Anda di halaman 1dari 4

Kasus 1

Kota Makassar sebagai gerbang kawasan timur Indonesia adalah salah satu kota
dengan kepadatan penduduk yang terus mengalami peningkatan. Pesatnya
pertambahan jumlah penduduk kota Makassar ini tentunya dibarengi dengan
peningkatan kebutuhan masyarakat di berbagai bidang. Misalnya dalam bidang
transportasi yang diindikasikan dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor
yang tentunya berakibat pada meningkatnya emisi kendaraan bermotor. Dinas
Perhubungan (Dishub) Kota Makassar memaparkan data dimana jumlah kendaraan
roda dua pada tahun 2017 telah mencapai angka 703.191 2011 atau naik hingga
13% dari tahun 2016. Begitu juga jumlah kendaraan roda empat pada tahun 2017
mencapai 154.094 unit atau meningkat hingga 8 % dari tahun 2016. Total
keseluruhan kendaraan bermotor yang beroprasi di wilayah Makassar untuk tahun
2017 mencapai 858.118 dan diperkirakan telah bertambah 10% untuk triulan
pertama tahun 2017 ini. Jika hal ini terus berlanjut tanpa upaya perbaikan kualitas
lingkungan di kota Makassar maka akan berimbas pada meningkatnya pencemaran
lingkungan, khususnya pada pencemaran udara (Berita kota, 2017).
kasus 2

Menurut kantor administrasi presiden AS Barrack Obama, ternyata pemanasan global akan dan
telah merugikan kesehatan ribuan orang dalam skala yang besar. Laporan tersebut dibuat
berdasarkan pooling terhadap lebih dari 100 ahli kesehatan dan lingkungan di Departemen
Kesehatan dan Agen Perlindungan Lingkungan AS. Isi rangkuman laporan tersebut. Lebih
banyak kematian akibat gelombang panas yang ekstrim, Laporan ini memerkirakan akan ada
setidaknya 11 ribu kematian yang berhubungan dengan gelombang panas di AS. Pasokan air
menjadi kotor, pemanasan global membuat es di kutub mencair. Ini berarti lebih banyak air
limpasan (air hujan yang tidak menguap) sehingga menyerap polutan sehingga pasokan mata air
untuk minum juga terkontaminasi begitupun dengan sungai dan laut tempat sebagian makanan
kita berasal. Gizi dalam sayur berkurang, Perubahan iklim berarti pergeseran musim tanam.
Menurut laporan tersebut, tidak hanya perubahan iklim akan mengubah praktik pertanian,
meningkatnya karbondioksida di atmosfer juga dapat menurunkan nilai gizi dari tanaman.
Menjaga agar lingkungan tetap hijau dengan menanam pohon, mengambil aksi nyata untuk
mengurangi polusi (gunakan kendaraan umum alih-alih kendaraan pribadi, hemat listrik, kurangi
pemakaian kertas, tisu, plastik, memilah sampah organik dan non organik dan lain-lain) adalah
cara kita untuk menunda dan mengurangi risiko bencana kesehatan global tersebut.

nationalgeographic, 2017

kasus 3

Pencemaran limbah sudah menjadi hal yang sangat memprihatikan di negeri ini. Air dan tanah
yang tercemar oleh limbah berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah
satu jenis limbah yang mencemari lingkungan adalah limbah B3. B3 merupakan singkatan dari
Bahan Berbahaya dan Beracun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999,
pengertian dari limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan
hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain. Karena bahaya yang ditimbulkan, limbah ini harus dikelola sebelum dibuang
ke tempat pembuangan. Diantara ciri- ciri limbah B3 yaitu mudah terbakar, mudah meledak,
menyebabkan infeksi, bersifat korosif, mudah bereaksi dan bersifat karsinogenik.

Grafik Peningkatan Limbah B3


70 65
Jumlah Limbah B3 (Juta Ton)

60 54

50 42
40 36

30

20

10

0
2014 2015 2016 2017

Tahun

ilmu geografi, 2016

kasus 4

Pestisida selain bermanfaat, juga menghasilkan dampak lingkungan. Disamping


bermanfaat untuk meningkatkan hasil pertanian, ia juga menghasilkan dampak buruk baik
bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Lebih dari 98% insektisida dan
95% herbisidamenjangkau tempat selain yang seharusnya menjadi target, termasuk
spesies non-target, perairan, udara, makanan, dan sedimen.[1]Pestisida dapat menjangkau
dan mengkontaminasi lahan dan perairan ketika disemprot secara aerial, dibiarkan mengalir
dari permukaan ladang, atau dibiarkan menguap dari lokasi produksi dan
penyimpanan.[2] Penggunaan pestisida berlebih justru akan
menjadikan hama dan gulma resistan terhadap pestisida.Dalam penerapannya, tidak
semua pestisida sampai ke sasaran. Kurang dari 20% pestisida sampai ke tumbuhan.
Selebihnya lepas begitu saja. Akumulasi dari pestisida dapat mencemari lahan
pertanian dan apabila masuk dalam rantai makanan, dapat menimbulkan macam-macam
penyakit, misalnya kanker, mutasi, bayi lahir cacat, dan CAIDS.[23]Pestisida yang paling
merusak adalah pestisida sintesis, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang
dihasilkan lebih tinggi ketimbang senyawa lain, mengingat jenis ini peka
akan sinar matahari dan tidak mudah terurai. Di Indonesia, kasus pencemaran
karena pestisida telah menimbulkan kerugian. Menurut data WHO yang dipublikasikan
pada tahun 1990, dampak dan risiko penggunaan pestisida kimia selama ini 25 juta kasus
dan meningkat pada tiap tahunnya. Data lain dari ILO pada tahun 1996 menunjukkan 14%
pekerja di pertanian terkena bahaya pestisida dan 10%-nya terkena bahaya yang fatal.
Fenomena seperti ini juga terjadi di sentra pertanian Indonesia seperti Brebes dan Tegal.
Penelitian FAO pada tahun '92 menunjukkan, ada 19 gejala keracunan yang disebabkan
pestisida pada petani cabe dan bawang. Di perkebunan Luwu, Sulawesi
Selatan menunjukkan bahwa 80-100% petani yang memeriksakan dirinya ke rumah
sakit mengindikasikan keracunan pestisida

Wikipedia, 2017

kasus 5

Indonesia penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina. Sampah di kota
Jakarta mencapai 6.000 -- 6.500 ton per hari. Diperkirakan total jumlah sampah Indonesia di
tahun 2019 akan mencapai 68 juta ton. Proses terjadinya sampah sangat didominasi oleh adanya
kegiatan manusia. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dengan pola hidup yang
semakin konsumtif sudah tentu diikuti dengan meningkatnya produksi sampah. Di semua daerah,
sampah selalu menimbulkan masalah yang rumit untuk dipecahkan. Manusia mempunyai
berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi bahan
makanan, minuman, barang dan lainnya dari sumber daya alam yang tersedia. Di sisi lain
aktivitas tersebut menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, namun di sisi lain
aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang tidak diinginkan atau tidak berguna.
Makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat hubungannya dengan ketersediaan ruang hidup
manusia yang relatif tetap, dan bahan buangan ini dikenal dengan sampah.

Kompasiana, 2018

Anda mungkin juga menyukai