Anda di halaman 1dari 14

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

“TINJAUAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE”


Dosen : Ayu Aryista Dewi, S.E., M.Acc.

Penyusun:

I Putu Indra Wijaya 1515351019


Luh Ade Wahyu Merthadiyanti 1515351022
Ni Putu Purnami Eka Yanti 1515351032
A. A. Sg Istri Pradnya Paramitha 1515351033
I Gusti Diah Agung Prabawati S 1515351034

Jurusan Akuntansi Program Non Reguler


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas segala kehidupan yang
senantiasa memberikann rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah ini
disusun guna untuk memenuhi tugas “Good Corporate Governance”, dan kiranya dapat berguna
bagi pembaca. Makalah ini saya susun dari berbagai sumber yang saya dapatkan dari beberapa
buku dan internet.

Makalah ini berisikan tentang “TINJAUAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE


GOVERNANCE”. Dalam makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan
kekurangan baik dari segi penyajian maupun materinya. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
paper ini.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan rasa terima kasih khusus kepada yang terhormat Ibu
Ayu Aryista Dewi, S.E., M.Acc. selaku dosen mata kuliah “Good Corporate Governance” yang
telah menjadi pembimbing di dalam penyelesaian pembuatan paper ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya. Amin.

Denpasar, 20 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2

BAB II ISI ...................................................................................................................................... 3


2.1 Transparansi (Transparency) .............................................................................................. 3
2.2 Akuntabilitas (Accountability) ............................................................................................ 4
2.3 Responsibilitas (Responsibility) ......................................................................................... 5
2.4 Independensi (Independency) ............................................................................................. 7
2.5 Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) ................................................................................ 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 10


3.1 Simpulan ........................................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................................. 10

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kasus manajemen laba sudah banyak terjadi di Indonesia diantaranya kasus PT
Indofarma tahun 2001, Kasus Bank Lippo tahun 2002. Indofarma melakukan overstated atas
nilai persedian barang dalam proses tahun 2001 sebesar Rp 28,87 milyar. Kasus Bank Lippo
yaitu perusahaan menerbitkan tiga versi laporan keuangan sekaligus antara lain untuk
manajemen, media massa dan untuk Bursa Efek Jakarta. Selain di Indonesia, kasus manajemen
laba juga terjadi di luar negeri seperti kasus Worldcom dan yang terkini adalah kasus skandal
akuntansi pada perusahaan Thosiba di Jepang tahun 2015. Manajemen laba merupakan salah satu
masalah yang timbul dari konflik keagenan. Konflik keagenan timbul dari suatu hubungan antara
pemilik perusahaan (pemegang saham) dan pengelola perusahaan (manajemen) yang selanjutnya
dijelaskan dalam sebuah teori yang disebut dengan teori keagenan. Teori keagenan menekankan
pentingnya principal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional
yang lebih memahami menjalankan bisnis sehari-hari, dan dalam hal ini disebut agent. Dalam
perkembangannya terdapat perbedaan kepentingan antara principal dan agent, dimana agent
menjadi pihak yang ingin mengutamakan utilitasnya, sedangkan principal menginginkan agent
bertindak untuk kepentingan mereka.

Teori Keagenan memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat


diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui Good Corporate Governance. Kesuksesan
dari suatu perusahaan dalam mencapai kinerja yang maksimal dan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders-nya adalah sangat diperlukan adanya prinsip yang kuat. Menurut Buku
Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia, yang disusun oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance/KNKG, (2006) ada 5 prinsip yang mesti diterapkan untuk
mencapai tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip yang penting dalam membangun tata
kelola perusahaan yaitu: transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),
responsibilitas (responsibility), independensi (independency), serta kewajaran dan kesetaraan
(fairness). Lima prinsip tersebut dapat disingkat dengan TARIF.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah. Adapun
rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan prinsip transparansi ?


2. Apa yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas ?
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip responsibilitas ?
4. Apa yang dimaksud dengan prinsip independensi ?
5. Apa yang dimaksud dengan prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness) ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik tujuan penulisan. Adapun tujuan
penulisan tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui prinsip transparansi


2. Untuk mengetahui prinsip akuntabilitas
3. Untuk mengetahui prinsip responsibilitas
4. Untuk mengetahui prinsip independensi
5. Untuk mengetahui prinsip kewajaran dan kesetaraan (fairness)

2
BAB II

ISI

2.1 Transparansi (Transparency)


Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan


informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang
panting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku
kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran
usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya
yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good Corporate Governance serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

Transparansi artinya ada keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan


perusahaan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi perusahaan yang sebenarnya

3
sehingga setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi
segala sesuatu yang menyangkut perusahaan. Transparansi dapat diimplementasikan dengan
penyajian secara terbuka laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, kriteria yang terbuka
tentang seleksi personil, informasi adanya seleksi, pengungkapan transaksi atau kontrak dengan
pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kedudukan istimewa, struktur kepemilikan,
kemungkinan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Demikian juga, manajemen dan karyawan
juga berkepentingan dengan prinsip transparansi, karena pada dasarnya mereka juga berhak
untuk mengetahui kondisi riil suatu perusahaan, apakah berada dalam keadaan sehat atau tidak.
Seringkali perusahaan tidak transparan baik terhadap pihak internal maupun eksternal
perusahaan. Secara psikologis, karyawan dapat bekerja dengan kondisi yang lebih nyaman dan
kondusif. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi ketika pihak manajemen dan
karyawan tidak mengetahui adanya informasi tersebut. Hal tersebut dapat merugikan mereka
semua. Dengan demikian, transparasi tersebut akan lebih memuaskan bagi pihak manajemen dan
karyawan dan dapat mengurangi risiko terjadinya pemogokan ataupun tuntutan yang berlebihan
dari manajemen dan karyawan perusahaan.

Transparansi dapat juga diartikan sebagai ruang partisipasi dengan membuka akses dan
memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, bagi masyarakat. Untuk
menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan mengungkapkan informasi baik yang bersifat mandatory maupun yang
voluntary. lnformasi yang transfaran dapat membantu pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan.

2.2 Akuntabilitas (Accountability)


Prinsip Dasar
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
wajar. Maka, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

4
1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggungjawab secara jelas dan selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan.
2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggungjawab, dan perannya dalam
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).
3. Perusahaan harus memastikan adanya system pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta
memiliki system penghargaan dan sanksi (reward and punishment system)
5. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, setiap organ perusahaan dan semua
karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct)
yang telah disepakati.

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk


menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan manajemen perusahaan kepada pihak yang
memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggujawaban. Dengan prinsip ini, proses
pengambilan keputusan atau kinerja dapat dimonitor, dinilai, dan dikritisi, dan juga direksi dan
dewan pengawas diberikan wewenang dan tanggung jawab, diwajibkan untuk melaporkan
pelaksaan wewenang dan tanggung jawab tersebut, serta diawasi dan dikendalikan agar tidak
terjadi penyalahgunaan wewenang. Optimalisasi kinerja manajemen dan karyawan mendapat
dukungan penuh dari penerapan prinsip akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk menciptakan
manajemen yang efektif dan efisien. Untuk menjamin tercapainya akuntabilitas yang optimal
pada perusahaan tentu diperlukannya peran dari internal audit dan eksternal audit.

2.3 Responsibilitas (Responsibility)


Prinsip Dasar
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

5
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-
laws).
2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
Perusahaan yang telah memenuhi prinsip responsibiliti berarti perusahaan telah mentaati
peraturan perundangan yang ada dan melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Bentuk
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dapat diwujudkan dengan corporate social
responsibility (CSR). Perusahaan yang menerapkan program CSR akan membangun hubungan
harmonis dengan masyarakat dan merupakan investasi jangka panjang dari perusahaan dalam
membangun citra baik. Perusahaan yang memiliki citra yang baik menjadi modal bagi
perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkelanjutan. Perusahaan akan lebih mudah mendapatkan
modal, dapat mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas, dan perusahaan dapat
meningkatkan pengambilan keputusan. Dengan demikian prinsip responsibilitas adalah
mengandung pengertian segala kegiatan perusahaan yang terkait dengan pemenuhan kewajiban
sosial atau bentuk kepedulian dari perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
Prinsip responsibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang
berlaku dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada stakeholder dan
masyarakat. Konsekuensi dari prinsip responsibilitas dalam penerapannya perusahaan harus
memenuhi tanggung jawab sosialnya dan bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan saja.
Dalam menjalankan usahanya perusahaan harus mentaati undang-undang yang ada, seperti:
undang-undang ketenagakerjaan, undang-undang perseroan, undang-undang lingkungan hidup,
dan undang-undang lainnya yang berkaitan dengan jenis perusahaan tersebut. CSR memiliki tiga
aspek penting, yang sering disingkat 3 P, yaitu: Profit, yang megandung makna keuntungan,
People yang mengandung makna keterlibatan perusahaan pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat, dan Planet yang mengandung makna bahwa perusahaan turut menjaga kelestarian
lingkungan.

6
2.4 Independensi (Independency)
Prinsip Dasar
Dalam melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing – masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan


1. Masing - masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara objektif.
2. Masing - masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan , tidak melempar
tanggungjawab antara satu dengan yang sehingga terwujud sistem pengendalian internal
yang efektif.

Prinsip independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu


keharusan organ – organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan baik tanpa
tekanan atau intervensi dari berbagai pihak dengan kepentingan yang hanya menguntungkan
pihak tertentu saja. Dalam mekanisme Good Corporate Governance (GCG) untuk menjamin
adanya independensi maka perlu adanya pengawasan dalam perusahaan dengan komisaris yang
independen dan dibantu oleh komite audit. Yang dimaksud independen adalah orang tidak
mempunyai hubungan apapun dengan perusahaan. Komite audit menurut Ikatan Komite Audit
Indonesia (IKAI) adalah suatu komite yang bekerja secara profesioal dan independen , dibentuk
oleh dewan komisaris dengan tugas adalah untuk membantu dan memperkuat fungsi dewan
komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen
resioko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan –
perusahaan (Effendi, 2016) .

7
2.5 Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan


kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran
dan kesetaraan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk


memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing-masing.
2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan yang sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan.
3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,
berkarir dan melaksanakan tugasnya secara professional tanpa membedakan suku, agama,
ras, dan kondisi fisik.

Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya. Penegakan
prinsip fairness ini terutama ditujukkan pada pemegang saham mayoritas maupun minoritas.
Keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas harus diperhatikan, sehingga tidak ada
kelompok pemilik yang dirugikan. Demikian pula dengan hak-hak karyawan, direktur, serta
pemasok dan langganan, harus ditetapkan secara jelas dengan melibatkan sebanyak mungkin
pihak-pihak yang terkait. Para anggota manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan
yang seimbang dan wajar, sesuai dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai kinerja
yang optimal.

Prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan


keseimbangan tersebut. berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan bagi
manajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan pekerjaan dan
tanggung jawab masing-masing pihak. Kepentingan manajemen juga berkaitan dengan masalah

8
kenaikan pangkat atau renumerasi. Hal ini penting karena sistem reward yang tepat akan
menimbulkan semangat dari manajemen dan para karyawan untuk bekerja dengan lebih efektif
dan efisien. Diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang berisikan sumber daya manusia yang
berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan dengan cara-cara yang wajar
dan fair. Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang
pembagian untuk oihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam atau insider trading.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Transparansi artinya ada keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan
perusahaan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi perusahaan yang
sebenarnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur
dan mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut perusahaan.
2. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan manajemen perusahaan kepada pihak
yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggujawaban.
3. Prinsip responsibilitas menekankan perusahaan harus berpegang pada hukum yang
berlaku dan dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan perusahaan pada
stakeholder dan masyarakat.
4. Prinsip independensi artinya bebas atau kemandirian, mengandung makna suatu
keharusan organ – organ yang ada di perusahaan dapat mengambil keputusan dengan
baik tanpa tekanan atau intervensi dari berbagai pihak dengan kepentingan yang hanya
menguntungkan pihak tertentu saja.
5. Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian lengkap di atas, diharapkan perusahaan mampu menerapkan seluruh
prinsip-prinsip dalam penerapan Good Corporate Governance demi tercipta tata kelola
perusahaan yang baik.

10
DAFTAR RUJUKAN
I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017. Pengantar Corporate
Governance. Penerbit: CV Sastra Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai