Anda di halaman 1dari 6

Kenali

Bentuk
Gejala Jiwa
Dalam
Pendidikan

Perbincangan berkaitan dengan dunia pendidikan, kata belajar mengajar selalu menduduki posisi
tertinggi. Tidak mungkin tidak jika dalam proses belajar mengajar banyak pesrta didik yang memiliki respon
belajar berbeda. Sangat penting mempelajari Ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan untuk para
pendidik dalam memahami perilaku anak didik yang berbeda dengan maksud merencanakan pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik. Di sinilah guru perlu memahami dan mengerti agar
tidak salah dalam memperlakukan anak didik sehingga sinkron antara cara dengan perkembangan psikologis
anak didik.

Dalam suatu kelas dapat dipastikan bahwa karakter anak didik sangat berbeda satu dengan yang lainnya.
Hal itupun berlaku bagi anak didik yang kembar. Apakah jika mereka kembar dan identic sudah pasti memiliki
pola pikir sama dan kecerdasan yang sama? Psikologi menjawab bahwa keduanya sangat mungkin berbeda
dalam hal pembawaan,kematangan jasmani,intelegensi dan keterampilan motoric (Muhibin: 2010). Mereka
memiliki kepribadian yang berbeda-beda serta cara memecahkan masalah yang berbeda-beda.

Pernahkah kalian menyadari sikap dan respon teman sebelah saat pembelajaran? Bagaimana tingkah
teman kita setelah mendengarkan? Apakah cara pemecahan masalah teman kita sama dengan yang terpikirkan
dalam otak kita? Hal seperti itulah yang terangkum dalam pembahasan bentuk gejala jiwa dalam pendidikan,
diantaranya :

1. Pengindraan dan Persepsi


Mari perhatikan diri sendiri. Apa yang terlihat oleh kita saat memandang ke depan papan tulis? Pasti
terlihat tulisan di sisi atas, bawah, kanan, kiri dari papan tulis tersebut. Ingatkah kita kapan pernah melihat
tulisan tersebut? (istirahat/bekerja). Adakah hal lain yang terlihat di sekitar papan tulis? Bagaimana kita
memaknai tulisan di papan tulis tersebut? Kita pasti salah satu individu menjawab tulisan itu pasti tentang
materi yang berlangsung.
Dari tindakan yang telah kita lakukan tadi telah jelas bahwa pengindraan yang dimaksud adalah
masuknya stimulus/hal-hal yang merangsang ke dalam panca indra kita. Dimana tindakan pengamatan
yang dilakukan dari sudut pandang yang berbeda pasti akan menghasilkan respon yang berbeda pula.
Davidoff dalam Walgito (1997) menyatakan bahwa persepsi itu penerjemahan dan interpretasi
stimulus sehingga individu sadar dengan apa yang diindrakan. Perspsi pasti berhubungan dengan
pengindraan karena stimulus yang diperoleh pasti akan diterjemahkan dan diinterpretasikan dalam bentuk
tindakan/respon yang lain.
Saat kita mendengarkan penjelasan dari teman mengenai materi yang sulit kita pahami, pasti
perilaku dan sikap kita langsung merespon untuk mengikuti arah penjelasan yang diberikan.Baik itu
dengan respon bertanya, menulis penjelasan ataupun bentuk tindakan lainnya.
2. Pengamatan
Pengamatan merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengenal dunia nyata, baik mengenai
dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya, dengan cara melihatnya mendengarkannya, membaunya,
merabanya ataupu mengecapnya. Cara-cara mengenal objek itu disebut mengamati, sedangkan melihat,
mendengar dan lainnya itu merupakan modalitas pengamatan atau dengan kata lain panca indra yang
digunakan untuk mengamati (Suryabrata, 1990).
3. Tanggapan
Menurut Bigot (dalam Suryabrata, 1990), tanggapan didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal
dalam ingatan setelah kita melakukan suatu pengamatan terhadap objek yang kita amati. Manusia
mempunyai kemampuan – kemampuan lain disamping kemampuan mengamati dan persepsi, yaitu
kemampuan membayangkan atau menanggap kembali hal – hal yang telah diamatinya itu.
Proses tanggapan merupakan representasi, yaitu membayangkan kembali atau menimbulkan kembali
gambaran yang ada pada saat pengamatan. Baik pada pengamatan maupun dalam tanggapan, keduanya
dapat membentuk suatu gambaran, tetapi pada umumnya gambaran yang ada pada pengamatam lebih jelas
dan lebih lengkap dibandingkan gambaran pada tanggapan.
4. Memori
Menurut Bruno (1987), memori atau ingatan adalah proses mental yang meliputi pengkodean,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat di dalam otak.
Sering kita alami secara sadar atau tidak bahwa dalam belajar kadang kita hanya dapat mengingat sebagian
materi atau materi yang kita hafal hanya bertahan saat ujian.Ada juga materi yang teringat selamanya.
Secara biologis, kemampuan mengingat dan menyimpan informasi pada manusia terkontrol dari otak kiri.
Melihat fakta pertama, dapatkah kita mengingat banyak digit angka/rumus saat belajar?Atkinson,
dkk mengungkapkan bahwa ada sebuah memori yang dikatakan sebagai memori jangka pendek.Memori
jangka pendek memiliki daya tahan sangat cepat, hanya berkisar 15-30 detik atau 7-12 butir kelompok unit
informasi.Sehingga orang akan mudah lupa digit selanjutnya dan tergatikan oleh informasi-informasi yang
baru.
Fakta kedua, mengenai memori kerja.‘Sistem Kebut Semalam’ sudah menjadi hal lazim dan umum
dilakukan oleh banyak anak didik saat menjelang ujian.Bertahan sampai kapankah materi yang diingat saat
belajar kebut semalam?.Jawaban orang pasti berbeda. Namun dalam psikologi, daya ingat bisa bertahan
dalam beberapa menit hingga beberapa jam sehingga memberi waktu yang cukup untuk secara sadar
memproses, melakukan refleksi, dan melaksanakan suatu kegiatan berfikir. Itulah yang diungkapkan oleh
Gunawan. Belajar dengan sistem kebut semalam hanya akan bertahan dalam beberapa jam dan apabila
materi yang diingat sudah tidak dipakai lagi maka akan cenderung hilang.
Fakta ketiga, pernahkah kalian dihukum karena tidak tuntas dalam menghafal materi tertentu? Masih
ingatkah materi apa itu?.Memori jangka panjanglah yang berperan dalam mengingat hal tersebut.Memori
ini bertahan cukup lama bahkan biasa sepanjang hidup karena mencakup informasi yang berhubungan
dengan keselamatan hidup, membangkitkan emosi, masuk akal dan berarti.
5. Berpikir
Para ahli mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses mental yang bertujuan memecahkan masalah,
sebagaimana didefinisikan oleh Solso (1988), menyatakan bahwa berpikir merupakan proses yang
menghasilkan representasimental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang
kompleksantara berbagai proses penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi danpemecahan masalah.

Saat mengerjakan ujian, aktifitas kognitif kita akan bekerja dan berusaha menemukan pemecahan
masalah untuk menyelesaikan soal dengan benar. Proses mental dapat juga berupa kreativitas. Rhodes
(dalam Munandar, 1999) menyebutkan 4 ciri kreativitas sebagai “Four P’s Creativity” atau empat P, yaitu:
Person (keunikan individu dalam berpikir), Proses (fleksibilitas dalam berpikir), Press (dorongan
menampilkan tindakan kreatif), Product (menghasilkan karya baru yang bermakna bagi
individu/lingkungan).

Pengetahuan kita selama ini mengatakan bahwa otak kiri mengontrol bagian di sebelah kanan tubuh,
dan otak kanan mengontrol bagian tubuh di sebelah kiri. Namun penemuan terakhir ini oleh Dr. Iaccino
mengatakan bahwa otak kiri “bertanggung jawab” dalam sebagian besar aktivitas, termasuk sisi kanan dan
sebagian sisi kiri.Maka, tidak heran bila kita lebih banyak menggunakan tangan kanan, kaki kanan, mata
tertentu.Menurut penelitian, 9 dari 10 manusia mempunyai otak kiri yang lebih besar.Kedua belahan otak
ini dihubungkan oleh serabut saraf yang disebut corpus collosum yang menyebabkan terhubungnya ‘pesan’
antara kedua belahan otak ini.
Lalu, bagaimana semestinya fungsi kerja otak kita? Otak kiri manusia lebih mengontrol tubuh bagian
kiri, ketrampilan angka-angka, menganalisa, obyektifitas, menulis, berbicara, logika, pertimbangan.
Sedangakan otak kanan kita berperan dalam mengontrol tubuh bagian kanan, musik dan selera seni,
penyatuan, subyektifitas, imajinasi, kreatifitas, dan emosi.Jadi keseimbangan otak kiri dan kanan dapat di
asah salah satunya melalui belajar aktif.

6. Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau menciptakan tanggapan – tanggapan baru dengan
bantuan yang sudah ada. Fantasi memiliki dua jenis, yaitu yang pertama fantasi menciptakan dimana yang
terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri, tanpa bantuan orang lain atau jenis fantasi yang mampu
memciptakan hal – hal yang baru lagi. Fantasi ini biasanya lebih banyak dimiliki oleh para seniman, anak –
anak, dan para ilmuan. Sedangkan fantasi yang kedua merupakan fantasi yang terjadi dengan bantuan
pimpinan atau didasari tuntutan orang lain. Seperti halnya membaca buku, kita mengikuti pengarang buku
itu dalam certinya.
Fungsi pokok yang ada dalam fantasi sendiri sebagai menyaring atau memisahkan sifat – sifat
tertantu dari tanggapan yang sudah ada, serta menggabungkan dua atau lebih tanggapan – tanggapan yang
ada yang kemudian akan dilengkapi dan disempurnakan. Fantasi sendiri biasanya dimulai dari pengindraan
dan pengamatan kemudian memunculkan berpikir dan fantasi serta ditimbulkan tanggapan.
7. Inteligensi

Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri ( Tyler, 1956, Wechsler 1958,Sorenson, 1977).
Lebih detailnya, sikap menyesuiakan diri seseorang dalam menghadapi situasi baru dan memecahkan
masalah. Sikap menyesuaikan ini merupakan tindakan nyata dari hasil berpikir seseorang.

Pada akhir abad 20 muncul teori baru yang memandang inteligensi tidak sebagai factor umum atau
general faktor. Penelitian Gardner selama lima belas tahun menunjukkan setiap manusia memiliki berbagai
cara untuk menjadi cerdas. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mengembangkan berbagai macam
ketrampilan penting untuk cara hidupnya (Gardner, 1993).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa inteligensi yang diukur dengan IQ turut
mempengaruhi prestasi belajar, namun itu bukanlah satu-satunya prediktor yang kesuksesan belajar.Perlu
diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi atau hubungan yang positif antara
inteligensi dengan prestasi belajar. Inteligensi memberikan sumbangan pada prestasi belajar antara 16
sampai 36 persen (Wetherington), 9 persen hingga 64 persen diteliti oleh Super (dalam Amrizal, 1988).
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi inteligensi seseorang maka semakin mudah pula
orang tersebut dalam memecahkan masalah dan berpikir kreatif.
8. Emosi
Menurut Kartono, Emosi berarti tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan
dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar (Sugiyanto). Emosi yang tersalurkan didalam jiwa
manusia dapat berupa perasaan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat dll. Emosi memang
sangat lekat pada diri kita. Terutama dalam pendidikan, emosi membantu mempercepat dan memperlambat
proses pembelajaran. Ketika dalam kondisi emosi marah, sedih, ketakutan dan merasa tertekan serta
terancam atau dapat digolongkan sebagai tekanan negatif, maka kemampuan belajarnya menjadi kurang
maksimal karena adanya hambatan emosi, dimana otak tidak dapat mengakses secara maksimal
(downshifting) (D Goleman, 1996).
Contohnya, saat dipaksa orang tua untuk belajar, padahal kita sendiri sedang tidak ingin belajar.
Sehingga kita merasa terpaksa belajar agar terhindar dari amarah dan hukuman dari orang tua. Dari contoh
ini, emosi memang berkaitan dengan tekanan negatif dan positif dari diri kita masing-masing.
9. Motivasi

Motivasi merupakan keadaan senang atau dapat digolongkan tekanan positif (suportif), maka
kemampuan belajarnya bisa menjadi maksimal karena pada kondisi ini otak terlibat secara emosional, dan
memungkinkan sel-sel saraf bekerja secara maksimal (eustress) (D Goleman, 1996). Tekanan ini dapat
dimaksudkan sebagai kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi
arah dan ketahanan pada tingkah laku atau dapat disebut sebagai Motivasi. Adanya motivasi atau tekanan
(dorongan) yang bersifat positif dapat menggiatkan aktifitas belajar siswa.

Contohnya, Saat disekolah dia mendapat pujian oleh gurunya karena berani mengerjakan soal
didepan kelas. Pujian itu membuat dia senang sehingga ketika dirumah dia belajar atas kemauannya sendiri
tanpa dipaksa oleh orang tua. Menurutnya belajar memang perlu agar dapat meraih nilai maksimal.

10. Perhatian

Dalam istilah psikologi, perhatian sebagai suatu reaksi yang dilakukan oleh individu dan
kemampuan kesadaran yang dimilki seseorang. Perhatian ialah konsentrasi atau aktifitas jiwa pada diri kita
terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengenyampingkan bertambahnya aktifitas daya
konsentrasi dan fokus terhadap suatu objek, baik didalam maupun yang berada diluar diri sendiri (Agus
Sujanto, 1993). Dimana perhatian juga merupakan penyeleksian terhadap stimuli yang diterima oleh
individu yang bersangkutan secara langsung (Drs. Abu Ahmadi dan Drs. M. Umar M.A., 1992).

Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi perhatian yaitu, pembawaan, kebiasaaan, kebutuhan,
keadaan jasmasi serta suasana jiwa maupun suasana disekitarnya. Perhatian sendiri dalam dunia pendidikan
sangatlah sensitif jika dibahas, dimana perhatian dalam pendidikan menjadikan kegiatan jiwa untuk tetap
selalu peduli akan pendidikan yang dimilikinya atau menjadikan pemusatan unsur – unsur pengalaman dan
mengabaikan yang memang tidak baik.

11. Bakat
Bakat (aptitude), dapat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk dapat mengetahui bakat itu
perlu diadakan tes bakat (aptitude test) pada waktu mereka memulai bersekolah atau belajar. Bakat juga
turut menentukan perbedaan hasil belajar, sikap, minat, dan kemampuan lainnya yang dimiliki seseorang.
Mengetahui bakat pada diri sendiri merupakan suatau hal yang sangat penting, utnuk menentukan kegiatan
ataupun pusat perhatian pada bakat yang dimiliki dan diminati terutama pada dunia pendidikan.
Dengan menggunakan tes dapat diketahui bakat apa yang kita miliki, dapat dilihat juga dengan
pengamatan yang dilakukan secara langsung. Penggalian bakat bertujuan memberi ruang dan arahan
kepada diri sendiri ataupun orang lain untuk menempatkan bakat yang dimilikinya sesuai pada tempatnya
agar dapat menghasilkan kemampuan secara baik dan bermanfaat.

REFERENSI

Ahmadi, Abu dan M. Umar. 1992. Psikologi Umum, Edisi Revisi. Surabaya : PT Bina Ilmu.
Amrizal, R., 1988. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca dari Orang Tua,
Inteligensi Anak, Minat Membaca Anak dan Prestasi Belajar Anak. LaporanPenelitian. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.
Gardner, H. 2003. Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk dalam Praktik,alih bahasa Sindoro A. Batam :
Interaksara.
Goleman, D., 1996. Emotional Intelligence, (Alih bahasa T.Hermaya). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, AW., 2003. Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated
Learning.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Munandar, S.C.U., 1999. Kreativitas dan Keberbakatan.Strategy Mewujudkan Potensi Kreatif dan
Bakat.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyanto. Jurnal “Psikologi Pendidikan, (Bentuk-Bentuk Gejala Jiwa Dalam Pendidikan)”. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sujanto, Agus 1993. Psikologi Umum. Jakarta, Bumi aksara.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai