Anda di halaman 1dari 1

BAB IV

KESIMPULAN

Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yng berlebihan pada rongga pleura, cairan
tersebut mengisi ruangan yang mengelilingi paru. Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi. Infeksi dapat
terjadi karena M. tuberculosis dan M. bovis. Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi
hipersensitivitas tipe lambat antigen TB dalam rongga pleura. Pleuritis TB dapat merupakan
manifestasi dari tuberkulosis primer atau tuberkulosis post primer (reaktivasi). Pleuritis TB
biasanya bermanifestasi sebagai penyakit demam akut disertai batuk nonproduktif (94%) dan
nyeri dada (78%) tanpa peningkatan lekosit darah tepi.
Diagnosis dilakukan dengan analisis cairan pleura dan biopsi pleura atau dengan
pemeriksaan penanda biokimia seperti : ADA, ADA isoenzim, Lisozim dan INF-α. Hasil tes
tuberculin yang positif mendukung penegakan diagnosis pleuritis TB di daerah dengan
prevalens TB yang rendah. Terapi pleuritis TB pada dasarnya sama dengan pengobatan TB
paru. Berdasarkan pedoman tata laksana DOTS, apabila pasien dengan sakit berat yan luas atau
adanya efusi pleura bilateral dan sputum BTA positif diberikan terapi fase intensif dengan 4
macam obat, terdiri dari : INH, Rifampicin, Pirazinamid, dan Etambutol selama 2 blan dan
diikuti fase lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai