Makalah SST

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :

Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai system organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama antara alat-alat
tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang
tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan
adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendalian itu disebut sebagai
sistem koordinasi (Lita, 2006).

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf manusia tersusun dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum
tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan
sistem saraf otonom.

Demikianlah pemaparan singkat dari makalah kami yang berjudul “Sistem


Saraf Tepi”.

1.2 Rumusan Masalah :


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yakni:
1. Bagaimanakah identifikasi dari sistem saraf tepi?
2. Bagaimana mekanisme dari sistem saraf tepi?

1
1.3 Tujuan :
Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni:
1. Untuk mengetahui identifikasi dari sistem saraf tepi
2. Untuk mengetahui mekanisme dari sistem saraf tepi.

1.4 Manfaat :
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
Dapat mengetahui serta memahami identifikasi dari sistem saraf tepi dan
mekanisme dari sitem saraf tepi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Saraf Tepi.

Sistem persarafan terdiri dari neuron dan neuroglia yang tersusun membentuk sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan sistem saraf di luar sistem saraf pusat
yang membawa pesan dari dan menuju sistem saraf pusat untuk menjalankan otot dan
organ tubuh. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang,
sehingga rentan terhadap trauma (Snell,2006).

Sistem saraf tepi terbagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonomik.
Saraf-saraf tersebut mengandung serabut saraf aferen dan eferen. Pada umumnya
serabut eferen terlibat dalam fungsi motorik, seperti kontraksi otot atau sekresi kelenjar
sedangkan serabut aferen biasanya menghantarkan rangsang sensorik dari kulit, selaput
lendir dan struktur yang lebih dalam (Groot ,1997).

Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf tepi yang selanjutnya akan dihantarkan
oleh sistem saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Pada sistem
saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk kemudian jawaban atau respons
diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai
pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau respons adalah
sistem saraf motorik. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi
oleh kemauan (volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan
(involunter). Jawaban volunteer melibatkan sistem saraf somatik sedangkan yang
involunter melibatkan sistem saraf otonom. Efektor dari sistem saraf somatik adalah

3
otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot
jantung dan kelenjar sebasea (Ganong,2003).

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi Sistem Saraf Tepi

3.1.1 Susunan Saraf Somatik.

Susunan saraf somatik adalah susunan saraf yang mempunyai perananspesifik


untuk mengatur aktivitas otot sadar dan serat lintang.

3.1.1.1 Saraf Kranial

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan keluar meninggalkan


tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang disebut foramina
(tunggal, foramen). Terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan
dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah
Olfaktorius (I), Optikus (II), Okulomotorious (III), Troklearis (IV),
Trigeminus (V), Abdusen (VI) , Fasialis (VII), Festibulokoklear (VIII),
Glosofaringeus (IX), Fagus (X), Aksesorious (XI), Hipoglosus (XII). Saraf
kranial (I ) (II)dan (VIII) merupakan saraf sensorik murni.

Sistem saraf kepala disusun oleh 12 pasang saraf yang keluar dari otak.
Saraf kepala terutama berhubungan dengan reseptor dan efektor untuk
daerah kepala. 12saraf kepala meliputi :

1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor I, II, dan VIII.
2. Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor III, IV, VI, XI, dan XII

5
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor V, VII,
IX, dan X.

Susunan saraf terdapat pada bagian kepala yang ke luar dariotak dan
melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak, berhubunganerat
dengan otot pancaindra mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Di
dalamkepala ada dua saraf kranial. Beberapa di antara serabut campuran
gabungansaraf motorik dan saraf sensorik tetapi ada yang terdiri dari saraf
motorik sajaatau hanya sensorik saja (misalnya alat-alat indra). Saraf kepala
terdiri dari:

a. Nervus Olfaktorius.

Sifatnya sensorik menyerupai hidung, membawa rangsangan aromadari


rongga hidung ke otak.Saraf pembau yang keluar dariotak di bawah dahi,
disebut lobus olfaktorius. Kemudian saraf ini melalui lubang yang ada di
dalam tulang tapis akan menuju rongga hidungselanjutnya menuju sel-sel
pancaindra.

b. Nervus Optikus.

Sifatnya sensoris, mensarafi bola mata, membawa rangsanganpenglihatan


ke otak. Serabut mata yang serabut-serabut sarafnya keluardari bukit IV dan
pusat-pusat di dekat serabut-serabut tersebut, memilikitangkai otak dan
membentuk saluran optik dan bertemu di tangkai hipofisisserta
membentang sebagai saraf mata, serabut tersebut tidak semuanyabersilang.
Sebagian serabut saraf terletak di sebelah sisi serabut yang berasal dari
saluran optik. Oleh sebab itu serabur saraf yang datang darisebelah kanan
retina tiap-tiap mata terdapat di dalam optik kanan begitupula sebaliknya
retina kiri tiap-tiap mata terdapat di sebelah kiri.

c. Nervus Okulomotoris.

6
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (ototpenggerak bola
mata). Di dalam saraf ini terkandung serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis). Saraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkaiotak dan
menuju ke lekuk mata yang berfungsi mengangkat kelopak mataatas, selain
itu mempersarafi otot miring atas mata dan otot lurus sisi mata.

d. Nervus Troklearis.

Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar matayang


pusatnya terletak di belakang pusat saraf penggerak mata dan saraf
penggerak mata masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring atas.

e. Nervus Trigeminus

Sifatnya majemuk (sensoris motoris), saraf ini mempunyai 3 buah cabang.


Fungsinya sebagai saraf kembar, saraf ini merupakan saraf otak besar yang
mempunyai dua buah akar saraf besar yang mengandungserabut saraf
penggerak. Pada ujung tulang belakang yang terkecilmengandung serabut
saraf penggerak. Di ujung tulang karang bagianperasa membentuk sebuah
ganglion yang dinamakan simpul saraf serta meninggalkan rongga
tengkorak.

1. Nervus Oftalmikus: Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagiandepan


kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata, dan bola mata.
2. Nervus Maksilaris: Sifatnya sensoris, mensarafi gigi-gigi atas, bibiratas,
palatum, batang hidung, rongga hidung, dan sinus maksilaris.
3. Nervus Mandibularis: Sifatnya majemuk (sensoris motoris). Serabut-
serabut motorisnya mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-
serabutsensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dan
dagu.Serabut rongga mulut dan lidah dapat membawa rangsangan
citrarasake otak.

7
f. Nervus Abdusen.

Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagaisaraf


penggoyang sisi mata karena saraf ini keluar di sebelah bawah jembatan
pontis menembus selaput otak sela tursika. Sesudah sampai dilekuk mata
lalu menuju ke otot lurus sisi mata.

g. Nervus Fasialis.

Sifatnya majemuk (Sensoris dan motoris), serabut-serabutmotorisnya


mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga mulut. Didalam saraf ini
terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit
kepala. Fungsinya sebagai mimik wajah danmenghantarkan rasa pengecap.
Saraf ini keluar di sebelah belakang danberiiringan dan saraf pendengar.

h. Nervus Auditorius (Vestibulokoklear).

Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangandari


pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf pendengar.
Saraf ini mempunyai dua buah kumpulan serabut saraf yaiturumah keong
(koklea), disebut akar tengah adalah saraf utnuk mendengardan pintu
halaman (vestibulum), disebut akar tengah adalah saraf utnuk
keseimbangan.

i. Nervus Glosofaringeus.

Sifatnya majemuk (sensoris motoris), ia mensarafi faring, tonsil,lidah. Saraf


ini dapat membawa rangsangan citrarasa ke otak. Di dalamnya mengandung
saraf-saraf otonom. Fungsinya sebagai saraf lidah tekak karena saraf ini
melewati lorong di antara tulang belakang dan karang.Terdapat dua buah
simpul saraf yang di atas sekali dinamakan ganglion jugularis atau gaglion
atas dan yang di bawah dinamakan ganglionpetrosum atau ganglion bawah.

8
Saraf ini (saraf lidah tekak) berhubungandengan nervus-nervus fasialis dan
saraf simpatis ranting 11 untuk faringdan tekak.

j. Nervus Vagus.

Sifatnya majemuk, mengandung serabut-serabut saraf motorik,sensorik dan


parasimpatis faring, laring paru-paru, esofagus, gasterintestinum minor,
kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen dan lain-lain. Fungsinya
sebagai saraf perasa. Saraf ini keluar dari sumsum penyambung dan
terdapat di bawah saraf lidah tekak.

k. Nervus Aksesorius.

Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus sternokleidomastoid


danmuskulus trapezius. Fungsinya sebagai saraf tambahan. Terbagi atas
dua bagian, bagian yang berasal dari otak dan bagain yang berasal dari
sumsum tulang belakang.

l. Nervus Hipoglosus.

Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah. Fungsinya sebagaisaraf


lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung, akhirnyabersatu
dan melewati lubang yang terdapat di sisi foramen oksipital. Saraf ini juga
memberikan ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulanglidah dan
otot lidah.

3.1.1.2 Saraf Spinal

Saraf-saraf spinal pada manusia dewasa berukuran panjang sekitar 45cm


dan lebar 14mm. Pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal terdapat
alur yang dangkal secara longitudinal pada bagian medial posterior berupa
sulkus dan bagian dalam dari anterior berupa fisura.Medula spinalis terdiri
atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki sepasang saraf

9
spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui voramina interfertebrales
(lubang pada tulang vertebra).

Saraf-saraf spinal diberi mana sesuai dengan formen intervetebratis tempat


keluarnya saraf-saraf tersebut kecuali saraf servikal pertama yang keluar
diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan demikian,
terdapat 8 pasang saraf servikal (dan hanya 7 vertebra servikalis), 12 pasang
saraf torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis dan 1 pasang
saraf koksigeal.Pada tubuh manusia dijumpai fleksus (gabungan) yaitu
beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf.

3.1.2 SusunanSaraf Otonom.

Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari
atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur
oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom
terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Wilson, 2005).

Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem
saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum
tulang belakang yang mempunyai aktivitas perangsangan. Fungsi dari sistem saraf
simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah,
memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak
peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi
ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin (Wilson, 2005).

Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena
saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion
yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai

10
oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan dengan
pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuhdan memiliki fungsi yang
berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf
simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf
parasimpatik akan memperlambat denyut jantung (Wilson, 2005).

3.1.2.1 Saraf Simpatik

Susunan umum dari sistem saraf simpatikyang memperlihatkan dua rantai


simpatik pada vertebral yang berada disamping kolumna spinalis dan saraf-
saraf dan menyebar ke berbagai organinternal. Saraf simpatik dimulai dari
medula spinalis antara segmen T-1 danL-2 dan dari tempat ini mula-mula
ke rantai simpatik, untuk selanjutnya menuju ke jaringan dan organ yang
akan dirangsang oleh saraf simpatik.

Setiap saraf simpatik terdiri atas dua serat, yaitu neuronpreganglionik dan
neuron postganglionik. Badan sel dari neuron preganglionik terletak di
dalam kormu intermediolateral dari medula spinalis dan serat-seratnya
berjalan melewati radiks anterior medula menuju ke saraf spinal. Setelah
saraf spinal meninggalkan kolumna spinalis, seratpreganglionik
simpatiknya akan meninggalkan saraf itu dan berjalanmelewati ramus putih
menuju ke salah satu ganglia dari rantai simpatik.Selanjutnya serat-serat itu
dapat melalui salah satu dari ketiga jalan berikut :

a. Serat-serat bersinaps dengan neuron postganglionik yang ada


dalamganglion yang dimasukinya.
b. Serat-serat berjalan ke atas atau ke bawahdalam rantai dan bersinaps pada
salah satu ganglia lain dalam rantai tersebut.
c. Serat itu berjalan melalui rantai ke berbagai arah dan selanjutnyamelalui
salah satu saraf memisahkan diri dari rantai, untuk akhirnya berakhir
didalam ganglion simpatetik yang terpencil.

11
 Fungsi Saraf Simpatis :
a. Mensarafi otot jantung.
b. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar.
c. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus.
d. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat.
e. Serabut motoik pada otot tak sadar dalam kulit.
f. Mempertahankan tonus semua otot sadar.

3.1.2.2 Saraf Parasimpatis.

Saraf kranial otonom adalah saraf kranial 3, 7, 9 dan 10. Saraf inimerupakan
penghubung, melalui serabut-serabut parasimpatis dalamperjalanan keluar otak
menuju organ-organ yang sebagian dikendalikan olehserabut-serabut menuju
iris, dengan demikian merangsang gerakan-gerakan saraf ke-3 yaitu saraf
okulomotorik.

Sistem saraf parasimpatik memperlihatkan bahwa serat-serat parasimpatik


meninggalkan sistem saraf pusat melalui beberapa saraf kranial, saraf sakral
spinal kedua dan ketiga, dankadang saraf sakral spinal pertama dan keempat.
Saraf simpatik sebanyak 75% dari jumlah seluruhnya terdapat dalam nervus
vagus, melewati seluruhdaerah toraks dan abdomen tubuh. Oleh karena itu,
menurut para ahli saraf parasimpatik adalah nevus vagus, yang menyediakan
saraf-saraf parasimpatik ke jantung, paru-paru, esofagus, lambung, usus halus,
sebagianproksimal kolon, hati, kantung empedu, pankreas dan bagian atas
ureter.

Sistem saraf parasimpatik, kecuali saraf parasimpatik kranial, jugamempunyai


neuron preganglionik dan neuron postganglionik, yang terdapatpada dinding
organ. Serat preganglionik pada sistem saraf parasimpatik tidak mengalami
hambatan menuju ke organ-organ yang diaturnya. Neuronpreganglionik akan

12
bersinaps dengan neuron postganglionik, yang kemudianserat
postganglioniknya akan meninggalkan neuron untuk menyebar ke dalamorgan.

 Fungsi Saraf Parasimpatis:


a. Merangsang sekresi kelanjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibulairs
dan kelenjar kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
b. Mempersarafi kelanjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di
nukleilakrimalis, saraf-sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
c. Mempersarafi kelenjar ludah (sublingualis dan submandibularis) berpusat di
nukleus, salifatoprius superior, saraf-saraf ini mengikuti nervus VII.
d. Mempersarafi parotis yang berpusar di nukleus salifatorius inferios di dalam
medulla oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX.
e. Mepersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru,
gastrointestinum, ginal, pankreas, limpa, hepar dan kelenjar supralenalis yang
bepusat pada nukleus dorsali nervus X.
f. Mempersarafi kolon desenden sigmoid, rektum, fesikaurinaria, dan alat
kelamin berpsat disakral II III dan IV.
g. Meksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflek yang berpusat di
kornolateralis medula spinalis bagian sakral, Bila kandungan kemih dan rektum
tegang miksi dan defekasi secara reflek, Pada orang dewasa reflek ini dapat
dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal
dari korteks di daerah libus para parasentralis yang berjalan dalam traktus
piramidalis.
3.2 Mekanisme Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan sakral-sebagian saraf ini adalah
saraf sensoris (aferen), sebagian lainnya adalah saraf motorik, dan sebagian
lainnya campuran saraf sensoris dan motorik.

Neuron aferen atau saraf sensoris, terdapat dua reseptor sensoris, yaitu:

13
1. Indra, meliputi penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, dan peraba.
2. Lingkungan internal, meliputi kemoreseptor, baroreseptor, dan osmoreseptor.

Neuron eferen atau saraf motorik terlibat dalam aktivitas berikut ini.

