Anda di halaman 1dari 21

1.

Nurul Fatimah KA’11


2. Anindia D. Larasati KA’11
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 1
3. Ika Yulia N. KA’11
“Kekuatan Medan Ligan”

A. Judul Percobaan
“Kekuatan Medan Ligan”

B. Waktu Percobaan
Kamis, 31 Oktober 2013 pukul 13.00 – 16.00 WIB

C. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air
2. Mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi maksimum
3. Mengenal variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum

D. Dasar Teori
1. Metode Spektrometri
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling banyak dipakai di
dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra elektromagnetik daerah ultraviolet dan
tampak. Aplikasinya meliputi bidang kimia klinik, kimia lingkungan dan bidang-bidang
lain. Keuntungan dari metode analisis spektrometri adalah peralatannya yang mudah
didapat dan biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip metode analisis spektrometri
adalah larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas radiasi
yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit (zat/unsur yang
akan dianalisis) dalam larutan sampel. Berikut adalah pasangan warna komplenter dari
warna larutan yang tampak dilihat oleh mata:
λ (nm) Warna yang Diserap Komplemen
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu kemerahan
560 – 580 Hijau kekuningan Ungu
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Biru kehijauan
610 – 800 Merah Hijau kebiruan
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 2
“Kekuatan Medan Ligan”

2. Jenis-jenis Kompleks
Dalam analisis anorganik kualitatif kompleks-kompleks (ion maupun molekul)
sering dijumpai, diantaranya yaitu:
a. Akuokompleks
Kebanyakan ion yang umum berada dalam larutan air (dan beberapa juga
dalam keadaan kristalin) dalam bentuk akuokompleks. Ion-ion demikian adalah:
[Ni(H2O)6]2+ heksaakuonikelat (II)
3+
[Al(H2O)6] heksaakuoaluminat
[Cu(H2O)4]2+ tetraakuokuprat (II)
[Zn(H2O)4]2+ tetraakuozinkat (II)
Beberapa anion, seperti sulfat, membentuk pula akuokompleks:
[SO4(H2O)]2- monoakuosulfat (II)
+
Ion hidronium H3O sendiri sebenarnya merupakan suatu akuokompleks, dan dapat
ditulis sebagai [H(H2O)]+.
Perhatikan, bahwa rumus tembaga sulfat pentahidrat padat misalnya,
tepatnya harus ditulis sebagai [Cu(H2O)4] [SO4(H2O)]. Rumus yang biasa
CuSO4.5H2O tak menjelaskan fakta, bahwa ada dua jenis molekul air (air-tembaga
dan air-sulfat) yang berbeda dalam struktur kristal itu. Ini dapat dibuktikan dengan
mudah. Pada pemanasan, mula-mula empat molekul air dilepaskan dari tembaga
sulfat kristalin, sekitar 1200C, sedangkan molekul yang ke lima hanya dapat
dihilangkan pada suhu yang jauh lebih tinggi, 2400C.
Meskipun faktanya semua akuokompleks ini memang benar-benar ada, kita
biasanya mengabaikan molekul-molekul air yang terkoordinasi itu dalam rumus-
rumus, dan persamaan-persamaan.

b. Kompleks Amina
Pada jenis kompleks ini, zat-zat yang akan terbentuk apabila ammonia
berlebihan ditambahkan pada larutan ion-ion logam tertentu. Kompleks-kompleks
demikian adalah:
[Ag(NH3)2]+ diaminaargentat (I)
[Cu(NH3)4]2+ tetraaminakuprat (II)
[Co(NH3)6]2+ heksaaminakobaltat (II)
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 3
“Kekuatan Medan Ligan”

