Anda di halaman 1dari 16

Fraktur Antebrachii Dextra ⅓ Tengah

disertai Compartment Syndrome


Isalin Silvanny Homer
102014155 D1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
2018

Pendahuluan
Fraktur atau patah tulang adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa langsung maupun tidak langsung. Fraktur memiliki berbagai macam jenis
yang dapat dilihat dari terbuka atau tertutupnya, kedudukan fraktur, adanya luka,segi
konfigurasinya, adanya kompresi atau impresi, komplit/inkomplit. Fraktur juga bisa disertai
pergeseran sendi yang disebut fraktur dislokasi (jika terjadi pada 1 tulang yang sama),
berbeda dengan fraktur dan dislokasi yang terjadi pada berlainan tulang.Jenis fraktur ini
penting untuk diketahui karena dapat membantu dalam diagnosis serta penatalaksanaan yang
akan dilakukan seorang dokter terhadap pasiennya.

Pembahasan

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien/
keluarganya/ orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang
bersangkutan. Dari kasus ini, anamnesis yang dapat digunakan adalah jenis aloanamnesis di
mana di sini seorang dokter bisa mendapatkan informasi tentang pasien bersangkutan dari
keluarganya atau orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien. Informasi yang
dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu
tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter-pasien yang profesional
dan optimal.
Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

1
A. Identitas pasien1
Meliputi :
1) Nama lengkap
2) Jenis kelamin
3) Tempat/tanggal lahir
4) Alamat
5) Umur
6) Agama
7) Suku bangsa
8) Status perkawinan
9) Pendidikan
10) Pekerjaan

B. Keluhan utama1
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi
ke dokter atau mencari pertolongan.

C. Riwayat penyakit sekarang1


Riwayat penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Dalam
melakukan anamnesis harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut.
1) Waktu dan lamanya keluhan berlangsung,
2) Sifat dan beratnya serangan
3) Lokalisasi dan penyebarannya
4) Hubungan dengan waktu
5) Hubungan dengan aktivitas
6) Keluhan-keluhan yang menyeretai serangan
7) Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berapa kali berulang
8) Faktor resiko dan pencetus serangan, temasuk faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan serangan
9) Apakah ada saudara sedarah , atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama
10) Riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit terterntu,
11) Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa.

2
12) Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah
diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan peyakit
yang saat ini diderita.

Setelah data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis
diferensial , dengan menanyakan tanda- tanda positif dan tanda-tanda negatif dari dagnosis
yang paling mungkin.

D. Riwayat penyakit dahulu1


Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara
penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Adakah riwayat kelainan sendi
atau tulang sebelumnya? Pernahkah pasien menjalani operasi seperti penggatian sendi?

E. Riwayat kesehatan keluarga1


Dalam memperoleh informasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau
penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti orang tua, kakek-nenek,
saudara, anak, atau cucu.
F. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya.

Pemeriksaan
a. Fisik
Look, cari apakah terdapat:

- Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal (misalnya pada fraktur kondilus lateralis
humérus), angulasi, rotasi, dan pemendekan
- Functio laesa , misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan.
- Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan.
Feel, apakah terdapat nyeri tekan.
Move, untuk mencari:
- Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan.
- Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
- Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan, range
of motion (derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan.1
b. Penunjang
X-ray image

3
Penggunaan x-ray sangat penting untuk melihat keadaan tulang. Sehingga dapat
melihat jenis patahan tulang. Pada penggunaan x-ray ini ada hal yang penting yang harus
diperhatikan, yaitu rules of two. Setiap kali melakukan pemeriksaan x-ray ini, dokter atau
pemeriksa harus menerapkan rules of two ini untuk mengurangi persentase kesalahan
dalam menegakan diagnosis sekecil mungkin.

Rules of two terdiri dari :


- 2 posisi anteroposterior dan lateral
- 2 sendi pada sendi atas dan bawah pada tulang yang patah
- 2 ekstremitas kanan dan kiri, khususnya pada anak-anak dimana masih mempunyai
lempeng pertumbuhan agar diagnosis tidak tertukar dengan celah lempeng
pertumbuhan.
- 2 kali (untuk memastikan fraktur tidak berubah dalam 1 minggu)

Pada pemeriksaan radiologis perlu diperhatikan adanya luksasi sendi radioulnar


proksimal atau distal yang lebih dicurigai apabila ditemukan fraktur hanya pada salah satu
tulang disertai dislokasi.
Pemeriksaan penunjang lainnya ialah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium ini juga penting untuk mengetahui adanya infeksi atau komplikasi yang
terjadi.2

Working Diagnosis
Fraktur 1/3 tengah regio antebrachii dextra dengan compartment syndrome.

Macam-macam Fraktur Antebrachii

Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya
tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama
lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena
fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.2

Ada empat macam fraktur yang khas:


1) Fraktur Colles

4
Patah terjadi metafisis distal radius. Kebanyakan dijumpai pada penderita-penderita
wanita > umur 50 tagun, karena tulang pada wanita > 50 tahun mengalami
osteoporosis post menapause.
 Biomekanisme
Biasanya penderita jatuh terpleset sedang tangan berusaha menahan
badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah
metafisis distal radius yang akan menyebabkan patah radius distal 1/3 distal
dimana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan
tangan.
Fragment bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial
dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari
procesus styloid ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorasal dan
gerakan ke arah radial menyebabkan subluksasi sendi radio ulna distal.3

2) Fraktur Smith
Lebih jarang terjadi dibandingkan colles fraktur. Kadang-kadang dijumpai
diistilahkan sebagai reverse colles fracture walaupun tidak tepat. Etiologi : Banyak
dijumpai pada penderita laki-laki muda.Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke
arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini
biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang
posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis
patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.
 Biomekanisme
Penderita jatuh, tangan menahan badan sedangkan posisi tangan dalam
volar fleksi pada pergelangan tangan, pronasi. Garis patah biasanya
transversal, kadang-kadang intraartikular.3

3) Fraktur Galeazzi
Fraktur / dislokasi Monteggiaa adalah fraktur ulna sepertiga-tengah atau proksimal
dengan disertai dislokasi caput radii. Etioligi: Fraktur Galeazzi merupakan fraktur
radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan

5
terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi
waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
 Biomekanisme
Biasanya pada anak-anak muda laki-laki, jatuh dengan tangan terbuka
menahan badan dan terjadi pula rotasi. Hal ini menyebabkan patah pada radius
1/3 distal dan fragmen distal-proksimal mengadakan angulasi ke anterior.3

4) Fraktur Montegia
Merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal. Terjadi karena trauma langsung.Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi ( lebih
sering ) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi juga yang terjadi mendorong ulna ke arah
hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan ke
arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior.3

Klasifikasi Fraktur

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi.
Dimana fraktur dapat terjadi karena berbagai sebab dan berbagai jenis.
Fraktur berdasarkan sebabnya :
1. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau
proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab
yang paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor primer atau tumor
metastasis. Contohnya adalah osteoporosis, TBC tulang, infeksi dan tumor.4
2. Fraktur trauma
Fraktur yang paling sering terjadi di kehidupan sekitar. Dimana fraktur ini terjadi karena
terjadinya benturan keras seperti pada kecelakaan.4
3. Fraktur stress
Dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah yang berulang atau
berkepanjangan. Fraktur stress juga disebut fraktur kelelahan (fatigue fracture), biasanya
terjadi akibat peningkatan drastic tingkat latihan pada seorang atlit, atau pada permulaan
aktifitas fisik yang baru. Karena kekuatan otot meningkat secara lebih cepat dibandingkan
kekuatan tulang, maka individu dapat merasa mampu berprestasi melebihi sebelumnya
walaupun tulang-tulang mereka mungkin tidak dapat menunjang peningkatan tekanan.4

6
Berdasarkan energy yang mengenai tulang :
1. Fraktur komplit
Fraktur yang terjadi karena energy yang mengenai tulang besar sehingga garis patahan
melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.4
2. Fraktur inkomplit
Fraktur yang terjadi karena energy yang mengenai tulang sedang, maka jaringan tulang
tidak terputus seluruhnya. Contohnya : hairline fracture, buckle fracture (terjadi lipatan
dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, umumnya terjadi pada
distal radius anak-anak), dan greenstick fracture.4

Berdasarkan jumlah garis patahan :


1. Fraktur kominutif
Dimana karena energy yang mengenai tulang sangatlah kuat, tulang tidak hanya
mengalami fraktur komplit, tetapi bissa saja terjadi fraktur kominutif (remuk) yaitu
terdapat garis patah lebih dari satu dan semuanya saling berhubungan.4
2. Fraktur segmental
Terdapat garis patahan lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan.
3. Fraktur multiple
Terdapat garis patahan lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya.
Contohnya adalah fraktur femur, fraktur cruris dan fraktur tulang belakang.
4. Fraktur simple
Pada fraktur simple ini hanya ada dua fragmen tulang. Pola garis patahan fracture simple
hanya tiga yaitu transversal, oblique, dan spiral.4

Menurut posisinya :
1. Fraktur undisplaced (tidak bergeser)
Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteumnya masih
tetap utuh.
2. Fraktur displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.
 Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
 Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)

7
 Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi).

Berdasarkan lukanya :
1. Fraktur terbuka
Bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau
permukaan kulit.
2. Fraktur tertutup
Bila tidak terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit.
Berdasarkan lokasinya :
1. Distal
2. Diafisis
3. Proksimal

Etiologi
Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan
yang sedang pada tulang yang terkena penyakit (fraktur patologis), misalnya osteoporosis.5
Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan
dewasa muda. Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab umum fraktur traumatik.6
Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres, yang juga disebut fraktur keletihan (fatigue
fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet, atau permulaan
aktivitas fisik baru. Fraktur stres paling sering terjadi pada individu yang melakukan olahraga
daya tahan seperti pelari jarak jauh. Fraktur stres dapat terjadi pada tulang yang lemah
sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang
mengalami fraktur stres harus didorong untuk mengikuti diet sehat-tulang dan diskrining
untuk mengetahui adanya penurunan denitas tulang.6

Patofisiologi
Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di
sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi
inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast berakumulasi
sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. Fagositosis dan

8
pembersihan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat
patah dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera
terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, yang disebut kalus. Bekuan fibrin segera
direabsorbsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami re-modeling untuk membentuk
tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.4
Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur
pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila
hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang
baru rusak selama kalsifikasi den pengerasan.4

Gejala Klinis
 Nyeri

Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen tulang tidak
bisa digerakkan.
 Gangguan fungsi

Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung
menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena
fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling
berdekatan.
 Deformitas/kelainan bentuk

Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang diketahui ketika
dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
 Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang
disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur.
 Krepitasi
Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan.
 Bengkak dan perubahan warna
Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.5

Stadium penyembuhan tulang

9
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
2. Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah
membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya
kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti
sama sekali.5-7
3. Inflamasi dan proliferasi seluler
Pada stadium ini dalam 8 jam terjadi inflamasi akut dan terjadi proliferasi
sertadifferensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan
bonemarrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus
masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang
menggabungkankedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam
setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya. 5-7
4. Pembentukan Kallus (tulang muda)
Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
biladiberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga
kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai
berfungsidengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yangimatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal
dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat
sehinggagerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu.5-7
5. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadilamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobosmelalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast
mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah
proses yanglambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
membawa bebanyang normal.5-7
6. Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa
bulanatau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukantulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada

10
tempat yangtekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga
sumsumdibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.5-7

Penatalaksanaan
Tindakan pertama yang harus dilakukan pada orang yang mengalami fraktur:5
- Hilangkan rasa nyeri (opiat intravena, blok saraf, gips, traksi).
- Buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sampel untuk
dicocokkan.
- Pada fraktur terbuka (compound), membutuhkan debridement, antibiotik, dan
profilaksis tetanus.

Hal-hal lain juga yang harus dilakukan:6


- Fraktur harus segera diimobilisasi untuk memungkinkan pembentukan hematoma
fraktur dan meminimalkan kerusakan.
- Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar terjadi pemulihan
posisi yang normal dan rentang gerak. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan pembedahan untuk fiksasi
(reduksi terbuka), pin atau sekrup dapat dipasang untuk mempertahankan sambungan.
Traksi dapat diperlukan untuk mempertahankan reduksi dan menstimulasi
penyembuhan.
- Imobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan agar terjadi
pembentukan kalus dan tulang baru. Imobilisasi jangka panjang biasanya dilakukan
dengan pemasangan gips atau penggunaan bidai.

Komplikasi
 Komplikasi dini3
- Kehilangan darah,
- Infeksi,
- Emboli paru,
- Gagal ginjal,
- Sindrom kompartemen.
 Komplikasi lanjut3,4
- Non-union, delay union, dan malunion menimbulkan deformitas atau
hilangnya fungsi.

11
- Pertumbuhan terhambat,
- Artritis,
- Distrofi simpatik (refleks) pascatrauma.

Embolus lemak dapat timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus
lemak dapat timbul akibat pajanan sum-sum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi
sistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas
setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering
tersangkut di sirkulasi paru dan dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas.6

Prognosis
Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana
dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka
prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika
fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat
dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.
Bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat diambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain
itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya dibanding
penderita dengan usia lanjut.

Pembahasan Kasus
Dari skenario, didapatkan bahwa seorang pria berusia 30 tahun menderita fraktur regio
antebrachii dextra 1/3 tengah
Dari hasil pemeriksaan fisiknya juga, diketahui bahwa fraktur yang dialami adalah fraktur
tertutup disertai dengan compartment syndrom.

Kompartemen Sindrom
Kompartemen sindrom adalah suatu kelainan yang potensial menimbulkan
kedaruratan, di mana terjadi peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruang tertutup.7,8
Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah
yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan pembengkakan
interstitial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat
menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini akan menimbulkan hipoksia jaringan
dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mempersarafi daerah tersebut dan biasanya

12
akan timbul nyeri hebat. Individu mungkin tidak dapat mengerakkan jari tangan atau jari
kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang memiliki restriksi
volume yang ketat, seperti lengan. Risiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar
apabila terjadi trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi akan
hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat
dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas,dan hilangnya fungsi
secara permanen atau hilangnya ekstremitas dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan
kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal
berikut ini dievaluasi dengan sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat,
parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak.6

Penatalaksanaan Kompartemen Sindrom


Medika Mentosa
Pada kompartemen sindrom, karena terdapat nyeri yang hebat, dapat diberi obat
golongan analgesik-opioid yang memiliki sifat seperti opium, diantaranya adalah morfin,
kodein, tebain, dan papaverin. Morfin dan opioid lain diindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik nonopioid. Jika nyeri
lebih hebat, maka makin besar juga dosis yang diberikan. Efek samping dari pemberian obat
golongan ini adalah terjadinya mual, muntah, urtikaria, dermatitis kontak. Pemberian 10
mg/70 kgBB morfin subkutan dapat menimbulkan anelgesia pada pasien dengan nyeri yang
bersifat sedang hingga berat, misalnya nyeri pascabedah. Pemberian 60 mg morfin peroral
memberi efek analgetik sedikit lebih lemah dan masa kerja lebih panjang.9,10

Non Medika Mentosa


- Pemasangan Gips
Gips merupakan fiksasi eksternal yang sering dipakai, yang terbuat dari plaster of
paris, fiber glass, dan plastic yang disediakan dalam bentuk verban yang dipakai
untuk immobilisasi bagian-bagian tubuh yang dilaksanakan. Tujuan pemasangan gips
adalah untuk immobilisasi kasus dislokasi sendi atau patah tulang fiksasi,
immobilisasi kasus penyakit tulang, koreksi cacat tulang (misalnya patah tulang,
dislokasi, scoliosis), mencegah patah tulang, sebagai pembalut darurat, menyokong
jaringan cedera selama proses penyembuhan, memberikan tenaga traksi.
 Teknik pemasangan gips

13
o Daerah yang akan digips dicukur, dibersihkan, dicuci dengan sabun
lalu dikeringkan dan dibubuhi talk secukupnya, atau dapat juga
menggunakan krim/oil.
o Setelah itu dipasang spong rubs, pada bagian tubuh tersebut (terbuat
dari bahan yang menyerap keringat) gunanya agar permukaan kulit
tetap kering.
o Pada penonjolan-penonjolan tulang atau bony prominence atau
sepasang bantalan atau Cushion, biasanya terbuat dari spons.
o Kemudian dipasang padding (pembalut dibuat dari bahan kapas
sintetik).
o Setelah yakin bahwa bagian tubuh yang akan digips sudah berada
dalam posisi yang dikehendaki gips direndam untuk beberapa saat.
o Lama pencelupan tergantung dari jenis gips, ada yang cepat kering,
dan ada yang harus menunggu sampai gelembung-gelembung udara
dari gips keluar. Setelah itu untuk mengurangi jumlah air, gips diperas
pada kedua ujungnya.
o Selanjutnya dilakukan pembalutan gips secara melingkar mulai dari
distal ke proksimal, tidak boleh terlalu kendor atau terlalu kencang.
o Untuk mendapatkan bentuk keluar dari gips yang baik (mulus dan
tidak berbenjol-benjol), pada waktu membalut overlaving dianjurkan
dalam jarak yang tetap, biasanya 50% dari lebar gips.
o Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan. Pegang gips yang
sedang dalam proses pengerasan telapak tangan, jangan diletakkan
pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam, hindari tekanan pada
gips.
o Menjelang gips menjadi keras, dilakukan moulding yaitu gips dibentuk
sesuai yang diinginkan.
 Jenis pemasangan gips
o Gips sirkuler
Dipasang biasanya pada keadaan yang memerlukan immobilisasi atau
fiksasi yang lebih stabil.
o Gips Spalk.
Hanya merupakan proteksi.
o Gips plaster.

14
Gips ini dapat kering setelah 12-48 jam tergantung dari ukurannya.
o Gips silinder kering dalam waktu 12-24 jam, tapi badan gips biasanya
mencapai 48 jam baru kering.
o Gips plastic kering 8-10 jam. Dalam udara kering (tidak lembab) akan
lebih cepat dan efisien dalam proses pengeringan gips.
 Pembukaan gips
Pembukaan gips biasanya menggunakan gergaji listrik. Gergaji sangat bising
tetapi bila pemakaiannya tepat, tidak akan merusak kulit yang ada di bawah
gips. Kulit yang terbungkus di dalam gips untuk beberapa lama akan dilapisi
eksudat dan kulit yang mati. Untuk membersihkannya dipakai minyak
pelumas kulit, kemudian dibersihkan dengan air hangat. Proses ini
berlangsung beberapa hari, cara membersihkan yang tergesa-gesa akan
menimbulkan iritasi.

Kesimpulan
Salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dari skenario, diketahui bahwa fraktur terjadi karena
pasien mengalami kecelakaan terjatuh dari sepeda motornya. Pasien datang dengan keluhan
nyeri pada lengan kanannya dan terasa baal. Dari pembahasan sebelumnya, telah diketahui
juga bahwa pasien mengalami fraktur pada regio antebrachii dextra 1/3 tengah dan jenis
frakturnya adalah fraktur tertutup.
Kompartemen sindrom terjadi karena peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah
ruang tertutup, pasien bisa merasa sangat nyeri bahkan tidak dapat menggerakkan jari tangan
maupun kakinya. Dalam penatalaksanaanya, dapat digunakan obat-obat analgesik ataupun
dengan cara memasang alat bantu pada bagian tubuh yang mengalami cedera yang akan
membantu mempercepat proses penyembuhan.

15
Daftar Pustaka

1. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif
Watampone2007.h. 352-489.
2. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Ika Wahyu, Setiowulan Wiwiek. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed 3 jilid 2, FKUI, 2008.
3. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Musckuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.2011.p411-
55
4. Corwin EJ. Buku saku patofosiologi. Ed 3. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC;
2009.
5. Editor : Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC; 2011.p959-1083.
6. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif Watampone;
2009. h. 352-489.6.
7. Nayagam S. Principles Of Frakture. Dalam : Solomon L,Warwick D, Nayagam S.
Apley’s System Of Orthopaedicd and Frakture Ninth Edition. London: Hodder Education.
2010.p687-732
8. Ningsih, Lukman N. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.2011
9. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI; 2011.p.210, 218
10. Hoppenfold, Stanley, Murthy,Vasanta.L. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Jakarta:EGC

16

Anda mungkin juga menyukai