1. Volunter-sistem saraf somatik (pergerakan otot volunter)


2. Involunter-sistem saraf otonom (fungsi otot polos dan jantung serta kelenjar)
yang memiliki dua bagian : simpatik dan parasimpatik.

Organ Efek Perangsangan Efek


Simpatis PerangsanganParasimpatis
Mata
Pupil Dilatasi Kontriksi
Otot siliaris Relaksasi ringan Kontriksi (penglihatan
(penglihatan jauh) dekat)
Kelenjar Vasokontroksi dan Merangsang sejumlah besar
sekresi ringan sekresi (mengandung
banyak enzim untuk
kelenjar penyekresi enzim)
Nasal
Lakrimalis
Parotis
Submandibularis
Lambung
Pankreatik
Kelenjar keringat Banyak sekali keringat Berkeringat pada telapak
(kolinergik) tangan
Kelenjar apokrin Kental, sekresi yang Tidak ada
berbau

14
Pembuluh darah Sering sekali konstriksi Sering kali memberi sedikit
efek atau tidak sama sekali
Jantung
Otot Peningkatan kecepatan Pengurangan kecepatan

Peningkatan kekuatan Penurunan kekuatan


kontraksi kontraksi (khususnya
atrium)
Pembuluh koroner Dilatasi (β2), konstriksi Dilatasi
(α)
Paru
Bronkus Dilatasi Konstriksi
Pembuluh darah Konstriksi sedang Dilatasi
Usus
Lumen Penurunan peristalsis dan Peningkatan peristalsis dan
tonus tonus
Sfingter Peningkatan tonus Relaksasi (sering kali)
(sering kali)
Hati Pelepasan glukosa Sintesis glikogen ringan
Kandung kemih dan Relaksasi Kontraksi
saluran empedu
Ginjal Berkurangnya Tidak ada
pengeluaran dan sekresi
renin
Kandung kemih
Detrusor Relaksasi (ringan) Konraksi
Trigonum Kontraksi Relaksasi
Penis Ejakulasi Ereksi

15
Arteriol sistemik
Visera abdomen Konstriksi Tidak ada
Otot Konstriksi (α adrenergik) Tidak ada

Dilatasi (β2 adrenergik)

Dilatasi (kolinergik)
Kulit Konstriksi Tidak ada
Darah
Koagulasi Meningkat Tidak ada
Glukosa Meningkat Tidak ada
Lipid Meningkat Tidak ada
Metabolisme basal Meningkat sampai 100% Tidak ada
Sekresi medula Meningkat Tidak ada
adrenal
Aktivitas mental Meningkat Tidak ada
Otot pilorektor Peningkatan glikogenesis Tidak ada
Otot rangka Peningkatan kekuatan Tidak ada
Sel-sel lemak Lipolysis Tidak ada

1. Mata.
Terdapat dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitu (1)
dilatasi pupil dan (2) fokus lensa.Rangsang simpatis menyebabkan serat-serat
meridional iris berkontraksi sehingga pupil berdilatasi, sedangkan rangsang
parasimpatis menyebabkan kontraksi otot-otot sirkulasi iris sehingga terjadi kontriksi
pupil.

16
Parasimpatis yang mengendalikan pupil akan terangsang secara refleks bila
cahaya berlebihan masuk ke dalam mata, refleks ini mengecilkan pembukaan pupil
dan mengurangi jumlah cahaya yang mencapai retina. Sebaliknya, simpatis,
terangsang pada saat eksitasi dan pada waktu yang bersamaan menambah pembukaan
pupil.

Kemampuan memfokuskan lensa hampir seluruhnya dikendalikan oleh


sistem saraf parasimpatis.Pada umumnya, lensa dipertahankan lensa dipertahankan
dalam keadaan pipih oleh tegangan elastik intrinsik dari ligamen
radialnya.Perangsangan parasimpatis mengontraksikan otot siliaris, yaitu serat-serat
otot polos berbentuk cincin yang melingkari pinggiran ligamen radial lensa.Kontraksi
tersebut melepaskan tegangan ligamen tadi dan menyebabkan lensa menjadi lebih
konveks, sehingga membuat mata memfokuskan objeknya lebih dekat.

2. Kelenjar-kelenjar Tubuh.
Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan banyak kelenjar gastrointestinal
terangsang kuat oleh sistem saraf parasimpatis, sehingga mengeluarkan banyak sekali
sekresi cairan.Kelenjar-kelenjar saluran pencernaan yang paling kuat dirangsang oleh
parasimpatis adalah yang terletak di saluran bagian atas, terutama kelenjar di mulut dan
lambung.Sebaliknya, kelenjar usus halus dan usus besar terutama diatur oleh faktor-
faktor lokal di saluran usus dan oleh sistem saraf enterik usus serta sedikit oleh saraf
otonom.

Rangsang simpatis berpengaruh langsung pada sebagian besar sel-sel kelenjar


pencernaan dalam pembentukan sekresi pekat yang mengandung enzim dan mukus
dalam kadar tinggi. Namun, rangsangan simpaatis ini juga menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah yang menyuplai kelanjar-kelanjar sehingga menyebabkan
pelambatankecepatan sekresinya.

17
simpatis terangsang, kelanjar keringat menyeresi banyak sekali keringat Bila,
tetapi perangsangan pada saraf parasimpatis tidak mengakibatkan pengaruh apa pun.
Namun, serat-serat simpatis yang menuju ke sebagaian besar kelenjar keringat bersifat
kolergenik ( kecuali beberapa serat adrenergik saraf yang ketelapak tangan dan telapak
kaki), berbeda hampir dengan semua serat simpatis lainnya, yang bersifat
adnergik.Selanjutnya, kelenjar keringat terutama di rangsangan oleh pusat-pusat di
hipotalamus yang biasanya dianggap sebagai pusat parasimpati. Oleh karena itu,
berkeringat dapat dianggap sebagai fungsi parasimpatis, walaupun hal ini dikendalkan
oleh serat-serat saraf yang secara otomatis tersebar melalui sistem saraf simpatis.

Kelenjar apokrindi aksila menyekresi sekret yang kental dan berbau akibat
perangsangan simpati, namun kelenjar ini tidak merespon rangsangan
parasimpatis.Sekresi tersebut sebenarnya berfungsi sebagai pelumas untuk
memudahkan gerakan bergesar pada permukaan dalam di bawah sendi bahu. Kelenjar
apokrin, walaupun embriologisnya berkaitan erat dengan kelenjar keringat, diaktifkan
oleh serat-serat adnergi,bukan oleh serat-serat kolernegik dan juga dikendalikan oleh
pusat-pusat sistem saraf pusat, bukan oleh pusat parasimpatis.

3. Pleksus Saraf Intramural Sistem Gastroinstestinal.


Sistem gastrointestinal mempunyai susunan saraf intrisik sendiri yang dikenal
sebagai pleksus intramural atau sistem saraf enterik usus, yang terletak di dinding
usus.Juga rangsangan parasimpatis dan simpatis yang berasal dari otak dapat
mempengaruhi aktivitas gastrointestinal, terutama melalui peningkatan atau penurunan
kerja spesifik dalam pleksus intramural gastriintstina.Pada umumnya, rangsangan
parasimpatis meningkatkan seluruh tingkat aktifitas saluran gastromenal, yakni ini
dengan meningkatkan gerakan peristaltik dan merelaksasi sfingter, sehingga
memungkinkan pengeluaran isi usus dengan cepat melalui saluran
pencernaan.Pengaruh dorongan ini berkaitan penambahan kecepatan sekresi yang

18
terjadi secara bersamaan pada sebagian besar kelenjar gastrointestinal, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.

Fungsi normal saluran gastrointestinal tidak terlalu bergantung kepada


rangsangan simpatis.Namun, rangsangan simpatis yang kuat, menghambat peristaltik
dan meningkatkan tonus sfingter.Hasil akhirnya adalah dorongan pada makanan yang
sangat melambat dalamsaluran pencernaan dan kadang-kadang juga mengurangi
sekresi- bahkan kadang hingga menyebabkan konstipasi.

4. Jantung.
Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkan seluruh aktivitas
jantung. Keadaan ini tercapai dengan meningkatnya frekuensi dan kekuatan kontraksi
jantung.

Perangsangan parasimpatis terutama menimbulkan efek yang berlawanan-


penurunan frekuensi denyut dan kekuatan kontraksi jantung. Untuk mengungkapkan
berbagai efek tersebut dengan cara lain, perangsangan simpatis meningkatkan
efektivitas jantung sebagai pompa, yang diperlukan salama kerja berat, sedangkan
perangsangan parasimpatis menurunkan pemompaan jantung, membuat jantung dapat
beristirahat diantara aktivitas kerja yang berat.

5. Pembuluh Darah Sistemik.


Sebagian besar pembuluh darah sistemik, khususnya yang terdapat di visera
abdomen dan kulit anggota gerak tubuh, berkontraksi oleh rangsang simpatis.
Rangsang parasimpatis hampir sama sekali tidak berpengaruh pada pembuluh darah
kecuali melebarkan pembuluh darah pada daerah-daerah tertentu seperti di daerah
memerah wajah. Pada beberapa keadaan, fungsi beta simpatis akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah, bukan kontriksi simpatis seperti biasanya, tetapi hal ini
jarang terjadi, kecuali setelah diberi obat-obatan yang dapat melumpuhkan reseptor

19
alfa simpatis yang menimbulkan vasokontriksi, yang pada kebanyakan pembuluh
darah, biasanya lebih merupakan efek beta.
6. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Tekanan Arteri.
Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor : daya dorong darah oleh jantung dan
tahanan terhadap aliran darah yang melewati pembuluh darah perifer. Perangsangan
simpatis meningkatkan daya dorong oleh jantung dan tahanan terhadap aliran darah,
yang biasanya menyebabkan peningkatan akut yang bermakna pada tekanan
arteri.Namun jarang sekali terjadi perubahan tekanan dalam waktu lama kecuali
simpatis merangsang ginjal untuk menahan garam dan air pada saat bersamaan.

Sebaliknya, perangsangan parasimpatis sedang yang lewat saraf vagus akan


menurunkan daya pompa jantung tetapi saama sekali tidak memengaruhi tahanan
vaskulaar perifer. Oleh karena itu, efek yang umum adalah terjadi sedikit penurunan
tekanan arteri.Namun, perangsangan parasimpatis vagal yang sangat kuat hampir
selalu dapat menghentikan atau kadang benar-benar menghentikan seluruh jantung
selama beberapa detik dan menyebabkan kehilangan sementara seluruh atau sebagian
besar tekanan arteri.

7. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis terhadap Fungsi-Fungsi


Tubuh Lainnya.
Pada umumnya, sebagian besar struktur entodermal, seperti hati, kandung
empedu, ureter, kandung kemih, dan bronkus dihambat oleh rangsang simpatis
namun dirangsang oleh rangsang parasimpatis. Rangsang simpatis juga mempunyai
berbagai efek metabolic, seperti pelepasan glukosa dari hati, meningkatakan
konsentrasi glukosa darah, meningkatkan proses glikogenolisis dalam hati dan otot,
meningkatkan kekuatan otot rangka, meningkatkan kecepatan metabolisme basal dan
meningkatkan aktivitas mental. Akhirnya, simpatis dan parasimpatis juga terlibat
dalam kegiatan seksual antara laki-laki dan perempuan.( Guyton dan Hall, 2016. Hal
730-732)

20
8. Mekanisme Saraf Somatik terhadap Rasa Nyeri
Nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Nyeri timbul bila ada kerusakan
jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
menghilangkan stimulus nyeri.

Nyeri dapat dibedakan menjadi dua jenis utama : nyeri cepat dan nyeri
lambat. Bila diberikan stimulus, nyeri cepat timbul dalam waktu sekitar 0,1 detik,
sedangkan nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara
perlahan meningkat selama beberapa detik dan kadang kala bahkan beberapa menit.

Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai jenis rangsangan. Rangsangan ini


dikelompokkan sebagai rangsang nyeri mekanis, suhu, dan kimiawi. Pada umumnya,
nyeri cepat disebabkan oleh rangsnagan jenis mekanis atau suhu sedangkan nyeri
lambatb disebabkan oleh ketiga jenis rangsangan tersebut. (Guyton Dan Hall, 2016.
Hal 575)

Mekanisme Nyeri Alih. Cabang-cabang serat nyeri viseral dalam medula


spinalis bersinaps dengan neuron orde kedua (1 dan 2) yang sama dengan sinyal
nyeri yang berasal dari kulit. Bila serat nyeri viseral terangsang, sinyal nyeri yang
berasal dari viseral selanjutnya dikirimkan melalui setidaknya beberapa neuron yang
sama yang juga mengirimkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya
orang itu akan merasakan sensasi yang berasal dari daerah kulit. (Guyton Dan Hall,
2016. Hal 580)

9. Mekanisme Saraf Somatik terhadap Perangsangan Reseptor Suhu

Reseptor hangat dan dingin dirangsang oleh perubahan kecepaan


metabolismenya, dan perubahan ini merupakan akibat dari kenyataan bahwa setiap
perubahan suhu 10oC akan memengaruhi kecepatan reaksi kimia intraselular
sebanyak dua kali lipat. Dengan kata lain, deteksi suhu mungkin bukan hasil dari

21
pengaruh fisik panas atau dingin pada ujung-ujung saraf secara langsung tetapi dari
perangsangan kimia pada ujung serat saraf yang telah dimodifikasi oleh suhu.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah, sebagai berikut :

Sistem saraf tepi (perifer) dibedakan menjadi sistem saraf somatis yang terdiri
dari 31 pasang saraf spinal serta 12 pasang saraf kranial dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf kranial dan sakral-sebagian saraf ini adalah saraf
sensoris (aferen), sebagian lainnya adalah saraf motorik, dan sebagian lainnya
campuran saraf sensoris dan motorik.

Neuron aferen atau saraf sensoris, terdapat dua reseptor sensoris, yaitu:

1. Indra, meliputi penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, dan peraba.


2. Lingkungan internal, meliputi kemoreseptor, baroreseptor, dan osmoreseptor.

Neuron eferen atau saraf motorik terlibat dalam aktivitas berikut ini.

1. Volunter-sistem saraf somatik (pergerakan otot volunter)


2. Involunter-sistem saraf otonom (fungsi otot polos dan jantung serta kelenjar)
yang memiliki dua bagian : simpatik dan parasimpatik.

4.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut :

23
Dengan mengetahui susunan dan mekanisme dari sistem saraf tepi, mahasiswa
khususnya dapat mengimplementasikan ilmu yang telah di pelajari, terutama bagi
mahasiswa bidang kesehatan merupakan hal yang sangat penting, karena saraf
yang mengatur kontrol tubuh bagi manusia, dan bagi masyarakat dapat memahami
penyakit apa saja yang menyerang sistem saraf tepi, sehingga dapat mencegah
penyakit yang menyerang sistem saraf tepi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brain, W.R. Diseases of the Nervous System. Oxford University Press, 1971.
De Groot, Jack. 1997. Neuroanatomy Korelatif. Jakarta: EGC.
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Guyton,Arthur C.2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:Buku Kedokteran
EGC
Lita, F. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya Dalam Regulasi Kontraksi Otot
Rangka. http://repository.usu.ac.id.pdf.txt
Marjono, Prof.DR. Mahar dan Prof. DR. Priguna Sidharta ; Neurologi Klinis Dasar ;
1981 Jakarta ; PT. Dian Rakyat
Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit, Edisi 6, Vol. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Edisi. 6. EGC : Jakarta.
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai