Anda di halaman 1dari 30

Sosial budaya dalam praktik kebidanan

MASA MENYUSUI, MASA ANTARA, DAN

MASA PENGASUHAN

DOSEN PEMBIMBING

HERIZA SYAM

DISUSUN OLEH :

Ayu Apriliani P3.73.24.1.17.005

Edah Machfudzoh P3.73.24.1.17.008

Ziyan Jannati P3.73.24.1.17.030

KELAS 1 A

Jurusan Kebidanan
Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2018
DAFTAR ISI

BAB I (Pengertian)

1.1 Pengertian Masa Menyusui ................................................................................ 4

1.2 Pengertian Masa Antara ..................................................................................... 4

1.3 Pengertian Masa Pengasuhan ............................................................................ 5

BAB II (Studi Kasus)

2.1 Permasalahan Masa Menyusui .............................................................................. 7

2.2 Permasalahan Masa Antara .................................................................................. 8

2.3 Permasalahan Masa Pengasuhan ...................................................................... 10

BAB III (Pembahasan Atau Proses Menjembatani)

3.1 Pembahasan Masalah Pada Masa Menyusui ........................................................ 12

3.2 Pembahasan Masalah Pada Masa Antara ............................................................. 17

3.3 Pembahasan Masalah Pada Masa Pengasuhan.................................................... 23

KESIMPULAN .............................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26

LAMPIRAN ................................................................................................................... 28
2 Page
BAB I

Pengertian Masa Menyusui, Masa Antara, dan Masa Pengasuhan

Perempuan diciptakan dalam bentuk yang sempurna juga memilki peran dan
tanggung jawab yang besar dalam siklus kehidupan manusia. Seorang
perempuan memiliki siklus yang sangat penting dalam proses kehidupan seorang
manusia baru. Hal ini disebutkan dalam kamus besar bahasa indonesia (kbbi)
bahwa perempuan berarti jenis kelamin atau orang atau manusia yang memiliki
rahim, mengalami menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui.

Berdasarkan pernyataan di atas, seorang perempuan memilki arti secara


fisiologis maupun antaominya mampu dalam melakukan hal seperti hamil,
melahirkan, menyusui. Dengan hal ini, perempuan harus sangat diperhatikan
dalam siklus kesehtannya baik seara fisik maupun psikologisnya.

Siklus kesehatan perempuan diketahui terbagi dalam beberapa masa, yaitu :


1. masa pra konsepsi
2. masa kanak-kanak
3. masa remaja
4. masa pra kehamilan
5. masa kehamilan
6. masa menysui
7. masa persalinan dan kelahiran
8. masa antara
9. masa klimakterium/lansia

Hal di atas tentunya perlu pemantauan dari lingkungan sekitar terutama bidan
sebagai garda terdepan sebagai partner kehidupan seorang perempuan. Dalam
pemantauan, siklus perempuan pastinya dipengaruhi oleh kesehatan akan
dirinya maupun kehidupan lingkunyannya, contohnya kehidupan sosial
bermasyarakat. Kehidupan sosial bermasyarakat sangat berpengaruh dalam
gaya maupun sifat para perempuan dalam menjaga kesehatan dirinya, seperti
3

pembahasan penyusun kali ini yang membahas mengenai peran sosial maupun
Page
budaya dalam mempengaruhi kehidupan siklus kesehatan perempuan, khusunya
pada masa menuyusui, masa antara, dan masa pengasuhan.

1.1 Pengertian Masa Menyusui

Menyusui merupakan pekerjaan biologik yang mulia bagi semua jenis


mamalia dan sebagai satu kesatuan dari fungsi reproduksi, menyusui adalah
suatu insting. Namun dewasa ini, makin sedikit ibu-ibu yang mempraktekkan
pekerjaan mulia ini. Oleh karena itu kebiasaan menyusui saat ini penting untuk
diamati dan dicegah kemerosotannya. Kebiasaan menyusui serta cara menyapih
yang baik memegang peranan yang penting dalam kesejahteraan serta
pertumbuhan anak. Jumlah dan komposisi ASI akan berubah dari hari ke hari.
Biasanya disesuaikan dengan kebutuhan bayi serta tergantung pula pada
makanan dan keadaan ibu.

Selain itu ibu menyusui harus bisa menjaga ketenangan pikiran,


menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya
diri bahwa ASI nya mencukupi kebutuhan bayi.

1. Keadaan Gizi Ibu Menyusui Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan
menyusui serta persiapan psikologis selama kehamilan akan menunjang
keberhasilan laktasi. Tetapi kebutuhan gizi ibu menyusui lebih banyak
daripada kebutuhan gizi ibu hamil. Ibu menyusui memerlukan tambahan
kalori, protein, vitamin dan mineral untuk produksi ASI, mengeluarkan ASI dan
melindungi tubuh ibu. Kuantitas dan variasi komposisi ASI yang dihasilkan
antara lain dipengaruhi oleh makanan ibu sehari-hari. Ibu menyusui dengan
gizi optimal dengan penambahan konsumsi zat- zat makanan sesuai
kebutuhan akan menghasilkan ASI yang bermutu dengan jumlah yang cukup
untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam batas-batas
tertentu kualitas ASI selalu dipertahankan untuk menjaga kelestarian dan
perkembangan bayi, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi. Menurut
penelitian rata-rata pemasukan ASI pada bayi yang baik dari ibu bayi berusia
3 bulan dari Gambia dan Inggris adalah sebesar 750 ml, yang tidak berbeda
4
Page

dengan data yang dikumpulkan dari Texas yang bayi-bayinya hanya


mendapat ASI. (Akre, 1995). Tetapi jika hal itu berlangsung terus menerus
lama-kelamaan ibu akan menjadi kurus dan dalam keadaan tertentu ibu dapat
menderita kurang gizi, sehingga cadangan zat-zat makanan pada ibu akan
habis, yang pada akhirnya kualitas ASI menjadi lebih rendah. Dan rendahnya
produksi ASI baik kualitatif maupun kuantitatif akan berpengaruh negatif
terhadap bayi, meskipun dapat ditanggulangi dengan berbagai macam
pengganti ASI (Pasi).
2. Pengaruh Keadaan Gizi Ibu Menyusui Pada ASI Ibu dengan gizi baik akan
memberikan ASI pada bulan pertama kurang dari 600 ml, meningkat menjadi
700 – 759 ml dalam bulan ketiga, dalam bulan keenam 750 – 800 ml,
kemudian menurun atau berkurang. Ibu dengan gizi kurang akan memberikan
ASI dalam enam bulan pertama berkisar 500 sampai 700 ml, dalam bulan
kedua antara 400 – 600 ml, dalam tahun kedua antara 300 sampai 500 ml.
Perlu diingat adalah perbedaan keadaan gizi ibu hanya akan mempengaruhi
kuantitas dan tidak pada kualitas ASI.

