ANALISIS PENYEBAB-PENYEBAB PRIMER KEJADIAN PERDARAHAN POST
PARTUM PADA IBU BERSALIN DI KECAMATAN DENTE TELADAS
KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG
Eniyati1, Lolita Sary2, Vida Wira Utami3
ABSTRAK
Peningkatan AKI disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat tentang
kesehatan ibu hamil, dan tersering karena perdarahan obstetri. Kematian Ibu di kabupaten Tulang Bawang tahun 2011 dari 7,6 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 menjadi 9,5 per 100.000 kelahiran hidup dan meningkat di tahun 2013 menjadi sebesar 12,8 per 100.000. Salah satu penyebab yang banyak berperan pada kematian ibu adalah adanya kejadian perdarahan post partum. Tujuan penelitian adalah diketahuinya penyebab-penyebab primer kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan case control. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dente teladas Kabupaten Tulang Bawang dari bulan Juni-Juli 2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 677 postpartum, dengan kasus perdarahan post partum 146 orang. Penentuan sampel dihitung menggunakan rumus Lemeshow, dengan kelompok kasus sebanyak 52, kelompok kontrol sebanyak 52 dan total sampel 104 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara atonia uteri (p=0,018; OR=2,75), robekan jalan lahir (p=0,000; OR=4.71), retensio plasenta (p=0,000; OR=4,65), inversio uteri (p=0,011;OR=3,02), dan gangguan pembekuan darah (p=0,000; OR=5,07) dengan kejadian perdarahan post partum. Faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian perdarahan postpartum adalah Retensio plasenta (p=0,000; OR=4,65) . Saran: memberikan konseling persiapan kepada ibu hamil untuk mencegah terhadap kejaidan perdarahan postpartum.
Kata Kunci : Penyebab Primer Kejadian Perdarahan Post Partum
PENDAHULUAN perdarahan yang jumlahnya melebihi
Perdarahan pasca persalinan (post 500 ml dalam waktu 24 jam pertama partum) merupakan perdarahan yang setelah anak lahir Perdarahan pasca terjadi pada masa post partum yang persalinan yang terjadi dalam waktu 24 lebih dari 500 cc segera setelah bayi jam pertama setelah bayi lahir disebut lahir yang menyebabkan perubahan perdarahan pasca persalinan dini (early tanda vital seperti klien mengeluh post partum bleeding), dan kalau terjadi lemah, limbung, berkeringat dingin, lebih dari 24 jam setelah setelah bayi dalam pemeriksaan fisik hiperpnea, lahir disebut perdarahan pasca sistolik < 90 mmHg, nadi > 100 x/menit persalinan lanjut (late post partum dan kadar HB < 8 gr% (Manuaba, bleeding). Perdarahan pasca persalinan 2006). Perdarahan merupakan penyebab dini lebih sering terjadi akibat atonia utama kematian ibu didominasi oleh uteri, robekan jalan lahir, hematoma perdarahan post partum (34%) dan daerah jahitan perineum, retensio sebagian disebabkan oleh retensio plasenta, sisa plasenta atau selaput plasenta (Depkes, 2006). janin yang dapat menghalangi kontraksi Batasan perdarahan pasca uterus, ruptura uteri dan inversio uteri persalinan di idefinisikan sebagai (Prawirohardjo, 2013).
1. Dinas Kesehatan Tulang Bawang Lampung
2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati B. Lampung 3. Prodi Kebidanan FK Universitas Malahayati B. Lampung
212 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
Jumlah perempuan yang meninggal Angka Kematian Ibu sampai saat di seluruh dunia ketika melahirkan ini di Indonesia masih relatif tinggi bila menurun sepertiganya dalam delapan dibandingkan dengan negara-negara lain belas tahun terakhir. Demikian laporan di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 dari World Health Organization (WHO), kelahiran hidup oleh karena itu Bank Dunia, dan Unicef. Pada tahun pemerintah bertekad untuk menurunkan 1990-an, ada 546 ribu perempuan yang Angka Kematian Ibu menjadi 225 pada meninggal akibat komplikasi ketika tahun dua ribuan dan target tahun 2010 melahirkan. Pada 2008 menjadi 358 ribu AKI menjadi 150 per 100.000 kelahiran atau turun sekitar 34 %. Perempuan hidup (Depkes, 2002). Angka tersebut yang meninggal ketika melahirkan sekitar 3-6 kali dari AKI negara ASEAN terutama terjadi di Afrika dan Asia dan lebih dari 50 kali AKI negara maju. Selatan, atau sebanyak 87%. Kemajuan Dengan masih tingginya angka kematian dicapai oleh Asia dalam 18 tahun ibu upaya penurunan angka kematian terakhir tingkat kematian perempuan ibu serta peningkatan derajat kesehatan melahirkan menurun setengahnya ibu menjadi salah satu perioritas utama (Yuwanto, 2010). dalam pembangunan kesehatan. Frekuensi yang dilaporkan di Berdasarkan data Kemenkes RI laporan-laporan baik di Negara maju (2012) hasil survei Demografi dan maupun di Negara berkembang angka Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kejadian berkisar antara 5% sampai kematian ibu mencapai 359 per 100.000 15%. Berdasarkan penyebabnya kelahiran hidup masih diatas target yang diperoleh atonia uteri sebanyak 50%- di tetapkan dalam MDGs yaitu sebesar 60%, retensio plasenta 16% - 17%, sisa 102 / 100.000 kelahiran hidup. plasenta 23%-24%, Laserasi jalan lahir Diperkirakan ada 14 juta kasus 4%-5%, dan kelainan darah 0,5%-0,8% perdarahan post partum dan setiap (Mochtar, 2011). tahunnya 128.000 wanita mengalami Di negara berkembang, kematian kematian akibat perdarahan post partum ibu bersalin akibat perdarahan (Kemenkes RI, 2013). postpartum mencapai 50% dari seluruh Di Provinsi Lampung yang menjadi kematian ibu bersalin. Perdarahan post penyebab terbesar kematian ibu yaitu partum (PPP) adalah perdarahan lebih perdarahan sebesar 50,69% dan dari 500-600 ml selama 24 jam setelah biasanya terjadi pada ibu hamil dengan anak lahir termasuk perdarahan karena resiko tinggi dan ibu bersalin yang tidak retensio placenta. Perdarahan post ditolong oleh tenaga kesehatan (DinKes partum adalah perdarahan dalam kala IV Propinsi Lampung, 2009). Berdasarkan lebih 500-600 cc dalam 24 jam setelah data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung anak dan placenta lahir (Manuaba, (2012) menyatakan AKI di Lampung 2010). terus meningkat, berdasarkan Menurut WHO (2011), setiap tahun keterangan Dinas Kesehatan Provinsi hampir 2,5 juta wanita harus menemui Lampung pada tahun 2011 terdapat 122 ajalnya karena persalinan. Salah satu AKI di Lampung. Jumlah itu meningkat penyebab kematian maternal adalah menjadi 138 kasus di tahun 2012. perdarahan 67% dan 23% kematian Insiden perdarahan post partum pada maternal akibat perdarahan disebabkan tahun 2012 di Provinsi Lampung sebesar robekan jalan lahir (Rafika, 2008). 22,4 per 100.000 kelahiran hidup, Indonesia sampai saat ini merupakan perdarahan post partum penyebab negara dengan AKI paling tinggi di Asia. utama kematian ibu sebesar 17,7% Di Indonesia, berdasarkan perhitungan (Profil Kesehatan Lampung, 2012). oleh BPS diperoleh AKI tahun 2008 Berdasarkan data dinas Kesehatan sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup. Kabupaten Tulang Bawang, data Jika dibandingkan dengan AKI tahun Kematian Ibu di kabupaten Tulang 2006 sebesar 307/100.000 Kelahiran Bawang tahun 2011 dari 7,6 per Hidup, AKI tersebut sudah jauh 100.000 kelahiran hidup, tahun 2012 menurun, namun masih jauh dari target menjadi 9,5 per 100.000 kelahiran hidup MDGs 2015 (102/100.000 Kelahiran dan meningkat di tahun 2013 menjadi Hidup). sebesar 12,8 per 100.000 kelahiran
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 213
hidup (Dinas Kesehatan Kabupaten tersebut diketahui gambaran Tulang Bawang, 2013). penyebabnya antara lain; atonia uteri Hasil penelitian Kurniati (2010) terjadi pada 50% ibu, sisa plasenta tentang analisis faktor-faktor yang (24%), retensio plasenta (16%), laserasi berhubungan dengan kejadian jalan lahir (5%), kelainan darah (8,8%) perdarahan postpartum di wilayah kerja (Data Register Puskesmas Dente Puskesmas Kebumen Jawa Tengah. Teladas, 2013). Didapati hasil penelitian baik faktor Penelitian ini bertujuan untuk langsung dan tidak langsung terhadap mengetahui penyebab-penyebab primer kejadian perdarahan post partum bahwa kejadian perdarahan post partum pada ada hubungan antara usia ibu (p value = ibu bersalin di Kecamatan Dente Teladas 0,017), paritas ibu (p value = 0,036), Kabupaten Tulang Bawang Provinsi atonia uteri (p value=0,002), retensio Lampung. plasenta (p value = 0,006), robekan jalan lahir (p value = 0,011), inversion METODE PENELITIAN uteri (p value = 0,013), gangguan Jenis penelitian ini adalah pembekuan darah (p value=0,024) penelitian kuantitatif yang merupakan dengan kejadian perdarahan post penelitian ilmiah yang sistematis partum. terhadap bagian-bagian dan fenomena Jarak kelahiran yang terlalu dekat serta hubungan-hubungannya meski boleh, namun dapat menimbulkan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi penelitian risiko. Kehamilan adalah masa yang ini adalah dilakukan di Kecamatan Dente sangat meletihkan dan membutuhkan Teladas Kabupaten Tulang Bawang, energi, utama secara fisik. Keletihan ini dengan waktu penelitian dilakukan pada makin diperparah jika ibu hamil masih tanggal 15 Juli - 15 Agustus 2014. harus merawat dan mengasuh bayi Rancangan penelitian yang digunakan sendiri, sehingga ibu pun membutuhkan dalam penelitian ini adalah analitik energi lebih besar. Kehamilan jarak dengan menggunakan pendekatan case dekat juga rentan mengakibatkan control alasan pemilihan rancangan ini maternal depletion syndrome, yakni didasarkan bahwa studi ini cocok untuk terjadinya pengikisan nutrisi ibu oleh mempelajari kasus-kasus yang jarang janin karena ibu tak memiliki cukup dan disebabkan oleh lebih dari satu waktu untuk mengembalikan cadangan faktor penyebab. nutrisi termasuk cadangan Fe sehingga Populasi penelitian ini adalah ibu rentan mengalami perdarahan melahirkan baik yang tidak mengalami (Manuaba, 2010). Teori tersebut perdarahan postpartum maupun yang didukungan dengan hasil penelitian Fedri mengalami perdarahan postpartum di (2011) tentang hubungan jarak Kecamatan Dente Teladas Kabupaten kehamilan, usia dan rupture perineum Tulang Bawang sebanyak 146 orang dari dengan kejadian perdarahan post 677 ibu postpartum. Penentuan jumlah partum di wilayah kerja Puskesmas sampel dihitung dengan rumus Lingkar Barat Bengkulu, hasil penelitian Lemeshow, didapatkan jumlah didapat ada hubungan jarak kehamilan, responden kelompok kasus 52 usia dan rupture perineum dengan responden dan kelompok kontrol 52 kejadian perdarahan post partum (p responden dengan perbandingan 1:1 value<0,05). sehingga jumlah sampel secara Puskesmas Dente Teladas keseluruhan adalah 104 responden. merupakan salah satu Puskesmas dengan kasus perdarahan post partum HASIL & PEMBAHASAN tertinggi di Kabupaten Tulang Bawang, 1. Distribusi Atonia Uteri berdasarkan data register pada tahun Jumlah 2012 terdapat 111 kasus (20,3%) kasus Atonia Uteri Kasus Kontrol perdarahan post partum dari 647 n % n % persalinan dan meningkat pada tahun Atonia uteri 34 65.4 21 40.4 2013 menjadi sebesar 146 kasus Tidak atonia 18 34.6 31 59.6 (26,6%) dari 677 persalinan. Dari uteri Total 52 100.0 52 100 jumlah kasus perdarahan post partum
214 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
Berdasarkan Tabel diatas, dari 52 (65,4%) responden dan dari 52 sampel kasus kejadian perdarahan responden kelompok kontrol terdapat 20 postpartum terdapat ibu dengan atonia (38,5%) responden yang mengalami uteri 34 (65,4%) responden, dan dari 52 inversio uteri. responden kelompok kontrol terdapat 21 (40,4%) yang mengalami atonia uteri. 5. Distribusi Gangguan Pembekuan Darah 2. Distribusi Robekan Jalan Lahir Gangguan Jumlah Jumlah Pembekuan Kasus Kontrol Robekan Jalan Kasus Kontrol Darah n % n % Lahir n % n % Gangguan Ada robekan 38 73.1 19 36.5 pembekuan 35 67.3 15 28.8 Tidak terjadi 14 26.9 33 63.5 darah robekan Total 52 100 52 100 Tdk ada pembekuan 17 32.7 37 71.2 Berdasarkan Tabel diatas, dari 52 darah sampel kasus kejadian perdarahan postpartum terdapat ibu dengan robekan Total 52 100 52 100 jalan lahir 38 (73,1) dan dari 52 kelompok kontrol terdapat 19 (36,5%) Berdasarkan Tabel diatas, dari 52 responden yang mengalami robean jalan sampel kasus kejadian perdarahan lahir. postpartum terdapat ibu dengan gangguan pembekuan darah 35 (67,3%) 3. Distribusi Retensio Plasenta responden dan dari 52 responden kelompok kontrol terdapat 15 (28,8%) Jumlah responden yang mengalami gangguan Retensio pembekuan darah. Kasus Kontrol Plasenta Hasil uji statistik tentang hubungan n % n % atonia uteri dengan kejadian perdarahan Retensio 34 65.4 15 28.8 postpartum, menggunakan chi square plasenta Tidak retensio diperoleh nilai p=0,018, menunjukkan plasenta 18 34.6 37 71.2 bahwa ada hubungan antara atonia uteri Total 52 100 52 100 dengan perdarahan postpartum di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013. Berdasarkan Tabel diatas, dari 52 Hubungan robekan jalan lahir sampel kasus kejadian perdarahan dengan kejadian perdarahan postpartum postpartum terdapat ibu dengan retensio didapati hasil uji statistik dengan plasenta 34 (65,4%) responden dari dari menggunakan chi square diperoleh nilai 52 responden kelompok kontrol terdapat p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada 15 (28,8%) responden yang mengalami hubungan Robekan Jalan Lahir dengan retensio plasenta. perdarahan postpartum di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013. 4. Distribusi Inversio Uteri Hubungan retensio plasenta dengan kejadian perdarahan Jumlah postpartum, didapati hasil uji statistik Inversio dengan menggunakan chi square Kasus Kontrol Uteri diperoleh nilai p=0,000 yang n % n % menunjukkan bahwa ada hubungan Inversio uteri 34 65.4 20 38.5 Retensio Plasenta dengan perdarahan Tidak Inversio postpartum di Kabupaten Tulang Bawang 18 34.6 32 61.5 uteri Tahun 2013. Total 52 100 52 100 Hubungan inversio uteri dengan kejadian perdarahan postpartum, hasil Berdasarkan Tabel diatas, dari 52 uji statistik dengan menggunakan chi sampel kejadian perdarahan postpartum square diperoleh nilai p=0,011 yang terdapat ibu dengan inversio uteri 34 menunjukkan bahwa ada hubungan
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 215
