Anda di halaman 1dari 9

CLINICAL SCIENCE SESSION

Luka Bakar

Disusun oleh:
Ulfa Fitrianingsih

Preseptor:
Ali Sundoro, dr., Sp.BP-RE (KKF)

BAGIAN ILMU BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2018
Pembahasan
I. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan
sumber panas, seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

II. Epidemiologi
 Kelompok usia : anak dan dewasa muda
 Menimbulkan biaya yang tinggi  penanganan rumah sakit dan sosial
 Keberhasilan  dilihat dari derajat keparahan, karakteristik fisik pasien, motivasi, dan
kualitas penanganan

III. Etiologi
 Air panas : tergantung pada suhu cairan, jenis cairan, lama kontak, dan ketebalan kulit yang
terkena
 Api : penyebab nomor dua paling sering
 Flash burns : ledakan gas, bensin, cairan yang dapat terbakar lainnya dalam waktu yang
sangat singkat
 Kontak dengan benda panas

IV. Penampang Kulit

V. Mekanisme Luka Bakar


 Capillary permeability 
Kebocoran cairan dan protein dari ruang intravaskuler
 Plasma oncotic pressure 
Karena hipoproteinemia o.k kehilangan protein dari ruang intravaskuler
 Capillary hydrostatic pressure 
Karena vasokonstriksi atau blokade parsial karena terjadi agregrasi sel dan trombosit
 Clearance cairan dan protein 
Karena blokade lymph duct oleh agregrasi platelet dan fibrin clots
 Cairan yang menguap 

VI. Patofisiologi

VII. Klasifikasi Luka Bakar


(American Burn Association and American College of Surgeons Committee on Trauma)
CLASSIFICATION CRITERIA
MINOR 2º < 15% BSA
2º < 10% BSA in children
3º < 2% BSA
MODERATE 2º = 15% – 25% BSA
2º = 10% – 20% BSA in children
3º = 2% – 10% BSA
CRITICAL 2º > 25% BSA
2º > 20% BSA in children
3º > 10% BSA
Burns of face, feet, eyes, ears, perineum
Burns in poor risk patient (age, current disease)
Burns associated with inhalation, electrical injury, fractures or other
major trauma
VIII. Derajat Luka Bakar
Derajat I
 Terbatas pada lapisan epidermis
 Bulae (–)
 Kering, hiperemis berupa eritem
 Nyeri (+)
 Sembuh spontan dalam 5–10 hari
Derajat II
 Mengenai epidermis dan sebagian dermis
 Bulae (+)
 Nyeri (+)
Derajat IIA
Dangkal : superfisial dermis, melibatkan folikel rambut, kelenjar keringat dan sebasea
utuh, sembuh dalam 10–14 hari
Derajat IIB
Dalam : sebagian besar dermis, sedikit adnexa kulit, sembuh 3–9 minggu
Derajat III
 Seluruh dermis dan lapisan di bawahnya
 Bulae (–)
 Abu-abu pucat
 Koagulasi protein pada epidermis dan dermis (eschar)
 Anestesi
 Penyembuhan lama

IX. Kerusakan Jaringan


1. Zona koagulasi
Terjadi koagulasi protein (langsung)
2. Zona statis
Kerusakan endotel, trombosit dan leukosit  gangguan perfusi, permeabilitas kapiler dan
respon inflamasi lokal. Pada 12–24 jam paskatrauma, mungkin berakhir dengan nekrosis
jaringan.
3. Zona hiperemi
Terjadi reaksi vasodilatasi tanpa reaksi seluler
X. Luas Luka Bakar
Berdasarkan Rules of Nines (% TBSA)
Child Adult
Head / neck 18 9
Arm 9 9
Anterior trunk 18 18
Posterior trunk 18 18
Leg (groin to toe) 14 18
Perineum 5 1

XI. Perhitungan Luas Luka Bakar


XII. Penatalaksanaan di IGD
 Primary assessment
 Secondary assessment
o Resusitasi cairan
o Wound care, pain management
o Monitoring lain : dekompresi lambung, tetanus profilaktif

XIII. Primary Survey


 Identify immediate life-threatening conditions
 Airway :
o Oksigen
o Observasi edema jalan napas : progressive hoarseness, LB kepala dan leher
pasang ETT
 Breathing : lihat frekuensi napas dan ekspansi dada
 Circulation : frekuensi nadi lebih baik daripada tekanan darah
 C-spine immobilization : terutama pada korban ledakan atau KLL

XIV. Secondary Survey


 A thorough head-to-toe evaluation
Anamnesis riwayat trauma, mekanisme,
 Adanya trauma penyerta lain
 Evaluasi luka
 Resusitasi cairan
 Monitoring lain : dekompresi lambung, laboratorium, pain control, tetanus
profilaktif

XV. Resusitasi Cairan


 Pasien dengan luka bakar > 20% memerlukan resusitasi cairan intravena
 Pasien dengan luka bakar > 50% atau memiliki masalah medis lain, seperti sangat
muda, sangat tua, atau mengalami inhalasi asap harus mendapatkan monitoring
tekanan vena sentral.
 Formula Evans
 Formula Brooke
 Formula Baxter (Parkland)

 8 jam pertama : ½ jumlah cairan


 16 jam berikut : sisanya

FORMULA EVANS
– 1 ml/kgBB/%LB koloid
– 1 ml/kgBB/%LB elektrolit
– 2000 ml glukosa
Monitor:
– diuresis > 50 ml/jam
– CVP > +2
– Hb
– Ht

FORMULA BROOKE
– 0,5 ml/kgBB/%LB koloid
– 1,5 ml/kgBB/%LB elektrolit
– 2000 ml glukosa
Monitor:
– diuresis 30–50 ml/jam
– CVP > +2
– Hb
– Ht
FORMULA BAXTER (PARKLAND)
– 4 ml/kgBB/%LB ringer lactate
Monitor:
– diuresis 50–100 ml/jam
– CVP > +2
– Hb
– Ht

XVI. Tetanus Profilaktif


 Apabila dalam 5 tahun terakhir mendapatkan booster  tidak perlu profilaksis
 Dalam 10 tahun terakhir  cukup tetanus toksoid booster
 Apabila tidak diketahui statusnya diberikan serum hiperimun

XVII. Perawatan Luka


 Aseptik
 Nekrotomi, debridement
 AB topikal
o AgNO3 0,5%
o Mafenide acetate
o SSD 1%
o Gentamycin SO4
 Posisi sendi ekstensi, abduksi
 Eksisi tangensial
 Escharotomy
 Fasciotomy
 Skin graft
o STSG
o FTSG
ESCHAROTOMY DAN FASCIOTOMY
 Escharotomy pada dada
o Diperlukan pada pasien dengan luka bakar
sirkumferensial pada dinding dada.
o Dilakukan pada linea axillaris anterior bilateral,
apabila dinding abdomen ikut terkena maka dilakukan
incisi transversal costal margin.
 Escharotomy pada ekstremitas
o Dilakukan pada luka bakar sirkumferensial pada
ekstremitas yang menyebabkan gangguan perkusi yang
signifikan.
o Batas tekanan untuk dilakukan escharotomy adalah 30
mmHg dan dilakukan sepanjang garis midmedial atau midlateral.

XVIII. Nutrisi Suportif


Dapat dilakukan sedini mungkin, walaupun pada luka bakar luar terjadi gastroparesis
 menggunakan NGT pada distal ligamentum Treitz  meningkatkan sintesis protein,
menurunkan translokasi bakteri, meningkatkan hormon anabolisme (insulin) dan
menurunkan stres hormon  stres respon menurun
Sangat bermanfaat  pemberian kalori dan protein untuk anabolisme dan katabolisme

XIX. Infeksi dan Antibiotika pada Luka Bakar


 Mengatasi infeksi  tindakan aseptik, pencucian dan perawatan luka, nekrotomi
dan debridement, pemberian antibiotika topikal dan sistemik
 Prinsip tindakan : dilution is solution for pollution
 Pemberian antibiotik dibedakan sebagai profilaksis topikal dan sistemik

ANTIBIOTIK
 Terapeutik : diberikan untuk mengatasi infeksi yang terjadi dan telah dilakukan
kultur
 Profilaksis : diberikan sesuai pola kuman rumah sakit, diberikan intravena 30 menit
sebelum tindakan dan 24 jam paskatindakan, dapat juga diberikan per oral selama
5 hari berupa antibiotik yang tidak diserap usus untuk mencegah kontaminasi dari
saluran cerna.

XX. Problem Rekonstruksi


 Gangguan fungsi dan estetik :
– Kontraktur
– Parut hipertrofik
– Keloid

Bila kesulitan seperti yang disebutkan di atas ditemukan, tindakan operasi adalah
tindakan yang paling memungkinkan.
XXI. Jenis Operasi
 Release contracture
 Skin graft
 flap
 Free flap

Anda mungkin juga menyukai