Makalah SST
Makalah SST
Makalah SST
PENDAHULUAN
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai system organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat
tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang
tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan
adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendalian itu disebut sebagai
sistem koordinasi (Lita, 2006).
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf manusia tersusun dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum
tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan
sistem saraf otonom.
1
1.3 Tujuan :
Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni:
1. Untuk mengetahui identifikasi dari sistem saraf tepi
2. Untuk mengetahui mekanisme dari sistem saraf tepi.
1.4 Manfaat :
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
Dapat mengetahui serta memahami identifikasi dari sistem saraf tepi dan
mekanisme dari sitem saraf tepi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem persarafan terdiri dari neuron dan neuroglia yang tersusun membentuk sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan sistem saraf di luar sistem saraf pusat
yang membawa pesan dari dan menuju sistem saraf pusat untuk menjalankan otot dan
organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang,
sehingga rentan terhadap trauma (Snell,2006).
Sistem saraf tepi terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonomik.
Saraf-saraf tersebut mengandung serabut saraf aferen dan eferen. Pada umumnya
serabut eferen terlibat dalam fungsi motorik, seperti kontraksi otot atau sekresi kelenjar
sedangkan serabut aferen biasanya menghantarkan rangsang sensorik dari kulit, selaput
lendir dan struktur yang lebih dalam (Groot ,1997).
Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf tepi yang selanjutnya akan dihantarkan
oleh sistem saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Pada sistem
saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk kemudian jawaban atau respons
diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai
pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respons adalah
sistem saraf motorik. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi
oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan
(involunter). Jawaban volunteer melibatkan sistem saraf somatik sedangkan yang
involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor dari sistem saraf somatik adalah
3
otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot
jantung dan kelenjar sebasea (Ganong,2003).
4
BAB III
PEMBAHASAN
Sistem saraf kepala disusun oleh 12 pasang saraf yang keluar dari otak.
Saraf kepala terutama berhubungan dengan reseptor dan efektor untuk
daerah kepala. 12saraf kepala meliputi :
1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor I, II, dan VIII.
2. Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor III, IV, VI, XI, dan XII
5
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor V, VII,
IX, dan X.
Susunan saraf terdapat pada bagian kepala yang ke luar dariotak dan
melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak, berhubunganerat
dengan otot pancaindra mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Di
dalamkepala ada dua saraf kranial. Beberapa di antara serabut campuran
gabungansaraf motorik dan saraf sensorik tetapi ada yang terdiri dari saraf
motorik sajaatau hanya sensorik saja (misalnya alat-alat indra). Saraf kepala
terdiri dari:
a. Nervus Olfaktorius.
b. Nervus Optikus.
c. Nervus Okulomotoris.
6
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (ototpenggerak bola
mata). Di dalam saraf ini terkandung serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis). Saraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkaiotak dan
menuju ke lekuk mata yang berfungsi mengangkat kelopak mataatas, selain
itu mempersarafi otot miring atas mata dan otot lurus sisi mata.
d. Nervus Troklearis.
e. Nervus Trigeminus
7
f. Nervus Abdusen.
g. Nervus Fasialis.
i. Nervus Glosofaringeus.
8
Saraf ini (saraf lidah tekak) berhubungandengan nervus-nervus fasialis dan
saraf simpatis ranting 11 untuk faringdan tekak.
j. Nervus Vagus.
k. Nervus Aksesorius.
l. Nervus Hipoglosus.
9
spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui voramina interfertebrales
(lubang pada tulang vertebra).
Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari
atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur
oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom
terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Wilson, 2005).
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem
saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum
tulang belakang yang mempunyai aktivitas perangsangan. Fungsi dari sistem saraf
simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah,
memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak
peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi
ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin (Wilson, 2005).
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena
saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion
yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
10
oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan dengan
pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuhdan memiliki fungsi yang
berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf
simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung (Wilson, 2005).
Setiap saraf simpatik terdiri atas dua serat, yaitu neuronpreganglionik dan
neuron postganglionik. Badan sel dari neuron preganglionik terletak di
dalam kormu intermediolateral dari medula spinalis dan serat-seratnya
berjalan melewati radiks anterior medula menuju ke saraf spinal. Setelah
saraf spinal meninggalkan kolumna spinalis, seratpreganglionik
simpatiknya akan meninggalkan saraf itu dan berjalanmelewati ramus putih
menuju ke salah satu ganglia dari rantai simpatik.Selanjutnya serat-serat itu
dapat melalui salah satu dari ketiga jalan berikut :
11
Fungsi Saraf Simpatis :
a. Mensarafi otot jantung.
b. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar.
c. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus.
d. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat.
e. Serabut motoik pada otot tak sadar dalam kulit.
f. Mempertahankan tonus semua otot sadar.
Saraf kranial otonom adalah saraf kranial 3, 7, 9 dan 10. Saraf inimerupakan
penghubung, melalui serabut-serabut parasimpatis dalamperjalanan keluar otak
menuju organ-organ yang sebagian dikendalikan olehserabut-serabut menuju
iris, dengan demikian merangsang gerakan-gerakan saraf ke-3 yaitu saraf
okulomotorik.
12
bersinaps dengan neuron postganglionik, yang kemudianserat
postganglioniknya akan meninggalkan neuron untuk menyebar ke dalamorgan.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan sakral-sebagian saraf ini adalah
saraf sensoris (aferen), sebagian lainnya adalah saraf motorik, dan sebagian
lainnya campuran saraf sensoris dan motorik.
Neuron aferen atau saraf sensoris, terdapat dua reseptor sensoris, yaitu:
13
1. Indra, meliputi penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, dan peraba.
2. Lingkungan internal, meliputi kemoreseptor, baroreseptor, dan osmoreseptor.
Neuron eferen atau saraf motorik terlibat dalam aktivitas berikut ini.
14
Pembuluh darah Sering sekali konstriksi Sering kali memberi sedikit
efek atau tidak sama sekali
Jantung
Otot Peningkatan kecepatan Pengurangan kecepatan
15
Arteriol sistemik
Visera abdomen Konstriksi Tidak ada
Otot Konstriksi (α adrenergik) Tidak ada
Dilatasi (kolinergik)
Kulit Konstriksi Tidak ada
Darah
Koagulasi Meningkat Tidak ada
Glukosa Meningkat Tidak ada
Lipid Meningkat Tidak ada
Metabolisme basal Meningkat sampai 100% Tidak ada
Sekresi medula Meningkat Tidak ada
adrenal
Aktivitas mental Meningkat Tidak ada
Otot pilorektor Peningkatan glikogenesis Tidak ada
Otot rangka Peningkatan kekuatan Tidak ada
Sel-sel lemak Lipolysis Tidak ada
1. Mata.
Terdapat dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu (1)
dilatasi pupil dan (2) fokus lensa.Rangsang simpatis menyebabkan serat-serat
meridional iris berkontraksi sehingga pupil berdilatasi, sedangkan rangsang
parasimpatis menyebabkan kontraksi otot-otot sirkulasi iris sehingga terjadi kontriksi
pupil.
16
Parasimpatis yang mengendalikan pupil akan terangsang secara refleks bila
cahaya berlebihan masuk ke dalam mata, refleks ini mengecilkan pembukaan pupil
dan mengurangi jumlah cahaya yang mencapai retina. Sebaliknya, simpatis,
terangsang pada saat eksitasi dan pada waktu yang bersamaan menambah pembukaan
pupil.
2. Kelenjar-kelenjar Tubuh.
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan banyak kelenjar gastrointestinal
terangsang kuat oleh sistem saraf parasimpatis, sehingga mengeluarkan banyak sekali
sekresi cairan.Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh
parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di mulut dan
lambung.Sebaliknya, kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-
faktor lokal di saluran usus dan oleh sistem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf
otonom.
17
simpatis terangsang, kelanjar keringat menyeresi banyak sekali keringat Bila,
tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apa pun.
Namun, serat-serat simpatis yang menuju ke sebagaian besar kelenjar keringat bersifat
kolergenik ( kecuali beberapa serat adrenergik saraf yang ketelapak tangan dan telapak
kaki), berbeda hampir dengan semua serat simpatis lainnya, yang bersifat
adnergik.Selanjutnya, kelenjar keringat terutama di rangsangan oleh pusat-pusat di
hipotalamus yang biasanya dianggap sebagai pusat parasimpati. Oleh karena itu,
berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi parasimpatis, walaupun hal ini dikendalkan
oleh serat-serat saraf yang secara otomatis tersebar melalui sistem saraf simpatis.
Kelenjar apokrindi aksila menyekresi sekret yang kental dan berbau akibat
perangsangan simpati, namun kelenjar ini tidak merespon rangsangan
parasimpatis.Sekresi tersebut sebenarnya berfungsi sebagai pelumas untuk
memudahkan gerakan bergesar pada permukaan dalam di bawah sendi bahu. Kelenjar
apokrin, walaupun embriologisnya berkaitan erat dengan kelenjar keringat, diaktifkan
oleh serat-serat adnergi,bukan oleh serat-serat kolernegik dan juga dikendalikan oleh
pusat-pusat sistem saraf pusat, bukan oleh pusat parasimpatis.
18
terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
4. Jantung.
Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas
jantung. Keadaan ini tercapai dengan meningkatnya frekuensi dan kekuatan kontraksi
jantung.
19
alfa simpatis yang menimbulkan vasokontriksi, yang pada kebanyakan pembuluh
darah, biasanya lebih merupakan efek beta.
6. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Tekanan Arteri.
Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor : daya dorong darah oleh jantung dan
tahanan terhadap aliran darah yang melewati pembuluh darah perifer. Perangsangan
simpatis meningkatkan daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah,
yang biasanya menyebabkan peningkatan akut yang bermakna pada tekanan
arteri.Namun jarang sekali terjadi perubahan tekanan dalam waktu lama kecuali
simpatis merangsang ginjal untuk menahan garam dan air pada saat bersamaan.
20
8. Mekanisme Saraf Somatik terhadap Rasa Nyeri
Nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Nyeri timbul bila ada kerusakan
jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
menghilangkan stimulus nyeri.
Nyeri dapat dibedakan menjadi dua jenis utama : nyeri cepat dan nyeri
lambat. Bila diberikan stimulus, nyeri cepat timbul dalam waktu sekitar 0,1 detik,
sedangkan nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara
perlahan meningkat selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit.
21
pengaruh fisik panas atau dingin pada ujung-ujung saraf secara langsung tetapi dari
perangsangan kimia pada ujung serat saraf yang telah dimodifikasi oleh suhu.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem saraf tepi (perifer) dibedakan menjadi sistem saraf somatis yang terdiri
dari 31 pasang saraf spinal serta 12 pasang saraf kranial dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan sakral-sebagian saraf ini adalah saraf
sensoris (aferen), sebagian lainnya adalah saraf motorik, dan sebagian lainnya
campuran saraf sensoris dan motorik.
Neuron aferen atau saraf sensoris, terdapat dua reseptor sensoris, yaitu:
Neuron eferen atau saraf motorik terlibat dalam aktivitas berikut ini.
4.2 Saran
23
Dengan mengetahui susunan dan mekanisme dari sistem saraf tepi, mahasiswa
khususnya dapat mengimplementasikan ilmu yang telah di pelajari, terutama bagi
mahasiswa bidang kesehatan merupakan hal yang sangat penting, karena saraf
yang mengatur kontrol tubuh bagi manusia, dan bagi masyarakat dapat memahami
penyakit apa saja yang menyerang sistem saraf tepi, sehingga dapat mencegah
penyakit yang menyerang sistem saraf tepi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brain, W.R. Diseases of the Nervous System. Oxford University Press, 1971.
De Groot, Jack. 1997. Neuroanatomy Korelatif. Jakarta: EGC.
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Guyton,Arthur C.2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:Buku Kedokteran
EGC
Lita, F. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya Dalam Regulasi Kontraksi Otot
Rangka. http://repository.usu.ac.id.pdf.txt
Marjono, Prof.DR. Mahar dan Prof. DR. Priguna Sidharta ; Neurologi Klinis Dasar ;
1981 Jakarta ; PT. Dian Rakyat
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit, Edisi 6, Vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Edisi. 6. EGC : Jakarta.
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.
25