Anda di halaman 1dari 16

Sosial budaya dalam praktik kebidanan

Masa Antara dan Masa Pengasuhan

DOSEN PEMBIMBING

JULI OKTALIA

DISUSUN OLEH :

Ayu Apriliani P3.73.24.1.17.005

Edah Machfudzoh P3.73.24.1.17.008

Ziyan Jannati P3.73.24.1.17.030

KELAS 1 A

Jurusan Kebidanan
Program Studi Profesi Bidan
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2018

i
Daftar isi
BAB I ................................................................................................................. 1
1.1 Tinjauan Teoritis .........................................................................................1

BAB II................................................................................................................. 4

2.1 Studi Kasus Efek Budaya Yang Mempengaruhi Penggunaan KB di


Masyarakat…………………………………..................................................4

BAB III................................................................................................................ 9

3.1 Pembahasan Kasus Masa Antara................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 13

Lampiran......................................................................................................... 14

ii
BAB I
Tinjauan Teoritis

Pada sebuah kehidupan di dalamnya pasti terisi dengan berbagai


macam fase atau masa dalam kehidupan tersebut. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Masa adalah waktu yang dimana terdapat
unsur terpenting dalam satuan waktu tersebut. Dalam kehidupan,
sebuah masa diartikan adanya suatu kejadian penting yang terjadi
pada waktu tersebut. Dalam kehidupan, hal-hal penting selalu terjadi
karena kehidupan selalu membuka lembaran baru akan setiap
kejadian yang terjadi pada semua makhluk hidup. Manusia
merupakan makhluk hidup yang memilki masa-masa atau waktu-
waktu terpenting dalam kehidupannya, seperti masa awal suatu
kehidupan atau masa kehamilan , masa menyusui , masa persalinan,
masa antara , masa pengasuhan, masa klimakterium, dan berulang
dengan seterusnya pertumbuhan manusia.
Dengan hal ini, kami para penyusun makalah ingin mengetahui
makna akan setiap kejadian dalam fase kehidupan manusia,
khususnya masa antara dan masa pengasuhan. Selain itu,
pembuatan makalah ini akan memenuhi tugas mata kuliah sosial
budaya dalam praktik kebidanan.
Fase kehidupan seorang manusia sangatlah penting pada setiap
masanya terutama dalam pembahasan di dunia kebidanan. Proses
terbentuknya kehidupan seorang manusia menjadi hal yang
terpenting pada unsur manusia itu sendiri. Dalam makalah ini,
penyususn akan membahas yang mengenai masa antara dan masa
pengasuhan. Dalam dua masa ini pula, seorang manusia dapat
terdidik dengan baik dan ia dapat menjadi seorang manusia secara
utuh dan baik dengan baiknya dalam menjalani kehidupan di kedua
masa ini.
Masa antara adalah waktu yang mendeskripsikan dalam mengenai
persiapan seorang ibu dalam dua masa (antara pada dua kehamilan
anak pertama dan anak berikutnya). Akan tetapi, masa antara memilki
arti lain adalah masa seorang perempuan antara kehamilan dengan

1
masa klimakterium (menopause).(modul pendidikan jarak jauh SS,
2014)
Berdasarkan jurnal K.Pengasuhan (2004), masa pengasuhan memilki
arti yanng mendalam karena pada masa ini seorang anak akan
tumbuh untuk menjadi seseorang yang mempunya kelakuan yang
dapat diterima di masyarakat maupun di lingkungan keluarganya. kata
pengasuhan memilki arti sebagai suatu cara dalam mendidik ,
melatih, memelihara, dan mengurus yang dilakukan oleh seorang
pengasuh. idealnya seorang pengasuh adalah kedua orang tua. orang
tua merupakan tempat belajar pertama dari seorang anak juga kedua
orang tua adalah modal sosialisasi pertama anak dalam hidup di
suatu lingkungan bermasyarakat. (Pengasuhan & Pengasuh, 2010)
Menurut hastuti (2010), orang tua memilki tanggung jawab untuk
mengasuh , mendidik , dan mengurus anak-anaknya sehingga anak-
anak mereka dapat belajar dan menjadi seorang manusia yang
memiliki sosial yang baik di lingkungannya.(Pengasuhan & Pengasuh,
2010)
Menurut brooks (2001), pengasuhan merujuk pada serangkaian aksi
dan interaksi antara orang tua dengan anak yang berdampak pada
kehidupan sosial anak kepada lingkungannya. masa pengasuhan
merupakan sebuah proses panjang yang mencakup 5 hal, yaitu :
1. interaksi anak, orang tua, dan masyarakat ldi lingkungannya
2. kebutuhan hidup dan tempramen anak menyesuaikan dengan
orang tuanya
3. orang tua harus memenuhi tanggung jawabnya dalam
membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
4. proses mendukung dan menolak keberadaan orang tuanya
5. proses mengurangi resiko dan perlindungan indivisdu juga
lingkungannya terhadap kehidupan sosialnya.(Munir, 2006)
Dari pernyataan di atas, kedua masa ini memilki fungsi penting bagi
seorang anak dalam kehidupan bersosialnya.
Akan tetapi, kedua masa ini tidak dapat berpisah dengan lingkup
budaya dan sosial yang diterima dari pengajaran leluhur kita terutama

2
di indonesia. Di indonesia, masa antara dan masa pengasuhan ini
sangat melekat dengan budaya dan sosial yang berkembang di
lingkungan masyarakat. Terkadang, budaya leluhur masih sering
digunakan dalam penanaman ilmu dasar bagian anak-anak mereka
padahal hal ini tidak dapat dilakukan pada anak-anak jaman
sekarang, karena dunia anak-anak sekarang sudah berbeda dengan
dunia pada zaman leluhur orang tua mereka. hal serupa terjadi di
masa antara. Pada masa antara ini, masyarakat lebih dikenalkan
dengan perkembangan baru seperti program Keluarga Berencana
(KB) yang sebenarnya tidak pernah dilakukan pada zaman leluhur
mereka sehingga masing banyak anggapan para ibu di masa antara
ini untuk melakukan penggunan KB.
Dengan penjelasan di atas, penyusun akan menjelaskan mengenai
suatu kasus pada masa antara serta penyusun akan memberikan
pembahasan pada setiap kasusnya.

3
BAB II
2.1 STUDI KASUS
Dalam masa antara maupun masa pengasuhan, peran budaya dan
sosial memberikan dampak yang besar di masyarakat. Budaya di
Indonesia sangatlah beragam sehingga hal ini memberikan efek
terbesar dalam keberagaman perspektif para perempuan dalam masa
antara maupun masa pengasuhan. Hal ini pula yang memberikan
dampak terbesar bagi proses pelayanan kebidanan di masyarakat.
Dari permasalahan di masa antara dapat berkelanjutan pada
permasalahan di masa pengasuhan. Hal ini tergambar melalui studi
kasus pada pembahasan penggunaan alat kontrasepsi KB (Keluarga
Berencana).
Dalam pembahasan Keluarga Berencana, masyarakat harus
mengetahui terlebih dahulu dalam mengenai pengertian, fungsi, jenis,
dan macam alat kontrasepsi KB.

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan
kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi perempuan.
Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kematian ibu yang tinggi akibat
kehamilan dan melahirkan. Ketersediaan layanan KB bagi perempuan
terbagi dalam beberapa metode, perempuan harus memikirkan faktor
dalam memilih metode KB yang sesuai bagi dirinya, efek samping
potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak
di inginkan dan lain sebagainya.(Ratna & Irdayanti, 2012).

4
2.1.2 fungsi, jenis dan macam alat kontrasepsi KB
Alat kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah
atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
dan sel sprema yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan.
Jenis-jenis kontrasepsi yang sering digunakan oleh masyarakat di
Indonesia adalah kondom, spermatisida, vagina diafragma, pil KB,
suntik KB, susuk KB ( implant), IUD (spiral), dan IUS. Berikut jenis-
jenis alat kontrasepsi yang ada di Indonesia :
Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi terbuat dari karet atau
lateks yang berbentuk tabung. Dengan pengunaan yang tepat maka
kondom akan bekerja secara efektif, yaitu di gunakan pada saat penis
sedang ereksi dan lepaskan sesudah ejakulasi. Alat kontrasepsi ini
sangat mudah didapatkan, kegagalan biasanya terjadi apabila
kondom robek karena kurang hati-hati atau karena tekanan pada saat
ejakulasi sehingga terjadi perembesan pada kondom.

Spermatisida

Spermatisida merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari


seyawa kimia yang dapat melumpuhkan sampai membunuh sperma.
Bentuknya dapat berupa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet atau
aerosol.Penggunaannya dapat dilakukan setelah 5-10 menit
hubungan seksual, dengan memasukan alat ini ke dalam vagina.
Ketika memasukannya harus menggunakan alat yang telah
disediakan didalam kemasan, tidak diperbolehkan menggunakan
tangan. Kegagalan dapat terjadi karena waktu untuk melarutkan
belum cukup, jumlah spermatisida terlalu sedikit atau vagina sudah
dibilas dalam waktu kurang dari 6 jam usai senggama.

Vagina diafragma

Vagina diafragma merupakan lingkaran cincin yang dilapisi karet


fleksibel ini, akan menutup mulut rahim apabila dipasang ke dalam

5
liang vagina 6 jam sebelum senggama.Efektifitas alat kontrasepsi ini
dapat menurun apabila terlalu cepat dilepaskan kurang dari 8 jam
setelah senggama. Diafragma dapat digunakan jika akan
berhubungan seksual dan dapat dilepaskan setelah itu atau tetap
pada tempatnya, karena bahannya lebih tebal dari kondom dan
sangat kecil kemungkinan terjadinya kebocoran.

Pil KB

pil KB alat kontrasepsi ini memiliki banyak keuntungan


diantaranya, tetap membuat haid teratur, mengurangi kram atau sakit
saat menstruasi, kesuburan dapat kembali pulih dengan cara
menghentikan pemakaian pil ini. Pil bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas, mengurangi efek samping, dan meminimalkan keluhan. Pil KB
ini memiliki berbagai jenis kandungan, ada yang hanya mengandung
hormon progesterone saja dan ada pula kombinasi antara hormon
progesterone dan estrogen. Cara menggunakannya, diminum setiap hari
secara teratur. Dapat diminum dengan dua cara, yaitu sistem 28 dan
sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti
(21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21,
minum pil terus menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk
mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan
haid (sekuensial).

Suntik KB

Suntik KB dapat di bagi menjadi 2 jenis, yaitu suntik KB 1 bulan


dan suntik KB 3 bulan. Suntikan KB 1 Bulan, mengandung kombinasi
hormon Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol
Cypionate (hormon estrogen). Suntikan KB 1 bulan memiliki komposisi
hormon dan cara kerja yang mirip dengan pil KB kombinasi. Sedangkan
suntikan, KB 3 bulan atau DMPA, suntikan ini mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) 150 mg. Sesuai
dengan namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 minggu).

6
Susuk KB (implant)
Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang cara
pemakaiannya dengan memasukan tabung kecil dibawah kulit pada
bagian tangan yang dilakukan oleh dokter atau bidan. Tabung ini
berisikan hormon Levonorgestrel ( LNG ) merupakan suatu progestin
yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi dengan
masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita. hormon
tersebut akan terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan.
Konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma. pemakaian implant dapat diganti setiap 5 tahun
( Norplant ) dan 3 tahun ( Implanon ). Sekarang ada pula yang diganti
setiap tahun, penggunaan implant ini sangat mudah, pencabutan bisa
dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi. Dalam
penggunaan implant terdapat efek samping, berupa gangguan
menstruasi, haidtidak teratur, bercak atau tidak haid sama sekali. Selain
itu, dapat menyebabkan kegemukan, ketegangan payudara, dan liang
senggama terasa kering.
IUD (spiral)
Intrauterine device atau disebut sipral karena bentuknya memang
seperti spiral. Penggunaan kontrasepsi ini adalah dengan cara
memasukan alat yang terbuat dari tembaga kedalam rahim, kontrasepsi
ini menjadi pilihan karena kenyamanannya saat digunakan. Alat
kontrasepsi ini dimasukan ke dalam rahim dengan bantuan alat, benda
asing dalam rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah
bersarangnya sel tekur yang telah dibuahi didalam rahim, alat ini bisa
bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun tergantung jenisnya dan dapat
dibuka sebelum waktunya. Keuntungan menggunakan alat ini, bisa
dipakai untuk jangka panjang dan tidak mengganggu produksi ASI jika ibu
sedang menyusui.

7
IUS atau Intra Uterine System

IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk kontrasepsi terbaru


yang menggunakan hormon progesteron sebagai ganti logam. IUS
memiliki cara kerja sama dengan IUD tembaga, ditambah dengan
beberapa nilai tambah, seperti tidak nyeri dan kemungkinan menimbulkan
pendarahan lebih kecil, waktu haid lebih singkat dan haid menjadi lebih
ringan (volume darah lebih sedikit).

2.1.3 Mekanisme kontrasepsi hormonal


Mekanisme kontrasepsi hormonal antara lain dengan penggunaan
estrogen dan progestin secara terus menerus, akan terjadi
penghambatan sekresi GnRH dan gonadotropin hingga tidak terjadi
perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi. Progestin akan
menyebabkan bertambahnya kekentalan mukus serviks yang
mengakibatkan penetrasi sperma terhambat dan prpgesteron
menyebabkan hambatan berupa gangguan pergerakan tuba. Estrogen
dapat menginhibisi pelepasan FSH dan progesteron menginhibisi
pelepasan LH, jelas bahwa ovulasi dapat dicegah dengan inhibisi
stimulus ovarium maupun pencegahan pertumbuhan folikel. Selain itu,
kontrasepsi oral dapat langsung bekerja pada saluran kelamin.
Endometrium harus berada pada status yang tepat dibawah pengaruh
estrogen dan progesteron untuk terjadinya nidasi dan hampir tidak
mungkin terjadi implantasi pada endometrium. Demikian pula sekret
serviks yang banyak mengandung air, pada saat ovulasi dianggap
esensial bagi sperma dan lendir kental yang dihasilkan karena pengaruh
progesteron merupakan lingkungan yang tidak mendukung bagi sperma
(Suherman 2007).
Komponen estrogen yang terkandung dalam pil KB menghalangi
maturasi folikel dalam ovarium, sedangkan komponen progesteron
memperkuat daya estrogen untuk mencegah ovulasi. Pada keadaan
biasa estrogen dan progesteron dihasilkan oleh ovarium, karena

8
pengaruh FSH dan LH yang dikeluarkan oleh hipophyse yang akan
berpengaruh pada endometrium sehingga terjadi siklus mentruasi. Selain
itu, estrogen dan progesteron akan berpengaruh langsung pada
hipothalamus, yaitu mekanisme feed back yang akan menghambat
pengeluaran FSH dan LH. Dengan dihambatnya FSH dan LH maka tidak
akan terjadi ovulasi. Pada pemakaian kontrasepsi hormonal, estrogen
dan progesteron yang diberikan akan mengakibatkan kadar estrogen dan
progesteron didalam darah akan tetap tinggi keberadaanya, sehingga
mekanisme feed back akan bekerja.
Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia,
namun pada pelaksanaannya hingga saat ini masih mengalami banyak
hambatan. Dari hasil penelitian diketahui alasan yang dikemukakan oleh
wanita pengguna alat kontrasepsi,. alasan yang cukup menonjol adalah
karena agama dan sosial budaya yang berkaitan dengan kondisi sosial
ekonomi ( BKKBN 2010 ). Masih banyak pasangan usia subur (PUS)
yang masih belum menjadi peserta KB, ada beberapa faktor mengapa
wanita usia subur enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi.
Faktor-faktor terserbut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu : Segi
pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian
konseling maupun komunikasi informasi edukasi (KIE) dan hambatan
budaya. Banyak pula wanita yang mengatakan faktor tidak menggunakan
kontrasepsi antara lain, masalah kesehatan, takut efek samping,
pasangan menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial
ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
menurut hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun
2002 – 2003 memperlihatkan proporsi untuk semua peserta KB tercatat
sebesar 60,3%. Bila di rinci lebih lanjut proporsi peserta KB yang
terbanyak adalah suntik (27,8%) di ikuti oleh pil (13,2%), IUD (6,2%)
implant atau susuk KB (4,3%) sterilisasi wanita (3,7%), Kondom (0,9%)
sterilisasi pria (0,4%) (BKKBN 2006).

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan studi kasus
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di wilayah kerja
puskesmas Branti Natar Lampung Selatan dengan jumlah responden 116
orang, 60 responden (51,7%) menyatakan sosial budaya yang tidak
mendukung. Hal ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh
handayani (2010), bahwa kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi
lingkungan (kondisi geografis) berpengaruh terhadap pemilihan
kontrasepsi. Bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa
menganggap bahwa mengikuti program KB merupakan hal yang tidak
diwajibkan, hal ini tentu berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang pentingnya progtam KB untuk mengontrol kehamilan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Banyak masyarakat
yang meyakini bahwa menggunakan kontrasepsi bertentangan dengan
ajaran agama serta mitos yang menyebutkan bahwa banyak anak banyak
rezeki, sehingga kultur budaya yang terbentuk tidak mendukung
pemilihan metode kontrasepsi dalam merencanakan keluarga (Assalis
2015).

3.1.1 Faktor Kultur Budaya


Kultur budaya yang terbentuk, membuat masyarakat mengikuti
kebudayaan dan adat-istiadat yang sejak dulu telah dibentuk demi
mempertahankan hidup dirinya sendiri ataupun kelangsungan hidup suku
mereka. Penggunaan alat kontrasepsi sangat terkait dengan budaya,
sebab alat kontrasepsi terkait dengan cara pemasangannya.
Sebagaimana diketahui bahwa pemasangan alat kontrasepsi IUD
misalnya, pemasangan alat ini melalui alat kemaluan wanita yang tidak
dapat diterima pada orang-orang dilingkungan budaya tertentu. Selain itu,
penggunaannya terkait dengan kebiasaan masyarakat yang hidup
dilingkungan tersebut. Seseorang akan tertarik menggunakan salah satu
alat kontrasepsi jika orang disekitarnya menggunakan alat kontrasepsi

10
yang sama. Seperti, ketertarikan seseorang pada penggunaan alat
kontrasepsi suntik akan timbul jika orang disekitarnya juga menggunakan
kotrasepsi suntik. Termasuk juga kebiasaan yang turun menurun dari ibu
ke anak, dan seterusnya.(Assalis 2015).

3.1.2 Hukum Menggunakan Alat Kontrasepsi dalam Pandangan


Islam

Masalah keluarga berencana atau mengendalikan kelahiran


berbeda sekali sekali dengan masalah kontrasepsi. Mengatur kelahiran
bertentangan dengan memperbanyak keterunan, dan memperbanyak
keturunan dianjurkan sekali dalam islam. Allah SWT telah menganjurkan
kepada umat Islam untuk meningkatkan angka kelahiran atau
memperbanyak keturunan, bukannya mengendalikan, tetapi dengan cara
membatasi kelahiran. Menunda kehamilan sama dengan mencegah
kehamilan, untuk memberikan jarak pada kelahiran sebelumnya.
Membatasi kehamilan untuk selama-lamanya setelah memiliki anak yang
diinginkan dengan mensterilkan rahim atau mengangkat rahim tanpa
sebuah alasan yang dibenarkan oleh syariat, maka hukumnya haram,
kecuali pada saat keadaan yang mengancam kehidupannya, baik
perempuan ataupun laki-laki.
Mencegah kehamilan dan menunda jarak kelahiran dibenarkan,
dengan alasan jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat berdampak buruk
bagi ibu dan anak. Pertama, alasan anak akan kekurangan suplai air susu
ibu (ASI), ketika seorang ibu sedang mengandung dan ada anak yang
masih menyusui, maka produksi ASI akan berkurang, sekurang-
kurangnya 6 bulan jika ingin hamil kembali setelah melahirkan. Kedua,
kondisi ibu yang belum pulih benar untuk kembali melahirkan, dibutuhkan
tubuh yang fit untuk menghadapi persalinan berikutnya. Selanjutnya, janin
yang dikandung memiliki resiko lebih besar untuk premature, meninggal,
ataupun cacat. Apabila terdapat keadaan darurat yang jelas dan tidak
memungkinkan perempuan melahirkan secara wajar sehingga harus
dilakukan operasi untuk mengeluarkan anaknya, maka tidak ada masalah
untuk mencegah atau menunda kehamilan. Hal ini sesuai dengan apa

11
yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan sebagian besar para
sahabat.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat gambaran bahwa suatu
permasalahn yang terjadi di masyarakat yang diakibatkan oleh masih
besarnya perspektif budaya dan social leluhur yang berkembang
dimasyarakat menyebabkan para ibu di masa antara menjadi ragu untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Dari hal ini pula, para ibu yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi pada masa antara menjadi bermasalah
pada masa pengasuhannya. Masa pengasuhan juga ikut terkena dampak
dari hal ini yang disebabkan karena sang ibu hamil dalam jarak waktu
anak peratam dan anak berikutnya terlalu dekat sehingga ibu tidak dapat
memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. Dari hal inilah. Masa
pengasuhan sang anak menjadi terganggu karena sang ibu memilki focus
ganda dengan kehamilan barunya dengan anak yang baru ia lahirkan.
Dengan demikian, peran budaya dan social sangatlah berdampak pada
kelangsungan masa antara dan masa pengasuhan seorang ibu. Dari hal
ini, para bidan dan calon bidan harus memilki pengetahuan yang cukup
dalam mengetahui budaya yang beragam yang berada di Indonesia. Agar
kasus-kasus pad masa antara dan masa pengasuhan dapat lebih
berkurang dari tahun sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
(Ii, Pengasuhan, & Pengasuhan, 2010)
(Ii, Asuh, Pola, & Orangtua, 2005)

(Ivancevich, Konopaske, & Studi, 2017)

(Pengasuhan & Pengasuh, 2010)

(Sekitarnya, 1989)
(Munir, 2006)

13
Lampiran

14

Anda mungkin juga menyukai