UU No 4 Tahun 2009
Kita seharusnya menggunakan kekayaan alam yang ada di Indonesia ini untuk
kesejahteraan rakyat termasuk salah satunya melalui sektor pertambangan sesuai
dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 berisi “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.”. Demi meningkatan kontribusi pertambangan
terhadap negara dan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat maka pemerintah
pun mengeluarkan UU no 4 tahun 2009, Pada peraturan ini Pemegang IUP dan
IUPK diwajibkan untuk melakukan peningkatan nilai tambah terhadap sumber daya
mineral atau batubara melalui proses pengolahan, pemurnian dan juga
pemanfaatannya yang sesuai dengan UU no 4 tahun 2009 pasal 102 yang berisi
“Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian,
serta pemanfaatan mineral dan batubara”. Selanjutnya juga para perusahaan
tambang yang memiliki kontrak karya ataupun pemegang IUP dan IUPK juga
didorong untuk mendirikan smelter dan paling lambat 5 tahun, sehingga pada tahun
2014 para perusahaan tambang yang memiliki kontrak karya ataupun pemegang
IUP dan IUPK sudah dapat melakukan proses pemurnian sesuai dengan UU no 4
tahun 2009 pasal 170 yang berisi “Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud
dalam pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian Sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak
Undang-Undang ini diundangkan”
2. PP no 23 tahun 2010
Pasal 93
1. Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi mineral wajib
melakukan pengolahan dan pemurnian untuk meningkatkan nilai tambah mineral
yang diproduksi, baik secara langsung maupun melalui kerja sama dengan
perusahaan, pemegang IUP dan IUPK lainnya.
2. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah mendapatkan IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian.
Pasal 94
1. Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi batubara wajib
melakukan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah batubara yang diproduksi
baik secara langsung maupun melalui kerja sama dengan perusahaan, pemegang
IUP dan IUPK lainnya.
2. Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah mendapatkan IUP Operasi
Produksi khusus untuk pengolahan.
a. mineral logam;
c. batuan; atau
d. batubara.
2. Peningkatan nilai tambah mineral logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilaksanakan melalui kegiatan:
b. pemurnian logam.
3. Peningkatan nilai tambah mineral bukan logam sebagaimana dimaksud pada ayat
1 huruf b dilaksanakan melalui kegiatan pengolahan mineral bukan logam.
Pasal 96
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peningkatan nilai tambah mineral
dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 diatur dengan Peraturan
Menteri.
3. PP no 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM no 1 Tahun 2014
Pasal 112C
2. Pemegang IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 angka
4 huruf a Peraturan Pemerintah ini wajib melakukan pengolahan dan pemurnian
hasil penambagan di dalam negeri.
Pasal 11
Pemegang Kontrak Karya Mineral Bukan Logam dan Batuan serta IUP
Operasi Produksi Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 112C angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dapat melakukan penjualan
hasil pengolahan ke luar negeri setelah memenuhi batasan minimum pengolahan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 12
2. Lumpur anoda dan tembaga telurid sebagai Produk Samping atau sisa hasil
pemurnian komoditas tambang Mineral Logam tembaga dapat dijual ke luar negeri
dalam jumlah tertentu sepanjang belum dapat dilakukan pemurman di dalam negeri
sesuai dengan batasan minimum pemurnian sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini .
a. nikel;
b. bauksit;
c . timah;
b. emas;
c. perak; dan
d. kromium.
Pasal 112C
1. Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara wajib
melakukan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.
2. Pemegang IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 angka
4 huruf a Peraturan Pemerintah ini wajib melakukan pengolahan dan pemurnian
hasil penambangan di dalam negeri.
3. Dihapus.
Pasal 17
5. Pihak lain yang menghasilkan lumpur anoda dapat melakukan penjualan lumpur
anoda sebagai Produk Samping atau sisa hasil pemurnian komoditas tambang
Mineral Logam tembaga ke luar negeri dalam jumlah tertentu paling lama 5 (lima)
tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
6. Penjualan ke luar negeri dalam jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan
rekomendasi persetujuan ekspor dari Direktur Jenderal atas nama Menteri.
Pasal 5
1. Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Logam dan IUPK Operasi Produksi
Mineral Logam wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di
dalam negeri sesuai dengan batasan minimum pengolahan dan pemurnian Mineral
Logam tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4).
Selain pemerintah pusat, pemerintah daerah juga turut andil dalam mendesak
pembangunan smelter terutama di daerah mereka, seperti pada Perda Kaltim no 6
tahun 2014 pasal 37 bagian 3 dan bagian 4, dimana pemegang IUP yang khusus
berada di Kalimantan Timur wajib menyampaikan rencana pembangunan smelter
apabila melakukan pemurnian sendiri.
Pasal 37
1. Setiap kegiatan industri atau kegiatan usaha yang menggunakan batubara, wajib
memiliki IUP Operasi Produksi Khusus pengangkutan dan penjualan dan/atau IUP
Operasi Produksi Khusus pengolahan dan/atau pemurnian dari Gubernur.
2. Setiap industri atau kegiatan usaha yang memanfaatkan bahan baku mineral
berasal dari lintas Kabupaten/Kota, wajib memiliki IUP Operasi Produksi Khusus
pengolahan dan/atau pemurnian dan/atau IUP Operasi Produksi Khusus
pengangkutan dan penjualan.
3. Pemegang IUP wajib melaporkan rencana dan pembangunan instalasi atau pabrik
pengolahan dan pemurnian, serta menyampaikan rencana kegiatan dan anggaran
belanja pembangunan instalasi pengolahan dan/atau pemurniandi dalam negeri
kepada Pemerintah Daerah.
4. Dalam hal Pemegang IUP tidak melakukan pengolahan dan pemurnian sendiri,
wajib menyampaikan perjanjian kontrak kerja sama pengolahan dan/atau
pemurnian dengan pihak lain yang memiliki IUP Operasi Produksi khusus
pengolahan dan pemurnian kepada Pemerintah Daerah.
7. Kesimpulan
Menurut kelompok kami merujuk dari dalam UU No. 4 Tahun 2009 bahwa
setiap pelaku usaha pertambangan harus memiliki izin dalam pertambangan yaitu
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) yakni yang berbunyi:
2. Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan
sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)
Lalu pada pasal berikutnya No. 103 ayat (1) yang berbunyi “Pemegang IUP
dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil
penambangan di dalam negeri” dari pasal ini ditegaskan bahwa perlunya
pembangunan lokasi pengolahan dan pemurnian di dalam negeri agar untuk
rneningkatkan dan mengoptimalkan nilai tambang dari produk, tersedianya bahan
baku industri, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan penerimaan negara.
Daftar Pustaka