1.2 Pengertian Masa Antara


Masa antara adalah masa pada siklus kehidupan perempuan yang
mengalami masa subur pada kehamilan pertama dengan jarak kehamilan kedua
yang cukup singkat atau suatu masa yang dialami dari kehamilan terakhir menuju
masa klimakterium (menopause). (scribd, 2014)
Perempuan pada masa ini memasuki masa yang rentan dimana kesehatan
reproduksinya yang belumkembali dari kehamilan pertama harus menghadapi
kehamilan kedua yang hanya berjarak singkat sehingga hal ini dapat
menyebabkan permasalahan baik bagi sang ibu maupun sang janin yang
dikandungnya pada masa kehamilan yang berjarak dekat. Kurangnya
pengetahuan ataupun informasi merupakan factor terbesar dalam factor yang
mempengaruhi permasalahan di siklus ini. Peraturan Menteri Kesehatan
(PerMenKes) Republik Indonesia menyatakan pada pasal 9 dan 10 bahwa bidan
melakukan pelayanan kesehatan ibu yang meliput:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil


5

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal


Page

c. Pelayanan persalinan normal


d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan (‘pmk-no-1464-thn-
ttg-izin-dan-penyelenggaraan-praktik-bidan.pdf’, 2010)

1.3 Pengertian Masa Pengasuhan

Secara etimologi pengasuhan berasal dari kata asuh artinya pemimpin,


pengeola, membimbing, maka pengasuhan adalah orang yang melaksanakan
tugas membimbing, memimpin atau mengelola. Pengasuhan disini dapat
diartikan adalah mengasuh anak, yang artinya mendidik dan memelihara anak
tersebut, mengurus makan, minum, pakaian dan keberhasilan dalam periode
awal sampai akhirnya ia dewasa. Pola asuh sangat berperan dalam menentukan
pertumbuhan anak. Dalam menjelaskan pengertian pola asuh orang tua,
beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
a. Markum berpendapat bahwa pola asuh merupakan cara orang tua mendidik
anak dan membesarkan anak yang di pengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain faktor budaya, agama, kebiasaan, kepercayaan serta pengaruh
kepribadian orang tua (orang tua sendiri atau orang yang mengasuhnya) (M.
Enoch Markum 1999).
b. Wahyuni berpendapat bahwa pola asuh merupakan model dan cara
pemberian perlakuan seseorang pada orang lain dalam suatu lingkungan
sosial, atau dapat dikatakan pola asuh merupakan model atau cara dari orang
tua memperlakukan anak dalam suatu lingkungan keluarga sehari-harinya,
baik itu perlakuan berupa fisik maupun psikis (Gunarsa 1976: 144).
c. Wahyuni beranggapan bahwa sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anak dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya pengalaman masa
lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap dari orang tua
mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orang tua, tipe kepribadian dari orang tua,
kehidupan perkawinan orang tua dan alasan orang tua mempunyai anak
(Gunarsa 1976: 144).
d. Hurlock mengatakan bahwa pola asuh dapat diartikan dengan kedisiplinan.
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan kepada anak mengenai
6
Page

perilaku moral yang dapat diterima dilingkungan kelompoknya. Adapun tujuan


kedisiplinan yaitu memberitahukan kepada anak mengenai sesuatu yang baik
dan buruk serta dapat mendorong anak untuk berperilaku baik dengan
standar yang berlaku dalam lingkungan masyarakat disekitarnya (Elizabeth
Hurlock 1999: 59).

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah
cara orang tua memperlakukan anaknya dengan menjaga, merawat, dan
mendidik anaknya. Dari cara perlakuan orang tua akan mencerminkan
karakteristik tersendiri yang mempengaruhi pola sikap anak kemudian hari.
Seperti kebanyakan orang tua, mereka ingin memperlakukan anaknya dengan
baik, penuh kesabaran, dan respek. Namun, terdapat perbedaan yang besar
antara "ingin" dan benar-benar melakukannya. Karena pengasuhan yang baik
membutuhkan lebih dari sekedar kecerdasan, pengasuhan yang baik juga
melibatkan emosi. Bagi orang tua, kecerdasan emosional berarti menyadari
bagaimana perasaan anak, mampu berempati, menenangkan dan membimbing
mereka (Gottaman dan De Claire 20004:3).

7
Page
BAB II

2.1 Permasalahan Pada Masa Menyusui

Dizaman dan teknologi yang semakin berkembang ini banyak sekali media
yang bisa didapat oleh seorang ibu untuk mendapatkan informasi mengenai
manfaat asi eksklusif bagi bayi dan manfaat menyusui dengan asi eksklusif bagi
seorang ibu. Melakukan hal yang alamiah tidak selalu mudah, seperti seorang
ibu yang memberikan asi eksklusif kepada bayinya. Banyak sekali faktor-faktor
yang 2 mempengaruhi seorang ibu tidak memberikan asi eksklusif kepada
bayinya, dikarenakan adanya faktor kehawatiran, egoisme, psikologis, dan
kesehatan yang mengganggu pikiran seorang ibu saat menyusui bayinya. Faktor
tersebut diakibatkan kurangnya pemahaman seorang ibu terhadap manfaat asi
eksklusif dan menyusui dengan asi eksklusif.
Mitos-mitos yang disampaikan secara turun temurun, anjuran , larangan dari
orang tua yang beredar di masyarakat membuat seorang ibu kurang percaya diri
untuk memberikan asi eksklusif pada bayinya, ketakutan yang tidak beralasan
membuat seorang ibu berhenti menyusui dan beralih pada susu formula.
Pandangan seorang ibu bahwa kandungan susu formula yang memiliki
kandungan gizi yang sama dengan asi dan lebih praktis yang dipahami oleh
seorang ibu-ibu, informasi tersebut dipengaruhi dari iklan komersil sehingga ibu
enggan memberikan asi eksklusif pada bayinya. Mitos mitos yang semakin
berkembang bahwa menyusui dapat membuat tubuh seorang ibu menjadi rusak,
tubuh seorang ibu menjadi gemuk, payudara dengan puting terbenam tidak
dapat menyusui, jika payudara kecil maka produksi asi sedikit dan lain lain.
Informasi-informasi yang tidak benar tersebut membuat seorang ibu semakin
khawatir untuk memberikan asi eksklusif kepada bayinya.
Kabar yang belum tentu kebenaranya seperti mitos yang beredar
dimasyarakat dan pemahaman yang salah mengenai asi eksklusif menjadi faktor
penghambat utama. Hal tersebut menimbulkan kehawatiran, ketakutan, egoisme
pada ibu dan memperburuk kondisi tersebut.
Faktor yang menghambat seorang ibu untuk memberikan asi eksklusif
8
Page

kepada bayinya, akan menimbulkan masalah serius dimasa depan karena akan
menurunkan kualitas generasi seuatu bangsa. Keberadaan informasi yang benar
sangat penting untuk merubah kondisi tersebut, oleh karena itu perlu adanya
usaha untuk menumbuhkan pemahaman dan pengertian agar seorang ibu lebih
bertanggung jawab untuk memberikan asi eksklusif pada bayinya.
Identifikasi Masalah:
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat beberapa masalah yang muncul,
antara lain:
a. Masih minimnya pemahaman seorang ibu tentang manfaat Asi eksklusif bagi
seorang bayi dan menyusui asi eksklusif bagi seorang ibu.

b. Adanya informasi tentang mitos mitos mengenai manfaat asi eksklusif yang
dipercaya seorang ibu yang menjadi hambatan seorang ibu untuk
memberikan asi eksklusif.

c. Tidak ada usaha untuk menghilangkan rasa kehawatiran ketakutan, egoisme


seorang ibu disebabkan adanya mitos mitos tentang manfaat asi eksklusif.

2.2 Permasalahan Pada Masa Antara

Masa antara adalah massa yang perlu diperhatikan karena pada masa ini
perempuan lebih rentan dengan kesiapan kehamilan mereka yang berjarak
dekat. menurut ahmad rofiq, jarak kehamilan yang tepat adalah sekitar 2 tahun
karena jika dilihat pada proporsi seorang ibu yang hamil dengan jarak kurang
dari 2 tahun hasil akan menunjukkan proporsi kematian maternal lebih banyak.
hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu pemulihan bagi rahim si ibu setelah
melahirkan anak pertamanya atau sebelumnya juga hal ini dapat menyebabkan
anemia bagi sang ibu karena cadangan zat besi ibu yang belum pulih dari
kehamilan seblumnya sudah terkuras habis dengan kehamilan yang
berikutnya.(Hawa, 2008)

Kehamilan dengan jarak dekat dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang


kurang, persalinan lama, dan perdarahan saat melahirkan kelak.(ii and teori,
2008) dengan pernyataan di atas masa antara merupakan fase waktu dimana
9

seorang perempuan harus memilki pengetahuan dan hak nya dalam menentukan
Page

dan memberikan jarak pada tiap kehamilannya. Hal ini perlu dibantu dengan
informasi dan pengetahuan yang dapat diberikan oleh para bidan sebagai garda
terdepan untuk kesehatan para ibu. Selain itu, permasalahan di masa antara
juga dapat dipengaruhi oleh kehidupan social budaya mereka. Permasalahan ini
terjadi akibat pola hidup bermasyarakat terutama di pedesaan yang masih
menganut gaya kehidupan lama atau nenek moyang mereka dalam memiliki
anak maupun dalam mengasuh anak. Menurut notoatmodjo (2003), pemakaian
kb didorong oleh bebrapa faktor, yakni:

 Faktor predisposisi
 Faktor pendukung
 Faktor pendorong

Pada faktor pendorong khususnya membahas dalam faktor yang


menguatkan perilaku, seperti skap dan keterampilan petugas kesehtan atau
petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat,
contohnya seperti petugas kesehatan, biaya kontrasepsi, dukungan suami, sosial
budaya, dan ekonomi. (Megawati, Febi and Adisty, 2015) Contoh permasalahan
yangberkembang di masayrakat akibat factor social budaya, yaitu:

Kurangnya pemakaian kb pada ibu untuk menunda kehamilan. Hal ini terjadi
akibat kurangnya pengetahuan ibu mengenai kb maupun kurangnya akses untuk
mendapatkan informasi bagi ibu dalam penggunaan kb. Hal lain yang
menjadikan kurangnya pemakaian kb ini adalah kurangnya komunikasi dan
support antara suami dan istri dalam menentukan jumlah anak yang ingin mereka
miliki. Factor terkuat yang terjadi pada masyarakat adalah social budaya karena
pada zaman dahulu atau zaman nenek moyang mereka dalam kehamilan tidak
memberikaan jarak kehamilan , mereka lebih memilih untuk mengikuti
pembawaan asat istiadat bawa bayak anak banyak rezeki. Factor social budaya
juga mendorong mereka untuk tidak menggunakan kb karena pada zaman
dahulu tidak ada kb atau alat kontrasepsi dalam menjadwalkan hubungan seks
mereka , mereka hanya memerlukan tanggalan kalender saja. Factor ini yang
paling berkembang di masyarakat terutama di daerah pedesaan sehingga jumlah
kelahiran di pedesaan bisa jauh lebih tinggi daripada perkotaan. (Megawati, Febi
10

And Adisty, 2015)


Page
2.3 Permasalahan Pada Masa Pengasuhan

Salah satu permasalahan keluarga saat ini adalah peran seorang ibu yang
seharusnya mengasuh anaknya di setiap hari berkurang karena aktivitas diluar
rumah, sehingga berdampak terhadap perilaku dan kepribadian anak, Demikian
juga dengan peran seorang bapak berkurang karena setiap hari juga sibuk
dengan aktivitas diluar rumah. Sebagai penggantinya terkadang para orang tua
memberikan perhatian dalam bentuk memberikan sejumlah uang ataupun
fasilitas, dan pada kenyataannya dapat merusak kepribadian anak, misalnya
memberikan gadged tanpa adanya pengawasan langsung dari orang
tuanya.(Setiawan 2014).

Bagi sebagian orang, peran orang tua seharusnya direncanakan dan


dikoordinasikan dengan baik. Orang tua perlu menyesuaikan diri untuk
pengasuhan seiring dengan bertambahnya usia anak, mengurangi penggunaan
manipulasi fisik dan lebih menggunakan logika dan prosesnya. Orang tua
menghabiskan waktu yang sangat sedikit dalam merawat, memberi instruksi,
membaca, berbincang dan bermain dengan anak saat masa kanak-kanak
dibandingkan dengan pada awal masa perkembangan anak tersebut. Pada
pertengahan dan akhir masa kanak-kanak, kontrol menjadi lebih bersifat regulasi
bersama. (Setiawan 2014).

Banyak orang tua yang mengalami kesulitan untuk menangani tuntutan


seorang anak pada saat masa remaja yang cenderung mencari jati dirinya. Peran
emosi pada anak dalam proses keluarga mencakup regulasi emosi pada anak,
terjadi perkembangan emosi pada anak dan emosi dalam menjalankan peran
orang tua. Pandangan konstruksi perkembangan percaya bahwa ketika individu
itu tumbuh mereka mendapatkan mode berhubungan dengan orang lain. Bagi
sebagian orang, peran orang tua direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik.
Dan ada pila yang beranggapan bahwa, peran orang tua datang sebagai kejutan
dan tidak perlu disiapkan. (Setiawan 2014).

Ada banyak mitos tentang pengasuhan, termasuk mitos bahwa kelahiran


anak akan menyelamatkan perkawinan yang gagal. Tren yang makin
11

berkembang adalah memandang orang tua sebagai manajer atas kehidupan


Page

anak. Orang tua memegang peranan penting sebagai manajer atas kesempatan
anak, dalam memantau hubungan anak dan sebagai inisiator dan pengatur
hubungan sosial (Santrock 2007).

Orang tua perlu menyesuaikan pengasuhan mereka seiring dengan


bertambahnya usia anak, mengurangi penggunaan manipulasi fisik dan lebih
menggunakan logika dan prosesnya. Orang tua menghabiskan waktu yang
sangat sedikit dalam merawat, memberikan instruksi, membaca, berbincang dan
bermain dengan anaknya pada pertengahan masa kanak-kanak dibandingkan
dengan pada awal masa perkembangan anak. Pada pertengahan dan akhir
masa kanak-kanak, kontrol menjadi lebih bersifat regulasi bersama. (Setiawan
2014).

Ada sejumlah alasan untuk tidak menggunakan hukuman fisik dalam


mendisiplinkan anak di beberapa negara hukuman fisik telah dilarang untuk
dilakukan. Perlakuan salah terhadap anak membuat anak beresiko mengalami
Masalah perkembangan. Resiko tersebut disebabkan antara lain mengalami
kekerasan, kriminalitas dan masalah kesehatan mental pada anak. Milley (1992)
berpendapat bahwa ada beberapa bentuk keluarga yang tidak mampu
melaksanakan fungsinya dengan baik, yaitu:

a. Orang tua yang tidak lengkap menjalani perannya yaitu, sutau keluarga yang
salah satu orang tuanya tidak ada, baik sementara maupun untuk
selamanya, sehingga peran orang tua menjadi tidak lengkap, karena tidak
ada salah satu figur yang bisa dijadikan panutan.
b. Orang tua yang menolak perannya yaitu, seseorang yang menolak perannya
sebagai orang tua di dalam sebuah keluarga. Orang tua tersebut merasa
terbebani dengan seluruh tugas pada masa pengasuhan anak, sehingga
anak-anaknya menjadi terlantar dan atau bahkan mengalami kekerasan
c. Sumber-sumber yang terbatas di lingkungan masyarakat yaitu, suatu
keluarga yang hidup dan tinggal di lingkungan yang sumber
masyarakatannya terbatas, seperti perumahan yang tidak layak,
pengangguran, kemiskinan, diskriminasi, dan tidak dapat menjangkau
pelayanan kesehatan dan pelayanan kemanusiaan lainnya secara baik untuk
12

mendukung dalam menjalani masa pengasuhan ini.


Page
d. Orang tua yang mengalami hambatan kemampuan yaitu, orang tua yang
tidak bias melakukan pengasuhan secara maksimal yang disebabkan karena
kecatatan atau sakit yang menahun, ketergantuangan obat, pemabuk, dan
banyak hal lainnya. (Setiawan 2014).

13
Page
BAB III

3.1 Pembahasan Masa Menyusui

Masalah yang terjadi di masyarakat seperti minimnya pemahaman seorang ibu


tentang manfaat Asi eksklusif bagi seorang bayi dan menyusui asi eksklusif bagi
seorang ibu dapat dilakukan dengan melakukan edukasi kepada ibu/wanita atau
remaja wanita. Dengan memaparkan bahwa pemberian ASI untuk bayi sangat
dianjurkan dan sudah tidak diragukan lagi manfaatnya, baik bagi si bayi dan ibu,
bagi keluarga, bahkan manfaat bagi negara. Untuk bayi, manfaat pemberian ASI,
antara lain adalah:

a. ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang


lengkap untuk bayi,
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung
berbagai zat antibody sehingga akan jarang sakit,
c. ASI meningkatkan kecerdasan,
d. Dengan menyusui maka akan terjalin rasa kasih sayang antara ibu dan
bayi,
e. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan,
f. Melindungi anak dari serangan alergi,
g. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
sehingga bayi lebih pandai,
h. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara,
i. Menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional.

Bagi ibu, manfaat pemberian ASI, antara lain, adalah:


a. Membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya,
b. Membuat kontraksi rahim lebih cepat kembali dan memperlambat
perdarahan,
c. Ibu yang menyusui kecil kemungkinan menjadi hamil dalam 6 bulan
pertama sesudah melahirkan (kadar prolaktin yang tinggi menekan
14

hormone FSH dan ovulasi),


Page
d. Ibu dapat mencurahkan kasih sayang sepenuhnya pada bayi dan
membuat bayi merasa nyaman. Disamping manfaat seperti disebutkan
diatas, bagi ibu yang sudah melahirkan, pemberian ASI dapat
menurunkan berat badan yang menjadi “berlebih” pada saat hamil. Pada
saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena
penimbunan lemak pada tubuh, Cadangan lemak ini sebetulnya memang
disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan
menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga
timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke
keadaan seperti sebelum hamil. Ibu yang menyusui eksklusif ternyata
lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti
sebelum hamil.

Manfaat yang disebutkan diatas, pemberian ASI untuk bayi memiliki banyak
manfaat lainnya karena mengandung Laktobasilus Bifidus, Laktoferin, Lisozim,
Komplemen C3 dan C4, Faktor anti streptokokus, antibody, Imunitas Seluler.
Laktobasilus Bifidus berfungsi menguah laktosa menjadi asam laktat dan asam
asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga
menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering
menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur. Laktoferin adalah yang
berkaitan dengan zat besi. Dengan mengikat zat besi maka laktoferin bermanfaat
untuk menghambat kuman tertentu yaitu Stafilokokus dan E.coli. Lisozim adalah
enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakteriosida) dan antiinflamatori,
bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang E.coli dan salmonela.
Komplemen C3 dan C4, walaupun kadarnya dalam ASI rendah, keduanya
mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik dan kemotaktik yang bekerja bila
diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI. Faktor anti
streptokokus dalam ASI dapat melindungi bayi terhadap infeksi kuman. Antibodi
dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan dan membuat lapisan
pada mukosanya sehingga mencegah bakteri pathogen dan enterovirus masuk
ke dalam mukosa usus. Secara elektroforetik, kromatografik dan radio
15

immunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung


Page

immunoglobulin yaitu secretory IgA (SIgA), IgE, IgM dan IgG. Sebagai immunitas
seluler, ASI mengandung sel-sel. Sebagian besar (90%) sel tersebut berupa
makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis
mikroorganisme,membentuk c3 dan c4,lisozim dan laktoferin. ASI tidak
menimbulkan alergi. Pada bayi yang baru lahir sistem IgE belum sempurna.
Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi site mini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek
ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi ini.

Lalu mitos – mitos yang beredar di masyarakat harus kita luruskan kebenaran
dengan cara memberitahu faktanya menurut medis, seperti:
a. ASI harus dibuang dulu sebelum menyusu.
Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama (basi). Biasanya yang dimaksud
dengan ASI lama adalah ASI yang berwarna kekuningan dan kental;
penampilannya memang seperti cairan tak segar. Padahal, ASI kekuningan
tersebut yang paling baik mutunya. "Kandungan nutriennya paling tinggi dan
memang diperolehnya pada tetesan ASI paling awal," jelas Eric Gultom.
Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan
sebagai ASI kualitas jelek. Hal ini sama sekali tak benar! "Warna dan
kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di
dalamnya," jelasnya lagi. Perlu diingat, tak ada ibu yang mempunyai ASI
seputih dan seindah penampilan susu formula. Namun begitu, kualitas ASI tak
dapat ditandingi oleh susu formula manapun
b. Bayi harus diberi pisang atau nasi kepal/ulek agar tak kelaparan.
Sebenarnya, Sistem pencernaan bayi belum sanggup mencerna atau
menghancurkan makanan tersebut. Dengan demikian, makanan tersebut
akan mengendap di lambung dan menyumbat saluran pencernaan, sehingga
akhirnya bayi jadi muntah. Itulah mengapa, sebelum usia 6 bulan, bayi belum
boleh diberikan makanan tambahan.
c. Bayi harus diberi susu lebih kental agar cepat gemuk.
Faktanya, Susu yang sangat kental juga tak dapat dicerna dan menyebabkan
endapan susu di lambung sehingga bayi jadi muntah.
16

d. Bayi boleh diberi air tajin sebagai pengganti susu/pelarut susu.


Page
Air tajin tak dapat menggantikan susu karena kandungan nutriennya kurang
juga, tak perlu dipakai sebagai pelarut bila pengenceran susu dengan air
matang sudah sesuai petunjuk pelarutan yang diberikan pada setiap kemasan
susu kaleng.
e. Susu formula lebih mencegah bayi kurang gizi dibandingkan ASI.
Faktanya, Kekurangan gizi pada bayi bukan karena tidak minum susu formula,
akan tetapi tidak diberikan ASI dan makanan pendamping secara benar.
Akibat pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI yang salah,
maka sekitar 6,7 balita atau 27,3 persen dari seluruh balita di Indonesia
menderita kurang gizi. Sebanyak 1,5 juta di antaranya menderita gizi buruk.
Dengan ASI ekslusif selama 6 bulan dan makanan pendamping yang tepat,
bayi tidak saja tumbuh sehat dan cerdas tetapi juga mengalami pertumbuhan
emosi dan intelektual yang prima. Selain itu, ASI juga meningkatkan emosi
antara bayi dan ibu menjadi lebih erat. Hal itu disebabkan selama proses
pemberian ASI terjadi kontak fisik karena bayi berada dalam pelukan ibunya.
f. Istirahat memberi ASI membantu menjamin lebih banyak susu.
faktanya, Lebih banyak ASI diberikan, lebih banyak pula ASI dihasilkan.
Mengistirahkan jadwal menyusui sebenarnya dapat menurunkan suplai 27
ASI. Satu cara menjamin agar ASI tetap banyak adalah tetap memberikan ASI
secara teratur. ASI sebaiknya diberikan sedikitnya 9 sampai 10 kali per hari
untuk menjamin produksi ASI.
g. Susu formula membuat bayi tidur lebih baik.
Penelitian menujukan bahwa bayi yang diberikan susu formula tidak tidur lebih
baik meskipun bayi mungkin tidur lebih lama. Hal ini disebabkan botol susu
tidak dapat dicerna dengan cepat, hal ini memungkinkan jangkauan lebih
panjang diantara menyusui sehingga bayi tidur lebih lama.
h. Menyusui merubah bentuk dan ukuran payudara atau kurang sensitif.
Selagi hamil ada sedikit perubahan tampilan dan rasa payudara tetapi
menyusuuui tidak menyebabkan perubahan apapun. Kenyataanya, menyusui
dapat melindungi payudara. Penelitian menujukan wanita menyusui memiliki
resiko lebih kecil terkena payudara dalam hidupnya.
i. Puting susu masuk ke dalam tidak bisa menyusui
17

Anggapan ini benar-benar harus dihilangkan. Masyarakat terutama para ibu


Page

harus tahu bahwa anak menyusui bukan pada putingnya, tapi pada payudara
si ibu. Puting susu hanya sebuah marker saja yang terletak pada payudara
ibu. Masalahnya, masyarakat menduga bahwa ASI dikeluarkan dengan cara
disedot dari puting. Yang sebenarnya terjadi adalah, ASI keluar dengan cara
diperah, bukan pada putingnya tapi pada area yang berwarna hitam.
j. Ibu yang sedang sakit dapat menularkan sakitnya melalui asi
Jangan pernah punya anggapan seperti ini, kecuali Anda yang punya penyakit
berat seperti HIV atau hepatitis. Seorang ibu yang sedang sakit, contohnya flu
tidak akan menularkan sakitnya pada si anak karena dalam ASi sendiri
terkandung antibodi yang merupakan inhibitor untuk virus atau bakteri.

Ketika seorang ibu tidak berusaha untuk menghilangkan rasa kehawatiran,


ketakutan, egoisme yang disebabkan mitos mitos tentang manfaat asi eksklusif,
maka kita harus berusaha secara perlahan untuk Mengubah pola pikir ibu,
keluarga, warga, terutama suami. Suami berperan penting dalam proses
pemberian ASI, karena suami sangat mempengaruhi dalam mengambil
keputusan untuk menyusui, inisiasi praktik menyusui dan lamanya pemberian
ASI. Memberikan informasi begitu penting ASI esklusif untuk bayi kepada
lingkungan ibu dengan cara yang mudah mereka terima dengan nalar. Serta
memaparkan resiko pemberian susu formula.

Selain itu, pengalaman berperan penting juga. Banyak ibu yang mengalami
masalah ketika menyusui anak pertamanya, karena belum berpengalaman atau
pengalaman kurang baik yang dialami oleh orag lain. Masalah tersebut terjadi
akibat mereka tidak tahu cara menyusui dengan baik dan benar. Sehingga ibu
menjadi ragu untuk memberikan ASI esklusif kepada bayinya. Oleh karena itu,
dukungan dari orang sekitar, dokter, bidan, dan petugas kesehatan lainnya
sangat dibutuhkan. Hal tersebut semakin meningkatkan kemajuan informasi
memungkinkan setiap individu mendapatkan informasi dari manapun tanpa
batas, sedangka informasi yang baik dan akurat akan mempengaruhi
pengetahuan tentang suatu objek. Begitu pula beberapa sumber informasi
sangat berperan dalam mengubah pola pikir atau pengetahuan seseorang
tentang pemberian ASI esklusif.
18
Page
3.2 Pembahasan Masa Antara
Permasalahan yang paling berkembang di masyarakat pada masa antara ini
adalah kurangnya penggunaan kb untuk memberikaan jarak pada kehamilan.
Dalam permasalahan ini terkadang social budaya juga dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan ataupun informasi bagi masyarakat sehingga
masyarakat lebih memilih untuk mengikuti adat istiadat yang berkembang dari
zaman dahulu untuk menjalani kehidupan mereka. Oleh karena itu, bidan harus
mengetahui perkembangan budaya maupun social yang berkembang di
masyarakat. Hal ini dapat diketahui dengan pembahasan dari permasalahan
kurangnya pemakaian KB pada ibu yang mengalama masa antara.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di wilayah kerja puskesmas
Branti Natar Lampung Selatan dengan jumlah responden 116 orang, 60
responden (51,7%) //menyatakan sosial budaya yang tidak mendukung. Hal ini
sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh handayani (2010), bahwa kondisi
sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi geografis)
berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi. Bahwa masyarakat Indonesia pada
umumnya sudah terbiasa menganggap bahwa mengikuti program KB merupakan
hal yang tidak diwajibkan, hal ini tentu berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya progtam KB untuk mengontrol
kehamilan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Banyak
masyarakat yang meyakini bahwa menggunakan kontrasepsi bertentangan
dengan ajaran agama serta mitos yang menyebutkan bahwa banyak anak banyak
rezeki, sehingga kultur budaya yang terbentuk tidak mendukung pemilihan
metode kontrasepsi dalam merencanakan keluarga (Assalis 2015).

a. Faktor Kultur Budaya


Kultur budaya yang terbentuk, membuat masyarakat mengikuti kebudayaan
dan adat-istiadat yang sejak dulu telah dibentuk demi mempertahankan hidup
dirinya sendiri ataupun kelangsungan hidup suku mereka. Penggunaan alat
kontrasepsi sangat terkait dengan budaya, sebab alat kontrasepsi terkait
19

dengan cara pemasangannya. Sebagaimana diketahui bahwa pemasangan


Page

alat kontrasepsi IUD misalnya, pemasangan alat ini melalui alat kemaluan
wanita yang tidak dapat diterima pada orang-orang dilingkungan budaya
tertentu. Selain itu, penggunaannya terkait dengan kebiasaan masyarakat
yang hidup dilingkungan tersebut. Seseorang akan tertarik menggunakan
salah satu alat kontrasepsi jika orang disekitarnya menggunakan alat
kontrasepsi yang sama. Seperti, ketertarikan seseorang pada penggunaan
alat kontrasepsi suntik akan timbul jika orang disekitarnya juga menggunakan
kotrasepsi suntik. Termasuk juga kebiasaan yang turun menurun dari ibu ke
anak, dan seterusnya.(Assalis 2015).
b. Hukum Menggunakan Alat Kontrasepsi dalam Pandangan Islam
Masalah keluarga berencana atau mengendalikan kelahiran berbeda sekali
sekali dengan masalah kontrasepsi. Mengatur kelahiran bertentangan dengan
memperbanyak keterunan, dan memperbanyak keturunan dianjurkan sekali
dalam islam. Allah SWT telah menganjurkan kepada umat Islam untuk
meningkatkan angka kelahiran atau memperbanyak keturunan, bukannya
mengendalikan, tetapi dengan cara membatasi kelahiran. Menunda kehamilan
sama dengan mencegah kehamilan, untuk memberikan jarak pada kelahiran
sebelumnya. Membatasi kehamilan untuk selama-lamanya setelah memiliki
anak yang diinginkan dengan mensterilkan rahim atau mengangkat rahim
tanpa sebuah alasan yang dibenarkan oleh syariat, maka hukumnya haram,
kecuali pada saat keadaan yang mengancam kehidupannya, baik perempuan
ataupun laki-laki.
Mencegah kehamilan dan menunda jarak kelahiran dibenarkan, dengan
alasan jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat berdampak buruk bagi ibu dan
anak. Pertama, alasan anak akan kekurangan suplai air susu ibu (ASI), ketika
seorang ibu sedang mengandung dan ada anak yang masih menyusui, maka
produksi ASI akan berkurang, sekurang-kurangnya 6 bulan jika ingin hamil
kembali setelah melahirkan. Kedua, kondisi ibu yang belum pulih benar untuk
kembali melahirkan, dibutuhkan tubuh yang fit untuk menghadapi persalinan
berikutnya. Selanjutnya, janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar
untuk premature, meninggal, ataupun cacat. Apabila terdapat keadaan darurat
yang jelas dan tidak memungkinkan perempuan melahirkan secara wajar
sehingga harus dilakukan operasi untuk mengeluarkan anaknya, maka tidak
20

ada masalah untuk mencegah atau menunda kehamilan. Hal ini sesuai
Page
dengan apa yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan sebagian besar
para sahabat.

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat gambaran bahwa suatu


permasalahn yang terjadi di masyarakat yang diakibatkan oleh masih besarnya
perspektif budaya dan social leluhur yang berkembang dimasyarakat
menyebabkan para ibu di masa antara menjadi ragu untuk menggunakan alat
kontrasepsi. Dari hal ini pula, para ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
pada masa antara menjadi bermasalah pada masa pengasuhannya. Masa
pengasuhan juga ikut terkena dampak dari hal ini yang disebabkan karena sang
ibu hamil dalam jarak waktu anak peratam dan anak berikutnya terlalu dekat
sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. Dari hal
inilah. Masa pengasuhan sang anak menjadi terganggu karena sang ibu memilki
focus ganda dengan kehamilan barunya dengan anak yang baru ia lahirkan.
Dengan demikian, peran budaya dan social sangatlah berdampak pada
kelangsungan masa antara dan masa pengasuhan seorang ibu. Dari hal ini, para
bidan dan calon bidan harus memilki pengetahuan yang cukup dalam
mengetahui budaya yang beragam yang berada di Indonesia. Agar kasus-kasus
pad masa antara dan masa pengasuhan dapat lebih berkurang dari tahun
sebelumnya.
Keadaan social budaya di masyarakat juga dipengaruhi oleh kurangnya
pengetahuan ibu mengenai penggunaan alat KB dan pengertian kb itu sendiri.
Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui terlebih dahulu arti dari kb.

Proses menjembatani (penyelesaian masalah)

a. Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi perempuan. Peningkatan dan
perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kematian ibu yang tinggi akibat kehamilan dan melahirkan.
Ketersediaan layanan KB bagi perempuan terbagi dalam beberapa metode,
21

perempuan harus memikirkan faktor dalam memilih metode KB yang sesuai


Page

bagi dirinya, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap


kehamilan yang tidak di inginkan dan lain sebagainya.(Ratna and Irdayanti,
2012)
b. Macam dan jenis KB
Alat kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel
sprema yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan. Jenis-jenis kontrasepsi
yang sering digunakan oleh masyarakat di Indonesia adalah kondom,
spermatisida, vagina diafragma, pil KB, suntik KB, susuk KB ( implant), IUD
(spiral), dan IUS. Berikut jenis-jenis alat kontrasepsi yang ada di Indonesia
 Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi terbuat dari karet atau lateks
yang berbentuk tabung. Dengan pengunaan yang tepat maka kondom
akan bekerja secara efektif, yaitu di gunakan pada saat penis sedang
ereksi dan lepaskan sesudah ejakulasi. Alat kontrasepsi ini sangat mudah
didapatkan, kegagalan biasanya terjadi apabila kondom robek karena
kurang hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi
perembesan pada kondom.
 Spermatisida
Spermatisida merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari seyawa kimia
yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma. Bentuknya dapat
berupa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet atau aerosol.Penggunaannya
dapat dilakukan setelah 5-10 menit hubungan seksual, dengan
memasukan alat ini ke dalam vagina. Ketika memasukannya harus
menggunakan alat yang telah disediakan didalam kemasan, tidak
diperbolehkan menggunakan tangan. Kegagalan dapat terjadi karena
waktu untuk melarutkan belum cukup, jumlah spermatisida terlalu sedikit
atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari 6 jam usai senggama.
 Vagina diafragma
Vagina diafragma merupakan lingkaran cincin yang dilapisi karet fleksibel
ini, akan menutup mulut rahim apabila dipasang ke dalam liang vagina 6
jam sebelum senggama.Efektifitas alat kontrasepsi ini dapat menurun
22

apabila terlalu cepat dilepaskan kurang dari 8 jam setelah senggama.


Page

Diafragma dapat digunakan jika akan berhubungan seksual dan dapat


dilepaskan setelah itu atau tetap pada tempatnya, karena bahannya lebih
tebal dari kondom dan sangat kecil kemungkinan terjadinya kebocoran.
 Pil KB
Pil KB alat kontrasepsi ini memiliki banyak keuntungan diantaranya, tetap
membuat haid teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi,
kesuburan dapat kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil
ini. Pil bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, mengurangi efek
samping, dan meminimalkan keluhan. Pil KB ini memiliki berbagai jenis
kandungan, ada yang hanya mengandung hormon progesterone saja dan
ada pula kombinasi antara hormon progesterone dan estrogen. Cara
menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Dapat diminum
dengan dua cara, yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil
diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet
plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus menerus, kemudian
dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi,
dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
 Suntik KB
Suntik KB dapat di bagi menjadi 2 jenis, yaitu suntik KB 1 bulan dan
suntik KB 3 bulan. Suntikan KB 1 Bulan, mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol
Cypionate (hormon estrogen). Suntikan KB 1 bulan memiliki komposisi
hormon dan cara kerja yang mirip dengan pil KB kombinasi. Sedangkan
suntikan, KB 3 bulan atau DMPA, suntikan ini mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) 150 mg. Sesuai
dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 minggu).
 Susuk KB (implant)
Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang cara pemakaiannya
dengan memasukan tabung kecil dibawah kulit pada bagian tangan yang
dilakukan oleh dokter atau bidan. Tabung ini berisikan hormon
Levonorgestrel ( LNG ) merupakan suatu progestin yang dipakai juga
dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi dengan masa kerja
panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita. hormon tersebut akan
23

terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan. Konsep kerjanya


Page

menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.


pemakaian implant dapat diganti setiap 5 tahun ( Norplant ) dan 3 tahun (
Implanon ). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun, penggunaan
implant ini sangat mudah, pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi. Dalam penggunaan implant terdapat efek
samping, berupa gangguan menstruasi, haidtidak teratur, bercak atau
tidak haid sama sekali. Selain itu, dapat menyebabkan kegemukan,
ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering.
 IUD (spiral)
Intrauterine device atau disebut sipral karena bentuknya memang seperti
spiral. Penggunaan kontrasepsi ini adalah dengan cara memasukan alat
yang terbuat dari tembaga kedalam rahim, kontrasepsi ini menjadi pilihan
karena kenyamanannya saat digunakan. Alat kontrasepsi ini dimasukan
ke dalam rahim dengan bantuan alat, benda asing dalam rahim ini akan
menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel tekur yang
telah dibuahi didalam rahim, alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-
5 tahun tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya.
Keuntungan menggunakan alat ini, bisa dipakai untuk jangka panjang dan
tidak mengganggu produksi ASI jika ibu sedang menyusui.
 IUS atau Intra Uterine System
IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk kontrasepsi terbaru yang
menggunakan hormon progesteron sebagai ganti logam. IUS memiliki
cara kerja sama dengan IUD tembaga, ditambah dengan beberapa nilai
tambah, seperti tidak nyeri dan kemungkinan menimbulkan pendarahan
lebih kecil, waktu haid lebih singkat dan haid menjadi lebih ringan (volume 24
Page
darah lebih sedikit).

3.3 Pembahasan Masa Pengasuhan


Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi posisi
strategis bagi perkembangan kepribadian anak. Keluarga yang ideal akan
membentuk pribadi-pribadi anak-anak yang ideal pula dan pada akhirnya anak-
anak yang ideal akan mewujudkan masa depan masyarakat dan Negara yang
ideal juga. Untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga tidak terlepas dari
pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga itu sediri yaitu, dalam suatu keluarga
diharapkan terdapat suatu keharmonisan, hubungan yang penuh kemesraan dan
kasih saying merupakan keinginan terbesar bagi setiap orang. Keharmonisan
tersebut akan diperlihatkan melalui jalinan relasi baik yang bersifat fisik maupun
relasi psikis.
Pengasuhan (parenting) keluarga pada anak-anak memerlukan sejumlah
kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar,
namun sangat sedikit pendidikan formal mengenai tugas orang tua seperti ini.
Kebanyakan orang tua mempelajari praktek pengasuhan dari orang tua mereka
sendiri, yang telah diterima secara turun temurun didalam keluarganya yang
terdahulu. Sebagian praktik tersebut mereka terima dan terapkan kepada anak
mereka, namun sebagian lagi mereka tinggalkan. Suami dan istri mungkin saja
membawa pandangan yang berbeda mengenai pengasuhan ke dalam
pernikahan. Perbedaan pandangan yang terjadi akan memunculkan model
pengasuhan yang berbeda pula. Masing-masing model tersebut akan berdampak
pada pengasuhan keluarga dan perkembangan anak. Sehingga diharapkan
dengan keluarga yang sejahtera dapat memberikan pengasuhan secara baik
pada anaknya, seperti:
a. Pengasuhan dalam keluarga tidak boleh diabaikan atau berjalan seadanya,
namun pengasuhan merupakan tugas utama dalam hidup berumah tangga,
jangan sampai kesibukan pekerjaan membuat orang tua akan tugasnya
dalam mengasuh anak dan membimbingnya. Sosialisasi pentingnya pola
25

pengasuhan keluarga terhadap anak harus terus dilakukan baik oleh


Page
pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, agar terciptanya
keluarga yang harmonis dan bahagia.
b. Proses pengasuhan terhadap anak, harus terhindar dari konflik perkawinan,
berbagai bentuk kekerasan, dan penggunaan hukuman, karena akan
berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
perkembangan anak kelak di kemudian hari.
c. Pemerintah, diharapkan dapat membuat kebijakan yang tegas berupa
perumusan undang-undang tentang pengasuhan di dalam keluarga terhadap
anaknya karena apabila pengasuhan anak dilaksanakan secara baik, maka
anak tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang baik dan berprestasi
serta akan memajukan Negara di masa yang akan dating. Begitupun
sebaliknya, jika pengasuhan anak tidak dilaksanakan secara baik maka anak
tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang berperilaku tidak baik serta
tidak menciptakan prestasi yang dapat memajukan Negara.(Setiawan 2014)

26
Page
KESIMPULAN

Menyusui adalah suatu proses alamiah dan merupakan suatu seni yang
harus dipelajari oleh seorang ibu. Menyusui tidak hanya memberikan
kesempatan kepada bayi untuk membantu tumbuh menjadi manusia yang sehat
secara fisik saja, menyusui juga dapat menjadikan seoarang bayi menjadi lebih
cerdas, mempunyai emosional yang baik, serta membantu pekembangan
spiritual dan sosialisasi bagi bayi.
Berdasarkan pernyataan di atas, menyusui merupakan hal yang alamiah
(fisiologis) yang dapat diberikan dan di butuhkaan baik bagi ibu maupun bayi.
Padamasa ini ibu dan bayi tegolong tentan dalm permasalahan baik secara fisik
maupun psiologis, hal ini didasari oleh berbagai factor, pada hal ini khususnya
didasari oleh factor social dan budaa yang dimana masih sangat kental adat dan
istiadat di masyarakat Indonesia.
Pada masa antara, masa ini adalah masa di antara dua kehamilan yang
dimana biasanya hal ini dilakukan oleh ibu maupun pasangan suami istri yang
ingin memilki anak namun antara kehamilan yang satu dan yang lainnya tidak
diberikan jarak sehingga pada masa ini rentan dengan berbagai permasalahan
penyakit baik fisik maupun psikologi ibu.
Pada masa pengasuhan, masa ini merupakan masa penting dimana masa ini
membentuk karakter seorang manusia baru menjadi seseorang yang
berpengaruh kelak bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya sehingga hal ini
sangat didasari oleh factor social budaya bermasyarakat. Banyak kasus yang
terjadi pada masa ini karena masa ini sangat didukung oleh msyarakat dalam
perkembangan pengasuhan kedua orang tua untuk ank-anaknya. Jika satu
perlakuan salah maka hal ini akan berdampak pada karakter maupun dsifat yang
berkembang pada diri anak tersebut yang menjadi pewaris ataupun masa depan
negara dan keluarnganya.
27
Page
DAFTAR PUSTAKA

Aqros, M., & Ridho, S. (1999). pola asuh orang tua, 1–35.

Ii, B. A. B. (2013). Keluarga berencana.

Ii. (2004) ‘Bab ii pandangan umum tentang pengobatan’, pp. 14–15.

Hawa, H. M. (2008) ‘Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Pada


Ibu Hamil di Puskesmas Lamper Tengah Kota Semarang’.

Nurianti, Irma. 2009. Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

Megawati, T., Febi, K. and Adisty, R. (2015) ‘Hubungan Antara Faktor - Faktor
Yang Mempengaruhi Penggunaan KB Dengan Pengetahuan tentang KB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapitu Kecamatan Amurang Barat’, Jurnal
Ilmiah Farmasi, 4(4).

Pmk PERMENKES. (2010). pmk-no-1464-thn-ttg-izin-dan-penyelenggaraan-praktik-


bidan.pdf’

Polriani, Ratri Dwi. 2012. Hubungan Peran Kelompok Pendukung Ibu Dengan
Pemberian Asi Esklusif.

Prasetyono, Dwi Sunar. 2005. Buku Pintar ASI Esklusif. DIVA press. Yogyakarta.

Puswati,Desti.2015.Pemberian Asi Eksklusif Dan Penurunan Berat Badan Ibu Di


Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru.
Rejeki, sri. 2008. Pengalaman Menyusui Eksklusif Ibu Bekerja di Wilayah Kendal
Jawa Tengah

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Soekanto,

Setiawan, H. H. (2014). Pola Pengasuhan Keluarga Dalam Proses


28

Perkembangan Anak . Sosio Informa, 19(Kesejahteraan Sosial), 284–300.


Page
Siregar, R. (2012) ‘Faktor yang mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada
Pasangan Usia Subur di RB.Mahdarina Padang Bulan Tahun 2008’.

Thomasito S. et al. (2012) ‘Universitas Indonesia Masa Kehamilan Dan


Kelahiran’.

Wangi, PugaSharaz. 2014. Asi, Manfaaat, Mitos, dan Kendala.

29
Page
Lampiran

(https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/masa-antara)

30
Page

Anda mungkin juga menyukai