Batas Legal Dalam
Batas Legal Dalam
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum di masyarakat kita berubah-ubah dan dengan terus menerus berubah untuk
memenuhi kebutuhan manusia dan hukum dimaksudkan untuk melindungi.
Karena teknologi telah memperluas peranan perawat, dilemma etis yang
dihubungkan dengan perawatan klien telah meningkat dan sering juga menjadi
masalah legal juga. Ketika hukum federal mengena untuk semua negara bagian,
perawat juga harus sadar bahwa hukum beragam secara luas melintasi negeri.
Perawat penting untuk mengetahui hukum di Negara mereka yang mempengaruhi
praktik mereka. Publik mendapat informasi lebih baik dibanding waktu lampau
tentang hak-hak perawatan keehatan mereka. Terbiasanya perawat dengan hukum
meningkatkan kemampuannya untuk menjadi advokat klien.
1.2 Tujuan
1.3 Permasalahan
BAB II
PEMBAHASAN
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau
lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Dalam konteks hukum, kontrak
sering disebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang
yang satu dengan orang lain. Hukum perikatan di atur dlm UU hukum Perdata
pasal 1239
” Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak
mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang
termaktub dalam bab ini dan bab yang lalu.” Lebih lanjut menurut ketentuan pasal
1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau
untuk tidak berbuat sesuatu. Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat
sbb:
v Ada kecakapan thp pihak2 untuk membuat perjanjian (capacity). Ada sesuatu
hal tertentu ( a certain subjec matter) dan ada sesuatu sebab yang halal (Legal
Cause).(Muhammad 1990).
v Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang disepakati
Pedoman legal yang harus diikuti perawat diambil dari undang-undang, hukum
pengaturan, dan hukum adat.
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara.
Setiap orang yang tidak mematuhi hukum akan terikat secara hukum untuk
menanggung denda atau hukum penjara. Anda tidak perlu takut akan melanggar
hukum jika anda :
¶ Hanya melakukan hal-hal yang sudah diajarkan dan berada dalam cukup
pelatihan.
Kesalahan adalah kesalahan sipil yang dibuat terhadap seseorang atau hak milik.
Kesalahan bisa diklasifikasi menjadi kesalahan tidak disengaja atau disengaja.
Contoh dari kesalahan yang tidak disengaja adalah kelalaian atau malpraktik.
Malpraktik merupakan kelalaian yang dilakukan oleh seorang profesional seperti
perawat atau dokter. Kesalahan disengaja merupakan tindakan disengaja yang
melanggar hak seseorang. Misalnya, pelecehan, pemukulan, pemfitnahan, atau
invasi pribadi.
Perbedaaan bergantung pada tindakan atau pengabaian yang terlibat pada masalah
tentang “ ilmu atau seni kedokteran yang memerlukan keterampilan khusus yang
tidak dimilki orang biasa,“ atau bahkan dapat dipahami berdasarkan pengalaman
individu setiap hari pada juri. Jika diperlukan opini profesional dari seorang ahli
dengan keterampilan dan pengetahuan khusus, teori tentang malpraktik lebih
berlaku daripada kelalaian biasa.
Kelalaian adalah prilaku yang tidak sesuai standar perawatan. Malpraktik terjadi
ketika asuhan keperawatan tidak sesuai yang menuntut praktik keperawatan yang
aman. Tidak perlu ada kesengajaan, suatu kelalaian dapat terjadi. Kelalaian
ditetapkan oleh hukum untuk perlindungan orang lain terhadap resiko bahaya
yang tidak seharusnya. Ini dikarakteristikkan oleh ketidakperhatian, keprihatian
atau kurang perhatian. Kelalaian atau malpraktik bisa mencakup kecerobohan,
seperti tidak memeriksa balutan lengan yang memungkinkan pemberian medikasi
yang salah. Bagaimanapun, kecerobohan tidak selalu sebagai penyebab. Jika
perawat melakukan prosedur dimana mereka telah terlatih dan melakukan dengan
hati –hati, tetapi masih membahayakan klien, dapat dibuat tuntunan kelalaian atau
malpraktik. Jika perawat memberikan perawatan yang tidak sesuai dengan
standar, mereka dapat dianggap lalai. Karena tindakan ini dilakukan oleh perawat
professional, kelalaian perawat disebut malpraktik.
Perawat telah terlibat dalam banyak tindakan lalai atau malpraktik profesional,
contohnya :
Perawat harus melakukan semua prosedur secara besar. Mereka juga harus
menggunakan penilaian profesional saat mereka menjalankan program dokter dan
juga terapi keperawatan mandiri dimana mereka berwewenang. Setiap perawat
yang tidak memenuhi standar praktik atau perawatan yang dapat diterima atau
melakukan tugasnya dengan ceroboh berisiko dianggap lalai.
Akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap dokter dan perawat dengan dakwaan
melakukan malpraktik makin meningkat dimana-mana, termasuk di negara kita.
Ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana
masyarakat lebih menyadari kewajiban dan tugas profesinya dengan lebih hati-
hati dan penuh tanggung jawab. Di negara- negara maju tiga besar dokter spesialis
menjadi sasaran utama tuntutan ketidaklayakan dalam praktik, yaitu spesialis
bedah, anastesi dan kebidanan dan penyakit kandungan.
Walaupun UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan sudah dicabut oleh UU
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, namun perumusan malpraktik/kelalaian
medik tercanutm pada pasal 11b masih dapat dipergunakan yaitu :
1.
1. melalaikan kewajiban.
2. Melakukan suatu hal yang tidak seharusnya tidak boleh dilakukan
oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya,
maupun sumpah sebagai tenaga kesehatannya.
Dalam etik sebenarnya tidak ada batas –batas yang jelas antara boleh atau tidak,
oleh karena itu kadang kala sulit memberikan sanksi-sanksinya.
Di negara-negara maju terdapat suatu Dewan Medis yang bertugas melakukan
pembinaan etik profesi dan menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan dalam etik kedokteran.
Masih banyak kasus yang keburu diajukan ke pengadilan sebelum ditangani oleh
MKEK. Oleh karena fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka pada tahun 1982
Departemen Kesehatan membentuk Panitia Pertimbangan dan Pembinaan Etik
Kedokteran (P3EK) yang terdapat pula di pusat dan tingkat provinsi.
Tugas P3EK adalah untuk menangani kasus-kasus malpraktik yang tidak dapat
ditanggulangi oleh MKEK, dan memberi pertimbangan usul-usul kepada pejabat
yang berwenang.
Jadi instansi pertama yang menangani kasus malpraktik etik adalah MKEK
cabang atau wilayah. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh MKEK maka
akan dirujuk ke P3EK provinsi dan jika P3EK provinsi tidak mampu
menanganinya maka kasus tersebut diteruskan ke P3EK pusat.
Home
Profil
Login
BAB I
PENDAHULUAN
Perawat professional tentu saja memahami kode etik atau aturan yang harus
dilakukan, sehingga dalam melakukan suatu tindakan keperawatan mampu
berpikir kritis untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai prosedur
yang benar tanpa ada kelalaian. Namun mengapa masih banyak terjadi berbagai
bentuk kelalaian tanpa tanggung jawab dan tanggung gugat? Hal ini dikarenakan
oleh kurangnya pengetahuan perawat dalam memahami kode etik itu sendiri.
Sehingga tindakan yang dilakukan adakalanya akan berdampak pada keselamatan
pasien. Oleh sebab itu, banyak perawat dimata masyarakat di anggap kurang
berpotensi dalam melakukan asuhan keperawatan yang pada akhirnya berdampak
pada persepsi masyarakat pada seluruh tenaga keperawatan. Oleh karena itu,
sebagai calon perawat maupun para perawat harus mampu memahami dengan
baik dan benar tentang kode etik dan salah satu kuncinya yaitu banyak membaca
dan memahami pentingnya keselamatan pasien sehingga keinginan untuk
mempelajari kode etik sebagai landasan tindakan bisa lebih bermanfaat.
BAB II
Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb.
1990):
1. Standar etik
1. Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi
maka perawat wajib menerima tanggung gugatnya.
BAB III
Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:
Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.
Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh
dilakukan oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.
3.1.1 Asas Etik dalam Keperawatan
b) E= Ethical review
d) I= Investigate outcome
e) D= Decide on action
f) E= Evaluate result
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu
tidak meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah.
Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf
RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi
tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung
jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah. (Keterangan juru bicara rumah
sakit Inggris Salford )
Cara penyelesaian:
c) Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi
maka yang berhak memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang
terlibat adalah perawat, staf rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi
tersebut berdarah.
BAB IV
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap
warganya. Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau
bahkan hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat
denda atau hukuman penjara jika :
1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan
anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang
terpenting.
BAB V
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK
PERAWAT
1. Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang
dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan,
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan
peranannya.
1. Tingkat Pendapatan
1.
2. Lama kerja
Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health
Service Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping
faktor-faktor lain. Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
b) Teknologi
1. Faktor Organisasional
1. faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan,
jumlah anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan).
ii.faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan
terhadap perawatan medis/dokter, dan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari makalah ilmiah yang telah dijelaskan tersebut, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa:
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-
keperawatan-indonesia_/20/12/2011_09.01
”KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMECAHAN DILEMA ETIK”
Pemecahan Dilema Etik dalam Kasus Penderitaan Klien dan
Euthanasia Pasif
KASUS :
Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma).
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak
diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan /
pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut
:
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan
pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri
(relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif
tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas
kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
DISKUSI :
Suatu intervensi medis yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan klien namun
dapat mengakibatkan kematian klien atau membantu pasien bunuh diri disebut
sebagai euthanasia aktif. Di Indonesia hal ini tidak dibenarkan menurut undang-
undang, karena tujuan dari euthanasia aktif adalah mempermudah kematian klien.
Sedangkan euthanasia pasif bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak pada kondisi klien
yang lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat kematian
klien. Walaupun sebagian besar nyeri pada kanker dapat ditatalaksanakan oleh
petugas kesehatan profesional yang telah dilatih dengan manajemen nyeri, namun
hal tersebut tidak dapat membantu sepenuhnya pada penderitaan klien tertentu.
Upaya untuk mengurangi penderitaan nyeri klien mungkin akan mempercepat
kematiannya, namun tujuan utama dari tindakan adalah untuk mengurangi nyeri
dan penderitaan klien.
DAFTAR PUSTAKA:
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J, (2004), Fundamentals of
Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson
Education Line
Taylor C., Lilies C., & Lemone P. (1997), Fundamentals of Nursing,
Philadelphia : Lippincott
KATA PENGANTAR
Bandung, Desember
2011
Dody Setyawan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah
etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk
didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain
tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi
tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat
dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang
kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam
peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan
dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional,
nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan
prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan
dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang
berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai
akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka
lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat
memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah
dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya
kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang
etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan
keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah
tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang
nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik
khususnya dibidang keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik
keperawatan
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara
penyelesainnya
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema
etik dan penyelesainnya
BAB II
ISI
A DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke
arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani,
yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”.
”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk
suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara
hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk
merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat
disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai
atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode
etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi
etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,
bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap
perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan
dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan
mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan
pada masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical
ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai
filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak
dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat
manusia yang unik (k2-nurse, 2009)
C TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk
menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut
pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai
berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan
bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan
pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang
manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada
banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah
memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok
pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
D PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya kepada pasien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu
Rumah Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih
selama 6 hari. Selain itu bapak-bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3
bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur.
Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya kurus dan telah
turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang sopir truk
yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang,
kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang
penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya
dokter yang menangani Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan
advice kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya
meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah
didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan
telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya
mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian
perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang
menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan
tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung.
Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan
penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau
menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus
memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus
memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak
pasien untuk mendapatkan informasi.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik
itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih )
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan
moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau
salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks
kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981)
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa
berpikir rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh
pasien dan keluarga. Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai
perawat dalam memenuhi hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan
informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya.
Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan menurut
American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights. Memberikan informasi
kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga
kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena merupakan faktor utama dalam
menentukan hasil pelayanan kesehatan. Keputusan keluarga pasien yang
berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat harus memikirkan
alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar
mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep
kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau
psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika
perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam
pandangan etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan
pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan pihak keluarga pasien.
Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi
dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa
dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema
etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan
Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel,
dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat
yang merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan
permasalahan atau situasi sebagai berikut :
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika
mendapatkan informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan
pendekatan-pendekatan oleh perawat. Selain itu untuk alternatif rencana
ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari
keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun
perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku
menghindar dari Tn. A. Dengan demikian diharapkan secara perlahan, Tn.
A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga perawat dan tim
medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn.
A tentang kondisinya dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang,
maka perawat tersebut bisa menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya
masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu
walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang
sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu
bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan
dengan tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan.
Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam
mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada
prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah
suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John
Stone, 1989 ), yang meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan
keluarganya tidak setuju maka perawat harus mengutamakan hak Tn. A
tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau
tindakan yang baik dan tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa
memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan tepat untuk
Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang
lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi tentang
penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak
menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara fisik ataupun psikis yang
kronis nantinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau
membohongi Tn. A tentang penyakitnya. Karena hal ini merupakan
kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan merasa
dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A
sebelum dilakukan pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia
akan menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil
pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap dipenuhi
walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut
nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik
keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan
menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien
kepadanya kecuali seijin pasien.
5. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh
mana Tn. A beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A
masih denial maka pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support
sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien merasa
ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat
harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan
moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya.
Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu
pihak.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama
bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin
supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan
sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB.
Diposkan 23 Februari 2010 pukul 10.02 PM. URL :
http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing
Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education
Line
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat
dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim
kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan
tanah air.
Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode
Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam
kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun (dikodifikasikan) sering disebut sebagai kode
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, masyarakat, teman sejawat dan
diri sendiri. Dengan kata lain pengertian kode etik perawat yaitu suatu pernyataan /
keyakinan publik yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan,
etik diorganisasikan dalam nilai moral yang merupakan pusat bagi praktik
dengan klien dan menunjukan apa yang diperdulikan perawat dalam hubungan
tersebut.
Nilai-nilai moral tersebut adalah: Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang,
dari prinsip penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak
orang.untuk memilih bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka
merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan/bahaya orang
merupakan hak istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat.
dan tanggung jawab yang telah dibuat, meliputi menepati janji, menyimpan rahasia
serta "Carring". Prinsip Justice (keadilan), merupakan suatu prinsip moral untuk
Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap
tenaga kesehatan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema
etik. Maka penyelesaian dari dilema etik tersebut harus dengan cara yang bijak dan
saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan (perawat), Pasien dan profesi
dilema etik dalam praktek keperawatan dan bagaimana penyelesaian dari masalah
etik tersebut.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar etika dan
hukum keperawatan dan untuk lebih jauh memahami tentang etika dalam
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dengan membuat kasus dilema etik yang sering
kasus tersebut dianalisa dan dicari bagaimana cara penyelesaian dilema etik
tersebut.
D. Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I,
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bab II tinjauan teoritis, terdiri dari; pengertian etika, kode
etik keperawatan, hak dan kewajiban perawat dan hak pasien, penyelesaian dilema
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar
dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang
diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala
moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus
pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan
memilih tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan dengan keputusan moral
menyangkut manusia (Spike lee, 1994). Menurut Webster’s “The discipline dealing
with what is good and bad and with moral duty and obligation, ethics offers
pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai,
ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan
ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan
masyarakat dan teman sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik
adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan bagi pelaku dan
Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri
keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan mempunyai nilai-
dengan tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral
profesionalnya.(Misparsih, 2005).
yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau
membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai
prilaku moral dalam keperawatan. Dalam menyusun alat pengukur ini keputusan
diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi
Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan,
masyarakat
keinginan dan masalah baru dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan
praktik keperawatan
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil
keperawatan
organisasi profesi (PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan perawat dan
pasien, perawat dan praktek, perawat dan masyarakat, perawat dan teman
sejawat, perawat dan profesi. Kelima pokok etik keperawatan yang ada merupakan
bentuk kode etik yang telah mejadi panduan dari semua perawat Indonesia untuk
menjalankan profesinya
praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena keperawatan dan hubungan pasien
dan perawat.
kebutuhan dasar manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat
individu untuk sampai pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat
system organ fungsional sampai subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner,
keluarga dan masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan
yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan didahulu adanya
kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses penyembuhan
Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap
sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap
otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia,
(Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa
Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan
pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang
Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak
bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry (1987)
didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Suatu
kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa pasien ingin
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu
prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat
tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan
adalah mereka uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak
menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai
lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran,
dari tindakan yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain.
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan.
pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung jawab
atas semua cara yang menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat harus dapat
7) Kesetiaan (fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab,
memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk
tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan
merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan
komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam
kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi
Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka
semua informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai
hak istimewa dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk
disebarluaskan secara tidak tepat (Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh
menceritakan rahasia klien pada orang lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga
9) Hak (Right)
diketahuinya.
1) JUSTICE (Keadilan) : Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat
Melaporkan tindakan yang tidak kompeten, tidak etis, dan tidak legal secara
Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang beruhubungan dengan sikap ini adalah:
Berikan lingkungan yang menyenangkan bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang
menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain, Penampilan diri yang dapat
4) ALTRUISM : Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang
orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan keperawatan bila mereka tidak
direction, Self Disciplin, kegiatan yang berhubungan dengan Freedom: Hargai hak
klien untuk menolak terapi, Mendukung hak teman sejawat untuk memberikan
dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu, sikap yang dapat ditunjukan
oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust, Consideration, kegiatan
yang berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak individu untuk
moralitas atau legalitas (Suhaemi, 2002). Hak adalah tuntutan terhadap sesuatu
atau dilaksanakan, menurut suryono (1990). Hak merupakan sutau yang dimilikin
orang atau subyek hukum baik manusia sebagai pribadi atau manusia sebagai
Pada prinsipnya hak dasar manusia, terdapat dua hal yaitu: Human Right dan
Fundamental Right. Beberapa hak manusiawi (human right) adalah hak untuk
termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, seperti hak
untuk hidup layak, hak untuk bernafas, hak untuk mendapatkan makanan yang
1. Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat berhak:
profesinya
pendidikannya
f. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien
kesehatan.
i. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dan
perundang-undangan lainnya.
k. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang
Disamping beberapa hak perawat yang telah diuraikan diatas, dalam mencapai
sebagai bentuk tanggung jawab kepada penerima praktek keperawatan. (Claire dan
d. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang bersangkutan tidak
dapat mengatasinya.
selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
f. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai
yang lainnya.
g. Berkolaborasi dengan tenaga medis (dokter) atau tenaga kesehatan lainnya dalam
kewenangannya
m. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat
Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal
hak-hak pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan. Sebagai hak dasar
sebagai manusia maka penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi hak-
haknya, sesuai perkembangan dan tuntutan dalam praktek keperawatan saat ini
pasien juga lebih meminta untuk menentukan sendiri dan mengontrol tubuh
mereka sendiri bila sakit; persetujuan, kerahasiaan, dan hak pasien untuk menolak
pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri. Hal-hal inilah yang perlu
kewajibannya.
Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak
energi dan kesadaran diri yang baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang
mengalami kelemahan atau terikat dengan penyakitnya dan dalam kondisi inilah
sering individu tidak menyadari akan haknya, disinilah peran seoran professional
perawat.
pasien, menurut Annas dan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
4) Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun sesudah dirawat di
Rumah Sakit.
oleh “The American Hospital Association” 1973, meliputi beberapa hal, yang
dimaksudkan memberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan dapat
program rehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat untuk orang
yang tepat mewakili pasien, karena pasien mempunyai hak untuk mengetahui dari
dijaga kerahasiaannya dan dilakukan dengan hati-hati, siapapun yang tidak terlibat
langsung asuhan keperawatan dan pengobatan pasien harus mendapatkan ijin dari
pasien.
7) Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang
lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan
seperti pendidikan dan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan
dan sebaginnya.
riset/penelitian tersebut.
10) Mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Pasien mempunyai hak
untuk mengetahui lebih jauh waktu perjanjian dengan dokter yang ada. Pasien
11) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya sebagai
pasien
12) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.
Setelah beberapa definisi, dan teori yang berkaitan dengan etika, hak perawat, hak
pasien dan kewajiban dari pelaku asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan,
kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis (Suhaemi,
2002).
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,
yang buruk, masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).Disini akan
dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan
harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan
tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang
sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan
keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus
menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang
melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan
bijaksana.
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk
pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa
factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social
merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak
memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak sesuai dengan
dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini
sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah
memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering kali
peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran sebagai
yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering
timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi
dengan asuhan keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas
merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan
ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak
apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan
bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena
kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam
kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur
akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur,
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti
sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-
obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga
pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut tidak ada
artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien tetapi bagi keluarga
kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini adalah komunikasi dan
informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu
merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus
bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak
Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau
suatu situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding.
Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan
etis, seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli
a. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarianisme
sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan
fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.
Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan The end justifies the means atau makna dari
suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian
hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly,
1987). Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan
act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu
tindakan tergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau
kebahagiaan pada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan
aturan umum tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu, dengan
banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini
misalny a bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi
beban di masyarakat.
b. Deontologi (Formalisme)
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau
tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteknya di sini
perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant
berpendapat prinsip-prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat
universal, tidak kondisional, dan imperatif. Kant percaya bahwa tindakan manusia
secara rasional tidak konsisten, kecuali bila aturan-aturan yang ditaati bersifat
universal, tidak kondisional, dan imperatif. Dua aturan yang diformulasi oleh Kant
meliputi: pertama, manusia harus selalu bertindak sehingga aturan yang merupakan
dasar berperilaku dapat menjadi suatu hukum moral universal. Kedua, manusia harus
tidak memperlakukan orang lain secara sederhana sebagai suatu makna, tetapi selalu
sebagai hasil akhir terhadap dirinya sendiri. Contoh penerapan deontologi adalah seorang
perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya
nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan yang secara moral buruk. Secara lebih luas, teori deontologi
pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip-prinsip etis.
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli
etika, di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang
mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis. Beberapa kerangka disusun
keperawatan. Berikut ini merupakan contoh model yang dikembangkan oleh Thompson dan
Thompson dan model oleh Jameton: Metode Jameton dapat digunakan untuk
keperawatan pasien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991), terdiri dari enam
tahap:
a. Identifikasi masalah. Ini berarti mengklasifikasi masalah dilihat dari nilai-nilai, konflik dan
hati nurani. Perawat juga harus mengkaji ke-terlibatannya terhadap masalah etika yang
timbul dan mengkaji parameter waktu untuk protes pembuatan keputusan. Tahap ini akan
memberikan jawaban pada perawat terhadap pernyataan: Hal apakah yang membuat
tindakan benar adalah benar? Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat dalam situasi
b. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpul-kan dalam tahap ini
meliputi: orang-orang yang dekat dengan pasien yang terlibat dalam membuat keputusan
bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang yang terlibat dalam pembuatan
keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari konflik yang terjadi.
Perawat harus mengindentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada
pembuat keputusan. Semua tindakan yang memung-kinkan harus terjadi termasuk hasil
yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban: Jenis
c. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat
mempertimbangkan nilai-nilai dasar manusia yang pen-ting bagi individu, nilai-nilai dasar
manusia yang menjadi pusat dari masalah, dan prinsip-prinsip etis yang dapat dikaitkan
d. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pem-buat keputusan
memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab
e. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.
Sumber: J.B Thompson and HO Thompson, Ethic ini Nursing, New York: MacMilan Publishing Co. Inc., 1981,
diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam Priharjo, 1995.
T Review situasi yang dihadapi untuk mendeterminasi
1 individu keunikan.
ahap Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.
T berlainan.
ahap
5
T
ahap
ahap
ahap
ahap
ahap
10
yang terlibat, Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari
6) Membuat keputusan.
pembuatan keputusan etik. Diantaranya adalah factor agama dan adat istiadat,
diatas dapat diambil suatu garis besar langkah-langkah kunci dalam pengambilan
keputusan, yaitu:
a. Klarifikasi dilema etik, baik pertanyaan fakta dan komponen nilai etik yang
seharusnya
b. Dapatkan informasi yang lengkap dan terinci, kumpulkan data tambahan dari
berbagai sumber, bila perlu ada saksi ahli berhubungan dengan pertanyaan etik dan
e. Laksanakan keputusan yang telah dipilih bila perlu kerjasama dalam tim dan
f. Observasi dan lakukan penilain atas tindakan/keputusan yang dibuat serta dampak
yang timbul dari keputusan tersebut, bila perlu tinjau kembali beberapa alternative
A. Kasus
Ny. M seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai seorang anak umur 4
tahun, Ny.M. berpendidikan SMA, dan suami Ny.M bekerja sebagai PNS di suatu
kantor kelurahan. Saat ini Ny.M dirawat di ruang kandungan sejak 3 hari yang lalu.
Sesuai hasil pemeriksaan Ny.M positif menderita kanker rahim grade III, dan
Menjelang dua hari operasi, Ny.M hanya diam dan tampak cemas dan
menjelaskan bahwa Ny.m harus dioperasi karena tidak ada tindakan lain yang dapat
bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang
ruangan yang merawatnya. Ny.M bertanya kepada perawat beberapa hal, yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami
masih ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi”
singkat,
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan
“secepatnya ya bu… besok ibu sudah akan dioperasi”tanpa penjelasan lain, perawat
meninggalkan Ny.M.
menolak operasi dengan alasan, Ny.M dan suami masih ingin punya anak lagi.
Dengan penolakan Ny.M dan suami, perawat mengatakan pada Ny.M dan
suami” Ibu ibu tidak boleh begitu, ibu harus dioperasi agar penyakit ibu tidak parah,
kita hanya berusaha” dan perawat meninggalkan pasien dan suami tanpa
Kepala ruangan dan mengatakan bahwa Ny.M menolak untuk operasi. Ny.M masih
ragu karena dokter belum menjelaskan rencana operasi yang akan dilakukan,
menjawab “pesan dokter, saya tidak boleh menjelaskan tentang operasi tersebut,
disuruh menunggu dokter…”, kepala ruangan mengatakan “ kalau begitu buat surat
pernyataan saja” dan kita sampaikan ke dokter bedahnya. Dan sampai saat ini
dokter belum menjelaskan operasi yang akan dilakukan pada Ny.M dan keluarga.
Dan akhirnya pasien pulang. Beberapa hari kemudian Rumah Sakit mendapat surat
keluhan dari keluarga Ny.M yang berisi ketidakpuasan dari pelayanan dimana Ny.M
dirawat. Oleh karena itu pihak Rumah Sakit (pimpinan) menanggapi surat tersebut
dan berusaha mencari tahu kebenaran kasus yang tejadi pada Ny.M dan akan
mengambil tindakan bila ada unsure pelanggaran kode etik dalam pelayanan
bekerja telah lima tahun dan perawat A, adalah perawat lulusan DIII baru bekerja
B. Analisa Kasus
Sebelum menganalisa kasus diatas apakah merupakan pelanggaran etik atau dilema
etik, hal pertama yang harus dilakukan oleh tim pencari fakta adalah
diperlukan, baik dari internal maupun exsternal ruangan termasuk staf yang
bterlibat, perawat primer, kepala ruangan dan dokter yang merawat dan
etik keperawatan (PPNI), hak-hak pasien, hak dan kewajiban perawat dan juga
bentuk standar praktek keperawatan yang harus dilaksanakan pada pasien yang
merupakan pelanggaran etik yang terjadi dan merupakan data dari informasi yang
a. Otonomi pasien
menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa
yang diperlukan dalam ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip
ini adalah menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan seperti
bentuk hak individu dalam mengatur keinginan melakukan kegiatan atau prilaku.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.
punya anak lagi dan bila operasi dilakukan berarti pasien merasa tidak akan
mempunyai anak lagi. Tetapi keinginan pasien untuk mendapat informasi yang lebih
banyak tidak terpenuhi, hal inilah yang menjadi dilema bagi pasien sementara itu
Penolakan Ny.M dan keluarga untuk dilakukan operasi merupakan hak pasien
tetapi, hak dan kewajiban perawat juga untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang optimal dengan membantu penyembuhan pasien yaitu dengan
penjelasan lebih rinci dan mendukung pasien agar dapat berkonsultasi kepada tim
Advoaksi perawat yang dapat dilakukan pada kondisi kasus Ny.M, dapat
berupa: penjelasan yang jelas dan terinci tentang kondisi yang dialami Ny.M,
advokasi inilah yang memungkinkan tim baik keperawatan dan medis akan bersama
keperawatan dan medis dan dapat menberikan informasi dan komunikasi yang baik
pada pasien.
Pada teori telah dijelaskan bahwa pasien juga mempunyai hak-hak yang harus
lengkap jelas, pasien berhak memperoleh informasi terbaru baik dari tim medis dan
perawat yang mengelolannya, pasien juga berhak untuk memilih dan menolak
Apapun pilihan pasien dan keputusan pasien setelah mendapatkan informasi yang
profesinya dan menjalankan semua kewajiban yang didasari oleh nilai-nilai moral
memberikan alternative penyelesaian atas kondisi dan keinginan pasien dalam arti
bahwa perawat wajib menghargai pilihan atau autonomi pasien. Sesuai kode etik
melaksanakan tugas. Bila kewajiban diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka
dapat memberikan kesempatan kepada Ny.M dan keluarga dapat berfikir rasional
Sesuai kode etik keperawatan (PPNI) bahwa perawat senantiasa menjaga hubungan
baik antar sesame perawat, pasien dan tenaga kesehatan lain dengan tujuan
keserasian suasana dan ligkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
Pada kasus Ny.M terdapat beberapa dilema etik yaitu perawat tidak mampu
mengambil suatu keputusan yang terbaik dari intruksi yang telah disampaikan oleh
dokter seharusnya perawat mengklarifikasi atas apa yang disampaikan oleh tim
medis. Dan perlunya tim konsultasi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang
terggambar pada kasus Ny.M. tim inilah yang merupakan kelompok yang baik
sebagai tempat untuk menjelaskan kondisi pasien. Tim inipun akan memberikan
alternatif-alternatif atau masukan yang berarti tentang dampak dari tindakan dan
bila tidak dilakukan tindakan. Tim ini juga terdiri dari beberapa profesi yaitu: medis,
keperawatan, dan tenaga lain yang berkaitan dengan masalah Ny.M. Hubungan
yang baik harus diciptakan sehingga pada setiap interaksi dengan pasien terjadi
human dignity, justice dan truth. Dari kasus Ny.M. dapat dikatakan bahwa perawat
Sifat altruism yang ditunjukan pada pasien Ny.M tidak terlihat sama sekali
saat ini sehingga dampak dari tindakan/pengobatan dapat melegakan bagi pasien.
pasien.
Nilai yang lain adalah menghargai martabat manusia dengan sikap empathy,
respect full, yang dapat dijalankan oleh perawat menghadapi kasus Ny.M. penting
kondisi, dampak dan apa keinginan pasien sehingga apa yang kita sampaikan
keputusannya dapat memberikan keduannya hal yang baik yang telah dilaksanakan.
Didalam standar praktek keperawatan pada pasien yang akan dilakukan operasi
informasi yang berkaitan dengan rencana operasi yang akan dilakukan. Saat
memberikan informasi hal tersebut adalah dokter yang akan melakukan operasi,
memberikan penjelasan lain secara lengkap agar pasien dapat menjalani operasi
dengan baik. Didalam setiap SOP-pun hal ini telah diidentifikasi beberapa tindakan
yang harus dilakukan pada pasien yang akan menjalani operasi, maka harus dilihat
lagi apakah SOP di ruangan tersebut telah tersedia dan selalu diperbaharui.
C. Penyelesaian Kasus
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. M, dapat
diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik yang
1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi
kandungan/rahim pada Ny.M. dan perawat primer tidak boleh menyampaikan hal-
c. Maksud dari tindakan, yaitu: Agar kanker rahim yang dialami Ny.M dapat diangkat
d. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan, yaitu: bila operasi tetap dilaksanakan
keinginan Ny.M dan keluarga untuk mempunyai anak kemungkinan tidak bisa lagi
dan bila operasi tidak dilakukan penyakit/kanker rahim Ny.M kemungkinan akan
menjadi luas. Dan mengenai pesan dokter untuk tidak menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan rencana operasi Ny.M, bila dilaksanakan pesan tersebut, perawat
melannggar prinsip-prinsip moral, dan bila pesan dokter tersebut melanggar janji
Ny.M akan semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk
mempunyai anak.
- Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-
- Atas penolakan pasien perawat merasa hal itu kesalahan dari dirinya
- Berkaitan dengan pesan dokter, keduanya mempunyai dampak terhadap prinsip-
prinsip moral/etik.
diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat A tidak bekerja sesuai
standar profesi.
- Meninjau kembali SOP pada pasien yang akan dilakukan operasi apakah masih
dioperasi.
b. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila
mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
Perawat tidak membuat keputusan untuk pasien, tetapi perawat membantu dalam
membuat keputusan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi dalam hal ini perlu
a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa mereka
ditunjuk.
c. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social, ekonomi, fisiologi,
e. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan yang
diusulkan.
Dalam kasus Ny.M. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau
faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang
advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang
tidak merugikan bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal
terbaik dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas pasien
telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien
dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga,
c. membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi
menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan,
untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan
tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali
dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah
Pada kondisi kasus Ny.M. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan
keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan secara
lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau
tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang
terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.M. Tetapi harus juga
yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.M sebagai bentuk tanggung
jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya. Pasien menerima
atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa
pelanggaran etik, dengan alasan-alasan dan informasi yang telah ditelaah, yaitu:
a. Belum ada penjelasan yang lengkap dari perawat dan dokter (Tim) berkaitan
dengan tindakan operasi yang akan dilakukan (tidak sesuai dengan SOP atau
c. Berdasarkan kajian dan hasil analisa kasus bahwa hubungan dokter, perawat dan
e. Terdapat pelangaran hak-hak pasien, yaitu hak mendapatkan informasi yang valid
dan terkini
penyelesaian etik maka Komite etik di Rumah Sakit tersebut harus menentukan
tindakan dengan hati-hati dan terencana sesuai tingkat pelanggaran etik yang
dilakukan baik terhadap dokter, perawat primer (perawat A) dan kepala ruangan,
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan
dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara terinci
dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan
didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia
nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi
juga bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama
walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi
duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi
dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh
beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena
adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema
etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi
sehingga keputusan yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak
baik pemberi dan penerima asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas dan
bila terjadi kasus etik adalah sebagai berikut; melakukan peninjauan kembali
atau memberikan rehabilitasi bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal tersebut
yang penting adalah bagaimana masalah dilema etik dapat diputuskan dengan baik
diatas dapat diambil suatu garis besar langkah-langkah kunci dalam pengambilan
keputusan, yaitu: Klarifikasi dilema etik, baik pertanyaan fakta dan komponen nilai
etik yang seharusnya, Dapatkan informasi yang lengkap dan terinci, kumpulkan data
tambahan dari berbagai sumber, bila perlu ada saksi ahli berhubungan dengan
dalam suatu tim (komite etik), Pilih dari beberapa alternative dan paling diterima
oleh masing-masing pihak dan buat suatu keputusan atas alternative yang dipilih,
dan Laksanakan keputusan yang telah dipilih bila perlu kerjasama dalam tim dan
B. Saran
dipertanggung jawabkan.
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-
perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
4. Keputusan dilema etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan dan
tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit
dan bila perlu disetiap ruang ada yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik
5. Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu
diadakan pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara periodic
6. Penyelesaian yang terbaik bila terdapat kasus etik, seperti pada kasus Ny.M,
penting adanya bentuk koordinasi dan kolaborasi yang jelas antara tim pengelola
pasien dan kasus tersebut dapat diselesaikan didalam tim/komite etik yang ada di
Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nd ed, St.Louis:
Mosby.
Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and
Keperawatan, lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi
Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney:
Harcourt.
Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2nd Ed.
Philadelphia. FA Davis.