ABSTRACT
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melihat lebih lanjut hubungan antara
tingkat kontaminasi peritoneal dan pemanfaatan sumber daya pasca operasi pada anak dengan radang usus
buntu yang parah.
Metode: Temuan intraoperatif dikumpulkan secara prospektif di rumah sakit Single children dari 2012-
2014. Tingkat kontaminasi peritoneal dikategorikan sebagai lokal (terbatas pada kuadran kanan bawah
dan panggul) atau luas (meluas ke hati). pencitraan, Postopertaive length of stay (PLoS), biaya rumah
sakit, dan tingkat rawat kembali dibandingkan antara beberapa kelompok.
Hasil: Dari 88 pasien dengan usus buntu yang parah, 38% memiliki kontaminasi yang luas. karakteristik
pra operasi serupa antara kelompok. Pasien dengan kontaminasi yang luas memiliki tingkat lebih tinggi
pencitraan pasca operasi (58,8% vs 27,7%, P < 0,01), 50% PLoS (6 hari [IQR 4-9] vs 4 hari [IQR 2-5], P =
0,003 ), biaya rumah sakit dengan rmedian tertinggi 30% ($ 17.663 [IQR $ 12,564- $ 23.697] vs $ 13.516
[IQR $ 10,546- $ 16.686], P = 0,004), dan hampir empat kali lipat tingkat rawat kembali yang lebih tinggi
(20,6% vs 5,6%, P = 0,04) dibandingkan dengan anak-anak dengan kontaminasi lokal.
Kesimpulan: Kontaminasi peritoneal yang luas dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya secara
signifikan ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan kontaminasi lokal pada anak dengan radang usus
buntu yang parah. Temuan ini mungkin memiliki implikasi penyusuaian keparahan yang penting untuk
melihat tingkat rawat kembali guna pelaporan bagi rumah sakit yang sering melayani populasi dimana
gejala klinis tahap akhir sering ditemukan.