Ion-ion ini hanya ada pada pH tinggi (>8), penambahan asam-asam mineral
akan menguraikannya.
3. Pengukuran Harga 10Dq
Pengukuran harga 10Dq suatu kompleks adalah cukup rumit, terutama bila
orbital d terisi lebih dari satu electron. Pengukuran yang paling mudah adalah bila
orbital d hanya terisi sebuah electron seperti yang terdapat pada ion kompleks
[Ti(H2O)6]3+, dengan konfigurasi electron pada keadaan dasar atom pusat
Ti3+=[Ar]3d14s0. Pada medan octahedral sebuah electron pada orbital 3d akan
menempatkan orbital dengan tingkat energy yang terendah, yaitu pada salah satu dari
tiga orbital t2g degenerate.
eg

10 Dq
Diagram tingkat energy orbital d ion
Ti3+pada kompleks [Ti(H2O)6] 3+ yang
t2g terbentuk oktahedaral

Sebuah electron pada orbital t2g tersebut dapat melakukan transisi ke orbital eg.
t2g1eg0 → t2g0eg1
Spectrum absorbsi dari transisi tersebut memiliki sebuah puncak yang lebar pada
daerah sinar tampak dengan absorpsi maksimum pada 20300 cm-1. Karena 1
kJ/mol=83.6 cm-1 maka energy transisi tersebut adalah sekitar 243 kJ/mol.

Energi transisi tersebut adalah setara dengan energy dari kebanyakan ikatan
tunggal. Pada ion [Ti(H2O)6]3+ harga 10Dq dapat diperoleh dengan mensubtitusikan
harga absorpsi maksimum ke dalam persamaan:
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 4
“Kekuatan Medan Ligan”

Besarnya energy 10Dq adalah 58.04 kkal/mol. Transisi ini terjadi pada daeah sinar
tampak, sehingga larutan yang mengandung ion [Ti(H2O)6]3+ berwarna violet.

4. Factor-faktor yang Mepengaruhi Kekuatan Medan Kristal


Kekuatan medan kristal suatu kompleks dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya:
a. Muatan atom pusat
Bertambahnya muatan atom pusat akan menyebabkan gaya tarik elektrostatik
antara atom pusat dan ligan-ligan menjadi makin kuat, sehingga ligan-ligan tertari
lebih dekat ke atom pusat dan interaksi antara ligan-ligan dengan orbital-orbital d
ato pusat semakin kuat pula. Akibatnya pemisahan orbital d atom pusat semakin
besar dan medan kristal yang timbul makin kuat. Secara teoritis, peningkatan
muatan atom pusat dari 2+ ke 3+ akan meningkatkan kekuatan medan krostal atau
harga 10Dq sekitar 50%.

b. Jumlah ligan dan geometri dari kompleks


Semakin banyak jumlah ligan yang terkat pada atom pusat maka medan
kristal yang timbul makin kuat dan harga 10Dq makin besar. Untuk atom pusat dan
jenis ligan yang sama, kekuatan medan kristal kompleks oktahedral adalah lebih
dari 2 kali lipat kekuatan medan kristal kompleks tetrahedral.

c. Jenis ligan
Ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan kekuatan medan kristal yang
berbeda pula. Fajans dan Tschida berhasil membuat urutan relative kekuatan
beberapa ligan, yaitu kekuatan ligan: I- < Br- < S2- < SCN- < Cl-< NO3- < F- < urea
~ OH- ~ O2- < C2O42- < H2O < CS- < EDTA4- < NH3~ pyr ~ en < phen < CN- ~ CO.
urutan ligan-ligan berdasarkan kekuatannya tersebut disebut deret spektrokimia
atau deret Fajans-Tsuchida

d. Jenis ion pusat


Dalam satu golongan untuk ion-ion dengan muatan yang sama kekuatan
medan yang timbul akibat interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan yangs ama
bertambah dengan bertambahnya periode. Hal ini disebabkan karena dalam satu
golongan, dari atas ke bawah, terjadi kenaikan muatan inti efektif dengan
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 5
“Kekuatan Medan Ligan”

bertambahnya periode. Kenaikan ini disebabkan karena efek saringan atau efek
pemerisaian orbital 5d<4d<3d. kenaikan muatan inti efektif menyebabkan ligan-
ligan tertarik lebih dekat ke ion pusat. Interaksi antara ligan-ligan dengan electron-
elektron pada orbital d ion pusat semakin kuat, pemisahan orbital d semakin besar.
Medan kristal yang dihasilkan makin kuat, demikian pula dengan harga 10Dq yang
ada.

Kontribusi empat faktor di atas menyebabkan kompleks memiliki medan kristal


dengan kekuatan yang berbeda.

E. Alat dan Bahan


1. Alat
- Labu ukur 10 mL
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Spektrofotometer UV-VIS
- Gelas kimia

2. Bahan
- Larutan ammonium 1M
- Larutan ion Cu2+ 0.1M
- Akuades
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 6
“Kekuatan Medan Ligan”

F. Alur Kerja
1. Larutan Uji 1

2 mL Larutan Cu2+ 0.1M

- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL


- Ditambahkan akuades sampai tanda
batas
 Dikocok
2 mL Larutan Ion Cu2+ 0.02M

- Diamati serapannya menggunakan spektofotometer UV-


VIS pada λ=700 – 850 nm

Nilai Absorbansi (A)

- Jika nilai A > 1, dilakukan pengenceran hingga nilai A ≤


1
Nilai A ≤ 1

2. Larutan Uji 2

2 mL Larutan Cu2+ 0.1M

- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL


- Ditambahkan 5 mL larutan ammonium
1M
- Ditambahkan akuades sampai tanda batas
 Dikocok
2 mL Larutan Ion Cu2+ 0.02M

- Diamati serapannya menggunakan spektofotometer UV-


VIS pada λ=350 – 700 nm

Nilai Absorbansi (A)

- Jika nilai A > 1, dilakukan pengenceran hingga nilai A ≤


1
Nilai A ≤ 1
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 7
“Kekuatan Medan Ligan”

3. Larutan Uji 3

2 mL Larutan Cu2+ 0.1M

 Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL


 Ditambahkan 2.5 mL larutan ammonium
1M
 Ditambahkan akuades sampai tanda batas
 Dikocok
2 mL Larutan Ion Cu2+ 0.02M

 Diamati serapannya menggunakan spektofotometer UV-


VIS pada λ=350 – 700 nm

Nilai Absorbansi (A)

 Jika nilai A > 1, dilakukan pengenceran hingga nilai A ≤


1
Nilai A ≤ 1

4. Larutan Blanko

Akuades

 Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL sampai tanda


batas
Akuades

 Diamati serapannya menggunakan spektofotometer UV-


VIS pada λ=400 – 600 nm

Nilai Absorbansi (A)

 Jika nilai A > 1, dilakukan pengenceran hingga nilai A ≤


1
Nilai A ≤ 1
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 8
“Kekuatan Medan Ligan”

G. Data Hasil Pengamatan


1. Larutan Uji 1
No. ALUR KERJA HASIL PENGAMATAN SIMPULAN
1. Sebelum Serapan larutan pertama
o Larutan Cu2+ 0,1 M : larutan biru muda yang diukur pada panjang
2 mL larutan Cu2+ 0,1M o Akuades : tidak berwarna gelombang 700-850 nm,
 Dimasukkan labu ukur 10 mL memiliki λmaks = 810,50
 Diencerkan dg akuades sampai Sesudah dengan absorbansi 0,233
tanda batas o Larutan Cu2+ + akuades : larutan biru
 Dikocok o Hasil uji UV-Vis :
 Diukur absorbansi pada λ =
700-850 nm
Hasil

Panjang gelombang maks : 810,50 nm


Absorbansi : 0,233
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 9
“Kekuatan Medan Ligan”

2. Larutan Uji 2
No. ALUR KERJA HASIL PENGAMATAN SIMPULAN
2. Sebelum Serapan larutan kedua yang
o Larutan Cu2+ 0,1 M : larutan biru muda diukur pada panjang
2 mL larutan Cu2+ 0,1M o Akuades : tidak berwarna gelombang 350-700 nm,
o NH4OH 1M : tidak berwarna memiliki λmaks = 609,00
 Dimasukkan labu ukur 10 mL
dengan absorbansi 0,573
 + 5 mL NH4OH encer
Sesudah
 Diencerkan dg akuades sampai
o Larutan Cu2+ + akuades + 5 mL NH4OH encer : larutan biru(+)
tanda batas
o Hasil uji UV-Vis :
 Dikocok
 Diukur absorbansi pada λ =
350-700 nm
Hasil

Panjang gelombang maks : 609,0 nm


Absorbansi : 0,573
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 10
“Kekuatan Medan Ligan”

3. Larutan Uji 3
No. ALUR KERJA HASIL PENGAMATAN SIMPULAN
3. Sebelum Serapan larutan ketiga yang
o Larutan Cu2+ 0,1 M : larutan biru muda dukur pada panjang
2 mL larutan Cu2+ 0,1M o Akuades : tidak berwarna gelombang 350-700 nm,
o NH4OH 1M : tidak berwarna memiliki λmaks = 612,50
 Dimasukkan labu ukur 10 mL
dengan absorbansi 0,971
 + 5 mL NH4OH encer
Sesudah
 Diencerkan dg akuades sampai
tanda batas
o Larutan Cu2+ + akuades + 2,5 mL NH4OH encer : larutan
 Dikocok
biru(+)
o Hasil uji UV-Vis :
 Diukur absorbansi pada λ =
350-700 nm
Hasil

Panjang gelombang maks : 612,5 nm


Absorbansi : 0,971
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 11
“Kekuatan Medan Ligan”

4. Larutan Blanko
No. ALUR KERJA HASIL PENGAMATAN SIMPULAN
4. Sebelum
Akuades o Akuades : larutan tidak berwarna

 Dimasukkan labu ukur 10 mL Sesudah


 Diencerkan dg akuades sampai o Akuades : larutan tidak berwarna
tanda batas o Hasil uji UV-Vis : absorbansi blanko dianggap 0 (nol)
 Dikocok
 Diukur absorbansi pada λ =
400-600 nm
Hasil
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 12
“Kekuatan Medan Ligan”

H. Analisis dan Pembahasan


Pada percobaan mengenai kekuatan medan ligan bertujuan untuk mengetahui
perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air pada Cu sebagai logam
pusat. Terdapat 3 variasi pelarut yang digunakan dalam larutan uji. Hal ini bertujuan agar
bisa menjelaskan pengaruh panjang gelombang maksimum, baik dilihat dari jenis ligan
yang ikat ataupun banyaknya ligan yang akan disubtitusi oleh logam Cu. Untuk
mengetahui panjang gelombang maksimum dari masing-masing larutan uji digunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang yang berbeda-beda sesuai warna
larutan yang dibentuk dengan warna komplemennya. Selanjutnya, dari nilai maksimum
yang diperoleh akan disubtitusikan ke persamaaan:

Menurut teori medan kristal, orbital d yang terurai oleh ligan disebut uraian medan
kristal atau splitting. Splitting ini terdiri dari tingkat energi orbital eg dan t2g dengan selisih
tingkat energinya sebesar 10 Dq.

Pemecahan orbital d menjadi eg dan t2g akibat pengaruh ligan

Sehingga dari nilai 10 Dq yang diperoleh dari masing-masing larutan uji, bisa mengetahui
perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air pada Cu sebagai logam
pusat.
Secara teori, jika semakin kuat ligannya, maka 10 Dq juga akan semakin besar. Jika
10 Dq kecil, maka ligannya adalah ligan lemah. Ligan yang kuat dapat menggantikan
ligan yang lebih lemah. Dan selanjutnya, akan diperiksa antara membaca nilai 10 Dq yang
dihasilkan dengan deret spektrokimia. Berikut adalah deret spektrokimia :
I-< Br-< SCN-~ Cl-< F-< OH-~ NO-< C2O42-< H2O<CS-< EDTA4-< NH3~ pyr~ en<
phen < CN-~ CO
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 13
“Kekuatan Medan Ligan”

1. Larutan Uji 1
Untuk larutan uji pertama, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
2 mL larutan Cu2+ 0,1M lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL (labu ukur dapat
diganti dengan gelas ukur). Keadaan awal larutan Cu2+ 0,1M adalah larutan biru muda.
Kemudian diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Pengenceran menghasilkan
larutan biru, di mana warna biru yang terbentuk menyerap warna komplemennya yaitu
merah dengan panjang gelombang sekitar 610-800 nm. Volume akuades yang
digunakan dalam proses pengenceran ini berkaitan dengan banyaknya ligan yang akan
disubtitusi oleh logam Cu.
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam larutan ini air berfungsi
sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika ikatan yang terjadi adalah antara
logam dengan ligan maka senyawaan yang dibentuk disebut senyawa kompleks.
Dimana senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)6]2+ atau ion
heksaakuotembaga(II). Hal ini menunjukkan bahwa ion yang umum berada dalam
larutan air (dan beberapa juga dalam keadaan kristalin) dalam bentuk akuokompleks.
Reaksinya ditunjukkan sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 6 H2O(l)  [Cu(H2O)6]2+(aq)
Hibridisasi senyawa kompleks diatas menurut VBT (Valence Bond Theory/Teori
Ikatan Valensi) dimana ada 6 ligan H2O sebagai berikut :
H2O H2O H2O H2O H2O H2O
3d 2s 4p 4d

Dari hibridisasi diatas dapat diketahui bahwa hibridisasi kompleks [Cu(H2O)6]2+


adalah sp3d2 dengan geometri molekul oktahedral karena PEI = 6 dan bersifat
paramagnetik.
Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 700-850 nm, dan didapatkan panjang gelombang maksimum 810,50 nm
dengan absorbansi 0,233. Hasil ini cukup sesuai dengan teori dimana komplemen
warna hijau biruan berada pada rentang 610-800 nm.
Harga 10Dq dapat dicari dengan memasukkan panjang gelombang maksimum
810,50 nm ke dalam rumus berikut :
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 14
“Kekuatan Medan Ligan”

1 1 kkal /mol
10dq =
810.5×10 −7 × 349,75 cm −1

10dq = 0.028 kkal/mol


Nilai Dq yang diperoleh dari larutan uji pertama rendah, hal ini karena hanya ada
substitusi ligan H2O saja, yang merupakan bentuk akuokompleks. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kekuatan medan ligan dari H2O kecil, dimana energi yang rendah
ini akan membuat splitting orbital eg dan t2g semakin kecil. Splitting yang kecil
menandakan ligan yang masuk adalah ligan lemah.

2. Larutan Uji 2
Untuk larutan uji kedua, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 2
mL larutan Cu2+ 0,1M lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL (labu ukur dapat
diganti dengan gelas ukur). Keadaan awal larutan Cu2+ 0,1M adalah larutan biru muda.
Ditambahkan 5 mL larutan amonium (larutan tidak berwarna) sehingga warnanya
menjadi biru(+). Warna biru(+) tersebut menyerap wana komplemennya yaitu jingga
dengan panjang gelombang sekitar 590-620 nm. Kemudian diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas sehingga perbandingan volum air:amonium adalah
5mL:5mL. Perbandingan volum ini berkaitan dengan banyaknya ligan yang akan
disubtitusi oleh logam Cu.
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam larutan ini air dan amonia
berfungsi sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika ikatan yang terjadi
adalah antara logam dengan ligan maka senyawaan yang dibentuk disebut senyawa
kompleks. Dimana senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ atau
ion triaminatriakuotembaga(II). Karena penambahan air dan amonia dengan
perbandingan sama, maka ion Cu2+ yang stabil dalam air [Cu(H2O)6]2+ disubstitusi
oleh 3 ligan H2O dan 3 ligan NH3. Reaksinya ditunjuaqkkan sebagai berikut :
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 3NH3(aq) → [Cu(H2O)3(NH3)3]2+(aq)
Hibridisasi senyawa kompleks diatas menurut VBT (Valence Bond Theory/Teori
Ikatan Valensi) dimana ada 3 ligan H2O dan 3 ligan NH3 sebagai berikut :
H2O H2O H2O NH3 NH3 NH3
3d 2s 4p 4d
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 15
“Kekuatan Medan Ligan”

Dari hibridisasi diatas dapat diketahui bahwa hibridisasi kompleks


2+ 3 2
[Cu(H2O)3(NH3)3] adalah sp d dengan geometri molekul oktahedral karena PEI = 6
dan bersifat diamagnetik.
Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 350-700nm, dan didapatkan panjang gelombang maksimum 609,0 nm
dengan absorbansi 0,573. Hasil ini cukup sesuai dengan teori dimana komplemen
warna biru kehijauan berada pada rentang 590-620nm.
Harga 10Dq dapat dicari dengan memasukkan panjang gelombang maksimum
609,00 nm ke dalam rumus berikut :

1 1 kkal /mol
10dq =
609×10 −7 × 349,75 cm −1

10dq = 46,95 kkal/mol

Besar nilai Dq larutan uji kedua berbeda dengan larutan uji pertama, dimana energi Dq
larutan uji kedua akan lebih besar yaitu 46,95 kkal/mol. Dari perbandingan energi Dq
larutan uji pertama dan kedua, energi Dq larutan uji kedua lebih besar karena adanya
substitusi ligan NH3 sehingga menyebabkan energi Dq bertambah besar, dimana pada
larutan uji pertama hanya ada substitusi ligan H2O. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kekuatan medan ligan NH3 lebih besar dari H2O karena menimbulkan energi Dq yang
besar, dimana energi yang besar ini akan membuat splitting orbital eg dan t2g semakin
besar. Splitting yang besar menandakan ligan yang masuk adalah ligan kuat. Dalam
larutan ini secara otomatis ligan NH3 menggantikan ligan yang lebih lemah yaitu H2O.
Kekuatan medan ligan H2O dan NH3 ini sesuai dengan deret spektrokimia.
Berikut adalah deret spektrokimia :
I-< Br-< SCN-~ Cl-< F-< OH-~ NO-< C2O42-< H2O<CS-< EDTA4-< NH3~ pyr~ en<
phen < CN-~ CO
<

3. Larutan Uji 3
Untuk larutan uji ketiga, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 2
mL larutan Cu2+ 0,1M lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur 10 mL (labu ukur dapat
diganti dengan gelas ukur). Keadaan awal larutan Cu2+ 0,1M adalah larutan biru muda.
Ditambahkan 2.5 mL larutan amonium (larutan tidak berwarna) sehingga warnanya
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 16
“Kekuatan Medan Ligan”

menjadi biru(+). Warna biru(+) tersebut menyerap wana komplemennya yaitu jingga
dengan panjang gelombang sekitar 590-620 nm. Kemudian diencerkan dengan
akuades sampai tanda batas sehingga perbandingan volum air:amonium adalah
7.5mL:2.5mL. Perbandingan volum ini berkaitan dengan banyaknya ligan yang akan
disubtitusi oleh logam Cu.
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa dalam larutan ini air dan amonia
berfungsi sebagai ligan, sedangkan Cu adalah logam pusat. Jika ikatan yang terjadi
adalah antara logam dengan ligan maka senyawaan yang dibentuk disebut senyawa
kompleks. Dimana senyawa kompleks yang terbentuk adalah [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ atau
ion diaminatetraakuotembaga(II). Karena penambahan air lebih kecil daripada amonia,
maka ion Cu2+ yang stabil dalam air [Cu(H2O)6]2+ disubstitusi oleh 4 ligan H2O dan 2
ligan NH3. Reaksinya ditunjuaqkkan sebagai berikut :
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 2NH3(aq) [Cu(H2O)4(NH3)2]2+(aq) + H2O(l)

Hibridisasi senyawa kompleks diatas menurut VBT (Valence Bond Theory/Teori


Ikatan Valensi) dimana ada 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3 sebagai berikut :
H2O H2O H2O H2O NH3 NH3
3d 2s 4p 4d

Dari hibridisasi diatas dapat diketahui bahwa hibridisasi kompleks


2+ 3 2
[Cu(H2O)4(NH3)2] adalah sp d dengan geometri molekul oktahedral karena PEI = 6.
Larutan kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 350-700nm, dan didapatkan panjang gelombang maksimum 612,5 nm
dengan absorbansi 0,971. Hasil ini cukup sesuai dengan teori dimana komplemen
warna biru kehijauan berada pada rentang 590-620nm.
Harga 10Dq dapat dicari dengan memasukkan panjang gelombang maksimum
609,00 nm ke dalam rumus berikut :

1 1 kkal /mol
10dq = ×
621.5×10 −7 349,75 cm −1

10dq = 0.022 kkal/mol


Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 17
“Kekuatan Medan Ligan”

Besar nilai Dq larutan uji ketiga berbeda dengan larutan uji kedua, dimana energi Dq
larutan uji keiga akan lebih kecil yaitu 0.022 kkal/mol. Dari perbandingan energi Dq
larutan uji ketiga dan kedua, energi Dq larutan uji kedua lebih besar karena adanya
substitusi ligan NH3 yang lebih banyak sehingga menyebabkan energi Dq bertambah
besar, sedangkan pada larutan uji ketiga terbentuk substitusi ligan H2O yang lebih
banyak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan medan ligan NH3 lebih besar
dari H2O karena menimbulkan energi Dq yang besar, dimana energi yang besar ini
akan membuat splitting orbital eg dan t2g semakin besar. Splitting yang besar
menandakan ligan yang masuk adalah ligan kuat. Dalam larutan ini secara otomatis
ligan NH3 menggantikan ligan yang lebih lemah yaitu H2O, namun ligan NH3 yang
menggantikan H2O tidak sebanyak larutan uji 2.

4. Larutan Blanko
Untuk larutan blanko, langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan
akuades ke dalam gelas ukur 10 mL (labu ukur dapat diganti dengan gelas ukur).
Kemudian diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-600
nm, nilai absorbansi yang didapatkan adalah 0.00. Larutan blanko digunakan sebagai
larutan pembanding (control).

I. Kesimpulan
1. Semakin besar nilai panjang gelombang yang dihasilkan, semakin kecil nilai Dq, yaitu
 λ maks larutan uji pertama > λ maks larutan uji kedua < λ maks larutan uji ketiga
= 810,50 nm > 609,0 nm < 612,5 nm
 Dq larutan uji pertama < Dq larutan uji kedua < Dq larutan uji ketiga
 = 0.028 kkal/mol < 46,95 kkal/mol < 0.022 kkal/mol
2. Kekuatan medan ligan NH3 lebih besar daripada H2O, karena NH3 memiliki nilai Dq
yang besar sehingga mengakibatkan splitting yang besar pula.
3. Semakin banyak ligan NH3 yang tersubstitusi maka pada spektrometri UV-VIS akan
terbaca panjang gelombang yang semakin kecil, sehingga nilai Dq akan semakin besar.

J. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air!
Jawab:
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 18
“Kekuatan Medan Ligan”

H2O merupakan ligan yang bersifat sebagai ligan lemah. Ligan lemah dalam
kompleks menyebabkan electron memiliki spin tinggi (high spin) pada tingkat energy
eg, karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih mudah ditempatkan pada arah
energi orbital yang lebih tinggi sebagai electron sunyi (tidak berpasangan) daripada
ditempatkan pada kamar orbital yang sama, namun sebagai electron berpasangan.
Sebab pada kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak antara dua electron jika
akan berpasangan. Oleh karena energy untuk tolak menolak (P) lebih besar daripada
harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energy atas dengan energy bawah
menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek sehingga energi 10Dq menjadi
lebih kecil.

2. Tuliskan reaksi yang terjadi dalam percobaan tersebut!


Jawab:
Cu2+(aq) + 6 H2O(l)  [Cu(H2O)6]2+(aq)
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 3NH3(aq) → [Cu(H2O)3(NH3)3]2+(aq)
[Cu(H2O)6]2+(aq) + 4 NH3(aq) [Cu(H2O)4(NH3)2]2+(aq) + H2O(l)

3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi?


Jawab:
Perbedaan warna pada logam transisi menjadikan salah satu ciri khusus dari
logam-logam ini. Hal ini dapat dapat dijelaskan dengan teori medan kristal. Jika orbital-
d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok, maka ketika molekul tersebut
menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital
tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang
berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energy
antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan
tereksitasi sama dengan energy foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan
gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang
dapat diserap (gelombang yang memiliki energy sama dengan energy eksitasi),
senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang
cahaya yang tidak terserap). Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda
akan menghasilkan medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa
melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 19
“Kekuatan Medan Ligan”

lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap
cahaya dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan
ligan yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih
pendek, dan meningkatkan ν.

4. Gambarlah grafik panjang gelombang terhadap absorbansi terhadap masing-masing


pengamatan anda!
Jawab:

1,2

0,8
absorbansi

0,6
Series1
0,4
y = -0,002x + 2,401 Linear (Series1)
0,2 R² = 0,695
0
0 500 1000
panjang gelombang

5. Hitunglah besar energi 10 Dq ketiga larutan tersebut (gunakan persamaan 1, buat


contoh perhitungan energy kompleks Ti) !
Jawab:
Larutan uji pertama: 10dq = 0.028 kkal/mol
Larutan uji kedua: 10dq = 46,95 kkal/mol
Larutan uji ketiga: 10dq = 0.022 kkal/mol

6. Dari hasil percobaan, apa yang dapat anda simpulkan?


Jawab:
Semakin besar nilai panjang gelombang yang dihasilkan, semakin kecil nilai Dq.
Kekuatan medan ligan NH3 lebih besar daripada H2O, karena NH3 memiliki nilai Dq
yang besar sehingga mengakibatkan splitting yang besar pula. Semakin banyak ligan
NH3 yang tersubstitusi maka pada spektrometri UV-VIS akan terbaca panjang
gelombang yang semakin kecil, sehingga nilai Dq akan semakin besar.
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 20
“Kekuatan Medan Ligan”

K. Daftar Pustaka
Amaria, dkk. 2013. Penuntut Praktikum Kimia Anorganik III “Unsur-unsur Golongan
Transisi”. Surabaya: Unesa Press.

Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi Jilid 1. Malang: Bayumedia Publishing.

Svehla, G. 1990. VOGEL Bagian II “Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro” Ediasi ke lima. Terjemahan oleh Ir. L. Setiono dan Dr. A. Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Laporan Praktikum Kimia Anorganik III 21
“Kekuatan Medan Ligan”

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui:
λmaks larutan uji I = 810,50 nm
λmaks larutan uji II = 609,0 nm
λmaks larutan uji III = 612,5 nm

Ditanya:
10Dq larutan uji I =…?
10Dq larutan uji II =…?
10Dq larutan uji III =…?

Dijawab:
1. Larutan Uji I

1 1 kkal /mol
10dq = ×
810.5×10 −7 349,75 cm −1

10dq = 0.028 kkal/mol

2. Larutan Uji II

1 1 kkal /mol
10dq =
609×10 −7 × 349,75 cm −1

10dq = 46,95 kkal/mol

3. Larutan Uji III

1 1 kkal /mol
10dq = ×
621.5×10 −7 349,75 cm −1

10dq = 0.022 kkal/mol

Anda mungkin juga menyukai