluku Seorang laki-
laki berusia 28 tahun datang pertama kali ke Poli Jiwa RSKD Prov Maluku dengan
keluhan pasien mulai bicara sendiri, kadang tertawa sendiri, kadang marah-marah 3
minggu terakhir, awalnya perubahan perilaku dimulai sejak ±7 tahun sulit tidur yang
lalu pasien seperti malas-malasan, tidak mau ke kuliah dan tidak mau bersosialisasi.
Diketahui juga bahwa ayah pasien jika marah juga sangat jahat bisa sampai mengusir
pasien dan juga menyiramnya dengan air dan pasien mengaku ini juga yang buat
pasien tertekan. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, wajah terasa keram, mata
seperti terus melotot dan terasa sakit. Pasien malas mandi, malas bekerja. Pasien
mengaku mendengar suara-suara bisikan perempuan dan kadang juga laki-laki yang
sering berbicara mengenai masalah asmara, masyarakat, negara. Pasien juga
mengatakan sering muncul gambaran-gambaran dipikiran pasien yang tidak terlalu
jelas. Dan pasien selalu merasa bahwa akan ada yang ingin mencelakainya.
Pasien mengalami perubahan perilaku sejak ± 7 tahun yll. Saat itu pasien
sementara berkuliah di UNPATTI semester 7 jurusan FKIP Biologi. Pasien kemudian
meminta berhenti kuliah, berkerja di toko namun tidak lama karena seperti orang
bingung. Barang ditoko sering hilang sampai akhirnya pasien dipecat. Riwayat
gangguan jiwa dalam keluarga ada yakni nenek, paman dan sepupu pasien.
Pada status mental didapatkan laki-laki, kulit sawo matang, berperwakan kurus,
memakai baju kaos berlapis, gondrong dan brewokan, wajah sesuai umur, perawatan
diri kurang. Tampak tenang, kemampuan menolong diri sendiri kurang. Ada
halusinasi auditorik. Kontinuitas arus pikir autistik. Tilikan 2 pasien menyadari bahwa
dirinya mengalami stres, tetapi pasien juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki sakit
dalam kejiwaannya, pasien hanya memerlukan pengobatan untuk dapat tidur dengan
nyenyak tanpa diganggu oleh bisikan.
Berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan pada Axis I berdasarkan
alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya
gejala kinis bermakna yaitu berbicara sendiri, tertawa sendiri. Keadaan ini
mengakibatkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari terutama hendaya
sosial sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan
otak, sehingga pasien dapat didiagnosis sebagai gangguan jiwa psikotik non
organik
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya afek tumpul, halusinasi auditorik dan ide curiga, kepribadian premorbid suka
menyendiri dan pemalu. Berdasarkan PPDGJ-III maka gejala-gejala yang ditunjukkan
diatas oleh pasien masuk dalam kategori Skizofrenia (F20)
Pada pasien ini tidak memenuhi kriteria skizofrenia hebefrenik, paranoid,
katatonik, simpleks, depresi pasca skizofrenia, dan skizofrenia tak terinci,sehingga
digolongkan ke dalam Skizofrenia YTT (F20.9).
Pada axis II, ciri kepribadian mengarah ke ciri kepribadian skizoid.
Berdasarkan PPDGJ III disimpulkan berdsarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan
pemeriksaan status mental didapatkan adanya gejala bermakna, yaitu emosi dingin,
afek mendatar atau tampak tidak peduli, hampir selalu memilih aktivitas yang
dilakukan sendiri, tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab
(kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu.
Axis III tidak ditemukan kondisi medik umum karena tidak ditemukan
manifestasi klinis yang mengarah ke gangguan organik.
Axis IV disini tidak ditemukan faktor stressor yang jelas.
Axis V, GAF Scale 50-41 karena pasien mengalami disabilitas berat, pasien
tidak dapat bekerja, mengurus diri sehari-hari dan dengan gejala yang berat.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.9 Skizofrenia YTT
Aksis II : Ciri kepribadian Skizoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Faktor stressor tidak jelas
Aksis V : GAF Scale 50-41

IX. DIAGNOSIS BANDING


Skizofrenia hebefrenik

X. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad malam

XI. PENATALAKSANAAN
a. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
a. Psikoterapi suportif
b. Modifikasi perilaku
2. Terhadap keluarga
a. Penjelasan terhadap keluarga tentang kondisi pasien
b. Psikoedukasi terhadap anggota keluarga pasien untuk memperhatikan
jadwal minum obat pasien secara teratur.

b. Psikofarmaka
- Risperidon 2 mg 2x1/2 tab
- Chlorpromazin 100 mg/ 0-0-1

XII. FORMULASI PSIKODINAMIKA


Psikodinamik merupakan suatu pendekatan dalam psikiatri untuk
mendiagnosis dan memberikan terapi. Terdapat tiga komponen yang membentuk
kepribadian seseorang, yaitu id, ego, dan superego. Apabila terjadi konflik
diantara ketiga komponen tersebut, seseorang akan mengalami ketegangan,
ketidakpuasan, kecemasan dan gejala-gejala psikologik lainnya. Sebaliknya,
apabila tidak pernah mengalami konflik dapat terjadi pemanjaan atau
overindulgence.
Menurut postulasi Freud, skizofrenia merupakan akibat dari fiksasi
perkembangan yang terjadi lebih awal dan adanya peran dari disintegrasi ego yang
menyebabkan penderita kembali ke masa ketika ego belum sempurna sehingga
mempengaruhi RTA (reality testing ability) dan kontrol terhadap diri sendiri.
Skizofrenia juga adalah hasil dari konflik dan mekanisme defensi, konflik yang
terjadi lebih berat dan seringkali pasien menggunakan mekanisme defensi yang
primitif. Kelanjutan dari konflik, kecemasan dan defensi dianggap cukup untuk
dapat menimbulkan psikopatologi pada pasien skizofrenia.
Dalam kasus ini, ciri kepribadian Skizoid diperkirakan menjadi pencetus
timbulnya psikopatologi pada pasien. Didiagnosis berdasarkan perilaku pasien
yang cenderung menyendiri, tidak punya banyak teman dan kalau ada hanya ada
satu teman saja dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan tersebut.
Pada ciri kepribadian skizoid terjadi karena adanya regresi pada tahap
perkembangan sebelum ego dibentuk untuk mencapai kestabilan. Emosi pada
umumnya terbatas tetapi ketika diekspresikan cenderung inappropiate. Perilaku
interpersonal dan kognitif berkaitan erat dan saling berhubungan dalam
membentuk gangguan. Tidak adanya interaksi sosial, menunjukan kecanggungan
secara sosial dan menampilkan bentuk pribadi yang aneh. Pada ciri kepribadian ini
juga cenderung mudah mengalihkan perhatian yang bisa berubah ke topik lain
secara tiba-tiba sehingga bekinerja buruk dalam mempertahankan atensi. Ciri
kepribadian skizoid juga dinyatakan sebagai perasaan yang tidak nyaman dalam
hubungan interpersonal, dipercaya orang tua penderita telah melakukan penolakan
dan kekerasan pada anaknya (penderita).
Para ahli kognitif menempatkan orang dengan Gangguan Kepribadian Skizoid
sebagai penderita yang mengalami defisiensi atau gangguan proses berpikir,
dimana pikiran penderita cenderung menjadi samar dan kosong sehingga
penderita mengalami kesulitan menyimpulkan apa yang ada disekitarnya.

XIII. DISKUSI
SKIZOFRENIA
i. Definisi
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.
ii. Fase atau Perjalanan Penyakit
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu.
Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi
beberapa fase yang dimulai dari prodromal, fase aktif dan keadaan residual.
1. Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
Gangguan dapat berupa Self care, gangguan dalam akademik, gangguan
dalam pekerjaan, gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.
2. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan.
Gangguan dapat berupa gejala psikotik ; Halusinasi, delusi, disorganisasi
proses berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan
neurokimiawi.
3. Fase Residual
Mengalami minimal 2 gejala
Gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.
iii. Etiologi
Sampai saat ini penyebab dari gangguan skizofrenia masih belum diketahui
secara pasti. Namun, terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam
menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :
a. Faktor Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita
skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Skizofrenia melibatkan
lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci.
Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh
beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh
kromosom. Hal ini juga menjelaskan mengapa terdapat gradasi tingkat
keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan skizofrenia (dari
ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia
semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang
memiliki penyakit ini.
b. Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang
disebut neurotransmiter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-
neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa
skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmiter dopamin yang berlebihan
di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal
terhadap dopamin. Neuron dopaminergik di dalam jalur tersebut berjalan
dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem
limbik dan korteks serebral. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas
dopamin yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa
neurotransmiter lain seperti serotonin dan norepinefrin juga memainkan
peranan penting dalam terjadinya skizofrenia.2
c. Model Diatesis-Stress/Psikososial
Satu model untuk intergrasi faktor biologis, faktor psikososial dan
lingkungan adalah model diathesis-stress. Model ini menggambarkan
bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diathesis)
yang bila dikenai pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres sehingga
muncul gejala skizofrenia. Pada kerentanan terhadap stress yang paling
umum dapat didapatkan secara biologis atau lingkungan atau keduanya.
Komponen lingkungan dapat berupa biologis (contohnya: infeksi) maupun
psikologis (contoh situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian
teman dekat). Dasar biologis untuk suatu kerentanan dibentuk lebih lanjut
oleh pengaruh genetik, penyalahgunaan zat, stress psikologis, dan trauma.1
d. Neurologikal
Menurut konsep neurobiologikal gangguan jiwa sangat berkaitan dengan
abnormalitas sruktur dari otak atau aktivitas berlebihan di lokasi spesifik
yang dapat menyebabkan atau berkontribusi dalam gangguan jiwa.
Sebagai contoh masalah komunikasi adalah salah satu bagian dari
disfungsi secara luas. Hal ini juga diketahui bahwa hubungan antara
nukleus yang mengontrol kognitif, perilaku, dan emosi terutama terlibat
dalam gangguan psikiatri. Serebral korteks, merupakan daerah di otak
yang sangat penting dalam membuat keputusan dan berfikir tingkat tinggi,
seperti pemikiran abstrak.
Sistem limbik, yang terlibat dalam mengatur perilaku emosional, memori,
dan pembelajaran.
a. Ganglia basal : mengkoordinasi gerakan.
b. Hipotalamus : meregulasi hormon di tubuh sepeti kebutuhan makan,
minum dan seks.
c. Locus ceruleus : membuat sel saraf dapat meregulasi tidur dan terlibat
dalam perilaku dan mood.
d. Substantia nigra : sel yang memproduksi dopamin dan terlibat dalam
mengontrol pergerakkan yang kompleks, berfikir dan respon emosi.

Dalam diagnosis skizofrenia, harus menggunakan urutan diagnosis yang


mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri utama dari gangguan ini.
Urutan prioritas yang dipakai adalah :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas:
a) “thougth echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walau isinya sama, namun
kwalitasnya berbeda; atau
“thougth insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thougth broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.

b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
“delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama dan politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a) Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, atupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valeud ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau flexibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan strupor;
d) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yng
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan saosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodomal);
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Untuk Ciri Kepribadian Skizoid berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ III
dijabarkan sebagai:
 Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut:
(a) Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan;
(b) Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment);
(c) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain;
(d) Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian ataupun kecaman;
(e) Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita);
(f) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri;
(g) Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan;
(h) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti
itu.
(i) Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.
 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku saku diagnosis jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: bina
rupa aksara. 2001. Hal 47-47.
2. Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan penerbit FKUI. 2013.
3. Maslim R. Panduan praktis penggunaan obat klinis obat psikotropik. Jakarta: bagian
ilmu kedokteran jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007
4. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Edisi 2. 2009. Surabaya:
Universitas Airlangga
th
5. Kaplan HI, Saddock BJ,et al. Kaplan and Saddock Comprehensive of psychiatry. 8
Ed. 2007. Philadelpia: Lippincott William and Walkins.
6. Perry EK, Marshall E, Kerwin J, Smith CJ, Jabeen S, Cheng AV, Perry RH (2011)
Evidence of a monoaminergic-cholinergic imbalance related to visual hallucinations .
J Neurochem 55(4):1454–1456
7. Rodrı´guez-Violante M, Cervantes-Arriaga A, Vela´zquez-Osuna S, Llorens-Arenas
R, Caldero´n-Fajardo H, Pin˜a-Fuentes D, Martinez- Martin P (2014) Schizofrenia
2014:260485. doi
8. Howes OD, Kapur S (2009) The dopamine hypothesis of schizophrenia: version III—
the final and common pathway. Schizophr Bull 35(3):549–562.

Anda mungkin juga menyukai