Inversio Uteri dengan perdarahan post partum sebesar 5,411 kali postpartum di Kabupaten Tulang Bawang dibandingkan ibu melahirkan tanpa Tahun 2013. retensio plasenta (OR; 5,411). Hubungan gangguan pembekuan darah dengan kejadian perdarahan Pembahasan postpartum, didapati hasil uji statistik 1. Atonia Uteri dengan menggunakan chi square Hasil analisis univariat dapat diperoleh nilai p=0,000 yang diketahui bahwa dari 104 responden menunjukkan bahwa ada hubungan pada kelompok kasus dan kelompok Gangguan Pembekuan darah dengan kontrol di dapatkan hasil bahwa kejadian perdarahan postpartum di Kabupaten perdarahan postpartum terdapat ibu Tulang Bawang Tahun 2013. dengan atonia uteri 34 (65,4%) Berdasarkan hasil akhir multivariat, responden dari kelompok kasus, dan 21 variabel yang mempunyai nilai p value (40,4%) responden dari kelompok yang lebih dari 0,05 sudah tidak ada, kontrol. sehingga tidak ada variabel yang harus Hasil penelitian sejalan dengan dikeluarkan dari model. Hasil akhir teori yang dikemukakan oleh Depkes RI multivariat dapat diketahui bahwa (2006), bahwa atonia uteri adalah uterus retensio plasenta merupakan variabel yang tidak berkontraksi setelah janin paling dominan pertama yang dan plasenta lahir. Atonia uteri (relaksasi berhubungan dengan kejadian otot uterus) adalah Uteri tidak perdarahan postpartum dengan nilai berkontraksi dalam 15 detik setelah (p=0,002 dan OR; 5,411), variabel dilakukan pemijatan fundus uteri dominan kedua adalah gangguan (plasenta telah lahir). pembekuan darah dengan nilai (p=0,002 Atonia uteri merupakan penyebab dan OR; 5,390), variabel dominan ketiga terbanyak perdarahan post partum dini adalah robekan jalan lahir dengan nilai (50%), dan merupakan alasan paling (p=0,008 dan OR; 4,296), variabel sering untuk melakukan histerektomi dominan keempat adalah inversion uteri post partum. Kontraksi uterus dengan nilai (p=0,020 dan OR;3,421), merupakan mekanisme utama untuk dan variabel dominan kelima adalah mengontrol perdarahan setelah atonia uteri dengan nilai (p=0,050 dan melahirkan. Atonia terjadi karena OR; 2,874). Sehingga tahap berikutnya kegagalan mekanisme ini. Perdarahan adalah pembuatan model multivariat post partum secara fisiologis dikontrol dengan interaksi variabel. oleh kontraksi serabut-serabut Hasil akhir uji interaksi didapati miometrium yang mengelilingi pembuluh variabel yang dapat masuk dalam model darah yang memvaskularisasi daerah akhir adalah variabel atonia uteri, implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi robekan jalan lahir, retensio plasenta, apabila serabut-serabut miometrium inversion uteri dan gangguan tidak berkontraksi (Manuaba, 2010). pembekuan darah yang berarti bahwa Hasil penelitian sejalan dengan ada lima faktor prediksi terhadap penelitian yang dilakukan oleh Kurniati penyebab primer kejadian perdarahan (2010) tentang analisis faktor-faktor post partum pada ibu bersalin di yang berhubungan dengan kejadian Kecamatan Dente Teladas Kabupaten perdarahan postpartum di wilayah kerja Tulang Bawang Provinsi Lampung. Puskesmas Kebumen Jawa Tengah. Namun dapat dijelaskan bahwa variabel Didapati bahwa ibu dengan atonia uteri retensio plasenta merupakan faktor pada kejadian perdarahan postpartum paling dominan pada kejadian sebanyak 32 (57,1%) mengalami atonia perdarahan post partum di Kecamatan uteri dan 24 (42,9%) tidak mengalami Dente Teladas Kabupaten Tulang atonia uteri. Bawang Provinsi Lampung (p; 0,002; Berdasarkan perolehan hasil OR=5,411), karena memiliki nilai Pvalue penelitian yang telah dilakukan paling kecil dan OR paling besar, angka membuktikan bahwa antara teori tersebut menunjukkan bahwa ibu yang sebelumnya dan penelitian yang melahirkan dengan retensio plasenta dilakukan oleh peneliti memiliki berisiko mengalami kejadian perdarahan kesamaan hasil serta sejalan dengan
216 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
penelitian yang sudah terungkap berhubungan dengan luka perineum sebelumnya, bahwa atonia uteri tidak sering dijumpai. Mungkin merupakan penyebab Atonia uteri adalah ditemukan setelah persalinan biasa, penyebab terbanyak perdarahan post tetapi lebih sering terjadi akibat partum, sehingga kita harus mampu ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila mengenali tanda bahayanya dan dapat kepal janin harus diputar. Robekan mengatasi masalah atonia uteri ini terdapat pada dinding lateral dan baru dengan memahami dan mengetahui terlihat pada pemeriksaan speculum. langkah-langkah dalam penatalaksanaan Robekan perineum terjadi pada atonia uteri dengan melakukan hampir semua persalinan pertama dan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu tidak jarang juga pada persalinan termasuk tanda vital (TNSP), dan Jika berikutnya. Robekan perineum dicurigai adanya syok segera lakukan umumnya terjadi digaris tengah dan bisa tindakan, Jika terjadi syok, segera mulai menjadi luasapabila kepala janin lahir penanganan syok seperti oksigenasi dan terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih pemberian cairan cepat, Pemeriksaan kecil dari pada biasa. Kepala janin golongan darah dan crossmatch perlu melewati pintu panggul bawah dengan dilakukan untuk persiapan transfusi ukuran yang lebih besar dan pada darah. sirkum fensia sub oksiput bregmatika. Laserasi pada traktus genetalia 2. Robekan Jalan Lahir sebaiknya dicurigai, ketika terjadi Hasil analisis univariat dapat perdarahan yang berlangsung lama yang diketahui bahwa 52 sampel kasus menyertai kontraksi uterus yang kuat kejadian perdarahan postpartum (Wiknjosastro, 2005). terdapat ibu dengan robekan jalan lahir Hasil penelitian sejalan dengan 38 (73,1) dan dari 52 kelompok kontrol penelitian yang dilakukan oleh Fedri terdapat 19 (36,5%) responden yang (2011) tentang hubungan rupture mengalami robean jalan lahir. perineum dengan kejadian perdarahan Hasil analisis sejalan dengan teori post partum di wilayah kerja Puskesmas yang dikemukankan Wiknjosastro Lingkar Barat Bengkulu. Hasil penelitian (2005), bahwa perdarahan yang cukup didapati ibu dengan ruptur perineum banyak dapat terjadi dan robekan yang (robekan jalan lahir) yaitu sebanyak 42 dialami selama proses melahirkan baik (57,5%) mengalami ruptur perineum yang normal ataupun dengan tindakan. dan 31 (42,5%) tidak mengalami ruptur Jalan lahir harus diinspeksi sesudah tiap perineum. kelahiran selesai sehingga sumber Berdasarkan perolehan hasil perdarahan bisa dikendalikan. Tempat- penelitian yang telah dilakukan tempat perdarahan tersebut mencakup : membuktikan bahwa antara teori lokasi episiotomi, vulva, vagina dan sebelumnya dan penelitian yang serviks serta uterus yang rupture. dilakukan oleh peneliti memiliki Robekan jalan lahir merupakan kesamaan hasil serta sejalan dengan penyebab kedua tersering dari penelitian yang sudah terungkap perdarahan post partum. Robekan dapat sebelumnya, bahwa robekan jalan lahir terjadi bersamaan dengan atonia pada kasus kejadian perdarahan post uteri.perdarahan post partum dengan partum dapat berasal dari perlukaan uterus yang berkontraksi baik biasanya jalan lahir. Dengan demikian maka disebabkan oleh robekan servik,vagina diharapkan ibu mampu mengenali tanda dan perinium. bahaya dan dapat mengatasi masalah Robekan servik yang luas dengan memahami dan memberikan menimbulkan perdarahan dan dapat dukungan dan penguatan emosional jika menjalar ke segmen bawah uterus. terjadi robekan. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir 3. Retensio Plasenta lengkap dan uterus sudah berkontraksi Berdasarkan hasil analisis univariat dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan dapat diketahui bahwa dari 52 sampel jalan lahir, khususnya robekan serviks kasus kejadian perdarahan postpartum uteri. Perlukaan vagina yang tidak terdapat ibu dengan retensio plasenta 34
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 217
(65,4%) responden dari dari 52 sehingga harus melakukan tindakan responden kelompok kontrol terdapat 15 manual plasenta yaitu tindakan untuk (28,8%) responden yang mengalami mengeluarkan atau melepas plasenta retensio plasenta. secara manual (menggunakan tangan) Hal tersebut sejalan dengan teori dari tempat implantasinya dan kemudian yang di kemukankan Mocthar (2011), melahirkannya. yang mendefinisikan bahwa retensio plasenta adalah kejadian patologi 4. Inversio Uteri dimana selaput fetus tidak keluar dari Berdasarkan hasil analisis univariat alat kelamin induknya dalam waktu 1–12 dapat diketahui bahwa dari 52 sampel jam setelah kelahiran anaknya. Retensio kejadian perdarahan postpartum plasenta adalah tertahannya atau belum terdapat ibu dengan inversio uteri 34 lahirnya plasenta hingga 30 menit atau (65,4%) responden dan dari 52 lebih setelah bayi lahir (Syaifudin, responden kelompok kontrol terdapat 20 2009). (38,5%) responden yang mengalami Gejala pertama yang tampak inversio uteri. adalah adanya selaput fetus yang Hal ini sejalan dengan teori yang di menggantung diluar alat kelamin kemukankan oleh Mochtar (2011), (Mochtar, 2011). Kadang–kadang mendefinisikan bahwa inversio uteri selaput fetus tidak keluar melewati vulva adalah keadaan dimana fundus uteri tapi tetap menetap dalam uterus dan terbalik sebagian atau seluruhnya masuk vagina. Pemeriksaan terhadap selaput ke dalam cavum uteri. Penyebabnya bisa fetus sebaiknya dilakukan sesudah terjadi secara spontan atau karena partus untuk mengetahui apakah terjadi tindakan. Faktor yang memudahkan retensio atau tidak. Pemeriksaan melalui terjadinya adalah uterus yang lembek, uterus dapat dilakukan dalam waktu 24– lemah, tipis dindingnya; tarikan tali 36 jam post partus. Sesudah 48 jam pusat yang berlebihan atau patulous biasanya sulit atau tidak mungkin kanalis servikalis. Yang spontan dapat memasukkan tangan ke dalam uterus terjadi pada grande multipara, atonia atau selaput fetus dalam servik. uteri, kelemahan alat kandungan, dan Hasil penelitian sejalan dengan tekanan intra abdominal yang tinggi penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (mengejan/batuk). Yang karena (2010) tentang analisis faktor-faktor tindakan dapat disebabkan cara crade yang berhubungan dengan kejadian berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada perdarahan postpartum di wilayah kerja manual plasenta yang dipaksakan, Puskesmas Kebumen Jawa Tengah. apalagi ada pelekatan plasenta pada Didapati bahwa ibu dengan retensio dinding rahim. plasenta didapati sebanyak 33 (58,9%) Menurut Manuaba (2010), bahwa mengalami retensio plasenta dan inversio uteri merupakan keadaan sebanyak 23 (41,1%) tidak mengalami dimana fundus uteri masuk ke dalam retensio plasenta. kavum uteri, dapat secara mendadak Berdasarkan perolehan hasil atau terjadi perlahan. Pada inversio uteri penelitian yang telah dilakukan bagian atas uterus memasuki kavum membuktikan bahwa antara teori uteri, sehingga fundus uteri sebelah sebelumnya dan penelitian yang dalam menonjol ke dalam kavum uteri. dilakukan oleh peneliti memiliki Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, kesamaan hasil serta sejalan dengan terjadi tiba-tiba dalam kala III atau penelitian yang sudah terungkap segera setelah plasenta keluar. Sebab sebelumnya, bahwa retensio plasenta inversio uteri yang tersering adalah tersebut dapat menimbulkan bahaya kesalahan dalam memimpin kala III, perdarahan, infeksi sebagai benda mati, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat dan menarik tali pusat pada plasenta terjadi polip plasenta dan terjadi yang belum terlepas dari insersinya. degerasi ganas korio karsioma, oleh Hasil penelitian sejalan dengan karena itu kita harus Memahami dan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati dapat menerapkan asuhan yang harus (2010) tentang analisis faktor-faktor dilakukan pada retensio plasenta yang berhubungan dengan kejadian
218 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
perdarahan postpartum di wilayah kerja untuk menata strategi pelayanan ibu Puskesmas Kebumen Jawa Tengah. hamil saat perawatan antenatal dan Didapati bahwa ibu dengan inversio uteri melahirkan dengan mengatur petugas adalah sebanyak 37 (66,1%) mengalami kesehatan mana yang sesuai dan inversio uteri dan sebanyak 19 (33,9%) jenjang rumah sakit rujukan. Akan tidak mengalami inversio uteri. tetapi, pada saat proses persalinan, Berdasarkan perolehan hasil semua kehamilan mempunyai risiko penelitian yang telah dilakukan untuk terjadinya patologi persalinan, membuktikan bahwa antara teori salah satunya adalah perdarahan pasca sebelumnya dan penelitian yang persalinan. dilakukan oleh peneliti memiliki Hasil penelitian sejalan dengan kesamaan hasil serta sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati penelitian yang sudah terungkap (2010) tentang analisis faktor-faktor sebelumnya, bahwa inversio uteri yang berhubungan dengan kejadian merupakan komplikasi kala III perdarahan postpartum di wilayah kerja persalinan yang sangat ekstrem. Karena Puskesmas Kebumen Jawa Tengah. servik mendapatkan pasokan darah yang Didapati bahwa ibu dengan gangguan sangat banyak maka inversio uteri yang pembekuan darah adalah sebanyak 30 total dapat menyebabkan renjatan (53,6%) mengalami gangguan vasovagal dan memicu terjadinya pembekuan darah dan sebanyak 26 perdarahan pasca persalinan yang masif (46,4%) tidak mengalami gangguan akibat atonia uteri yang menyertainya pembekuan darah. Inversio Uteri dapat terjadi pada kasus Berdasarkan perolehan hasil pertolongan persalinan kala III aktif. penelitian yang telah dilakukan Pencegahan dapat dilakukan dengan membuktikan bahwa antara teori cara jangan terlalu mendorong rahim sebelumnya dan penelitian yang atau melakukan perasat crede berulang- dilakukan oleh peneliti memiliki ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali kesamaan hasil serta sejalan dengan pusat serta melakukan pengeluaran penelitian yang sudah terungkap plasenta dengan tajam. sebelumnya, bahwa gangguan pembekuan darah terjadi akibat 5. Gangguan Pembekuan Darah bekerjanya sebuah sistem yang sangat Berdasarkan hasil analisis univariat rumit. Terjadi interaksi atau komunikasi dapat diketahui bahwa dari 52 sampel antar sel, sehingga hilangnya satu kasus kejadian perdarahan postpartum bagian saja yang membentuk sistem ini, terdapat ibu dengan gangguan atau kerusakan sekecil apa pun pembekuan darah 35 (67,3%) padanya, akan menjadikan keseluruhan responden dan dari 52 responden proses tidak berfungsi. kelompok kontrol terdapat 15 (28,8 %) responden yang mengalami gangguan Hasil Analisis Bivariat pembekuan darah. 1. Hubungan Atonia Uteri dengan Hasil penelitian sejalan dengan kejadian Perdarahan postpartum teori yang dikemukakan oleh Sarwono Berdasarkan hasil uji statistik (2010), bahwa gangguan pembekuan dengan menggunakan chi square darah baru dicurigai bila penyebab yang diperoleh nilai p=0,018 yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai menunjukkan bahwa ada hubungan ada riwayat pernah mengalami hal yang Atonia Uteri dengan perdarahan sama pada persalinan sebelumnya. Akan postpartum di Kabupaten Tulang Bawang ada tendensi mudah terjadi perdarahan Tahun 2013. Nilai OR=2,78 setiap dilakukan penjahitan dan menunjukkan bahwa ibu mengalami perdarahan akan merembus atau timbul Atonia Uteri berisiko mengalami hematoma pada bekas jahitan, suntikan perdarahan postpartum sebesar 2,5 kali dan perdarahan dari gusi, rongga hidung dibandingkan ibu yang tidak mengalami dan lain-lainnya. Atonia Uteri. Klasifikasi kehamilan risiko rendah Hal ini sejalan dengan teori dan risiko tinggi akan memudahkan (Wiknjosatro (2013) atonia uteri terjadi penyelenggara pelayanan kesehatan pada perdarahan post partum primer
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 219
adalah perdarahan yang berlangsung yang bermakna antara paritas resiko dalam 24 jam pertama dengan jumlah tinggi (p=0,002, OR=6,905) dan kadar perdarahan 500cc atau lebih. Atonia Hb kelompok anemia (p=0,000, uteri merupakan sebab terpenting OR=1,186) dengan atonia uteri. perdarahan post partum. Atonia uteri Berdasarkan perolehan hasil dapat terjadi karena proses persalinan penelitian yang telah dilakukan yang lama, perdarahan rahim yang membuktikan bahwa antara teori berlebihan pada waktu hamil seperti sebelumnya dan penelitian yang pada hamil kembar atau janin besar, dilakukan oleh peneliti memiliki persalinan yang sering dijumpai kesamaan hasil serta sejalan dengan (multiparitas) atau anestesi yang dalam. penelitian yang sudah terungkap Atonia uteri merupakan sebab terpenting sebelumnya, bahwa ibu pada kelompok perdarahan post partum. Atonia uteri kasus atau kelompok mengalami dapat terjadi karena proses persalinan perdarahan post partum sebagian besar yang lama, perdarahan rahim yang didominasi oleh responden yang berlebihan pada waktu hamil seperti mengalami atonia uteri, dibandingkan pada hamil kembar atau janin besar, dengan kelompok kontrol yang dominan persalinan yang sering dijumpai tidak mengalami atonia uteri. Dengan (multiparitas) atau anestesi yang dalam. demikian maka perlu adanya upaya dari Atonia uteri, rahim membesar dan ibu hamil untuk rajin melakukan ANC lembek. agar dapat terhindar dari adanya risiko- Menurut Manuaba (2010), bahwa risiko penyebab terjadinya atonia uteri. atonia uteri terjadi jika uterus tidak Tindakan pertama yang harus dilakukan berkontraksi dalam 15 detik setelah bergantung pada keadaan kliniknya. dilakukan rangsangan (pemijatan) Pada umumnya dilakukan secara fundus uteri. Hal tersebut didukung oleh simultan (bila pasien syok) seperti sikap pernyataan menurut teori Depkes RI trendelenburg, memasang venous line, (2006), bahwa atonia uteri adalah uterus dan memberikan oksigen. Sekaligus yang tidak berkontraksi setelah janin merangsang uteri dengan cara massage dan plasenta lahir. Atonia uteri (relaksasi fundus uteri dan merangsang putting otot uterus) adalah Uteri tidak susu, pemberian oksitosin dan turunan berkontraksi dalam 15 detik setelah ergot melalui suntikan secara i.m.,i.v., dilakukan pemijatan fundus uteri atau s.c., memberikan derivate (plasenta telah lahir). prostaglandin F2α yang kadang Atonia uteri merupakan penyebab memberikan efek samping berupa diare, terbanyak perdarahan post partum dini hipertensi, mual, muntah, febris, dan (50%), dan merupakan alasan paling takikardi.Pastikan bahwa kontraksi sering untuk melakukan histerektomi uterus baik, lakukan pijatan uterus post partum. Kontraksi uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. merupakan mekanisme utama untuk Bekuan darah yang terperangkap di mengontrol perdarahan setelah uterus akan menghalangi kontraksi melahirkan. Atonia terjadi karena uterus yang efektif. berikan 10 unit kegagalan mekanisme ini. Perdarahan oksitosin IM, Lakukan kateterisasi, dan post partum secara fisiologis dikontrol pantau cairan keluar-masuk, Periksa oleh kontraksi serabut-serabut kelengkapan plasenta Periksa miometrium yang mengelilingi pembuluh kemungkinan robekan serviks, vagina, darah yang memvaskularisasi daerah dan perineum, Jika perdarahan terus implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi berlangsung, lakukan uji beku darah. apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi (Manuaba, 2010). 2. Hubungan Robekan Jalan Lahir Hasil analisis sejalan dengan hasil dengan kejadian Perdarahan penelitian Lucinda (2010), didapatkan postpartum angka kejadian atonia uteri di RSUD Berdasarkan hasil uji statistik Kota Bekasi periode Januari 2009 sampai dengan menggunakan chi square Desember 2010 adalah 31 responden diperoleh nilai p=0,000 yang dari 2436 persalinan (1,27%) yang menunjukkan bahwa ada hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan Robekan Jalan Lahir dengan perdarahan
220 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
postpartum di Kabupaten Tulang Bawang perdarahan postpartum di wilayah kerja Tahun 2013. Nilai OR=4,71 Puskesmas Kebumen Jawa Tengah. menunjukkan bahwa ibu yang ada Didapati hasil penelitian baik faktor robekan jalan lahir berisiko mengalami langsung dan tidak langsung terhadap perdarahan postpartum sebesar 4,7 kali kejadian perdarahan post partum bahwa dibandingkan dengan ibu yang tidak ada ada hubungan antara robekan jalan lahir robekan pada saat melahirkan. dengan kejadian perdarahan post Hasil penelitian tersebut sejalan partum (p value=0,011). dengan pendapat Wiknjosastro (2005), Berdasarkan perolehan hasil bahwa robekan dapat terjadi bersamaan penelitian yang telah dilakukan dengan atonia uteri. Perdarahan post membuktikan bahwa antara teori partum dengan uterus yang berkontraksi sebelumnya dan penelitian yang baik biasanya disebabkan oleh robekan dilakukan oleh peneliti memiliki servik atau vagina. kesamaan hasil serta sejalan dengan Menurut Syaifudin (2009), bahwa penelitian yang sudah terungkap perdarahan post partum adalah sebelumnya, bahwa adanya robekan perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi jalan lahir karena adanya tindakan setelah bayi lahir pervaginam atau lebih persalinan oleh karenanya Jalan lahir dari 1.000ml setelah persalinan harus diinspeksi sesudah tiap kelahiran abdominal. Kondisi dalam persalinan selesai sehingga sumber perdarahan bisa menyebabkan kesulitan untuk dikendalikan. Pada semua kasus, periksa menentukan jumlah perdarahan yang adanya cedera pada kandung kemih. Jka terjadi, maka batasan jumlah teridentifikasi adanya cedera kandung perdarahan disebutkan sebagai kemih, perbaiki cedera tersebut, Tutup perdarahan yang lebih dari normal fasia engan jahitan jelujur menggunakan dimana telah menyebabkan perubahan benang catgut kromik (poliglikolik) 0, tanda vital, antara lain pasien mengeluh Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup lemah, limbung, berkeringat dingin, jaringan subcutan dengan kasa dan buat menggigil, hiperpnea, tekanan darah jahitan longgar menggunakan benang sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 catgut ( poligkolik ) 0. Tutup kulit x/menit, kadar Hb < 8 g/dL. Penyebab dengan penutupan lambat setelah infeksi terjadinya perdarahan post partum dibersihkan. Robekan pada jalan lahir, antara lain atonia uteri, luka jalan lahir, sebagai akibat persalinan, Baik itu retensio plasenta, dan gangguan berupa robekan perinium, robekan pembekuan darah. serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat Perdarahan yang cukup banyak diatasi apabila seorang tenaga dapat terjadi dan robekan yang dialami kesehatan dapat mengelolanya dengan selama proses melahirkan baik yang baik dan mampu mengerti tentang normal ataupun dengan tindakan. Jalan robekan jalan lahir dan dapat lahir harus diinspeksi sesudah tiap memberikan pelayanan yang terbaik kelahiran selesai sehingga sumber bagi klien serta mampu memberikan perdarahan bisa dikendalikan. Tempat- asuhan secara komprehensif. tempat perdarahan tersebut mencakup : lokasi episiotomi, vulva, vagina dan 3. Hubungan Retensio Plasenta serviks serta uterus yang rupture. dengan kejadian Perdarahan Robekan jalan lahir merupakan postpartum penyebab kedua tersering dari Berdasarkan hasil uji statistik perdarahan post partum. Robekan dapat dengan menggunakan chi square terjadi bersamaan dengan atonia diperoleh nilai p=0,000 yang uteri.perdarahan post partum dengan menunjukkan bahwa ada hubungan uterus yang berkontraksi baik biasanya Retensio Plasenta dengan perdarahan disebabkan oleh robekan servik atau postpartum di Kabupaten Tulang Bawang vagina (Wiknjosastro, 2005). Tahun 2013. Nilai OR=4,6 menunjukkan Hasil penelitian sejalan dengan bahwa ibu yang mengalami kejadian penelitian yang dilakukan oleh Kurniati Retensio Plasenta berisiko mengalami (2010) tentang analisis faktor-faktor perdarahan postpartum sebesar 4,6 kali yang berhubungan dengan kejadian dibandingkan ibu yang tidak mengalami
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 221
kejadian Retensio Plasenta. memperlihatkan gejala–gejala metritis Hasil penelitian sejalan dengan seperti anorexia, depresi, suhu badan teori Mochtar (2011), menyatakan tinggi, pulsus meningkat dan berat bahwa retensio plasenta dapat badan turun. disebabkan beberapa faktor yaitu Penelitian juga didukung dengan gangguan mekanis (hanya 0,3% hasil penelitian Ruwaida (2010) kasusnya), yaitu selaput fetus yang ditemukan adanya hubungan antara sudah terlepas dari dinding uterus, tidak status retensio plasenta dengan dapat terlepas dan keluar dari alat perdarahan postpartum diketahui bahwa kelamin karena masuk dalam kornu uteri dari 83 responden dengan kondisi yang tidak bunting, atau kanalis perdarahan abnormal terdapat 29 orang servikalis yang terlalu cepat menutup, (82,9%) yang mengalami retensio sehingga selaput fetus terjepit. Induk plasenta dan 54 orang (20,0%) yang kekurangan kekuatan untuk tidak mengalami retensio plasenta. mengeluarkan sekundinae setelah Berdasarkan hasil uji chi square maka melahirkan. Ini disebabkan adanya diperoleh p Value (0,000)<α (0,05). atonia uteri pasca melahirkan (kasusnya Sehingga terdapat hubungan antara 1–2%). Mungkin juga karena defisiensi status retensio plasenta dengan hormon yang menstimulir kontraksi perdarahan postpartum. uterus pada waktu melahirkan, seperti Berdasarkan perolehan hasil oksitosin atau estrogen. Atonia uteri penelitian yang telah dilakukan pasca melahirkan juga bisa disebabkan membuktikan bahwa antara teori oleh berbagai penyakit seperti sebelumnya dan penelitian yang penimbunan cairan dalam selaput fetus, dilakukan oleh peneliti memiliki torsio uteri, kembar, distokia dan kondisi kesamaan hasil serta sejalan dengan patologik lainnya. Gangguan pelepasan penelitian yang sudah terungkap sekundinae yang berasal dari karankula sebelumnya, bahwa etensio plasenta induk. Ini adalah kasus yang paling terjadi karena adanya kegagalan dalam sering terjadi dan dapat mencapai 98%,. pelepasan villi kotiledon foetal dari kripta Avitaminosa–A menyebabkan retensio karankula maternal, hal tersebut dapat plasenta, karena kemungkinan besar dilakukan terapi dengan melihat sebab- vitamin A perlu untuk mempertahankan sebabnya dan ada tidaknya gejala kesehatan dan resistensi epitel uterus peradangan. Pertolongan terhadap dan plasenta. Retensio plasenta terjadi retensio sekundinarium ditujukan pada pada 69% sapi dari suatu kelompok pengeluaran sekundinae dari alat ternak yang diberikan makanan dengan kelamin secepat-cepatnya dan kadar karoten yang rendah. diupayakan agar kesuburan induk Gejala pertama yang tampak penderita tetap baik. adalah adanya selaput fetus yang menggantung diluar alat kelamin 4. Hubungan Inversio Uteri dengan (Mochtar, 2011). Kadang–kadang kejadian Perdarahan postpartum selaput fetus tidak keluar melewati vulva Berdasarkan hasil uji statistik tapi tetap menetap dalam uterus dan dengan menggunakan chi square vagina. Pemeriksaan terhadap selaput diperoleh nilai p=0,011 yang fetus sebaiknya dilakukan sesudah menunjukkan bahwa ada hubungan partus untuk mengetahui apakah terjadi Inversio Uteri dengan perdarahan retensio atau tidak. Pemeriksaan melalui postpartum di Kabupaten Tulang Bawang uterus dapat dilakukan dalam waktu 24– Tahun 2013. Nilai OR=3,02 36 jam post partus. Sesudah 48 jam menunjukkan bahwa ibu yang terjadi biasanya sulit atau tidak mungkin inversio uteri berisiko mengalami memasukkan tangan ke dalam uterus perdarahan postpartum sebesar 3 kali atau selaput fetus dalam servik. Adanya dibandingkan ibu yang tidak terjadi selaput fetus di dalam servik cenderung inversio uteri. menghambat kontraksi serviks. Sekitar Hasil tersebut sejalan dengan teori 75–80% sapi dengan retensio Manuaba (2010), bahwa inversio uteri sekundinae tidak menunjukkan tanda– merupakan keadaan dimana fundus uteri tanda sakit. Sekitar 20-25% masuk ke dalam kavum uteri, dapat
222 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
secara mendadak atau terjadi perlahan. penelitian yang dilakukan Rozikhan Pada inversio uteri bagian atas uterus (2005), yang menyimpulkan bahwa ada memasuki kavum uteri, sehingga fundus hubungan antara inversio uteri dengan uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kejadian perdarahan postpartum karena kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali didapati (Pvalue=0,001), hasil tersebut ditemukan, terjadi tiba-tiba dalam kala didapati juga bahwa inversio uteri III atau segera setelah plasenta keluar. mempunyai risiko untuk terjadi Sebab inversio uteri yang tersering perdarahan postpartum sebesar 4,751 adalah kesalahan dalam memimpin kala kali dibandingkan wanita tidak III, yaitu menekan fundus uteri terlalu mengalami inversio uteri, perolehan hasil kuat dan menarik tali pusat pada penelitian membuktikan adanya plasenta yang belum terlepas dari hubungan antara inversio uteri dengan insersinya. perdarahan postpartum. Menurut Mochtar (2011), bahwa Berdasarkan perolehan hasil inversio uteri adalah keadaan dimana penelitian yang telah dilakukan fundus uteri terbalik sebagian atau membuktikan bahwa antara teori seluruhnya masuk ke dalam cavum sebelumnya dan penelitian yang uteri. Penyebabnya bisa terjadi secara dilakukan oleh peneliti memiliki spontan atau karena tindakan. Faktor kesamaan hasil serta sejalan dengan yang memudahkan terjadinya adalah penelitian yang sudah terungkap uterus yang lembek, lemah, tipis sebelumnya, bahwa inversio uteri dapat dindingnya; tarikan tali pusat yang terjadi secara spontan atau karena berlebihan atau patulous kanalis tindakan, oleh karenanya agar tidak servikalis. Yang spontan dapat terjadi terjadi inversio uteri maka saat pada grande multipara, atonia uteri, melakukan tindakan tidak berlebihan kelemahan alat kandungan, dan tekanan sehingga inversio uteri tidak terjadi. intra abdominal yang tinggi Apabila terdapat inversio uteri dengan (mengejan/batuk). Yang karena gejala-gejala syok, maka harus diatasi tindakan dapat disebabkan cara crade lebih dulu dengan infuse IV cairan berlebihan, tarikan tali pusat, dan pada elektrolit dan transfusi darah, segera manual plasenta yang dipaksakan, sesudah itu dilakukan reposisi. Apabila apalagi ada pelekatan plasenta pada reposisi pervaginam gagal, sebaiknya dinding rahim. dilakukan pembedahan menurut Haultein Diagnosis dan Gejala Klinik (dikerjakan laparotomi, dinding belakang dijumpai pada kala III atau post partum lingkaran konstriksi dibuka, sehingga dengan gejala nyeri yang hebat memungkinkan penyelenggaraan perdarahan yang banyak sampai syok, reposisi uterus sedikit demi sedikit, apalagi plasenta masih melekat dan kemudian luka di bawah uterus dijahit sebagian sudah ada yang terlepas dan dan luka laparotomi ditutup). Cara dapat terjadi strangulasi dan nekrosis. pengobatan denganLatihan otot dasar Atau dilakukan dengan pemeriksaan panggul, Stimulasi otot dasar panggul dalam yaitu bila masih inkomplit, maka dengan alat listrik, Pemasangan pada daerah simfisis uterus teraba pesarium, Hanya bersifat paliatif, fundus uteri cekung ke dalam, bila Pesarium dari cincin plastic komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina terraba tumor 5. Hubungan Gangguan Pembekuan lunak. Kavum uteri sudah tidak ada Darah dengan Kejadian (terbalik). Perdarahan Postpartum Hasil penelitian ini juga Berdasarkan hasil uji statistik mendukung penelitian yang dilakukan dengan menggunakan chi square Artikasari (2007), bahwa inversio uteri diperoleh nilai p=0,000 yang memiliki hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa ada hubungan dengan perdarahan postpartum dan Gangguan Pembekuan darah dengan memiliki peluang sebesar 1,458 kali perdarahan postpartum di Kabupaten untuk terjadinya perdarahan Tulang Bawang Tahun 2013. Nilai postpartum, dengan nilai OR=5,07 menunjukkan bahwa ibu yang (Pvalue=0,021). Selain itu juga memiliki Gangguan Pembekuan darah
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 223
berisiko mengalami perdarahan menghaddapi PPP dan mengadakan postpartum sebesar 4,1 kali rujukan sebagaimana mestinya dibandingkan ibu yang tidak mengalami (Sarwono, 2010) Gangguan Pembekuan darah. Penelitian juga didukung dengan Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Ruwaida (2010) teori Sarwono (2010), yang menyatakan ditemukan adanya hubungan antara bahwa gangguan pembekuan darah baru gangguan pembekuan darah dengan dicurigai bila penyebab yang lain dapat kondisi perdarahan post partum, yaitu disingkirkan apalagi disertai ada riwayat dari 83 responden dengan kondisi pernah mengalami hal yang sama pada perdarahan abnormal sebanyak 19 orang persalinan sebelumnya. Akan ada (70,4%) yang mengalami gangguan tendensi mudah terjadi perdarahan pembekuan darah, dan sebanyak 64 setiap dilakukan penjahitan dan orang (23,0%) yang tidak mengalami perdarahan akan merembus atau timbul gangguan pembekuan darah. hematoma pada bekas jahitan, suntikan Berdasarkan hasil uji chi square maka dan perdarahan dari gusi, rongga hidung diperoleh Pvalue=0,003, sehingga dan lain-lainnya. Pada pemeriksaan disimpulkan bahwa ada hubungan antara penunjang ditemukan hasil pemeriksaan gangguan pembekuan darah dengan faal hemostatis yang abnormal. kejadian perdarahan postpartum. Waktu perdarahan dan waktu Berdasarkan perolehan hasil pembekuan memanjang, penelitian yang telah dilakukan trombositopenia, terjadi membuktikan bahwa antara teori hipofibrinogenemia, dan terdektesi sebelumnya dan penelitian yang adanya FDP (fibrin deggradation dilakukan oleh peneliti memiliki product) serta panjangan tes protombrin kesamaan hasil serta sejalan dengan dan PTT (partial tromboplastin time). penelitian yang sudah terungkap Predisposisi untuk terjadinya hal ini sebelumnya, bahwa kausal perdarahan adalah solusio plasenta, kematian janin, postpartum karena gangguan dalam kandungan, eklapsia, emboli pembekuan darah baru dicurigai bila cairan ketuban dan sepsis. Terapi yang penyebab yang lain dapat disingkirkan dilakukan adalah dengan tranfusi darah apalagi disertai ada riwayat pernah dan produknya seperti plasma beku mengalami hal yang sama pada segar, trombosit, fibrinogen dan persalinan sebelumnya. Akan ada heparinisasi atau pemberian EACA tendensi mudah terjadi perdarahan (epsilon amino caproic acid) (Sarwono, setiap dilakukan penjahitan dan 2010). perdarahan akan merembes atau timbul Antisipasi terhadap hal tersebut hematoma. Sehingga dapat dikatakan dapat dilakukan melalui persiapan bahwa gangguan pembekuan darah sebelum hamil untuk memperbaiki dapat diatasi dengan cara mengatasi keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit yang menyertai kehamilan dan penyakit kronis, anemia, dan lain-lain melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga pada saat hamil dan persalinan secara optimal. Oleh karenanya, pasien tersebut ada dalam keadaan diperlukan upaya persiapan sebelum optimal. Mengenal faktor predisposisi hamil untuk memperbaiki keadaan PPP seperti multiparitas, anak besar, umum dan mengatasi setiap penyakit hamil kembar, hidramion, bekas seksio, kronis, anemia, dan lain-lain sehingga ada riwayat PPP sebelumnya dan pada saat hamil dan persalinan pasien kehamilan risiko tinggi lainnya yang tersebut ada dalam keadaan optimal. risikonya akan muncul saat persalinan. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 6. Hubungan Paling Dominan pada jam dan pencegahan partus lama. Faktor Penyebab Kejadian Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan Perdarahan Postpartum di fasilitasi rumah sakit rujukan. Berdasarkan hasil analisis Kehamilan risiko rendah agar melahirkan multivariate variabel yang dapat masuk di tenaga kesehatan terlatih dan dalam model akhir adalah atonia uteri, menghindari persalinan dukun. Mengusai robekan jalan lahir, retensio plasenta, langkah-langkah pertolongan pertama inversio uteri, dan gangguan pembekuan
224 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
darah berarti ada lima faktor prediksi Perdarahan post partum perdarahan postpartum di Kecamatan merupakan penyebab kematian maternal Dente Teladas Kabupaten Tulang terbanyak, Semua wanita yang hamil 20 Bawang Tahun 2013. Variabel bahwa minggu memiliki resiko perdarahan post retensio plasenta merupakan variabel partum. Walaupun angka kematian paling dominan yang berhubungan maternal telah turun dinegara-negara dengan kejadian perdarahan postpartum berkembang, perdarahan post partum di Kabupaten Tulang Bawang dengan tetap merupakan penyebab kematian nilai (p=0,002 dan OR; 5,411) karena maternal terbanyak dimana-mana. memiliki nilai p paling kecil dan OR Perdarahan post partum adalah paling besar, angka ini menunjukkan perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi bahwa ibu yang mengalami kejadian setelah bayi lahir pervaginam atau lebih Retensio Plasenta berisiko mengalami dari 1000 ml setelah persalinan perdarahan postpartum sebesar 4,6 kali abdominal. Kondisi dalam persalinan dibandingkan ibu yang tidak mengalami menyebabkan kesulitan untuk kejadian Retensio Plasenta. menentukan jumlah perdarahan yang Hasil penelitian ini sejalan dengan terjadi, maka batasan jumlah teori yang dikemukakan oleh Manuaba perdarahan disebutkan sebagai (2010), yang menjelaskan bahwa perdarahan yang lebih dari normal yang retensio plasenta adalah plasenta yang telah menyebabkan perubahan tanda belum lepas setelah bayi lahir melebihi vital (Nugroho, 2008). waktu setengah jam, yang disebabkan Perdarahan yang biasanya tidak karena gangguan mekanis (hanya 0,3% dapat diperkirakan dan terjadi secara kasusnya), yaitu selaput fetus yang mendadak, sebagian besar kasus sudah terlepas dari dinding uterus, tidak perdarahan terjadi karena retensio dapat terlepas dan keluar dari alat plasenta dan atonia uteri. Hal ini kelamin karena masuk dalam kornu uteri mengindikasikan kurang baiknya yang tidak bunting, atau kanalis managemen tahap ketiga proses servikalis yang terlalu cepat menutup, kelahiran dan pelayanan emergency sehingga selaput fetus terjepit (Mochtar, obstetrik. 2011). Perdarahan postpartum secara Induk kekurangan kekuatan untuk fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat - mengeluarkan sekundinae setelah serat myometrium terutama yang melahirkan. Ini disebabkan adanya berada di sekitar pembuluh darah yang atonia uteri pasca melahirkan (kasusnya mensuplai darah pada tempat 1–2%). Mungkin juga karena defisiensi perlengketan plasenta. Retensio plasenta hormon yang menstimulir kontraksi menjadi salah satu pemicu terjadinya uterus pada waktu melahirkan, seperti perdarahan, karena his yang kurang oksitosin atau estrogen. Atonia uteri kuat. Hal ini menyebabkan otot-otot pasca melahirkan juga bisa disebabkan uterus tidak berkontraksi dengan oleh berbagai penyakit seperti adekuat sehingga terjadilah perdarahan penimbunan cairan dalam selaput fetus, post partum (Nugroho, 2008). torsio uteri, kembar, distokia dan kondisi Berdasarkan penjelasan di atas patologik lainnya. penulis berpendapat bahwa retensio Gangguan pelepasan sekundinae plasenta sangat besar pengaruhnya yang berasal dari karankula induk. Ini terhadap kejadian perdarahan adalah kasus yang paling sering terjadi postpartum karena disebabkan oleh dan dapat mencapai 98%,. Avitaminosa– sebab fungsionaldan sebab anatomik A menyebabkan retensio plasenta, sehingga menyebabkan otot-otot uterus karena kemungkinan besar vitamin A tidak berkontraksi dengan adekuat perlu untuk mempertahankan kesehatan sehingga timbul perdarahan yang dan resistensi epitel uterus dan plasenta. banyak pada saat persalinan. Retensio plasenta terjadi pada 69% sapi dari suatu kelompok ternak yang SIMPULAN DAN SARAN diberikan makanan dengan kadar 1. Distribusi kelompok kasus terdiri dari karoten yang rendah. ibu dengan robekan jalan lahir adalah sebanyak 38 orang (73,1%),
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 225
gangguan pembekuan darah adalah akan muncul saat persalinan, yang sebanyak 35 orang (67,3%), retensio telah tercacat pada rekam medik plasenta adalah sebanyak 34 orang pasien. (65,4%), inversio uteri adalah sebanyak 34 orang (65,4%), dan Bagi Puskesmas atonia uteri adalah sebanyak 34 orang 1. Mengoptimalisasikan fungsi UKBM (65,4%). (Posyandu atau Poskesdes) dengan 2. Ada hubungan Atonia Uteri dengan membuat program kunjungan ibu perdarahan postpartum di Kabupaten hamil ke Posyandu atau Poskesdes. Tulang Bawang Tahun 2013 2. Memperbaiki sistem pencatatan dan (p=0,018; OR=2,75). pelaporan mengenai ibu hamil dengan 3. Ada hubungan Robekan Jalan Lahir kepemilikan risiko perdarahan post dengan perdarahan postpartum di partum untuk dapat dimasukkan Kabupaten Tulang Bawang Tahun dalam program pengawasan terpadu. 2013 (p=0,000; OR=4,71). 3. Perlu adanya pedoman pelaksanaan 4. Ada hubungan Retensio Plasenta gizi pada ibu hamil termasuk dengan perdarahan postpartum di pemberian tablet Fe yang dilengkapi Kabupaten Tulang Bawang Tahun dengan multi micro nutrien (MMN) 2013 (p=0,000; OR=4,65). sebagai upaya preventif terhadap 5. Ada hubungan hubungan Inversio komplikasinya. Uteri dengan perdarahan postpartum 4. Melakukan penyuluhan melalui di Kabupaten Tulang Bawang Tahun kegiatan seminar dengan 2013 (p=0,011;OR=3,02). menganjurkan ibu untuk menunda 6. Ada hubungan Gangguan Pembekuan kehamilan dengan menggunakan alat darah dengan kejadian perdarahan KB. postpartum di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2013 (p=0,000; Bagi Bidan OR=5,07). 1. Melakukan konseling pada saat 7. Retensio plasenta merupakan variabel kunjungan pasien (K1-K4) selama paling dominan berhubungan dengan kehamilannya minimal 1 kali pada kejadian perdarahan postpartum di trisemester pertama dan maksimal 4 Kabupaten Tulang Bawang Provinsi kali selama kehamilan. Lampung (p=0,002; OR=5,411). 2. Memberikan saran serta anjuran mengenai komplikasi kehamilan Saran Bagi Dinas Kesehatan Tulang untuk mencegah terjadinya Bawang perdarahan postpartum. Untuk mencegah terjadinya 3. Memantau jalanya persalinan hingga perdarahan postpartum maka Dinas selesai dalam waktu 24 jam, untuk Kesehatan Tulang Bawang perlu mencegah partus lama yang dapat melakukan upaya sebagai berikut: berakibat terjadinya perdarahan 1. Melakukan pendataan ibu hamil postpartum. untuk dijadikan sebagai sasaran 4. Memberikan rujukan pada kehamilan informasi tentang upaya pencegahan risiko tinggi agar melahirkan di komplikasi persalinan. fasilitas rumah sakit rujukan. 2. Mewajibkan kepada bidan untuk melakukan kunjungan kepada ibu Penelitian Selanjutnya hamil yang ada di wilayahnya, agar Hasil penelitian ini hendaknya kondisi kehamilan ibu dapat dipantau dapat dijadikan sebagai bahan referensi dengan baik. serta dapat disempurnakan oleh peneliti 3. Membuat klasifikasi faktor selanjutnya dengan memilih variabel- predisposisi perdarahan postpartum variabel lainnya yang mempengaruhi seperti atonia uteri, robekan jalan terhadap penyebab primer kejadian lahir, retensio plasenta, inversio perdarahan post partum pada ibu uteri, dan gangguan pembekuan bersalin. darah, ada riwayat perdarahan postpartum sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi lainnya yang
226 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA Mochtar, Rustam, 2005. Sinopsis Azmi, Mifaul. 2011. Perbedaan Kejadian Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta: Perdarahan Postpartum Pada Buku Kedokteran EGC. 1 Primipara dan Multipara di RS Pku Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Muhammadiyah Gombong. Obstetry Jilid , Obstetry Fisiologi, Cunningham . 1997. FG et al: Breech Obstry Patologi jilid 1. EGC: Presentation and Delivery .Williams Jakarta. Obstetrics 22nd ed McGraw Hill. Nugroho, Taufan. 2012. OBSGYN : Departemen Kesehatan RI, 2010. Obstetri Dan Ginekologi untuk Undang-Undang Kesehatan No. 36 mahasiswa kebidanan dan Tahun 2009. Jakarta : Departemen keperawatan, cetakan I . Kesehatan RI. Yogyakarta : Nuha Medika. Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. 2009. Angka Kesakitan Ibu Dengan Metodologi Penelitian. Jakarta : Perdarahan Postpartum. Rineka Cipta. http://digilib.litbang.depkes.go.id Notoatmodjo. 2005. Metodologi Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Penelitian Kesehatan (edisa Revisi). Bawang, 2013. Jakarta; Rineka cipta. Dewi, Vivian Nanny Lia dan Sunarsih, Puskesmas Way Dente, 2013. Medical Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Record Puskesmas Way Dente Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Medika. Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Depkes RI, 2001. Rencana Pustaka Pembangunan Jangka Panjang Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Bidang Kesehatan Tahun 2005. Kebidanan Cetakan VI. Jakarta : Jakarta Yayasan Bina Pustaka. Fraser, Diane M dan Cooper, Margaret A. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu 2012. Buku Saku Praktik Klinik kebidanan Cetakan III. Jakarta : Kebidanan. Jakarta : EGC Yayasan Bina pustaka. Hastono, Susanto Priyo. 2007. Analisis Rozikhan. 2006. Faktor-Faktor Risiko Data Kesehatan. Depok Terjadinya perdarahan. Skripsi JNPK-KR / POGI. Asuhan Persalinan Sarwono, 2005. Buku Pedoman Praktis Normal. Jakarta: Jaringan Nasional Pelayanan Kesehatan. Jakarta Pelatihan Klinik; 2006. :Yayasan Bina Pustaka. Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar- Sukmawati 2003. Buku Pedoman Praktis Dasar Obstetri Dan Ginekologi. Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yogyakarta:EGC The Unoficial Site Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. of FK Unsri. 2007 Perdarahan Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Pasca Persalinan. Jakarta. Winkjosastro, Hanafi. 2005. Ilmu Manuaba, Ida Bagus Gde dkk. 2010. Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kebidanan, Penyakit Yogyakarta. Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC. Winkjosastro, Gulardi H. 2007. Ilmu Manuaba, Ida Bagus Gde dkk. 2007. Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan, Penyakit Cetakan:2. Jakarta: Bina Pustaka. Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC. World Health Organization (WHO). 2005. Risk Factor.
Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 4. Oktober 2014 227