Anda di halaman 1dari 22

PAPER

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

SAP 12

“PERAN AUDITOR EKSTERNAL DALAM GCG (KASUS PT. TELKOM TBK)”

Dosen:

Ayu Aryista Dewi, S.E., M.Acc

Oleh: Kelompok 5

Ni Putu Laksmi Gayatri (1515351004)

Ni Luh Ira Apri Widiyani (1515351006)

Ni Luh Putu Widia Ananda Sari (1515351013)

Kadek Putri Prabandari (1515351029)

PROGRAM NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper Good Corporate Governance yang kali
ini membahas mengenai “PERAN AUDITOR EKSTERNAL DALAM GCG (KASUS PT.
TELKOM TBK)”. Paper ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Good Corporate
Governance yang penulis ampu. Dalam kesempatan ini tak lupa juga penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran untuk melakukan dan menyelesaikan tugas ini, terutama kepada Ibu Ayu Aryista
Dewi, S.E., M.Acc selaku dosen mata kuliah Good Corporate Governance.

Dengan membaca paper ini, penulis berharap teman-teman mahasiswa serta pembaca
dari masyarakat umum dapat memahami materi ini. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan paper ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
kata-kata, bahasa, atau dalam pemaparan materi. Saran dan kritik penulis harapkan agar paper
ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om.

Denpasar, 4 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran Auditor Eksternal dalam GCG...................................................................3

2.2 Analisis Kasus PT. Telkom Tbk...........................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan..............................................................................................................18

3.2 Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit, sekarang ini berkembang dengan pesat dan meluas pada perusahaan, baik pada
perusahaan swasta maupun pemerintah. Salah satu alasan mengapa hal tersebut terjadi adalah
interpretasi masyarakat, yang semakin berfikir kritis dan kompleks terhadap suatu
perusahaan, terutama laporan keuangannya. Audit atau pemeriksaan diperlukan karena audit
merupakan evaluasi terhadap organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit laporan keuangan
suatu perusahaan sangat penting untuk menentukan apakah laporan keuangan yang dibuat
manajemen sudah bisa dipertanggungjawabkan. Audit laporan keuangan harus dilakukan oleh
pihak yang independen, kompeten, dan professional yang biasa disebut sebagai auditor
eksternal/ independen. Auditor eksternal/ independen sangat berperan penting dalam
memberikan opini terhadap suatu laporan keuangan. Auditor eksternal memperoleh
kepercayaan dari pihak ketiga atau klien untuk membuktikan apakah laporan keuangan yang
disajikan klien sudah wajar. Pihak ketiga yang dimaksud diantaranya manajemen, pemegang
saham, pemerintah, kreditur atau bank serta masyarakat yang mempunyai kepentingan
terhadap laporan keuangan tersebut.
Audit eksternal adalah audit terpisah dari perusahaan yang disewa oleh perusahaan
untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disusun telah mengikuti
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. De Angelo (1981) dalam Lin dan Liu (2009)
menyebutkan bahwa auditor eksternal memegang peranan di dalam menentukan kredibilitas
suatu informasi laporan keuangan, maka kualitas audit merupakan hal yang sangat penting.
Kualitas audit merupakan faktor yang sangat sulit untuk diukur secara langsung, di mana
salah satu proksi yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah ukuran dari
kantor akuntan publik. Semakin besar ukuran suatu kantor akuntan publik, maka akan lebih
baik pula kualitas audit yang disediakan oleh kantor akuntan publik tersebut. Kualitas dari
audit yang independen memiliki pengaruh terhadap tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance), hal ini menyebabkan pemilihan auditor merupakan keputusan
penting dan harus dipertimbangkan secara matang oleh perusahaan.
. PT. Telkom Tbk pada awalnya memiliki reputasi baik di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan New York Stock Exchange (NYSE), dengan demikian PT. Telkom Tbk mempunyai PR
tiap akhir tahun untuk memberikan laporan keuangannya melalui United States Sekurities
And Exchange Commission (SEC). Seiring berjalannya waktu, terjadi masalah pada tahun
2002 sehubungan dengan mekanisme tender yang dibuat PT. Telkom Tbk untuk mengaudit
1
laporan keuangannya. Pada saat itu yang memenangkan tender adalah Kantor Akuntan Publik
(KAP) Hadi Sutanto dan Rekan akan tetapi karena ada sesuatu hal KAP tersebut mundur dan
digantikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy Pianto. Audit yang dilakukan oleh
KAP ini juga tidak berjalan mulus karena ada berbagai masalah, yang berdampak pada PT.
Telkom Tbk sendiri, sehingga BAPPEPAM LK menjatuhkan sanksi terhadapnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana peran auditor eksternal dalam GCG?
1.2.2 Bagaimana analisis kasus PT. Telkom Tbk?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui peran auditor eksternal dalam GCG.
1.3.2 Untuk mengetahui analisis kasus PT. Telkom Tbk.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Auditor Eksternal dalam GCG
Audit eksternal adalah audit terpisah dari perusahaan yang disewa oleh perusahaan
untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disusun telah mengikuti
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor eksternal adalah orang yang
melakukan audit eksternal pada sebuah organisasi/ perusahaan. Tanggung jawab utama
auditor eksternal adalah memberikan pendapat mengenai laporan keuangan perusahaan, di
samping juga menganalisis pengungkapan dan metode akuntansi yang diterapkan oleh
manajemen dalam menyusun laporan keuangan dan wajib melaporkan potensi resiko yang
auditor temukan selama audit kepada manajemen perusahaan dan komite audit, serta
memberikan saran bagaimana mengelola resiko tersebut. Laporan auditor eksternal berisi
opini mengenai kewajaran laporan keuangan, selain itu berupa management letter, yang berisi
pemberitahuan kepada manajemen mengenai kelemahan dan pengendalian intern beserta
saran-saran perbaikannya.
De Angelo (1981) dalam Lin dan Liu (2009) menyatakan bahwa auditor eksternal
memegang peranan penting di dalam menentukan kredibilitas suatu informasi laporan
keuangan, maka dari itu kualitas audit menjadi suatu hal yang harus diperhatikan. Kualitas
audit merupakan faktor yang sangat sulit untuk diukur secara langsung, dimana salah satu
indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah ukuran dari kantor
akuntan publik. Semakin besar ukuran suatu kantor akuntan publik, maka akan lebih baik
pula kualitas audit yang disediakan oleh kantor akuntan publik tersebut.
Kualitas dari audit yang independen memiliki pengaruh terhadap tata kelola
perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik dapat dilihat dari mekanisme tata kelola
perusahaan yang diterapkan (Good Corporate Governance). Mekanisme tata kelola
perusahaan (Good Corporate Governance) adalah syarat-syarat pelaksanaan sistem dalam
suatu perusahaan dimana berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut
dapat memastikan pihak manajer dan pihak internal perusahaan lainnya dapat memenuhi
kepentingan stakeholders. Hal ini menyebabkan pemilihan auditor merupakan keputusan
penting dan harus dipertimbangkan secara matang oleh perusahaan. Beberapa fungsi auditor
eksternal adalah:
1) Membentuk dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan;
2) Mendokumentasikan semua penilaian dan simpulan yang telah dicapai;

3
3) Memastikan sifat cakupan tugas yang dilaksanakan oleh pemeriksa internal untuk
manajemen dan memastikan apakah manajemen mempertimbangkan rekomendasi
pemeriksaan internal dan bagaimana rekomendasi tersebut dibuktikan;
4) Memastikan bahwa pekerjaan pemeriksaan internal dilaksanakan oleh orang yang telah
menjalani pelatihan yang cukup dan mempunyai keahlian sebagai auditor;
5) Memastikan apakah pekerjaan pemeriksa internal telah secara baik direncanakan,
disupervisi, ditelaah, dan didokumentasikan;
6) Menguji pekerjaan pemeriksa internal, termasuk pengujian kembali item yang telah diuji
sendiri oleh pemeriksa internal, pengujian item yang sama serta observasi dari prosedur
yang diikuti oleh pemeriksa internal.
Dennis dan McConnell (2003) dalam Ferry (2010) membedakan mekanisme Good
Corporate Governance menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal, dimana mekanisme
internal dilakukan oleh dewan direksi perusahaan, dewan komisaris dan komite audit yang
dimiliki oleh perusahaan serta struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan, sedangkan
mekanisme eksternal adalah lebih kepada pengaruh dari pasar untuk pengendalian pada
perusahaan tersebut dan sistem hukum yang berlaku. Dalam hubungan dengan eksternal
auditor, perusahaan menetapkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1) RUPS berwenang menunjuk auditor eksternal dari calon yang diajukan oleh komisaris
berdasarkan usulan dari komite audit (apabila ada);
2) Komite Audit (apabila ada) melalui komisaris wajib menyampaikan kepada RUPS alasan
pencalonan tersebut dan besarnya honorarium yang diusulkan untuk auditor eksternal;
3) Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh komisaris, direksi maupun pihak yang
berkepentingan di perusahaan;
4) Perusahaan wajib menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang yang
diperlukan sehingga memungkinkan auditor eksternal memberikan pendapatnya tentang
kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan perusahaan dengan standar laporan
keuangan Indonesia.

Perbedaan Auditor Eksternal dengan Auditor Internal


1. Perbedaan Misi
Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah memberikan opini atas kewajaran
pelaporan keuangan organisasi. Auditor eksternal juga menilai apakah laporan
keuangan organisasi telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima secara umum, diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, dan

4
seterusnya. Sementara itu, tanggung jawab utama auditor internal tidak terbatas pada
pengendalian internal berkaitan dengan tujuan reliabilitas pelaporan keuangan saja,
namun juga melakukan evaluasi desain dan implementasi pengendalian internal,
manajemen risiko, dan governance dalam pemastian pencapaian tujuan organisasi.
2. Perbedaan Organisasional
Auditor internal merupakan bagian integral dari organisasi di mana klien utama mereka
adalah manajemen, dewan direksi dan dewan komisaris, termasuk komite-komite yang
ada. Biasanya auditor internal merupakan karyawan organisasi yang bersangkutan.
Sebaliknya, auditor eksternal merupakan pihak ketiga alias bukan bagia dari organisasi.
Auditor ekstenal menjalankan penugasan berdasarkan kontrak yang diatur dengan
ketentuan perundang-udangan maupun standar profesional yang berlaku untuk auditor
eksternal.
3. Perbedaan Fokus dan Orientasi
Auditor internal lebih berorientasi ke masa depan, yaitu kejadian-kejadian yang
diperkirakan akan terjadi serta bagaimana organisasi bersiap terhadap segala
kemungkinan pencapaian tujuannya. Sedangkan auditor eksternal terutama berfokus
pada akurasi dan bisa dipahaminya kejadian-kejadian historis sebagaimana
terefleksikan pada laporan keuangan organisasi.
4. Perbedaan Timing
Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas organisasi secara berkelanjutan,
sedangkan auditor eksternal biasanya melakukan secara periodik/ tahunan.

2.2 Analisis Kasus PT. Telkom Tbk


Profil PT. Telkom Tbk
PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Pemegang saham mayoritas Telkom adalah
Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%, sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh
publik. Saham Telkom diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode “TLKM”
dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode “TLK”. Telkom mengklaim sebagai
perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap
sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 104 juta. Telkom juga menjadi
pemegang saham mayoritas di 13 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Seluler
(Telkomsel).
Sejarah PT. Telkom Tbk
1) Era Kolonial

5
Pada tahun 1882, didirikan sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan
telegraf. Layanan komunikasi kemudian dikonsolidasikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT). Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober
1856, dimulai pengoperasian layanan jasa telegraf elektromagnetik pertama yang
menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan Bogor (Buitenzorg). Pada tahun 2009 momen
tersebut dijadikan sebagai patokan hari lahir Telkom.
2) Perusahaan Negara
Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi
Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara Telekomunikasi
(PN Telekomunikasi).
3) Perumtel
Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum
Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun
internasional. Tahun 1980 seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk.
(Indosat) diambil alih oleh pemerintah RI menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel. Pada
tahun 1989, ditetapkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi,
yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
4) PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991.
5) PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Pada tanggal 14 November 1995 dilakukan Penawaran Umum Perdana saham
Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta
(BEJ/JSX) dan Bursa Efek Surabaya (BES/SSX) (keduanya sekarang bernama Bursa Efek
Indonesia (BEI/IDX), Bursa Efek New York (NYSE) (Diperdagangkan pada tanggal 14
Juli 2003) dan Bursa Efek London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa
pencatatan di Bursa Saham Tokyo. Jumlah saham yang dilepas saat itu adalah 933 juta
lembar saham. Sejak 16 Mei 2014, saham Telkom tidak lagi diperdagangkan di Bursa Efek
Tokyo (TSE) dan pada 5 Juni 2014 di Bursa Efek London (LSE).

Kronologi Kasus

6
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan suatu badan usaha mandiri yang
berstatus sebagai perusahaan publik. Dengan status tersebut, perusahaan berkewajiban untuk
setiap tahunnya menerbitkan laporan tahunan yang memuat informasi mengenai keadaan dan
jalannya kegiatan usaha perusahaan untuk tahun yang bersangkutan.

Pada RUPS Luar Biasa Telkom pada Juli 2002, para pemegang saham meminta
manajemen baru Telkom yang dipimpin Kristiono memilih salah satu auditor the big five
dunia. Yakni, Earnst & Young (E&Y), PricewaterHouseCoopers (PwC), Klynveld Peat
Marwick Goerdeler (KPMG), dan Delloite & Touche. Arthur Anderson sudah keburu tutup
akibat kasus Enron Corporation, sehingga tinggal big four.

Komite Audit yang dipimpin Arief Arryman, Komisaris Independen Telkom, langsung
menyiapkan proses tender. Tahap pertama adalah mengirim surat ke empat auditor terbesar
dunia itu untuk menanyakan kesediaan mereka mengikuti tender.

1) KPMG langsung membalas, dan mengatakan pihaknya ada conflict, dimana pada waktu
itu, ada masalah dalam penanganan KSO (Kerjasama Operasi) III Telkom dengan PT
Aria West. Sehingga kasusnya dibawa ke arbitrase internasional. Masing-masing lawyer
yang ditujuk kedua belah pihak menunjuk financial expert. Pihak Aria West menujuk
PwC, sedangkan pihak Telkom menunjuk KPMG. Disini conflict of interst itu, baik
KPMG maupun PwC ada conflict.

2) Tinggal dua, yaitu Delloite dan E&Y. Manajemen Telkom ternyata tak bisa memilih
Delloite & Touche, yang di Indonesia berpartner dengan Hans Tuanakota & Mustofa
(HTM). Karena HTM (yang baru saja menggandeng partner baru, Halim), saat itu sedang
mendapat perhatian serius dari pemerintah, khususnya kantor Meneg BUMN, berkaitan
dengan kasus PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

3) Akhirnya manajemen menjatuhkan pilihan pada E&Y. Keputusan itu keluar pada
September 2002. E&Y langsung menyiapkan tenaganya untuk ditempatkan di Telkom.
Tetapi, pada November 2002, E&Y tiba-tiba mengundurkan diri, karena menyadari ada
potensi conflict di Telkom.

4) November 2002, manajemen akhirnya memutuskan untuk mencari auditor yang masuk
enam atau tujuh besar dunia. Yakni BDO Seidman (Belanda) dan Grant Thornton GT).

7
5) BDO Seidman mengatakan tidak bisa, karena ada conflict. Saat itu BDO Seidman sedang
melakukan pekerjaan valuasi di Telkom.

6) Pilihan tinggal satu, yakni Grant Thornton. Tetapi manajemen tidak langsung
memutuskan untuk memilih GT, karena pada waktu itu partner lokal GT di Indonesia ada
dua, yakni GT Hendrawinata dan PT Grant Thornton Indonesia (GTI), yang memiliki
afiliasi dengan KAP Eddy Pianto Simon.

7) GT Hendrawinata ternyata tidak bersedia. Pada waktu itu, Departemen Keuangan


mengeluarkan rilis, yang mengumumkan Hendrawinata kena suspend. Ini semakin
membuat Telkom tak bisa memilih KAP GT Hendrawinata.

8) Akhirnya pilihannya tinggal satu, yakni partner GT lain yang ada di Indonesia, yakni
KAP Eddy Pianto. Sebelum memutuskan KAP Eddy Pianto sebagai auditor yang akan
mengaudit LK TLKM, manajemen tetap mencari tahu apakah KAP Eddy Pianto
memiliki kompentensi untuk mengaudit LK TLKM. Khususnya yang berkaitan dengan
posisi TLKM yang sudah listing di NYSE.

9) Telkom mengirim surat ke GT International yang bermarkas di AS. Dan langsung ada
jawaban bahwa benar KAP Eddy Pianto adalah afiliasi PT GTI, dan PT GTI adalah
partner GT International.

10) KAP Eddy Pianto adalah mitra PT GTI, yang karenanya diijinkan melakukan kerja audit
atas nama GT, asal sesuai dengan standar dan prosedur GT.

11) Tapi GT kemudian mencabut dukungannya kepada KAP Eddy Pianto, pada saat KAP itu
mengaudit LK TLKM. Inilah pertanyaan utama dari munculnya kasus LK TLKM.
Karena pencabutan dukungan dari GT International itu pula, LK TLKM akhirnya ditolak
oleh US SEC. Terlebih lagi, keluar press realese dari GT International pekan lalu melalui
partner lokalnya GT Hendrawinata. Dalam rilis tersebut, GT International tak
berpartisipasi dalam mengaudit LK TLKM 2002. Dan karena itu GT International tak
bertanggung jawab terhadap hasil audit KAP Eddy Pianto terhadap LK TLKM 2002.
Pasalnya, GT International pada Desember 2002 sudah menginformasikan kepada PT
GTI, KAP Eddy Pianto, dan Komite Audit Telkom bahwa hubungan kemitraan GT
International dengan PT GTI sudah berakhir, dan efektif pada tanggal 31 Maret 2003.

8
12) Pernyataan GT International tersebut sebagai pernyataan tak bertanggung jawab dan mis-
leading. Tak bertanggung jawab, karena pada saat manajemen Telkom meminta
klarifikasi tentang status KAP Eddy Pianto, GT International sudah memberikan
klarifikasi. Sedangkan, mis-leading, adalah karena memang begitulah adanya. GT
International tidak bisa bertanggung jawab terhadap hasil audit orang lain, termasuk
partnernya atau afiliasinya. Dalam kasus TLKM, GT International memang tak bisa
bertanggung jawab terhadap hasil audit yang dilakukan KAP Eddy Pianto. KAP Eddy
Pianto-lah yang harus bertanggung jawab. Tapi GT International harusnya men-support
KAP Eddy Pianto, yang menjadi afiliasi dari mitranya di Indonesia, yakni PT Grant
Thornton Indonesia. Kalau tidak, buat apa ada kemitraan, buat apa bayar fee kemitraan
dan mengikuti standar dan prosedur GT International.

Eddy Pianto
Eddy Pianto Simon. Di kalangan auditor, namanya belum seterkenal Hans Tuanakota,
Hendrawinata, atau Hadi Sutanto. Sejak awal Juni lalu, nama Eddy Pianto mencuat
bersamaan dengan penolakan SEC (Securities and Exchange Commission), Bapepam
Amerika Serikat terhadap Laporan Keuangan (LK) 2002 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM).
Eddy Pianto memiliki KAP yang bermarkas di Muara Karang, Jakarta. Salah seorang
stafnya mengatakan, jumlah karyawan KAP Eddy Pianto ada cuma 15 orang. “Semuanya
auditor,” katanya. Dengan jumlah tenaga audit segitu, KAP ini memiliki banyak pekerjaan
audit. Diantaranya adalah PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM), PT Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk, (INKP). Kedua perusahaan ini listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Tetapi TLKM adalah perusahaan yang dual listing, baik di BEJ maupun di New York
Stock Exchange (NYSE), yang aturannya jauh lebih rumit ketimbang aturan di bursa
Indonesia. Selain itu, BUMN telekomunikasi itu termasuk besar dari segi aset dan market
capitalization, memiliki kantor yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan pendapatan utama
berasal dari pulsa yang dicatat secara computerize.
“Hebat. KAP Eddy Pianto bisa menerima pekerjaan mengaudit Telkom. Saya saja,
yang memiliki 100 karyawan, tidak berani mengambil kerjaan itu. Karena pasti separo
karyawan saya akan tersedot ke Telkom. Saya dengar, Earnst & Young dan HTM (Hans
Tuanakota & Mustofa) saja menerjunkan tidak kurang dari 40 orang,” katanya.

9
Menurut auditor senior yang enggan disebut namanya, 90 persen pendapatan TLKM
berasal dari pulsa. Seluruh pendapatan tersebut dicatat secara computerize, yang kantornya
tersebar di seluruh tanah air. Selain membutuhkan tenaga besar, juga membutuhkan tenaga
ahli komputer. “Saya bisa mengerjakannya, tetapi sayang kalau harus mengabaikan kerja
audit yang lain. Fee-nya, saya dengar, lumayan besar,” katanya. Menurut informasi yang
diterima Investor Indonesia, fee untuk KAP Eddy Pianto mencapai Rp3 miliar.

Tidak Hati-hati

Itu baru dari segi besar dan rumitnya pekerjaan mengaudit LK TLKM, belum
termasuk kompetensi KAP Eddy Pianto untuk mengaudit LK emiten yang tercatat di Bursa
New York. Di pasar modal Indonesia, KAP Eddy Pianto yang sudah terdaftar di Bapepam dan
Depkeu, hasil auditnya tak bermasalah. Tapi Bapepam AS (US SEC) memiliki aturan dan
kriteria tersendiri bagi auditor yang bisa mengaudit LK emiten yang tercatat di NYSE.

Seorang akuntan senior tidak percaya KAP Eddy Pianto yang hanya memiliki tenaga
kurang dari 20 orang bisa mengaudit LK TLKM 2002. “Dibantu oleh PT GTI adalah salah.
Karena PT GTI bukan auditor firm, melainkan consulting firm. Auditor firm tidak
menggunakan PT, tapi KAP,” katanya. Ada juga yang curiga, ada apa-apanya antara James S.
Kallman (Presdir GTI), Eddy Pianto dengan Arief Arryman, ketua komite audit TLKM?

Seorang sumber lain menunjukkan, betapa Eddy Pianto dan manajemen TLKM tidak
hati-hati dalam masalah ini. Dia menduga, manajemen TLKM sedang sibuk dengan lobi-lobi
berkaitan dengan tarif dan lain sebagainya. Betul awalnya, KAP Eddy Pianto adalah mitra GT
International. Tetapi, ketika mendapat pemberitahuan dari GT International pada Desember
bahwa kemitraan antara GT International dengan GT Indonesia dan Eddy Pianto akan putus
dan efektif pada 31 Maret 2003, seharusnya manajemen Telkom bersikap: putus dengan Eddy
Pianto, lalu, lapor ke US SEC. Nyatanya, manajemen TLKM tetap kekeh melanjutkan KAP
Eddy Pianto sebagai auditor dan Eddy Pianto juga tenang-tenang saja bekerja.

Untuk pertama kalinya di Indonesia terjadi kasus perselisihan auditor, dimana KAP
Eddy Pianto partner Grant Thornton (GT) adalah auditor laporan keuangan tahun 2002 PT
Telkom, sementara KAP Hadi Sutanto merupakan auditor anak perusahaan PT Telkom, yakni
PT Telkomsel. Hadi Sutanto yang merupakan partner Pricewaterhouse Coopers (PwC) yang
kemudian ditunjuk Telkom untuk melakukan audit ulang laporan keuangan 2002 Telkom,
setelah laporan itu ditolak komisi pengawas pasar modal Amerika Serikat (US Securities and

10
Exchanges-SEC). Telkom berkewajiban menyampaikan laporan keuangan tahunan ke US
SEC karena saham Telkom diperdagangkan juga di bursa saham New York.

Inti persoalan dari kasus ini adalah Eddy Pianto Simon dari KAP Eddy Pianto (EP)
merasa dirugikan KAP Hadi Sutanto (HS) karena dinilai menghambat karier dan kerjanya. Itu
karena KAP HS tidak mengizinkan KAP EP untuk menggunakan pendapat KAP HS dalam
hasil auditnya terhadap PT Telkomsel (anak perusahaan) ke dalam laporan audit (konsolidasi)
PT Telkom. Hal inilah yang dianggap Eddy Pianto sebagai salah satu alasan SEC menolak
laporan keuangan tahun 2002 Telkom auditan KAP EP.

Awalnya, ketika menerima penugasan sebagai auditor PT Telkom (2002), tak ada
persoalan yang dialami KAP EP, termasuk dengan HS, yang pada saat bersamaan menjadi
auditor PT Tekomsel. Setelah KAP HS mengetahui pekerjaan auditnya atas Laporan
Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 akan diacu oleh KAP EP, KAP HS melakukan
beberapa kali pertemuan dengan KAP EP dalam rangka membahas permasalahan seputar
filing Form 20-F ke US SEC. Dalam rangka filing Form 20-F, pada bulan Desember 2002
KAP EP telah memulai proses credential review agar diakui eligibilitasnya oleh US SEC.
Untuk memahami US GAAS dan GAAP dalam rangka filing Form 20-F, KAP EP meminta
bantuan dari Mark Iwan, Certified Public Accountant independen yang bukan merupakan
partner dari Grant Thornton, LL.P, untuk memberi pelatihan dan konsultasi. Adapun
kronologisnya sebagai berikut.

1) 20 Januari 2003: KAP EP mengirim Audit Instructions kepada KAP HS, yang
mencakup ketentuan-ketentuan AU 543 atau PSA 543. KAP HS
memberi konfirmasi tertulis bahwa Audit Instructions telah diterima.

2) 19 Februari 2003: KAP HS mengirimkan laporan yang diminta KAP EP sesuai Audit
Instructions, termasuk dokumen yang menyatakan bahwa KAP HS
independen.

3) 17 Maret 2003: KAP EP memberi tahu KAP HS bahwa laporan audit Telkom akan
dikeluarkan pada 25 Maret 2003. KAP EP menyatakan akan
melakukan reference terhadap hasil audit Telkomsel. Di sinilah,
hubungan KAP EP dan KAP HS kelihatan tidak sehat.

4) 21 Maret 2003: KAP HS mengirim email kepada PT. Telkom untuk meminta
diberikan kesempatan untuk membaca Form 20-F secara keseluruhan

11
dan PT. Telkom menolak permintaan tersebut tersebut. Keberatan PT.
Telkom untuk memberikan full access terhadap Form 20-F didasarkan
atas tidak adanya hubungan antara PT. Telkom dengan KAP HS, serta
permintaan full access adalah tidak proporsional karena permintaan
KAP HS seharusnya hanya untuk bagian yang terkait dengan laporan
PT. Telkomsel.

5) 24 Maret 2003: KAP HS membalas surat ke KAP EP 17 Maret 2003. KAP HS


menyatakan tidak memberi izin kepada KAP EP untuk me-refer hasil
auditnya atas Telkomsel.

6) 25 Maret 2003: Anehnya KAP HS mengirimkan copy audit report Telkomsel untuk
dikonsolidasikan ke LK Telkom. Dalam surat pengantarnya, KAP HS
sama sekali tidak menyebut kata-kata yang tidak mengizinkan KAP
EP menggunakan hasil auditnya atas Telkomsel sebagai acuan dalam
LK Telkom konsolidasi.

7) 31 Maret 2003: KAP HS kembali menegaskan surat 24 Maret 2003. KAP HS juga
mengirimkan surat yang bernada sama kepada Presiden Komisaris
dan Ketua Komite Audit Telkomsel, “AU 543 menurut penafsiran
KAP HS adalah KAP EP harus mendapatkan izin dari HS sebelum
me-refer hasil audit PT Telkomsel ke dalam hasil audit PT Telkom.
Sedangkan menurut EP AU 543 sebenarnya memperbolehkan KAP
EP untuk mengacu kepada opini KAP HS tanpa perlu izin. KAP EP
mempunyai keyakinan bahwa KAP HS telah menginterpretasikan AU
543 secara keliru, yang mengakibatkan keputusan SEC yang
merugikan Telkom. AU 543, seperti halnya Standar Pemeriksaan
Akuntan Publik (PSA 543), tidak mengharuskan KAP EP minta izin,
melainkan cukup mengkomunikasikannya saja. Izin dari auditor
perusahaan anak dibutuhkan, bilamana nama auditor dicantumkan
dalam LK konsolidasi. Kedua, KAP HS dalam suratnya tanggal 31
Maret, mencampur-adukkan antara “izin agar KAP EP dapat mengacu
pekerjaan KAP HS” dengan “izin agar Telkom dapat memasukkan
opini KAP HS di dalam laporan 20-F”. Dalam surat tanggal 31 Maret,
KAP HS menyatakan, izin tersebut berhubungan dengan laporan

12
Form 20-F. Padahal, akuntan tahu, izin untuk Form 20-F seharusnya
ditujukan kepada manajemen Telkom, bukan kepada auditornya, KAP
EP.

8) 29 April 2003: Berdasarkan surat US SEC yang dikirimkan kepada Telkom


tertanggal 29 April 2003, menyatakan tidak dapat menerima Form 20-
F yang disampaikan oleh PT. Telkom dengan alasan:

(a) Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002


belum mendapatkan quality control dari Grant Thornton LL,P.,
selaku US Affiliate KAP Eddy Pianto;

(b) KAP HS tidak memberikan ijin untuk dimasukkannya Laporan


Audit KAP HS atas Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun
Buku 2002 dalam Form 20-F PT. Telkom;

(c) Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002


yang dimasukkan dalam Form 20-F PT. Telkom tidak disertai
dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan anak perusahaan
PT. Telkom lainnya yang juga diacu oleh KAP EP.

Keputusan SEC itu membuat Eddy dan partnernya Grant Thornton Indonesia
bingung. Karena, sebelum mengirim surat ke manajemen Telkom itu, SEC sudah minta
dilakukan credentialling review terhadap KAP EP, pada 22 Mei. Heinz & Associates LLP dari
Denver, Colorado, AS ditunjuk sebagai pelaksana.

Inilah yang kemudian menyiratkan ada konspirasi tingkat tinggi dalam kasus Telkom
ini, yang melibatkan pejabat SEC dan pejabat PwC. Apalagi, kemudian diketahui, Telkom
akhirnya menunjuk PwC untuk melakukan review atas audit yang dilakukan KAP EP. Pejabat
SEC yang menangani Telkom adalah Craig C. Olinger, Deputy Chief Accountant SEC. Dia
adalah bekas anak buah Wayne Carnall, yang kini menjadi Senior Executive PwC.

Pada 21 Juni 2003, Eddy mengirim surat ke SEC untuk menjelaskan interpretasi yang
benar atas AU 543. Pada 25 Juni, Eddy melanjutkan teleconference dengan SEC. Dalam
teleconference itu, tidak ada sanggahan dari SEC mengenai interpretasi Eddy atas AU 543.
Tetapi SEC terlanjur menolak laporan Form 20-F Telkom, dan manajemen Telkom sudah

13
terlanjur menyatakan, (pada 11 Juni) LK Telkom 2002 sebagai unaudited, serta menunjuk
PwC (HS) sebagai auditor untuk me-review LK Telkom 2002.

Bagi Eddy, perlakuan tidak sehat dari KAP HS bukan hanya merugikan Telkom dan
namanya, tetapi juga menyangkut kelangsungan usahanya, KAP EP. Ini pula yang dituntut
Eddy kepada organisasi profesi, IAI. Yakni, demi membersihkan namanya, bukan hanya
kepada Bapepam, Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan dan perusahaan yang bakal
menggunakan jasa auditnya, tetapi kepada masyarakat luas. Seperti diketahui, ketika kasus
laporan keuangan Telkom ditolak SEC, Bapepam langsung menghentikan sementara kegiatan
KAP EP, yang sudah terdaftar di Bapepam, untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan
publik di Indonesia. Setelah disuspen, Bapepam baru melakukan pemeriksaan.

Pihak-pihak yang Terlibat


Berikut ini merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus diatas dan dengan
disertai oleh perannya masing-masing:
1) KAP HS sebagai KAP yang dipercaya mengaudit PT. Telkomsel;
2) KAP EP sebagai KAP yang dipercaya melakukan audit konsolidasi atas PT. Telkom;
3) PT. Telkom selaku perusahaan yang di audit.

Pelanggaran yang Dilakukan


Berikut ini merupakan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan:
1) Kepercayaan
KAP HS dan KAP EP telah melanggar kepercayaan, dimana antara sesama KAP tidak
terdapat kepercayaan satu sama lain, karena pasar keuangan tidak dapat beroperasi tanpa
kepercayaan. Kerjasama adalah penting dan kepercayaan adalah prasyarat kerjasama.
2) Prinsip Transparansi
KAP HS melanggar prinsip transparansi dengan tidak mengijinkan KAP EP untuk
merefer hasil audit KAP HS atas Telkomsel, dimana seharusnya sebagai fisrt layer dan
sebagai rekan seprofesi, KAP HS tidak mempersulit KAP EP sebagai second layer
dengan tidak memberikan informasi terkait sejauh mana audit yang telah dilakukan oleh
KAP HS.

3) Prinsip Akuntabilitas
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham

14
dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk menjamin tercapainya akuntabilitas yang
optimal pada perusahaan, maka diperlukan peran dari internal audit dan eksternal audit.
Dalam kasus ini, PT. Telkom telah melanggar prinsip akuntabilitas dengan tidak
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
dalam hal pemilihan auditor eksternalnya, yaitu KAP EP. Dimana seperti yang kita
ketahui KAP EP meminta bantuan kepada Mark Iwan untuk memberikan pelatihan dan
konsultasi mengenai US GASS dan GAAP. KAP EP juga merupakan KAP non Amerika
Serikat. Dari hal itu seharusnya PT. Telkom dapat mempertimbangkan kembali apakah
akan menggunakan KAP EP atau tidak sebagai auditor eksternalnya di samping KAP HS,
sehingga auditor eksternal di sini dapat dikatakan tidak menjalankan perannya.
4) Prinsip Responsibilitas
Responsibilitas adalah terkait dengan ketaatan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam kasus ini, KAP HS telah melanggar Pasal 107 UU No 8 Tahun 1995
dimana “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain
atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah,
mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh
izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”. KAP HS dan rekan mencoba untuk
menyesatkan dan merugikan para pemegang saham baik perseroan induk maupun anak
perusahaannya yakni TELKOM dan TELKOMSEL, karena KAP HS tidak memberikan
izin KAP EP untuk merefer hasil auditnya, sehingga mempersulit KAP EP yang berujung
penolakan oleh SEC dan pada akhirnya turunya nilai saham Telkom. KAP HS juga
melanggar UU No.5 Tahun 1999, terutama melanggar prinsip umum dan etika profesi
akuntansi.
5) Prinsip Independensi
Untuk melancarkan pelaksanaan atas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Untuk menjamin adanya independensi, maka perlu adanya
pengawasan dalam perushaan dengan komisaris yang independen dan dibantu oleh
komite audit. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah bagi para pemegang
saham untuk mengambil keputusan penting. Dalam kasus ini disinyalir adanya konspirasi
antara antara James S. Kallman (Presdir GTI), Eddy Pianto dengan Arief Arryman, ketua
komite audit TLKM. Dan juga, suatu KAP harus menunjukkan integritasnya kepada
klien maupun masyarakat. Suatu KAP dalam tuga snya dituntut untuk bersikap jujur dan

15
mempertahankan objektivitas tanpa dipengaruhi tekanan dari pihak manapun untuk
kepentingan pribadi. KAP HS tidak seharusnya melakukan penilaian kualifikasi terhadap
KAP lain. Walaupun atas dasar alasan menghindari risiko yang dapat merugikan karena
keraguan kelayakan hak berpraktek KAP EP dihadapan US SEC. Seharusnya KAP HS
bersikap adil terhadap KAP EP dan tidak melakukan hal-hal bersifat menjatuhkan,
dikarenakan tidak adanya kewenangan dan tidak diperkenankan anggota KAP melakukan
tindakan dan/ atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
5) Manfaat GCG
Perbuatan KAP HS dan KAP ini mengakibatkan penurunan drastis harga saham PT.
Telkom dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini sangat bertentangan
dengan manfaat GCG, dimana salah satu manfaat jika penerapan GCG dilakukan dengan
baik yaitu meningkatkan nilai saham perusahaan.
6) Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
Dengan memberikan interpretasi yang menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel,
dan US SEC, KAP HS mengakibatkan rusaknya kualitas audit yang dilakukan oleh KAP
EP atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 sehingga
menghalangi KAP EP untuk bersaing dengan KAP HS sehubungan dengan penyediaan
layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai bursa. Seharusnya
anggota KAP wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

Sanksi Terhadap KAP EP dan KAP HS


1) BAPEPAM mewajibkan KAP EP untuk tidak melakukan kegiatan usaha di pasar modal
terhitung sejak tanggal 16 Juni 2003 sampai diputuskan lebih lanjut oleh BAPEPAM.
Alasannya, karena laporan keuangan konsolidasi PT. Telkom tahun buku 2002 ditolak
oleh SEC.
2) Sanksi terhadap KAP HS, yaitu KAP HS harus membayar denda sebesar Rp 20 milyar ke
kas negara dengan kas paksa sebesar Rp 10 juta per hari. Denda tersebut harus dibayar
maksimal 30 hari setelah pemberitahuan keputusan dari KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha). Sanksi ini dikenakan karena KAP HS terbukti bersalah dan
mengakibatkan rusaknya kualitas audit KAP EP atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT.
Telkom tahun buku 2002. KAP HS tersebut terbukti menghalangi KAP EP untuk
bersaing dengannya dalam penyediaan layanan audit ke perusahaan besar. KAP HS yang
mengaudit laporan keuangan PT. Telkomsel tahun 2002 tidak bersedia berasosiasi

16
dengan pekerjaan audit KAP EP dengan menolak hasil auditnya dijadikan acuan dalam
pekerjaan audit KAP EP dalam mengaudit laporan konsolidasi PT Telkom 2002.

Dampak Kasus
1) Bagi Masyarakat
Masyarakat, dalam hal ini merupakan para investor yang berinvestasi di perusahaan
tersebut terpaksa mengalami kerugian seiring dengan anjloknya harga saham yang
dimiliki oleh PT. Telkom.
2) Bagi pemerintah
Akibat kasus ini, negara mengalami kerugian yaitu jatuhnya indeks harga saham
gabungan di bursa efek yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
penurunan keinginan investor baik didalam negeri maupun luar negeri yang ingin
berinvestasi di Indonesia terkhususnya di PT. Telkom;
3) Bagi Perusahaan
Akibat kasus ini berdampak pada diberhentikan sementaranya perdagangan saham PT.
Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange. Kemudian, Harga saham PT. Telkom
di Bursa Efek Jakarta turun secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya.

Solusi Kasus
1) Perusahaan dan KAP seharusnya menjalankan tugas sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan;
2) Perusahaan seharusnya menunjuk KAP yang sesuai dengan ketentuan SEC agar laporan
keuangan dapat diterima dengan baik;
3) Sesama KAP perlu bekerja sama dan saling mendukung dalam menjalankan tugas
sebagai seorang Auditor;
4) Para auditor hendaknya menjaga profesionalitas atau kinerja kerjanya supaya reputasi
saham di pasar tetap baik.

BAB III
SIMPULAN & SARAN
3.1 Simpulan
3.1.1 Peran Auditor Eksternal dalam GCG: Auditor eksternal memegang peranan penting
di dalam menentukan kredibilitas suatu informasi laporan keuangan, maka dari itu
kualitas audit menjadi suatu hal yang harus diperhatikan.
3.1.2 Analisis Kasus PT. Telkom Tbk: . PT. Telkom Tbk pada awalnya memiliki reputasi
baik di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock Exchange (NYSE), dengan

17
demikian PT. Telkom Tbk mempunyai PR tiap akhir tahun untuk memberikan
laporan keuangannya melalui United States Sekurities And Exchange Commission
(SEC). Seiring berjalannya waktu, terjadi masalah pada tahun 2002 sehubungan
dengan mekanisme tender yang dibuat PT. Telkom Tbk untuk mengaudit laporan
keuangannya. Pada saat itu yang memenangkan tender adalah Kantor Akuntan
Publik (KAP) Hadi Sutanto dan Rekan akan tetapi karena ada sesuatu hal KAP
tersebut mundur dan digantikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy
Pianto. Audit yang dilakukan oleh KAP ini juga tidak berjalan mulus karena ada
berbagai masalah, yang berdampak pada PT. Telkom Tbk sendiri, sehingga
BAPEPAM-LK menjatuhkan sanksi terhadapnya.
3.2 Saran
Demikian paper yang dapat penulis sajikan, apabila ada kesalahan dalam penulisan
juga kekurangan dalam segi pembahasan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat
memperbaiki paper ini selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN
Diyanti, Ferry. 2010. Mekanisme Good Corporate Governance, Karakteristik Perusahaan dan
Mandatory Disclosure: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Brawijaya. Malang
http://www.ecgi.org/codes/documents/indonesia_cg_2006_id.pdf Diakses tanggal 30 April
2018
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol9941/kap-eddy-pianto-hanya-diberi-peringatan-
tertulis Diakses tanggal 29 April 2018
18
https://cacingkurcaci.blogspot.co.id/2016/12/kasus-etika-profesi-auditing-pt.html Diakses
tanggal 29 April 2018
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-167911/kap-hadi-sutanto-dihukum-bayar-denda-
rp-20-miliar Diakses tanggal 29 April 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Telkom_Indonesia Diakses tanggal 29 April 2018
https://www.liputan6.com/news/read/80920/kppu-mendenda-kantor-akuntan-publik-hadi-
susanto-pwc Diakses tanggal 30 April 2018
https://www.profilusaha.com/drs-hadi-susanto-rekan Diakses tanggal 29 April 2018
https://www.sec.gov/files/form20-f.pdf Diakses tanggal 29 April 2018
https://www.telkom.co.id/servlet/tk/about/id_ID/stocklanding/profil-dan-riwayat-singkat.html
Diakses tanggal 29 April 2018
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: KEP-718/KM.17/19981
Lin, J.Z., and M. Liu. 2009. The Determinants of Auditor Switch from The Perspective of
Corporate Governance in China. Corporate Governance: An International Review. Vol.
17. No. 4. Pp. 476-491
Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal No.282/PM/STTD-Ap/2000

19

Anda mungkin juga menyukai