Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health
Organization (WHO), kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan
sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Sedangkan, berdasarkan UU No. 23
Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan


kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Dengan kata lain, masyarakat mampu untuk berperan sebagai pelaku dalam
pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri, serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena
rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai
masa rawan terkena penyakit menular dan tidak menular. Dimana hampir 90 persen penyakit
berkategori penyakit tidak menular (PTM) bisa dicegah dengan melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat. Pada bagian lain, masyarakat yang makin mudah mengakses berbagai
informasi melalui media sosial, mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat menjadi
lebih kompleks dari aspek strategi komunikasi, informasi, dan edukasi. Dan karenanya, perlu
penguatan peran masyarakat untuk lebih bertanggungjawab atas derajat kesehatannya sendiri
dan fasilitasi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menyadarkan dan menumbuhkan
kemampuan upaya kesehatan berbasis masyarakat menjadi sangat penting dan harus dilakukan
secara berkesinambungan. Oleh karena itu, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pembinaan PHBS di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk mempercepat
terwujudnya rumah tangga ber-PHBS sebagai salah satu indikator Desa Sehat, Kecamatan
Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat dan Indonesia Sehat.

Selain itu, untuk dapat mewujudkan perilaku sehat dalam rumah tangga tersebut ada
banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Secara umum, Pelayanan Kesehatan dapat diartikan sebagai setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. (Levey and Loomba,
1973).

Secara umum, pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua bentuk. Pertama, pelayanan
kesehatan personal atau sering disebut juga sebagai pelayanan kedokteran yang memiliki
sasaran utama perorangan dan keluarga. Kedua, elayanan kesehatan lingkungan atau sering
disebut pula sebagai pelayanan kesehatan masyarakat yang memiliki sasaran berupa kelompok
dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan
nama pelayanan dokter keluarga atau family practice/public health service (Hodgetts dan
Cascio, 1983).

Menurut WHO, pelaku kesehatan, termasuk dokter harus memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan mampu untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada
ditengah masyarakat. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan suatu proses
dimana dalam kurun waktu yang telah ditetapkan petugas kesehatan dan petugas sector lain
dapat mengembangkan kemampuan untuk menggunakan data, melakukan analisis mengenai
suatu masalah kesehatan masyarakat yang merupakan prioritas utama dalam suatu daerah,
merencanakan dan kemudian melaksanakan pemecahan masalah tersebut dalam periode waktu
tertentu serta mengembangkan kerjasama tim yang baik.

Dalam keluarga binaan kami, Ibu Saudah, 55 tahun, sebagai kepala keluarga, memiliki
beberapa masalah kesehatan. Beberapa keluhan tersebut berupa nyeri dada yang disebabkan
penyakit jantung beberapa tahun sebelumnya dan nyeri pada dada nya tersebut muncul ketika
mendengar suara bising. Selain itu, beliau juga mengeluhkan adanya diare ketika beliau telat
untuk makan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan BB : 55 kg, Tinggi Badan : 150 cm, TD 160/90
yang menandakan Hipertensi stadium 2. Dan, asam urat didapati : 7,8 gr/dl (meningkat) serta
glukosa sebelum makan yaitu 191 mg/dl (meningkat). Beliau mengatakan, hanya memeriksa
kesehatan jika gejala yang timbul dari penyakitnya memburuk atau ketika terdapat penyuluhan
kesehatan di puskesmas terdekat.
Abdullah, 23 tahun, merupakan anak terakhir dari Ibu Saudah dengan pekerjaan sebagai
mekanik bengkel motor dan terkadang sebagai pembalap motor trail. Belum menikah dan
jarang berada di rumah. Dari penjelasan ibu Saudah, Abdullah merupakan seorang perokok
namun hanya sesekali. Tidak didapati adanya keluhan kesehatan.
Annisa murni, 15 tahun, merupakan cucu dari Ibu Saudah memiliki masalah kesehatan
yaitu alergi terhadap beberapa makanan. Memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, dan
tidak sarapan sebelum ke sekolah dikarenakan dapat menyebabkan sakit perut. Selain itu,
annisa memiliki pola tidur yang tidak teratur, dan memiliki kebiasaan tidur hanya beralaskan
matras pada malam hari.

1.2 Tujuan

Terdiri dari tujuan intruksional umum dan khusus, yaitu:

Tujuan Intruksional Umum

- Mahasiswa mampu melakukan pemecahan masalah kesehatan

Tujuan Intruksional Khusus

- Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan prioritas utama di masyarakat


- Mahasiswa mampu merancang penyelesaian atas masalah kesehatan utama di tengah
masyarakat
- Mahasiswa mampu membuat suatu perencanaan kegiatan penyelesaian masalah
kesehatan ditengah masyarakat.

1.3 Bentuk Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kelompok dengan seorang instruktur. Fome 1 ini
dilakukan sejalan dengan dilakukannya pembelajaran pada blok 2.2 sampai 2.3. Pada blok 2.2,
Minggu kedua yaitu pengarahan, minggu ketiga dan keempat dan kelima yaitu kunjungan
rumah keluarga binaan dan pada minggu ke empat blok 2.3 melakukan presentasi hasil analisis
dari keluarga binaan.
1.4 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

a. Analisis Situasi
- Mendapatkan informasi dengan cara wawancara
- Mendapatkan informasi dengan cara mengamati
- Memperhatikan Faktor yang mempengaruhi kesehatan
b. Analisis Masalah
- Analisis Status Kesehatan
- Analisis Pelayanan/upaya kesehatan
- Analisis Perilaku kesehatan
- Analisis faktor lingkungan
c. Menetapkan prioritas masalah
- Tekhnik skoring : metode hanlon
d. Menentukan penyebab masalah
- Menggunakan teknik fishbone diagram
e. Alternatif Pemecahan Masalah
a. Upaya promotif
b. Upaya preventif
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Perilaku Kesehatan


Dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan sesuatu yang berharga bahkan tidak
ternilai. Pendapat tersebut dibuktikan oleh penelitian Rokeach (1973) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa dari berbagai hal yang dianggap mempunyai nilai maka kesehatan
menduduki urutan pertama. Kesehatan bukan hanya berkaitan dengan penyakit tetapi
mempunyai dimensi yang lebih luas. Yaitu selain dimensi fisik (biologis), juga berkaitan
dengan dimensi mental (perilaku) dan sosial (lingkungan) yang keseluruhannya saling
mempengaruhi (Kaplan, dkk., 1993).
Psikologi kesehatan memberi banyak sumbangan dalam masalah karena terbukti bahwa
banyak penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau gaya hidup. Pola perilaku sehat
(behavioral health) merupakan salah satu aspek perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pemenuhan kebutuhan dasar (Sheridan, 1992). Sejalan dengan perkembangan teknologi
modern maka manusia membentuk suatu gaya hidup (lifestyle) yang mengutamakan kecepatan
mobilitas, efisiensi dan berorientasi pada target. Untuk memenuhi tuntutan gaya hidup tersebut
maka berkembang suatu gaya hidup yang tidak selalu sesuai dengan kaidah perilaku sehat.
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan dorongan ini
merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia dan
dengan adanya dorongan tersebut menimbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau
perilaku khusus yang mengarah pada tujuan (Notoatmodjo, 2007).
Sedangkan, Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan bahwa perilaku kesehatan terkait dengan :
- Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari penyakit.
- Perilaku peningkatan kesehatan.
- Perilaku gizi (makanan dan minuman).
Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) membuat perbedaan di antara
tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan, yaitu :
- Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang meyakini
dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendektesinya dalam tahap
asimptomatik.
- Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit,
untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan
mandiri yang tepat.
- Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan
kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit, hal ini
mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

Masalah kesehatan tidak lagi dipandang sebagai suatu paradigma biomedis tetapi lebih
berdasarkan pendekatan biopsikososial. Oleh karenanya pelayanan kesehatan bukan sekedar
“medical service” tetapi sebagai “public health service” yang mengacu kepada asumsi bahwa
kebutuhan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor epidemiologi, ekonomi, demografi dan
sosial. Dalam aspek sosial terkandung unsur sikap, perilaku, latar belakang sosial budaya dan
sejumlah aspek lain (Azwar, 1996).

2.2 Definisi PHBS


PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang
tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh
karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah
tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga,
meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman
penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes, 2007).
Menurut Notoatmodjo, PHBS adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Sedangkan PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Terdapat 10 indikator PHBS di rumah tangga, yaitu:
- Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
- Memberi bayi ASI Eksklusif.
- Menimbang balita setiap bulan.
- Menggunakan air bersih.
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
- Menggunakan jamban sehat.
- Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
- Makan buah dan sayur setiap hari.
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
- Tidak merokok di dalam rumah.

2.3 Epidemiologi
Berdasarkan Laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat Upaya kesehatan masyarakat
mengalami peningkatan kinerja. Cakupan rawat jalan sudah mencapai 15,26% pada tahun
2008. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 77,23% pada
tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Begitu pun cakupan pelayanan antenatal (K4)
telah meningkat dari 79,65% pada tahun 2007 menjadi 86,04% pada tahun 2008. Sedangkan
cakupan kunjungan neonatal meningkat dari 78% pada tahun 2007 menjadi 87% pada tahun
2008. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular pun mengalami peningkatan.
Cakupan nasional program imunisasi menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna.
Cakupan nasional imunisasi tahun 2008 adalah BCG 93,4%, DPT-HB3 91,6%, HB 59,2%,
Polio 90,2%, dan Campak 90,8%. Sementara itu, program perbaikan gizi masyarakat juga
meningkat kinerjanya. Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak balita usia 6-59 bulan mencapai
85% (melampaui target 80%). Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil telah mencapai
75% dari target 80%. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan terjadinya perbaikan status gizi anak
balita. Demikian juga penurunan prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007 menajdi
4,9% pada tahun 2010. Namun demikian, berdasarkan evaluasi oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dengan menggunakan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM), terdapat sejumlah daerah yang pencapaian pembangunan kesehatannya masih berada
di bawah rerata. Daerah-daerah ini disebut sebagai Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Di
Indonesia terdapat 10 provinsi yang lebih dari 50% jumlah kabupaten/kotanya masuk dalam
kriteria IPKM yang perlu mendapatkan prioritas Penanggulangan Daerah Bermasalah
Kesehatan (PDBK). Kesepuluh provinsi tersebut adalah Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Papua Barat dan Papua.
Dikutip dari National Health Research pada tahun 2013 di Indonesia, hanya sekitar
32.3% penduduk di Indonesia menerima pendidikan tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.
Penelitian yang dilakukan di beberapa Pondok Pesantren di Indonesia juga menunjukkan
PHBS pada anak pada tahun 2016, menunjukkan angka yang sangat rendah, dimana siswa/i
tersebut hanya mampu mengkonsumsi sayur dan buah (10.7%), mencuci tangan dengan benar
(47.2%), dan beraktivitas fisik (52.8%). Penemuan ini menunjukkan bahwa Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Indonesia masih rendah yang mengindikasikan kegawatan masalah hidup
bersih dan sehat yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat.
Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan beberapa masalah kesehatan yang
berkaitan dengan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu berupa infeksi parasit,
diare, penyakit kulit, dan malnutrisi yang menunjukkan angka yang cukup tinggi.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PHBS


Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku 3 faktor utama.
(Notoatmodjo, 2007:16-17), yakni:
a. Faktor-faktor Predisposing atau faktor faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya prilaku seseorang.
Faktor faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini
disebut juga faktor pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat
pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Faktor)
Faktor-faktor penguat adalah faktorfaktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

BAB III
PROMOSI KESEHATAN

3.1 Deskripsi Keluarga Binaan


3.1.1 Data Demografi Keluarga Binaan
Alamat : Dusun C, gampong Lhok Mon Puteh, Muara Dua, Lhokseumawe.
No. Telp. : 082294364106

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah

Kedudukan
Jenis Pendidikan
No. Nama Dalam Umur Pekerjaan
Kelamin Terakhir
Keluarga
1. Saudah Kepala Keluarga Perempuan 55 tahun SD IRT/Petani
2. Abdullah Anak kandung Laki-laki 23 tahun SMA Mekanik bengkel
3. Annisa Murni Cucu Perempuan 15 tahun SMP Pelajar

Keterangan : Anak pertama-kelima sudah berkeluarga dan tinggal berpisah dengan ibu Saudah.

3.1.2 Data Resiko Internal Keluarga


Tabel 2. Fungsi-fungsi dalam Keluarga

Kesimpulan pembina untuk fungsi keluarga yang


Fungsi Keluarga Penilaian
bersangkutan
Biologis 1. Bayi/balita  Ibu Saudah (55 tahun),
Adalah sikap dan perilaku 2. Ibu Ibu Saudah memiliki keluhan nyeri dada yang
keluarga selama ini dalam hamil/menyu disebabkan penyakit jantung beberapa tahun
menghadapi resiko masalah sui sebelumnya. Dari riwayat, pernah memeriksakan diri ke
biologis, pencegahan, cara 3. Lansia RSUD Cut Meutia dan melakukan Foto Thorax. Pernah
mengatasinya dan 4. Penyandang mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan untuk
beradaptasi dengan masalah cacat sakitnya, namun tidak tuntas dan memilih untuk
biologis (masalah fisik memakan buah umbi gadung ketika nyeri nya muncul.
jasmaniah). Beliau juga mengatakan bahwa nyeri pada dada nya
muncul ketika mendengar suara bising.
Beliau juga mengeluhkan adanya nyeri pada lutut.
Memiliki riwayat jatuh, namun nyeri tsb sudah ada
sebelum jatuh. Ketika nyeri lulut, beliau lebih memilih
untuk menggunakan minyak gosok cap orang Tan Poi
Sua dibandingkan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan terdekat. Selain itu, beliau juga mengeluhkan
adanya diare ketika telat makan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB : 55 kg, Tinggi
Badan : 150 cm, TD 160/90 yang menandakan
Hipertensi stadium 2. Dan, asam urat didapati : 7,8 gr/dl
(meningkat)| serta glukosa sebelum makan yaitu 191
mg/dl (meningkat).
Beliau mengatakan, hanya memeriksa kesehatan jika
gejala yang timbul dari penyakitnya memburuk atau
ketika terdapat penyuluhan kesehatan di puskesmas
terdekat.
 Abdullah (23 tahun),
Berdasarkan penjelasan ibu Saudah, Abdullah
merupakan anak terakhir dengan pekerjaan sebagai
mekanik bengkel motor dan terkadang sebagai
pembalap motor trail. Belum menikah dan jarang
berada di rumah. Dari penjelasan ibu Saudah, Abdullah
merupakan seorang perokok namun hanya sesekali.
Tidak didapati adanya keluhan.
 Annisa Murni (15 tahun),
Tidak memiliki keluhan selain ada nya alergi terhadap
tauge dan ikan, dikarenakan setelah memakan tauge dan
ikan, kaki nya menjadi sakit. Memiliki kebiasaan
makan tidak teratur, dan tidak sarapan sebelum ke
sekolah dikarenakan menyebabkan sakit perut. Pola
tidur tidak teratur, dan terkadang tidur hanya beralaskan
matras pada malam hari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, BB : 43 kg, TB : 149
cm, sesuai dengan kurva CDC 2000, dengan persentil
kurang dari garis persentil 5. TD :140/70.
Psikologis Komponen Hubungan antar keluarga yang rukun dan harmonis.
Adalah sikap dan perilaku penialian yang Segala masalah dapat diselesaikan secara bersama-
keluarga selama ini dalam digunakan sama.
membangun hub psikologis biasanya yang Berdasarkan penjelasan, pada malam hari sering
internal antar anggota dilakukan kumpul bersama dengan keluarga.
keluarga. Termasuk dalam keluarga, seperti
hal memelihara kepuasan rutinitas menjaga
psikologis seluruh anggota komunikasi
keluarga dan manajemen anggota keluarga,
keluarga dalam menghadapi dsb
masalah psikologis
Sosial Komponen  Dari segi pendidikan formal, rata- rata anggota
Adalah sikap dan perilaku penilaian yang keluarganya standart, tidak pernah melakukan
keluarga dalam digunakan adalah pendidikan informal.
mempersiapkan anggota jenjang  Komunikasi antar tetangga sekitar kurang, jarang
keluarga untuk terjun ke pendidikan berkumpul dengan warga kampung. Namun
tengah masyarakat. formal, hubungan dengan warga sekitar baik dan tidak
Termasuk didalamnya pendidikan memiliki masalah.
pendidikan formal dan informal yang  Tidak pernah mengikuti organisasi.
informal untuk dapat pernah diikuti,
mandiri. hubungan dengan
masyarakat
sekitar,keaktifan
dalam
berorganisasi,
riwayat pekerjaan,
dsb.
Ekonomi & Pemenuhan Komponen  Pencari nafkah utama adalah Ibu Saudah dengan
kebutuhan penilaian yang penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi
Adalah sikap dan perilaku digunakan bukan kebetuhan primer saja, tidak sisa untuk disimpan.
keluarga selama ini dalam hanya pemenuhan Terkadang, untuk memenuhi kebutuhan primer
usaha pemenuhan kebutuhan fisik dibantu oleh anak-anak nya.
kebutuhan primer, sekunder dan uang, namun  Abdullah juga membantu mencari nafkah menjadi
dan tertier pemenuhan mekanik bengkel motor dengan mendapatkan
kebutuhan penghasilan yang tidak menentu.
lainnya.  Anggota keluarga menggunakan BPJS sebagai
Komponen untuk asuransi kesehatan.
penilaian ekonomi  Penggunaan uang diprioritaskan untuk kebutuhan
bukan hanya primer saja.
barang elektronik,
namun termasuk
gaya hidup dan
prioritas
penggunaan uang.

Tabel 3. Perilaku Kesehatan Keluarga

Sikap & Perilaku keluarga yang Kesimpulan pembina


Perilaku
menggambarkan perilaku tersebut untuk keluarga ybs
Kebersihan pribadi &  Ibu Saudah Kebersihan pribadi dari
lingkungan Tampilan ibu saudah dapat dikatakan bersih setiap anggota keluarga
Apakah tampilan dan terawat. Gigi Ibu Saudah tampak sudah cukup baik. Untuk
individu dan menguning, kuku jari yang selalu dipotong kebersihan didalam rumah
lingkungan bersih dan bersih, pakaian yang digunakan bersih dan cukup bersih namun kurang
terawat, bagaimana sering diganti. Ibu Saudah mandi 2 kali sehari tertata dengan baik. Untuk
kebiasaan perawatan dan menggosok gigi 2 kali sehari pada pagi kebersihan lingkungan
kebersihan dan sore hari pada saat mandi. diluar rumah, kurang bersih
karena terdapat kotoran
unggas.
 Annisa Murni
Secara keseluruhan penampilan annisa murni
terawat dan bersih. Pakaian sering diganti,
gigi tidak kuning juga putih, dan kuku jari
bersih dan selalu dipotong. Mandi 2 kali sehari
dan menggosok gigi 2 kali sehari pada saat
mandi.

Kebersihan lingkungan
Didapati kebersihan lingkungan kurang tertata
dan rapi. Pada halaman depan terlihat
banyaknya kotoran dari unggas. Untuk
kebersihan di ruangan cukup baik, namun
terdapat banyak barang yang menempati
kamar dan dapur. Kamar mandi dibersihkan
dengan rutin dan sumber air yang cukup
bersih.
Pencegahan spesifik  Untuk pencegahan umumnya cukup, dapat  Perilaku pencegahan
Termasuk perilaku dilihat dari perilaku imunisasi , setiap anggota spesifik terhadap
imunisasi anggota keluarga mendapatkan imunisasi sewaktu penyakit masih buruk
keluarga, ANC, gerakan kecil, namun hanya satu kali.  Data ANC tidak
pencegahan penyakit  Untuk gerakan pencegahan penyakit lain, didapatkan
lain yang telah cukup buruk. Disebabkan karena dapat dilihat
dianjurkan. dari perilaku setiap anggota keluarga yang
jarang melakukan olahraga, makan tidak
teratur, dsb.
Gizi keluarga  Keluarga Ibu Saudah jarang melakukan Perilaku kesehatan yang
Pengaturan makanan makan bersama. Pengadaan makanan cukup baik walaupun Gizi
keluarga, mulai cara didapatkan dari hasil memasak sendiri. Bahan keluarga belum terpenuhi
pengadaan, kuantitas makanan dibeli, mengambil dari hasil sepenuhnya, karena masih
dan kualitas. tanaman yang mereka tanam ataupun diberi ada beberapa kandungan
anak nya yang berada di sekitaran rumah ibu gizi yang tidak ada pada
Saudah. Komposisi jenis makanan makanan yang disajikan
diantaranya; makanan pokok lauk-pauk dan
sayuran selalu ada.
 Untuk diet yang dianjurkan tidak ada yang
mengharuskan anggota keluarga makan-
makanan tertentu atau tidak boleh makan-
makanan tertentu.
Latihan  Latihan jasmani dan Aktifitas fisik dari setiap Latihan jasmani / aktifitas
jasmani/aktifitas fisik anggota keluarga yang kurang, disebabkan fisik kurang baik
Kegiatan seharian untuk karena kesibukan masing-masing setiap
menggambarkan anggota keluarga.
apakah sedentary life  Aktifitas fisik sehari-hari untuk ibu Saudah
atau cukup atau teratur yaitu membersihkan rumah, memasak dan jika
dalam latihan jasmani. nyeri sendi nya tidak ada, ibu Saudah
Physical exercise tidak berkebun.
selalu harus berupa  Sedangkan Abdullah dan Annisa Murni,
olahraga seperti sepak cukup baik. Keseharian nya dipenuhi dengan
bola, badminton, dsb bekerja dan sekolah. Walaupun untuk
melakukan latihan jasmani sangat jarang
dilakukan.
Penggunaan  Penggunaan pelayanan kesehatan Penggunaan pelayan
pelayanan kesehatan mengunjungi puskesdes, puskesmas muara kesehatan cukup baik.
Perilaku keluarga dua.
apakah datang ke  Penggunaan pelayanan kesehatan hanya
posyandu, puskesmas, sebagai kuratif.
dsb untuk preventif  Ada juga alternatif lain yaitu menggunakan
juga, atau hanya kuratif, obat-obatan tradisional.
atau kuratif ke  Jarak tempuh ke Puskesmas yang jauh
pengobatan membuat keluarga jarang berobat.
komplimenter dan
Kebiasaan/perilaku  Memiliki kebiasaan begadang, walaupun tidak Kebiasaan/perilaku untuk
lainnya yang buruk setiap hari. kesehatan cukup buruk
untuk kesehatan  Abdullah, memiliki kebiasaan merokok
Misalnya merokok, walaupun tidak aktif.
minum alkohol,
bergadang, dsb
sebutkan keseringannya
dan banyaknya setiap
kali dan jenis yang
dikonsumsi

3.1.3 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga

Tabel 4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan pembina untuk faktor pelayanan kesehatan


Pusat pelayanan  Puskesdes Pelayanan kesehatan yang didapatkan dirasa cukup baik.
kesehatan yang  Puskesmas Tempat pelayanan kesehatan ada yang jaraknya tidak terlalu
dipakai keluarga  Rumah Sakit jauh dengan rumah keluarga ibu Saudah yaitu puskesdes.
Cara mencapai pusat tetapi bila tempat tersebut tidak dapat menangani lebih lanjut,
pelayanan kesehatan Dikunjungi maka harus ke tempat yang lebih jauh yaitu puskesmas dan
tersebut mengharuskan ada kendaraan yang mengantar. Sehingga
Tarif pelayanan menyebabkan keluarga ibu Saudah jarang untuk
kesehatan tersebut Gratis memeriksakan kesehatan nya.
dirasakan
Kualitas pelayanan
kesehatan tersebut Biasa
dirasakan
Tabel 5. Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah : Hibah


Daerah Perumahan : Padat Bersih
Kesimpulan pembina untuk lingkungan tempat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan
tinggal
Luas Rumah : 6 x 7 m2 Rumah yang dimiliki keluarga belum cukup layak huni. Dari

Jumlah orang dalam satu rumah : 3 orang segi penerangan dan ventilasi belum memenuhi syarat. Untuk

Luas halaman rumah : 2x2 m2 kebersihan rumah sendiri sudah cukup bersih.

Tidak bertingkat
Lantai rumah dari : keramik, walaupun
sebagiannya tidak di keramik
Dinding rumah dari : tembok
Penerangan didalam rumah
Jendela
Listrik : ada
Ventilasi
Kelembapan rumah : lembap
Bantuan ventilasi didalam rumah : ada
Bila ada, yaitu : kipas angin
Kebersihan didalam rumah : cukup bersih
Tata letak barang dalam rumah : berantakan
3.2 Jadwal dan Tempat Promosi Kesehatan

3.2.1 Tanggal Pelaksanaan

Hari dan Tanggal : Kamis, 26 April 2018

Pukul : 14.00 – 16.00 WIB

Tempat : Dusun C, Gampong Lhok Mon Puteh, Muara Dua, Lhokseumawe.

3.2.2 Promosi Kesehatan


a. Edukasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat:
- Media : Menggunakan media cetak berupa poster,
menampilkan video berjudul “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.”, serta memaparkan
presentasi dalam bentuk power point dengan menggunakan bahasa aceh tentang
olahraga di usia lanjut dan konsep rumah sehat
- Berdasarkan Teknik : Metode Langsung
- Berdasarkan Jumlah Sasaran : Pendekatan Perorangan (Face to Face) untuk
memudahkan keluarga memahami pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Wawancara dan sharing, sebagai evaluasi gaya hidup dari keluarga Ibu Saudah apakah
adanya perubahan yang dilakukan setelah home visit yang kami lakukan dalam beberapa
waktu terakhir.
c. Questionnaire : pada akhir home visite, kami menanyakan 10 pertanyaan tentang PHBS
kepada keluarga ibu Saudah untuk menilai tingkat keberhasilan dan pengetahuan setelah
diberikan pemaparan sebelumnya.
3.3 Metode dan Media Promosi Kesehatan

3.3.1 Metode Promosi Kesehatan

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari
bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa
berarti " jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu". Metode adalah
cara teratur/sistematis yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.

Sedangkan, istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan


dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti: Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan
pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya
dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk
memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu
mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi,yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.

- Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap


seseorang.
- Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang
mendukung terjadinya perubahan perilaku.
- Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk
mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan peraturan, surat
keputusan.

Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan


pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.”. Hal tersebut tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.

Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus
mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam
Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan
kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.

Jenis metode promosi kesehatan yang kami gunakan pada saat home visite yaitu: Metode
Individual (Perorangan). Metode individual (perorangan) adalah metode yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut.
Agar promosi kesehatan dapat mencapai tujuan dan mampu untuk membantu sesuai dengan
masalah yang dihadapi keluarga binaan, kami menggunakan cara yaitu berupa:

- Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling): Dengan cara ini kontak antara
klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali
dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

- Interview (wawancara) : Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui
apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang
diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu dilakukan penyuluhan
dan promosi yang lebih mendalam lagi.

3.3.2 Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap
kesehatan.

Jenis media promosi kesehatan yang kami gunakan yaitu :

- Media Cetak yaitu berupa poster. Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan
gambar-gambar dengan sedikit kata-kata.
- dan Media Elektronik yaitu video dan dalam bentuk presentasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan dari bab I sampai dengan bab III,
dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi di dalam keluarga binaan adalah
PHBS. Dilihat dari berbagai factor, yaitu :

- Faktor resiko lingkungan fisik dan penyakit


Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan masalah terdapat pada keluarga binaan kami.
Dapat dilihat dari Tatanan rumah yang kurang bersih dan rapi, serta ventilasi dan
pencahayaan yang kurang, dapat membuat kondisi rumah semakin kurang sehat.
- Faktor resiko lingkungan biologis dan penyakit
Kondisi kesehatan keluarga juga dalam keadaan kurang baik. Hampir setiap anggota
keluarga memiliki masalah kesehatan masing-masing. Banyak faktor yang berperan,
baik itu karena pola hidup dan lingkungan yang kurang baik sehingga dapat
bermanifestasi menjadi keluhan yang dialami keluarga binaan kami.
- Faktor resiko lingkungan sosial dan penyakit
Secara keseluruhan keadaan sosial dari keluarga binaan kami dalam keadaan cukup baik
dan tidak terdapat masalah walaupun interaksi antara warga jarang dilakukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan rumah dan lingkungan serta perilaku hidup
sehat mereka dapat dikategorikan sebagai kurang baik yang dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang keadaan rumah dan perilaku setiap anggota keluarga.

Namun, pada akhir home visit kami, setelah dilakukan promosi kesehatan dengan
menggunakan metode perorangan dan media cetak dan elektronik, didapatkan pengetahuan
akan PHBS terutama di rumah tangga. Keberhasilan dapat dilihat dari beberapa pertanyaan
yang kami ajukan pada akhir sesi home visit. Dan didapatkan dari 10 pertanyaan yang
ditanyakan kepada keluarga Ibu Saudah, dapat terjawab: peranyaan. Dan, juga dapat
terlihat pada akhir kunjungan baik tatanan rumah dan perabotan mulai tertata dengan baik
dan bersih.

4.2 Saran
Untuk mahasiswa yang akan melakukan kegiatan FOME selanjutnya:

a. Untuk menyediakan waktu yang cukup untuk melakukan anamnesis secara lengkap
dengan keluarga agar didapatkan hasil/data yang akurat dan memuaskan.
b. Berperilaku sopan dan tidak menyinggung perasaan keluarga ketika melakukan
kunjungan.
c. Berpakaian yang rapi dan tidak terlalu mencolok ketika melakukan kunjungan.
d. Jelaskan secara jelas tujuan kedatangan ke keluarga binaan agar tidak menimbulkan
salah persepsi antara kedua belah pihak.
e. Lakukan kunjungan secara berkala agar pencapaian yang diharapkan dapat tercapai.

Untuk Pemerintah:

a. Pemerintah setempat harus dapat membantu dan meminimalisir tentang masalah


ekonomi keluarga.
b. Pemerintah agar lebih membantu dan menimilisirkan dampak bencana alam terhadap
kesehatan.
c. Memberikan penyuluhan lebih berkala tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.
d. Melakukan pengecekan kesehatan secara berkala.

Untuk keluarga Binaan:

a. Keluarga harus lebih berperan aktif dalam membantu memberikan dorongan untuk
selalu berperilaku hidup bersih dan juga sehat
b. Keluarga diharapkan untuk lebih terbuka tentang masalah kesehatan keluarga kepada
mahasiswa/i.
c. Keluarga diharapkan mampu untuk menerima saran secara lebih terbuka.

Untuk institusi terkait Universitas Malikussaleh:

a. Agar menyediakan fasilitas penunjang yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka
Depkes RI. 2009. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Depkes RI. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Depkes RI. 2017. Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Susanto, Tatut. 2016. School health promotion: A cross-sectional study on Clean and
Healthy Living Program Behavior (CHLB) among Islamic Boarding Schools in
Indonesia Volume 3. Indonesia: Health Services Department

Universitas Malikussaleh. 2017. Buku Panduan Skill Lab FOME I Tahap Akademik

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai