Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran adalah bencana yang disebabkan oleh api yang tidak dikehendaki
ataupun diinginkan yang dapat menimbulkan kerugian baik berupa harta benda maupun
jiwa manusia. Saat ini kebakaran sudah menjadi masalah bagi masyarakat. Karena
bukan saja merugikan perseorangan, tetapi meliputi instalasi sarana vital seperti pabrik,
pembangkit tenaga listrik, pelabuhan, dan instalasi lainnsya sehingga kerugian yang
ditimbulkan pun juga semakin besar.
Aspek penting dalam pembangunan suatu bangunan adalah pengamanan
terhadap potensi-potensi bahaya salah satunya adalah potensi bahaya kebakaran. Dan
wujud nyata dari tindakan pengamanan ini dapat berupa pemasangan sistem pencegahan
dan penanggulangan kebakaran pada bangunan tersebut seperti pemasangan beberapa
alat pemadaman kebakaran salah satunya adalah sprinker.
Pada gedung kos - kosan banyak terdapat bahaya bahaya kebakaran dari kegiatan
rumah tangga seperti memasak, konsleting listrik, dan sebagainya. Meskipun bukan
termasuk penyebab kebakaran yang sangat berbahaya namun untuk menghindari
kejadian yang tidak diinginkan sangatlah perlu adanya proteksi kebakaran untuk
menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Pada beberapa kasus kebakaran yang pernah terjadi terlihat bahwa adanya
sprinkler dapat memdukung mobilitas APAR dan hidran sebagai sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang sangat penting. Sprinkler dapat menjadi alat
pemadaman api yang efektif untuk digunakan pada saat APAR dan hidran sulit untu
dimaksimalkan fungsinya. Oleh karena itu sangatlah penting untuk merancang
pemasangan sprinkler pada sebuah gedung utuk mengoptimalkan sistem pencegahan
dan penanggulangan kebakaran pada sebuah gedung. Maka dalam laporan ini akan
diahas tentang proteksi kebakaran dengan menggunakan sprinkler pada sebuah gedung
kos – kosan

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari perencanaan instalasi sprinkler di sebuah kos - kosan

sebagai sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut:


1.2.1 Bagaimana jenis sprinkler yang digunakan pada instalasi sprinkler di sebuah kos -
kosan?
1.2.2 Bagaimana cara menentukan peletakan serta pemasangan komponen instalasi
sprinkler di sebuah kos - kosan?
1.2.3 Bagaimana jumlah sprinkler yang terpasang pada instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan?
1.2.4 Bagaimana tata cara perencanaan sistem perpipaan instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan?
1.2.5 Bagaimana merencanakan kebutuhan air pada pemasangan instalasi
1.2.6 sprinkler di sebuah kos - kosan?
1.2.7 Bagaimana merencanakan perhitungan pompa yang digunakan pada instalasi
sprinkler di sebuah kos - kosan?
1.2.8 Bagaimana estimasi biaya pemasangan instalasi sprinkler di sebuah kos -
kosan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan sistem sprinkler sebagai sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :
1.3.1 Dapat mengetahui tata cara perencanaan instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan.

1.3.2 Dapat mengetahui cara menentukan peletakan serta pemasangan komponen


instalasi sprinkler di sebuah kos - kosan.
1.3.3 Dapat merencanakan desain pemasangan instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan.

1.3.4 Dapat mengetahui jenis sprinkler yang digunakan pada instalasi sprinkler di
sebuah kos - kosan.
1.3.5 Dapat mengetahui jumlah sprinkler yang terpasang pada instalasi sprinkler
di sebuah kos - kosan.

1.3.6 Dapat mengetahui estimasi biaya pemasangan instalasi sprinkler di sebuah


kos - kosan.

1.4 Tujuan
Tujuan dari perencanaan sistem sprinkler sebagai sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :
1.4.1 Dapat mengetahui tata cara perencanaan instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan.

1.4.2 Dapat mengetahui cara menentukan peletakan serta pemasangan komponen


instalasi sprinkler di sebuah kos - kosan.
1.4.3 Dapat merencanakan desain pemasangan instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan.

1.4.4 Dapat mengetahui jenis sprinkler yang digunakan pada instalasi sprinkler di
sebuah kos - kosan.
1.4.5 Dapat mengetahui jumlah sprinkler yang terpasang pada instalasi sprinkler
di sebuah kos - kosan.
1.4.6 Dapat mengetahui estimasi biaya pemasangan instalasi sprinkler di sebuah
kos - kosan.

1.5 Manfaat
Manfaat dari perencanaan instalasi sprinkler sebagai sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :
1.5.1 Dapat menjadi referensi untuk tugas akhir yang berhubungan dengan Sistem
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1.5.2 Mahasiswa memiliki kompetensi untuk menyusun tugas besar Sistem
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1.5.3 Dapat memberi masukan mengenai perencanaan Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran kepada pemilik gedung
1.6 Lingkup
Ruang lingkup dari perencanaan instalasi sprinkler sebagai sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :
1.6.1 Perencanaan sistem sprinkler di sebuah bangunan apartment.
1.6.2 Perencanaan dan evaluasi sistem sprinkler otomatis menggunakan standard : SNI
03-3989-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada gedung dan NFPA 13 “Standard for
the Installation of Sprinkler Systems”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahaya Kebakaran
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 klasifikasi tingkat potensi
bahaya meliputi:
1. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api
lambat. Yang termasuk bahaya kebakaran ringan adalah tempat ibadah, gedung/
ruang pendidikan, gedung/ ruang perawatan, gedung/ ruang lembaga, gedung/ ruang
perpustakaan, gedung/ ruang museum, gedung/ ruang perkantoran, gedung/ ruang
perumahan, gedung/ ruang rumah makan, gedung/ ruang perhotelan, gedung/ ruang
rumah sakit, gedung/ ruang penjara.
2. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang 1
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Yang
termasuk bahaya kebakaran sedang 1 adalah tempat parkir, pabrik elektronika, pabrik
roti, pabrik barang gelas, pabrik minuman, pabrik permata, pabrik pengalengan,
binatu, pabrik susu.
3. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
menimbun bahan dengan lebih dari 4 meter, dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Yang termasuk bahaya
kebakaran sedang II adalah penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan
dan penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakit kayu, gudang
perpustakaan, pabrik barang keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam,
penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan
kendaraan bermotor, pabrik kimia (bahan kimia dengan kemudahan terbakar sedang),
pertokoan dengan
4. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.
Yang termasuk bahaya kebakaran sedang III adalah ruang pameran, pabrik
permadani, pabrik makanan, pabrik sikat, pabrik ban, pabrik karung, bengkel mobil,
pabrik sabun, pabrik tembakau, pabrik lilin, studio dan pemancar, pabrik barang
plastik, pergudangan, pabrik pesawat terbang, pertokoan dengan pramuniaga lebih
dari 50 orang, penggergajian dan pengolahan kayu, pabrik makanan kering dari bahan
tepung, pabrik minyak nabati, pabrik tepung terigu, pabrik pakaian.
5. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi,
menyimpan bahan cair, serat atau bahan lainnya dan apabila terjadi kebakaran apinya
cepat membesar dengan melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.
Yang termasuk bahaya kebakaran berat adalah pabrik kembang api, pabrik koren api,
pabrik cat, pabrik bahan peledak, permintaan benang atau kain, penggergajian kayu
dan penyelesaiannya menggunakan bahan mudah terbakar, studio film dan televisi,
pabrik karet buatan, hanggar pesawat terbang, penyulingan minyak bumi, pabrik karet
busa dan plastik busa [KEP-186/MEN/1999]

2.2 Penggolongan Kelas-Kelas Kebakaran


Di Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980, yang pembagiannya sebagai
berikut:
1. Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat selain logam yang kebanyakan
tidak dapat terbakar dengan sendirinya, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa
dan lain-lainnya. Kebakaran kelas A ini adalah akibat panas yang datang dari luar,
molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah yang
terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih
banyak molekul- molekul dan menimbulkan gas yang terbakar. Sifat utama dari
kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
2. Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan,
misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain- lainnya. Di atas
cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan cair
ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan
kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat
lain.
3. Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya kelas C ini
tidak lain dari kebakarn kelas A dan B atau kombinasi dimana ada aliran listrik.
Apabila aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A atau
B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu yang tidak
menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari
aliran listrik.
4. Kelas D
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang berupa benda logam, seperti
magnesium, natrium ( sodium ), kalsium, kalium (potasium) dan lain-lain.
[ Per.04/Men/1980]
2.3 Penanggulangan Kebakaran
Pada saat terjadi kebakaran, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk menanggulangi
semakin besarnya kebakarn yang terjadi. Tata cara pencegahan bahaya kebakaran, diantaranya
adalah sebagai berikut: [A. C. Setyawan : 2010]

1. Cara Penguraian
Yaitu dengan cara memisahkan/menempatkan pada tempat khusus bahan bakar atau
yang mudah terbakar.
2. Cara Pendinginan
Yaitu dengan cara menurunkan temperatur bahan bakar hingga berada dibawah titik
nyalanya.
3. Cara Isolasi

Yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi/kadar oksigen hingga dibawah 12%.


Selain cara pencegahan diatas, sebenarnya masih ada aspek-aspek penting untuk
mencegah terjadinya kebakaran yaitu sebagai berikut :
1. SER (Self Emergency Response)
Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara memanfaatkan sarana dan
prasarana yang tersedia seperti hydrant, APAR, sprinkler dan lain-lain. Jika sarana
dan prasarana ini tidak tersedia atau kurang memadai maka terkadang kebakaran
akan sulit ditanggulangi.
2. CER (Community Emergency Response)
Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara meminta bantuan kepada
masyarakat sekitar dan juga kepada departemen pemadaman kebakaran. Hal ini
sering dilakukan karena pada bangunan yang terbakar tidak memiliki sarana dan
prasarana penanggulangan kebakaran yang memadai. Namun, Community
Emergency Response ini terkadang mendapat hambatan seperti keterlambatan,
akses masuk yang sempit sehingga truk pemadam kebakaran tidak dapat masuk, dan
kurangnya ketersediaan air pada lokasi kebakaran sehingga truk pemadam
kebakaran harus bolak-balik ke lokasi kebakaran untuk mengambil air.

2.4 Alat Pemadam Api Otomatis (Sprinkler)


Sistem sprinkler adalah suatu sistem yang dapat beroperasi secara otomatis ketika
terjadi suhu panas atau diatas suhu maksimal sehingga dapat menyemprotkan air ke
daerah sekitarnya. [Nfpa 13 : 2007] Sistem tersebut terdiri dari penyediaan air yang
cukup, jaringan pipa yang cukup, dan perlengkapan sprinkler.
Kepadatan pancaran adalah jumlah debit air yang dikeluarkan oleh empat kepala
sprinkler yang berdekatan dan terletak di empat bujur sangkar, persegi panjang atau
jajaran genjang (kepala sprinkler dipasang selang-seling) dibagi 4x luas bujur sangkar,
persegi panjang atau jajaran genjang tersebut diatas. [SNI 03-3989 : 2000] Kepadatan
pancaran tersebut dalam sistem bahaya kebakaran berarti tidak boleh kurang dari
ketentuan dengan catatan bahwa semua kepala sprinkler terbuka serentak termasuk
empat kepala sprinkler yang bersangkutan.
Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan pemompaan
lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri. Beberapa definisi mengenai komponen
sistem di antaranya:
 Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik secara langsung atau
melalui riser.
 Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa cabang, baik secara
langsung atau melalui riser.
 Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa pembagi, baik
secara langsung atau melalui riser.

2.4.1 Jenis-Jenis Sprinkler


Sistem sprinkler bekerja secara otomatis dengan memancarakan air
bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak- tidaknya
mencegah meluasnya kebakaran. Instalasi sprinkler ini dipasang secara
tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara
otomatis dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran.
Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode
aktivasi pengiriman air.
 Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal yang
menyumbat lubang pengiriman air.

Gambar 2.1 fusible element


(sumber: [http://www.ebay.com/bhp/viking- sprinkler-head.])
 Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam
kaca (glass bulb), sampai bulb pecah.

Gambar 2.2 glass bulb

(sumber: [http://www.thebigredguide.com/fire-products-
specification/viking-vk354.html.])
Ada dua macam sistem sprinkler yaitu sprinkler berdasarkan arah
pancaran dan berdasarkan kepekaan terhadap suhu. [SNI 03-3989 : 2000]
Berikut klasifikasi kepala sprinkler:
a. Sistem sprinkler terdiri dari :
1. Penyedia air yang cukup
2. Jaringan pipa yang cukup
3. Perlengkapan sprinkler
b. Klasifikasi kepala sprinkler :
 Berdasarkan arah pancaran:
a. Pancaran keatas
b. Pancaran kebawah
c. Pancaran arah dinding
 Berdasarkan kepekaan terhadap suhu:
a. Warna segel:
i. Warna putih pada temperatur 93° C
ii. Warna biru pada temperatur 141° C
iii. Warna kuning pada temperatur 182° C
iv. Warna merah pada temperatur 227° C
v. Tidak berwarna pada temperatur 68° C / 74° C
b. Warna cairan dalam tabung:
i. Warna jingga pada temperatur 53° C
ii. Warna merah pada temperatur 68° C
iii. Warna kuning pada temperatur 79° C
iv. Warna hijau pada temperatur 93° C
v. Warna biru pada temperatur 141° C
vi. Warna ungu pada temperatur 182° C
vii. Warna hitam pada temperatur 201° C – 260° C

2.4.2 Jenis Sistem Sprinkler


Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah
akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi atas
beberapa jenis, yaitu:
 Dry Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung udara atau
nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat adanya panas
mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe valve. Dengan
demikian air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan keluar dari
kepala sprinkler yang terbuka.
 Wet Pipe System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang
disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air akan
segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat adanya panas
dari api.
 Deluge System
Adalah sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka
disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai air
melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem
deteksi yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika
valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan
dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada.
 Preaction System
Adalah suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang
disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung udara,
baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem deteksi tambahan
yang dipasang pada area yang sama dengan sprinkler. Pengaktifan sistem
deteksi akan membuka suatu valve yang mengakibatkan air akan mengalir
ke dalam sistem perpipaan sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler
yang terbuka.

 Combined Dry Pipe-Preaction


Adalah sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran,
peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan
pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan terisi air dan bekerja seperti
sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak, sistem akan bekerja seperti
sistem dry pipe.

2.4.3 Penempatan Sprinkler


Sprinkler dengan jenis Standard Pendent and Upright Spray
Sprinkler, yaitu sprinkler yang didesain agar pemasangannya
sedemikian rupa sehingga air akan menyemprot (spray) dalam arah
tegak lurus terhadap deflektor.

a. Maksimal Area Proteksi Jarak Maksimal antara Sprinkler


Jarak maksimal yang diijinkan antara sprinkler dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Area Protreksi Dan Jarak Maksimal Antar Sprinkler
Light Hazard Ordinary Hazard Extra Hazard
Construction Maximum Maximum Maximum
Protection Protection Protection
Type Spacing Spacing Spacing
Area (m2) Area (m2) Area (m2)
(m) (m) (m)
Non
Combustible 20,09 4,6 12,1 4,6 9,3 3,7
Obstructed
Non
Combustible 20,09 4,6 12,1 4,6 9,3 3,7
Unobstructed
Combustible
12,1 4,6 12,1 4,6 9,3 3,7
Unobstructed
Combustible
15,6 4,6 12,1 4,6 9,3 3,7
Obstructed
(sumber: [Nfpa 13 : 2007])
b. Jarak Maksimal Sprinkler ke Dinding
Jarak sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1.5 kali jarak antar sprinkler
yang diindikasi dalam tabel 2.2 Jarak tersebut harus diukur secara tegak
lurus dari sprinkler ke dinding. Jika dinding menyudut atau tidak
beraturan, jarak horizontal maksimal antara sprinkler dengan suatu titik
pada area lantai yang dilindungi sprinkler, tidak boleh melebihi 0.75 kali
jarak antara sprinkler yang diijinkan, serta tidak melebihi jarak tegak
lurusnya.
c. Jarak di Bawah Langit-langit
Dibawah konstruksi yang tidak terhalang, jarak antara deflektor
sprinkler dengan langit-langit minimal 1 inchi (25.4 mm) dan jarak
maksimal 12 inchi (305 mm). Dibawah konstruksi yang terhalang, deflektor
sprinkler harus diletakkan 1-6 inchi (25.4-152 mm) di bawah benda-benda
struktur dan maksimal 22 inchi (559 mm) di bawah langit- langit atau dek.
d. Jarak antara Penghalang (Obstruction) dengan Keluaran Sprinkler
Sprinkler harus diletakkan sedemikian rupa, sehingga halangan
terhadap keluaran sprinkler dapat diminimasi. Sprinkler harus dirancang
sesuai dengan tabel 2.2 dan gambar 2.3 berikut:
Tabel 2.2 Penempatan Sprinkler Untuk Mencegah Halangan Pada Keluaran Sprinkler

(sumber: [Nfpa 13 : 2007])

Gambar 2.3 Peletakan Sprinkler Mencegah Penghalangan Terhadap Keluaran Sprinkler

(sumber: [Nfpa 13 : 2007])


Namun jika penghalang terletak disebelah dinding dan lebarnya tidak lebih
dari 30 inchi (762 mm), maka harus diproteksi menurut gambar
2.4 berikut ini:
Gambar 2.4 Penghalang Terhadap Dinding

(sumber: [Nfpa 13 : 2007])

Gambar 2.5 Jarak Minimum dari Penghalang

(sumber: [Nfpa 13 : 2007])

Untuk keperluan ini biasanya digunakan jenis pompa sentrifugal sehingga


bila Head pompa pada saat katup ditutup melebihi tekanan kerja dari
peralatan perlindungan kebakaran maka dipasang katup pelepas tekan pada
bagian outlet pompa untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat tekanan
yang berlebihan.
2.4.4 Susunan Cabang Pemasangan Air
Penempatan kepala sprinkler dapat dibagi menjadi empat macam [SNI
03-3989 : 2000], yaitu:
 Susunan Cabang Ganda
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke dua
sisi pipa pembagi.
 Susunan Cabang Tunggal
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke satu
sisi dari pipa pembagi.
 Susunan Pemasukan di Tengah
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran
air dari tengah seperti gambar 2.6 berikut:
Gambar 2.6 Susunan pemasukan di tengah

(sumber: [SNI 03-3989 : 2000])

 Susunan Pemasukan di Ujung


Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari
ujung seperti pada gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7 Susunan pemasukan di ujung.

(sumber: [SNI 03-3989 : 2000])


2.4.5 Penempatan Kepala Sprinkler
Penempatan kepala sprinkler didasarkan pada luas lingkup maksimum
tiap kepala sprinkler didalam satu deret dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan.[ SNI 03-3989 : 2000] Berikut adalah macam-macam
penenmpatan kepala sprinkler menurut bahaya kebakarannya:
1. Bahaya Kebakaran Ringan

Gambar 2.8 Penempatan dan Peletakan Kepala Sprinkler

(sumber: [SNI 03-3989 : 2000])


a. Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
Sprinkler berdinding : 17m2

Sprinkler lain : 20m2

Gambar 2.9 Penempatan Kepala Sprinkler Selang Seling

(sumber: [SNI 03-3989 : 2000])

b. Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan


jarak maksimum antara deretan yang berdekatan :
Sprinkler dinding : (lihat pada gambar 2.8)

Sprinkler lain : 4,6 m

Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti :


ruang langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang
binatu, gudang, ruang kerja bengkel dan sebagainya, luas maksimum
dibatasi menjadi sebesar 9 m2 tiap kepala sprinkler dan jarak
maksimum antara kepala sprinkler 3,7 m.
2. Bahaya Kebakaran Sedang
a. Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
Sprinkler dinding : 9 m2

Sprinkler lain : 12 m2

b. Jarak maksimum kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak


maksimum deretan yang berdekatan :
Sprinkler dinding : 17m2

Sprinkler lain : jika penempatan standart 4 m dan jika kepala


sprinkler dipasang dengan jarak maksimum
antara dua kepala sprinkler 4,6 m dan jarak
maksimum pipa cabang 4 m
3. Bahaya Kebakaran Berat
a. Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
Umum : 9 m2
Dalam rak penyimpanan : dengan satu jajar sprinkler 10 m2 dan
dengan dua jajar sprinkler 7,5 m2.

b. Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan


jarak maksimum deretan yang berdekatan :
Umum : 3,7 m2
Dalam rak penyimpanan : 2,5 m2
Dan perhitungan jarak maksimal antar sprinkler dapat kita dapatkan
dengan rumus berikut:
..........................................................................................(2.1)

x : Jarak maksimal antar sprinkler

r : jari-jari pancaran sprinkler

Dan untuk menghitung jarak maksimal sprinkler dengan dinding dapat


kita dapatkan dengan rumus:
.......................................................................... ( 2.2 )

Dan untuk mengetahui jumlah sprinkler dalam satu ruangan kita dapat
menggunakan rumus:
.................... (2.3)
Dimana :
..................... ..................... (2.4)
..................... (2.5)
2.5 Pompa
Pompa sprinkler terdiri dari 1 buah pompa hidran listrik sebagai pompa
utama, digunakan bila tekanan/pressure tank turun setelah jocky pump tidak
sanggup lagi mengatasi (jocky pump akan mati sesuai dengan setting pressure
tank) maka main pump akan bekerja. Berikut adalah gambar 2.10 tabel macam-
macam pompa sprinkler menurut tingkatan kebakarannya:
Gambar 2.10 Tabel Karakteristik Pompa Kebakaran

(sumber: [SNI 03-3989 : 2000])

1 buah pompa diesel sebagai cadangan digunakan bila terjadi kebakaran dan
pompa mengalami kerusakan atau gagal operasional (listrik padam) dan pompa
utama serta jocky pump berhenti bekerja mensuplai air maka diesel fire pump akan
melakukan start secara otomatis berdasarkan pressure switch. Bekerjanya diesel fire
pump secara otomatis menggunakan panel diesel starter. Panel ini juga melakukan
pengisian accu/men-charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci
starter pada diesel tersebut. Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dengan
pemanasan setiap minggu (2x pemanasan). Selain dilakukan pemanasan, diesel
dilakukan pemeriksaan pada accu, pendingin air (air radiator), dan pengecekan pada
pelumas mesin (oli mesin). 1 buah pompa pacu (jocky pump) digunakan untuk
menstabilkan tekanan air pada pipa dan pressure tank.

2.5.1 Kapasitas Pompa


Kapasitas pompa adalah kemampuan pompa untuk mengalirkan fluida
(cair atau gas) dalam waktu tertentu. Kapasitas pompa dipengaruhi oleh jumlah
fluida yang dialirkan, nilai laju aliran fluida dan hambatan lain dalam aliran
fluida. Kapasitas pompa dapat dispesifikasikan menjadi:
A. Head
Head adalah energi mekanik yang terkandung dalam satu satuan
berat jenis zat cair yang mengalir atau energi tiap satuan berat. Head pada
pompa biasanya disebabkan oleh kerugian gesek didalam pipa, belokan-
belokan, reducer katup-katup, dan sebagainya. Head dari instalasi pompa
dapat dibedakan menjadi Head statis dan Head dinamis. Head terdiri dari
tiga bagian, antara lain:[R. W. Fox, dkk]
 Head Total Pompa
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan
jumlah air dapat ditentukan berdasarkan kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut:

.................................(2.6)

H : Head total (m)

H1 : Kerugian head di pipa, katup, belokan dan


sambungan (m)
hp : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua
permukaan air (m)
Ha : Head statis total (m)

Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi


keluar dan sisi isap, tanda positif dipakai apabila muka air disisi
keluar lebih tinggi dari pada sisi isap.
 Head Loss Pompa
i. Kerugian Gesekan dalam Pipa (Major Losses)
Kerugian gesekan didalam pipa bergantung pada panjang
pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian akibat gesekan
didalam pipa digunakan persamaan:

...................................................(2.7)

Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)

L : Panjang saluran (m)


D : Diameter dalam saluran (m)
V : Kecepatan rerata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
f : Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re)
ii. Kerugian Karena Perubahan Bentuk Geometri (Minor Losses)
a. Kerugian head pada katup (valve)
Kerugian head pada katup dapat ditulis sebagai berikut:
2
….………...…………….....................(2.8)
hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)
V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
k : Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re)
Kerugian head pada fitting

Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian akibat gesekan


juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang,
belokan, dan arah aliran berubah. Kerugian head transisi
tersebut dinyatakan dalam rumus:

......................................(2.9)

Untuk mendapatkan nilai f, maka dapat digunakan


persamaan dibawah ini:
….........(2.10)

d : Diameter dalam saluran (m)


R : jari-jari lengkungan sumbu belokan (m) V :
Kecepatan rerata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re) θ
: Sudut belokan (derajat)
b. Kerugian Head pada Nozel
Kerugian head untuk pengecilan mendadak dapat
dinyatakan dengan rumus:
...................................................(2.11)

Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m) d :


Diameter dalam saluran (m)
V : Kecepatan rerata aliran (m/s) g :
Kecepatan Gravitasi (m/s2)
c. Kerugian Head pada Selang
Dalam menentukan tekanan pada outlet sambungan
selang yang jauh. Faktor hilangnya tekanan pada katup
selang perlu dipertimbangkan. Pada operasi pipa tegak,
hilangnya tekanan akibat gesekan pada selang, dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tekan 6,9 bar (100 psi pada
nozel) Pada system pipa tegak yang tinggi yang dilengkapi
dengan katup penurunan tekan, petugas pemadam kebakaran
hanya dapat sedikit mengatur atau

sama sekali tidak dapat mengatur tekanan keluaran katup


selang. [SNI 03-1745-2000] Kerugian gesekan pada aliran
dalam selang dapat dilihat dengan
….................……………..............(2.12)

hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)


P : Kerugian gesekan dalam selang (kg/ms2)
ρ : Massa jenis zat cair (kg/m3)
g : Kecepatan Gravitasi (m/s2)
d. Head Tersedia
Untuk mencegah terjadinya kavitasi, maka
diusahakan agar tidak ada bagian aliran didalam pompa
yang mempunyai tekanan uap jenuh. Sehingga
didefinisikan suatu besaran yang berguna untuk
memperkirakan keamanan pompa terhadap terjadinya
kavitasi, yaitu tekanan hisap positif Netto (Net Positif
Suction Head-NPSH). Ada dua jenis NPSH yang harus
dipertimbangkan, yaitu NPSH yang dibutuhkan dan
NPSH yang tersedia. NPSH yang tersedia adalah head
yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap pompa
ekuivalen dengan tekanan mutlak pada sisi isap pompa,
dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat ditempat
tersebut. NPSH yang tersedia dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Hsv = (Pa / ) + (PV / ) + HS – HLT…..........…(2.13)
HSV : NPSH yang tersedia (m)
Pa : Tekanan Atmosfir (kgf/m2)
PV : Tekanan Uap Jenuh (kgf/m2)
 : Massa jenis zat cair (kg/m3)
Ha : Head isap statis (m) bertanda positif (+) jika pompa
terletak diatas permukaan zat cair yang diisap, dan
bertanda negative (-) jika dibawah
HLT : Head didalam pipa isap (m)

Agar pompa dapat bekerja dengan baik, NPSH yang


tersedia harus lebih besar dari pada NPSH yang
dibutuhkan. Untuk menemukan besarnya NPSH yang
dibutuhkan secara teliti harus dilakukan pengujian
terhadap pompa. Data NPSH yang dibutuhkan ini
biasanya dapat diperoleh dari pabrik yang memproduksi
pompa tersebut. Tetapi dalam perancangan, NPSH yang
diperlukan biasanya diperkirakan dengan menggunakan
peersamaan berikut:
Hsvn =  x HN………..........................………….(2.14)

Untuk mendapatkan koefisien kavitasi () harus


ditentukan kecepatan spesifik.
ns =  x HN …….............................……………..(2.15)
B. Power Water
Untuk menghitung daya pompa yang dibutuhkan dalam
perancangan sistem hidran ini, maka diperlukan menghitung daya
air (water power) terlebih dahulu. Berikut ini merupakan
perhitungan daya air meggunakan persamaan seperti dibawah ini:
𝑃𝑤 = 𝜌 × 𝑔 × 𝑄 × 𝐻.............................................(2.16)

Dimana ρ : massa jenis air (kg/ m3)

g : percepatan gaya gravitasi ( m/s2)

Q : kapasitas air (m3/s)


H : head total (m)

2.6 Sistem Penyediaan Air


Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:
 Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang
direncanakan
 Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi keperluan disain hidrolis
 Bejana tekan
 Tangki gravitasi

Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya


kebakaran ringan adalah 500-750 gpm, untuk waktu pengoperasian selama
30- 60 menit.
Pompa yang digunakan harus yang bekerja otomatis jika terjadi
kebakaran. Selain itu digunakan juga Jockey Pump untuk mengatasi
kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang seharusnya agar
tetap konstan.
Apabila cadangan air untuk pencegahan kebakaran dalam reservoir habis
atau pompa yang disediakan tidak bekerja maka air disuplai dari ruas
pemadam kebakaran dengan menghubungkan selang pemadam kebakaran
pada fire department connection.
Setiap sistem sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-
kurangnya satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,
bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat. Selain
itu air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang
dapat mengganggu bekerjanya sprinkler.
2.6.1 Perhitungan Hidrolik
Perhitungan hidrolik tiap sistem harus direncanakan berdasarkan
kepadatan pancaran pada daerah kerja maksimum yang diperkirakan
(banyaknya kepala sprinkler yang dianggap bekerja) dibagian hidrolik
tertinggi dan terjauh dari gedung yang dilindungi.[SNI 03-1745-2000]
2.6.2 Persyaratan Kapasitas Aliran
Persyaratan kapasitas aliran dan tekanan pada persediaan air untuk sistem
sprinkler, jumlah kapasitasnya disarankan sebagai berikut :
A. Bahaya Kebakaran Ringan
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225
liter/menit dan bertekanan 2,2kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen
dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tinggi.

B. Bahaya Kebakaran Sedang


i. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas
375 liter/menit dan bertekanan 1,0 kg/cm 2 atau kapasitas 540
liter/menit dan bertekanan 0,7 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen
dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi.
ii. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok II
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 725
liter/menit dan bertekanan 1,4 kg/cm2 atau kapasitas 1000 liter/menit dan
bertekanan 1,0 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan
perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi.
iii. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas
1100 liter/menit dan bertekanan 1,7 kg/cm2 atau kapasitas 1350
liter/menit dan bertekanan 1,4 kg/cm2 ditambah tekanan nair yang
ekivalen dengan perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler
tertinggi.

C. Bahaya Kebakaran Berat / Sangat Berbahaya


Klasifikasi air diperkirakan sekitar 69-290 m3 , waktu pengisian 90 menit.
Bila baerah-daerah pabrik atau bangunan letaknya dekat dengan pusat
pemadaman kebakaran, maka perhitungan-perhitungan tersebut dapat
dikurangi, dengan perhitungan bahwa mobil pemadam kebakaran dapat
sampai ditempat dan siap memancarkan air dalam waktu 30 menit setelah
kebakaran diketahui.
Untuk klasifikasi ini kapasitas aliran air harus dihitung secara cermat
dengan memperkirakan luas daerah yang terbakar, berupa sprinkler yang
pecah. Dalam hal ini juga harus dipertimbangkan bahwa semprotan air yang
banyak dapat menambah beban lantai, sehinggi aadapat meruntuhkan
bangunan. Kapasitas aliran air diperkirakan berkisar antara 2300 liter/menit.

2.7 Diskripsi Gedung


Rumah kos-kosan adalah tempat tinggal sementara yang disewa bagi
orang yang merantau atau orang yang rumahnya jauh dari tempat tujuan rutinitas
seharihari khususnya mahasiswa. Seiring bertambahnya penduduk, tingkat
penghuni kos-kosan pun bertambah, sehingga lahan untuk kos-kosan pun juga
meningkat, namun dengan terbatasnya lahan pemilik kos-kosan berinovasi untuk
menambah jumlah kamar dengan menambah jumlah lantainya. Sehingga dengan
bertambahnya jumlah lantai di kos-kosan juga harus ditambah dengan sistem
penanggulangan kebakaran yang baik pula, seperti pemasangan detector dan
alaram kebakaran pada setiap ruangan pada tiap gedung.
Sebuah Kost bernama Kost Melati yang berada pada Surabaya Timur.
Bagunan ini didirikan pada tahun 2010. Bangunan ini terletak di jalan PB
Soedirman no 141, Kenjeran, Jawa Timur, Indonesia.
Bangunan ini terdiri dari 4 lantai. Berukuran 25 x 48 m. Di bagian luar
gedung terdapat taman dan carpot. Lantai satu merupakan tempat tinggal pemilik
kost. Di lantai satu terdapat ruang panel, ruang operator, teras, ruang tidur, ruang
tamu, 4 kamar mandi, 3 dapur, ruang makan, ruang minibar, ruang keluarga,
tempat cuci. Lantai dua dan tiga merupakan tempat yang disewakan sebagai
tempat kost. Di lantai dua terdapat 11 kamar tidur dan masing masing kamar
memiliki satu kamar mandi pribadi. Di lantai tiga, terdapat 10 kamar tidur dan
masing masing kamar memiliki satu kamar mandi pribadi, satu ruang gudang dan
satu kamar mandi umum. Lantai 4 merupakan lantai paling atas, terdapat satu
ruang pembantu yang dilengkapi dengan kamar mandi pribadi, satu dapur dan area
jemur kering dan basah.
Berikut merupakan beberapa klasifikasi ruangan pada gedung:
Tipe gedung : kos-kosan 4 lantai dengan luasan 25m x 48m
Lantai 1
Lebar
Ruangan Panjang (m)
(m)
Ruang Tidur Utama 11.5 9
Dapur 6 6
Ruang Penerimaan
16 6
Tamu
Ruang Tamu 12 7.5
Ruang Makan 11.7 6
Ruang Panel 1 7.5 6.5
Ruang Panel 2 8.2 8
11 8.8
Ruang Keluarga 12.5 3.65
9.5 1.5
Kamar Mandi 1 4.5 4
Kamar Mandi 2 4 3
Kamar Mandi 3 3.15 3

Lantai 2

Ruangan Panjang (m) Lebar (m)

Kamar 1 8.05 6.364


Kamar 2 8.05 6.364
Kamar 3 8.05 6.364
Kamar 4 8.05 6.364
Kamar 5 8.05 6.364
Kamar 6 8.05 6.1
Kamar 7 8.05 6.1
Kamar 8 8.05 6.1
Kamar 9 8.05 6.1
Kamar 10 8.05 6.1
Kamar 11 8.05 6.1
Kamar Mandi 1 3.964 2.7
Kamar Mandi 2 3.964 2.7
Kamar Mandi 3 3.964 2.7
Kamar Mandi 4 3.964 2.7
Kamar Mandi 5 3.964 2.7
Kamar Mandi 6 3.7 2.7
Kamar Mandi 7 3.7 2.7
Kamar Mandi 8 3.7 2.7
Kamar Mandi 9 3.7 2.7
Kamar Mandi 10 3.7 2.7
Kamar Mandi 11 3.7 2.7
Koridor 32.636 3.5

Lantai 3

Ruangan Panjang (m) Lebar (m)

Kamar 12 8.05 6.364


Kamar 13 8.05 6.364
Kamar 14 8.05 6.364
Kamar 15 8.05 6.364
Kamar 16 8.05 6.364
Kamar 17 8.05 6.1
Kamar 18 8.05 6.1
Kamar 19 8.05 6.1
Kamar 20 8.05 6.1
Kamar 21 8.05 6.1
Kamar Mandi 12 3.964 2.7
Kamar Mandi 13 3.964 2.7
Kamar Mandi 14 3.964 2.7
Kamar Mandi 15 3.964 2.7
Kamar Mandi 16 3.964 2.7
Kamar Mandi 17 3.7 2.7
Kamar Mandi 18 3.7 2.7
Kamar Mandi 19 3.7 2.7
Kamar Mandi 20 3.7 2.7
Kamar Mandi 21 3.7 2.7
Koridor 32.636 3.5
Gudang 5.33 3.7
Lantai 4

Ruangan Panjang (m) Lebar (m)

Ruang Tidur Pembantu 8.05 6.364


8.99 5.144
Area Jamuran
7.8 1.78
Dapur 3.9 3
Kamar Mandi 3.697 2.7
Bangunan ini juga dilengkapi dengan CCTV, AC, TV, WiFi, Lemari,
Tempat tidur, meubel, Fasilitas memasak, mesin cuci. Selain itu terdapat alat
proteksi kebakaran seperti APAR, Hydrant, IS, Sprinkler, Detektor, Alarm, dan
Assambly Point.
Kost ini juga memiliki akses yang mudah menuju fasilitas umum seperti
minimarket, gedung - gedung komersial dan sebagainya.
Pada proses pembangunan pun terdapat beberapa potensi bahaya
diantaranya yaitu pada saat proses pembongkaran, bahaya yang dapat terjadi yaitu
kecelakaan pada tempat kerja
BAB III
METODE PERANCANGAN

Mulai

Identifikasi Bahaya

Menentukan Tujuan

Tinjauan Pustaka:
1. NFPA 13 2013
2. Fluid Mechanic 6th Edition

Tahap Pengumpulan Data:


Denah Gedung

Tahap Pengolahan Data


1. Penentuan Jenis Springkler
2. Perhitungan Jumlah Sprinkler dan
Penempatannya
3. Perhitungan Headloss
4. Perhitungan Daya Pompa
5. Perhitungan Kapasitas Air

Tahap Analisa dan Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Skema Metodologi Penelitian


Dalam pengerjaan laporan ini diperlukan tahap-tahap yang saling terkait
satu dengan yang lainnya, agar laporan ini mudah dan terstruktur penulisannya.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam laporan ini adalah:
3.1 Identifikasi Bahaya
Pada tahap identifikasi bahaya akan dilakukan penetapan tujuan dari
laporan ini serta identifikasi masalah-masalah yang muncul. Pada
identifikasi bahaya terdiri dari beberapa tahap, antara lain :
3.1.1 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada, yaitu
pada gedung kos - kosan. Karena pada bangunan ini banyak seklai
ditemukan hazard-hazard kebakaran dari kegiatan rumah tangga.
Sehingga jika terjadi kebakaran akan mengganggu penghuni kos -
kosan tersebut.
3.1.2 Penetapan Tujuan, Perumusan Masalah, Dan Manfaat
Laporan
Tahap ini merupakan tahap lanjutan setelah identifikasi masalah.
Yang mana pada sebelumnya telah diuraikan mengenai potensi-
potensi masalah yang ada, maka pada tahap ini dilakukan
penetapan tujuan, rumusan masalah, dan manfaat dari laporan yang
akan dibuat. Sehingga penulis memiliki acuan dalam mencari studi
literatur yang sesuai dengan tujuan pembuatan laporan.
3.2 Tahap Tinjauan Pustaka
Pada tahapan tinjauan pustaka/studi literatur ini akan digunakan
beberapa literatur yang berhubungan dengan pengerjaan laporan ini.
Beberapa literatur yang digunakan adalah National Fire Protection
Association 13 Standard for the Installation of Sprinkler Systems,
Introduction to Fluid Mechanics 6th Edition dan SNI 03-3989-2000.

3.3 Tahap Pengumpulan Data


Pada tahap pengumpulan data ini dilakukan pengumpulan data-data
yang berhubungan laporan yang akan ditulis. Data yang dikumpulan pada
laporan ini hanya data sekunder saja, dan tidak mengambil data primer. Data
sekunder yang diambil meliputi denah gedung dan dimensi luas ruangan dari
kos - kosan.
3.4 Tahap Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tahapan terpenting agar hasil dari pengolahan
data benar-benar tepat. Pengolahan data terdiri dari beberapa bagian, antara
lain :
3.4.1 Penentuan Jenis Sprinkler
Pada tahap ini dilakukan penentuan jenis kos - ksoan yang sesuai
dengan klasifikasi kebakaran dari gedung.
3.4.2 Perhitungan Jumlah Dan Peletakan Sprinkler
Tahap ini merupakan perhitungan jumlah sprinkler dan
peletakannya yang akan dipasang pada gedung sesuai dengan SNI
03-3989-2000.
3.4.3 Perencanaan Perpipaan Dan Perhitungan Pompa
Tahap ini merupakan perencanaan perpipaan pada sistem
sprinkler dan perhitungan pompa yang akan digunakan. Yang mana
akan disesuaikan kebutuhan yang yang diperlukan. Dalam
perencanaan perpipaan akan mengacu pada SNI 03-3989-2000 dan
untuk perhitungan pompa menggunakan buku Fluid Mechanics.
3.5 Tahap Analisa Dan Kesimpulan
Setelah data-data diolah, maka akan dilakukan analisa terhadap data-
data yang telah diolah. Apakah perencanaan pemasangan sistem sprinkler
telah sesuai dengan tujuan apa belum. Sehingga dapat dihasilkan kesimpulan
dari laporan ini. Selain itu juga dapat ditambahkan saran, yang mana saran
ini dapat berguna untuk penulisan-penulisan selanjutnya.
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

4.1 Identifikasi Bahaya


Luas Klasifikasi
No Nama Ruangan Potensi Bahaya
Ruangan Kebakaran
1 Ruang Tidur Utama 103,5 Listrik, kayu, kain, kapuk Ringan
2 Dapur 35 LPG Berat
3 Ruang Penerimaan Tamu 96 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
4 Ruang Tamu 90 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
5 Ruang Makan 70,2 Kayu Ringan
6 Ruang Panel 1 48,75 Listrik Berat
7 Ruang Panel 2 65,6 Listrik Berat
8 Ruang Keluarga 154,475 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
9 Kamar 1 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
10 Kamar 2 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
11 Kamar 3 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
12 Kamar 4 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
13 Kamar 5 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
14 Kamar 6 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
15 Kamar 7 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
16 Kamar 8 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
17 Kamar 9 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
18 Kamar 10 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
19 Kamar 11 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
20 Koridor 114,22 - -
21 Kamar 12 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
22 Kamar 13 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
23 Kamar 14 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
24 Kamar 15 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
25 Kamar 16 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
26 Kamar 17 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
27 Kamar 18 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
28 Kamar 19 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
29 Kamar 20 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
30 Kamar 21 49,1 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
31 Koridor 114,22 - -
32 Gudang 19,72 Kayu, Kain, Kertas, Plastik Ringan
33 Ruang Tidur Pembantu 51,23 Listrik, kayu, kain, busa Ringan
34 Area Jamuran 60,129 Kain Ringan
35 Dapur 11,7 LPG Ringan
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan jumlah springkler

Jenis springkler yang digunakan pada gedung departemen teknik mesin


FTUI adalah springkler atap. Setelah menentukan jenis springkler, dilakukan
perhitungan jumlah springkler seperti pada Tabel 2.18 berikut.
Tabel 2.18 Jumlah springkler pada masing-masing ruang di gedung departemen
teknik mesin FTUI
Jumlah
Nama Jumlah Total
No. P L S D Pipa Pembulatan Pembulatan
Ruangan Nozzle Springkler
Cabang
Lantai 1
Ruang
1 Tidur 11,5 9 4,6 4,5 2,500 3 2,000 2 6
Utama
2 Dapur 6 6 4,6 4,5 1,304 2 1,333 2 4
Ruang
3 Penerimaan 16 6 4,6 4,5 3,478 4 1,333 2 8
Tamu
Ruang
4 20,6 7,5 4,6 4,5 4,478 5 1,667 2 10
Tamu
Ruang
5 11,7 6 4,6 4,5 2,543 3 1,333 2 6
Makan
8,6 3,8 4,6 4,5 1,870 2 0,844 1 2
Ruang
6 12,2 3,65 4,6 4,5 2,652 3 0,811 1 3
Keluarga
9,5 1,5 4,6 4,5 2,065 3 0,333 1 3

Jumlah
Nama Jumlah Total
No. P L S D Pipa Pembulatan Pembulatan
Ruangan Nozzle Springkler
Cabang
Lantai 2
1 Kamar 1 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
2 Kamar 2 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
3 Kamar 3 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
4 Kamar 4 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
5 Kamar 5 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
6 Kamar 6 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
7 Kamar 7 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
8 Kamar 8 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
9 Kamar 9 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
10 Kamar 10 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
11 Kamar 11 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
12 Koridor 32,63 0,13 4,6 4,5 7,094 8 0,029 1 8

Jumlah
Nama Jumlah Total
No. P L S D Pipa Pembulatan Pembulatan
Ruangan Nozzle Springkler
Cabang
Lantai 3
1 Kamar 12 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
2 Kamar 13 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
3 Kamar 14 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
4 Kamar 15 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
5 Kamar 16 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
6 Kamar 17 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
7 Kamar 18 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
8 Kamar 19 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
9 Kamar 20 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
10 Kamar 21 8,05 6,1 4,6 4,5 1,750 2 1,356 2 4
11 Gudang 5,33 3,7 4,6 4,5 1,159 2 0,822 2 4
12 Koridor 33,6 3,5 4,6 4,5 7,304 8 0,778 1 8

Jumlah
Nama Jumlah Total
No. P L S D Pipa Pembulatan Pembulatan
Ruangan Nozzle Springkler
Cabang
Lantai 4
Ruang
1 Tidur 8,05 6,364 4,6 4,5 1,750 2 1,414 2 4
Pembantu
Area
2 8,99 5,144 4,6 4,5 1,954 2 1,143 2 4
Jamuran
3 7,8 1,78 4,6 4,5 1,696 2 0,396 1 2
Dapur
4 3,9 3 4,6 4,5 0,848 1 0,667 1 1
Contoh perhitungan jumlah springkler :

1. Ruang Tidur Utama.


Diketahui : Jenis springkler = springkler atap
Panjang ruang = 11,5 m
Lebar ruang =9m
S = 4.6 m
D = 4.5 m
Ditanya : Jumlah springkler ?
Jawab :
Panjang
Jumlah pipa cabang =
S
11.5 m
=
4.6 m

= 2,5 ≈ 3 pipa cabang

Lebar
Jumlah nozzle =
D

9m
=
4.5 m

= 2 ≈ 2 nozzle

Jadi, total springkler adalah 3 × 2 = 6 springkler

2. Ruang Penerimaan Tamu


Diketahui : Jenis springkler = springkler atap
Panjang ruang = 16 m
Lebar ruang =6m
S = 4.6 m
D = 4.5 m
Ditanya : Jumlah springkler ?
Jawab :
Panjang
Jumlah pipa cabang =
S
16 m
=
4.6 m
= 3,478 ≈ 4 pipa cabang

Lebar
Jumlah nozzle =
D
6m
=
4.5 m
= 1,333 ≈ 2 nozzle

Jadi, total springkler adalah 4 × 2 = 8 springkler.


4.2.2 Perhitungan volume reservoar
Diketahui : Gedung 4 lantai
Q = 225 liter/menit
t = 30 menit
Ditanya : volume reservoar ?
Jawab :
Kebutuhan volume air = Q × t × 4
= 225 liter/menit × 30 menit × 4
= 900 liter × 30
= 27000 dm3
= 27 m3
75 % 27𝑚3
Volume reservoar = =
25 % 𝑥

= 75 𝑥 = 675

675
=𝑥=
75

= 𝑥= 9 𝑚3

Jadi, volume reservoar adalah 27 m3 + 9 m3 = 36 m3

4.2.3 Perhitungan sistem perpipaan


1. Pipa Hisap (suction)
Dengan jenis material galvanized iron berukuran 2,5 inch / 65 mm
- Diameter luar pipa = 76 mm = 0,076 m
- Tebal pipa = 2 mm = 0,002 m
- Daimeter dalam pipa = 74 mm = 0,074 m
- Panjang pipa =3m

Q = 225 liter/menit = 0.225 m3/menit


a. Luas pipa
1
A= π x D2
4
1
= 4 3,14 x (0,074 m)2
= 4,29 x10-3 m2

b. Kecepatan rata – rata di dalam pipa


𝑄
V =𝐴
𝑚3 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.225 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 60 𝑠
= 2
4.29 𝑥 10−3 𝑚

0.0038 𝑚3 /𝑠
=
0.00429 𝑚2

V = 0,885 m/s

c. Bilangan Reynolds
µ berdasarkan dengan suhu 30 ̊ = 8 x 10-4 N. s / m2

𝜌𝑥𝑣𝑥𝐷
Re =
µ

𝑘𝑔 𝑚
1000 3 𝑥 0.885 𝑥 0.074 𝑚
𝑚 𝑠
= −4 𝑁. 𝑠
8 𝑥 10 2 𝑚

𝑘𝑔 .𝑚2
6.554 𝑁.𝑠 2
𝑚3 .𝑠
= x
8 𝑥 10−4 𝑁.𝑠/𝑚 2 𝑘𝑔.𝑚

Re = 8.193,47 ; Re < 2300 turbulen

d. Head Loss Mayor


e = 0,15 mm untuk pipa berbahan galvanis dan D = 74 mm
𝑒
sehingga nilai 𝑑 = 2,03 x10-3
𝑒
sehingga nilai 𝑓 yang didapat dari Re dengan 𝑑 adalah 0,023
L 𝑉2
HL mayor = 𝑓 x D x 2g

𝑚
3𝑚 (0.885 )2
𝑠
= 0.023 x x 2 𝑥 10 𝑚
0.074 𝑚
𝑠2

= 0.023 x 40.54 x 0.039 m


= 3.65 x 10-2 m

e. Head Loss Minor


𝐿𝑒
1 elbow sudut 90 ̊ sehingga diketahui = 30
𝐷
Le 𝑉2
HL mayor = 𝑓 x x 2g
D

𝑚
(0.885 )2
𝑠
= 0.023 x 30 x 2 𝑥 10 𝑚
𝑠2

= 0.023 x 30 x 0.039 m
= 2.69 x 10-2 m

f. Head Loss Total pada Section


HL Total = HL Mayor + HL Minor
= 3,65 x 10-2 m + 2,69 x 10-2 m

= 6,34 x 10-2 m

= 0,0634 m

2. Dari pompa ke springkel (discharge)


Dengan jenis material galvanized iron berukuran 1,5 inch / 40 mm
- Diameter luar pipa = 48.4 mm = 0,0484 m
- Tebal pipa = 2 mm = 0,002 m
- Daimeter dalam pipa = 46.4 mm = 0,0464 m
- Panjang pipa = 123.4 m

Q = 225 liter/menit = 0.225 m3/menit

a. Luas pipa
1
A= π x D2
4
1
= 3,14 x (0,0464 m)2
4

= 1,69 x10-3 m2
b. Kecepatan rata – rata di dalam pipa
𝑄
V =𝐴
𝑚3 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,225 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 60 𝑠
= 2
1.69 𝑥 10−3 𝑚
0,0038 𝑚3 /𝑠
=
0,00169 𝑚2

V = 2,248 m/s

c. Bilangan Reynolds
µ berdasarkan dengan suhu 30 ̊ = 8 x 10-4 N. s / m2

𝜌𝑥𝑣𝑥𝐷
Re =
µ

𝑘𝑔 𝑚
1000 3 𝑥 2,248 𝑥 0,0464 𝑚
𝑚 𝑠
= −4 𝑁. 𝑠
8 𝑥 10 2 𝑚

𝑘𝑔 .𝑚2
104,037 𝑁.𝑠 2
𝑚3 .𝑠
= x
8 𝑥 10−4 𝑁.𝑠/𝑚 2 𝑘𝑔.𝑚

Re = 130.046,25 ; Re < 2300 turbulen

d. Head Loss Mayor


e = 0,15 mm untuk pipa berbahan galvanis dan D = 46,4 mm
𝑒
sehingga nilai 𝑑 = 3,23 x10-3
𝑒
sehingga nilai 𝑓 yang didapat dari Re dengan 𝑑 adalah 0,026
L 𝑉2
HL mayor = 𝑓 x D x 2g

𝑚
123.4 𝑚 (2,248 )2
𝑠
= 0.026 x x 2 𝑥 10 𝑚
0.0464 𝑚
𝑠2

= 0.026 x 2.659,48 x 0.112 m

= 7,744 m

e. Head Loss Minor


𝐿𝑒
22 elbow sudut 90 ̊ sehingga diketahui = 30 x 22 = 660
𝐷
𝐿𝑒
69 tee sehingga diketahui = 60 x 69 = 4.140
𝐷
Le 𝑉2
HL minor elbow = 𝑓 x x 2g
D
𝑚
(2,248 )2
𝑠
= 0.026 x 660 x 2 𝑥 10 𝑚
𝑠2

= 0.026 x 660 x 0.1124 m


= 1,928 m

Le 𝑉2
HL minor tee =𝑓x x 2g
D

𝑚
(2,248 )2
𝑠
= 0.026 x 4.140 x 2 𝑥 10 𝑚
𝑠2

= 0.026 x 4.140 x 0.1124 m


= 12,098 m

f. Head Loss Total pada Discharge


HL Total = HL Mayor + HL Minor Elbow + HL Minor Tee
= 7,744 m + 1,928 m + 12,098 m
= 21,77 m

3. Head Loss Total Penjumlahan Suction dan Discharge


HL Total = HL Suction + HL Discharge
= 0,0634 m + 21,77 m
= 21,833 m

4.2.4 Perhitungan Kapasitas Pompa


Pompa yang akan digunakan adalah centrifugal pump. Daya pompa dibutuhkan
untuk memastikan air dapat memancar pada titik terjauh dari reservoir. Berikut adalah
daya pompa yang dibutuhkan pada gedung Kos – kosan adalah:
𝜌𝑥𝑔𝑥𝑄𝑥𝐻
Pw =
𝜂

𝑘𝑔 𝑚 𝑚3
1000 𝑥 9,8 2 𝑥 0,225 2 𝑥 21,833 𝑚
𝑚3 𝑠 𝑠
Pw =
100%
Pw = 48.141,76 watt
4.3 Pembahasan

Berdasarkan perhitungan kebutuhan sprinkler bangunan Kos - kosan yang


memiliki 4 lantai membutuhkan total sprinkler sebanyak 157 sprinkler. Volume air
yang dibutuhkan untuk instalasi sprinkler tersebut adalah 36.000 L.
Pipa yang digunakan adalah jenis Steel (ANSI) Sch 40. Head loss total hasil
perhitungan manual dan menggunakan pipe flow expert tidak menunjukan
perbedaan hasil yang besar yaitu selisih 0.4 m.

Analisa perkiraan harga seluruh instalasi sistem sprinkler pada gedung ini
menggunakan katalog produk yang ada di internet. Total harga yang dibutuhkan
adalah kurang lebih Rp 456.102.889,67. Harga tersebut bukanlah harga yang mahal
karena apabila terjadi kebakaran maka dapat menyebabkan kerugian yang melebihi
dari biaya instalasinya dan instalasi tersebut sangat layak untk dipasang di
bangunan Apartment ini.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Tenaga Kerja RI, “Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: KEP-
186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja,” no.
28, 1999.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, “Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No:Per.04/Men/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan,” no. 4, pp. 1–10, 1980.
A. C. Setyawan, “Tugas akhir perancangan sistem detektor, alarm dan sistem sprinkler
pada gedung plaza dan gedung direktorat ppns-its,” Peranc. Sist. Detektor,
Alarm. Sist. Sprink. pada Gedung Plaza dan Gedung Direktorat PPNS-ITS,
2010.
S. Systems, “Nfpa 13,” 2007.
SNI 03-3989 2000, “Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.,” pp. 1–83, 2000.
“mMl1-i7ckfcjHM7t6jmghEQ,”http://www.ebay.com/bhp/viking-sprinklerhead.
Diakses pada 25 September 2017.
“viking-vk354,”http://www.thebigredguide.com/fire-products-
specification/vikingvk354.html. Diakses pada 25 September 2017
R. W. Fox, A. T. Mcdonald, and P. J. Pritchard, FLUID MECHANIC ! .
SNI 03-1745-2000, “Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan
slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.,”
pp. 1–52, 2000.
Standar Nasional Indonesia, SNI 03-1746-2000. 2000. Tata Cara Perencanaan
dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

Anda mungkin juga menyukai