PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health
Organization (WHO), kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan
sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Sedangkan, berdasarkan UU No. 23
Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena
rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai
masa rawan terkena penyakit menular dan tidak menular. Dimana hampir 90 persen penyakit
berkategori penyakit tidak menular (PTM) bisa dicegah dengan melakukan perilaku hidup
bersih dan sehat. Pada bagian lain, masyarakat yang makin mudah mengakses berbagai
informasi melalui media sosial, mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat menjadi
lebih kompleks dari aspek strategi komunikasi, informasi, dan edukasi. Dan karenanya, perlu
penguatan peran masyarakat untuk lebih bertanggungjawab atas derajat kesehatannya sendiri
dan fasilitasi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menyadarkan dan menumbuhkan
kemampuan upaya kesehatan berbasis masyarakat menjadi sangat penting dan harus dilakukan
secara berkesinambungan. Oleh karena itu, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pembinaan PHBS di Rumah Tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk mempercepat
terwujudnya rumah tangga ber-PHBS sebagai salah satu indikator Desa Sehat, Kecamatan
Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, Provinsi Sehat dan Indonesia Sehat.
Selain itu, untuk dapat mewujudkan perilaku sehat dalam rumah tangga tersebut ada
banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Secara umum, Pelayanan Kesehatan dapat diartikan sebagai setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. (Levey and Loomba,
1973).
Secara umum, pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua bentuk. Pertama, pelayanan
kesehatan personal atau sering disebut juga sebagai pelayanan kedokteran yang memiliki
sasaran utama perorangan dan keluarga. Kedua, elayanan kesehatan lingkungan atau sering
disebut pula sebagai pelayanan kesehatan masyarakat yang memiliki sasaran berupa kelompok
dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya adalah keluarga disebut dengan
nama pelayanan dokter keluarga atau family practice/public health service (Hodgetts dan
Cascio, 1983).
Menurut WHO, pelaku kesehatan, termasuk dokter harus memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan mampu untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada
ditengah masyarakat. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat merupakan suatu proses
dimana dalam kurun waktu yang telah ditetapkan petugas kesehatan dan petugas sector lain
dapat mengembangkan kemampuan untuk menggunakan data, melakukan analisis mengenai
suatu masalah kesehatan masyarakat yang merupakan prioritas utama dalam suatu daerah,
merencanakan dan kemudian melaksanakan pemecahan masalah tersebut dalam periode waktu
tertentu serta mengembangkan kerjasama tim yang baik.
Dalam keluarga binaan kami, Ibu Saudah, 55 tahun, sebagai kepala keluarga, memiliki
beberapa masalah kesehatan. Beberapa keluhan tersebut berupa nyeri dada yang disebabkan
penyakit jantung beberapa tahun sebelumnya dan nyeri pada dada nya tersebut muncul ketika
mendengar suara bising. Selain itu, beliau juga mengeluhkan adanya diare ketika beliau telat
untuk makan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan BB : 55 kg, Tinggi Badan : 150 cm, TD 160/90
yang menandakan Hipertensi stadium 2. Dan, asam urat didapati : 7,8 gr/dl (meningkat) serta
glukosa sebelum makan yaitu 191 mg/dl (meningkat). Beliau mengatakan, hanya memeriksa
kesehatan jika gejala yang timbul dari penyakitnya memburuk atau ketika terdapat penyuluhan
kesehatan di puskesmas terdekat.
Abdullah, 23 tahun, merupakan anak terakhir dari Ibu Saudah dengan pekerjaan sebagai
mekanik bengkel motor dan terkadang sebagai pembalap motor trail. Belum menikah dan
jarang berada di rumah. Dari penjelasan ibu Saudah, Abdullah merupakan seorang perokok
namun hanya sesekali. Tidak didapati adanya keluhan kesehatan.
Annisa murni, 15 tahun, merupakan cucu dari Ibu Saudah memiliki masalah kesehatan
yaitu alergi terhadap beberapa makanan. Memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, dan
tidak sarapan sebelum ke sekolah dikarenakan dapat menyebabkan sakit perut. Selain itu,
annisa memiliki pola tidur yang tidak teratur, dan memiliki kebiasaan tidur hanya beralaskan
matras pada malam hari.
1.2 Tujuan
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kelompok dengan seorang instruktur. Fome 1 ini
dilakukan sejalan dengan dilakukannya pembelajaran pada blok 2.2 sampai 2.3. Pada blok 2.2,
Minggu kedua yaitu pengarahan, minggu ketiga dan keempat dan kelima yaitu kunjungan
rumah keluarga binaan dan pada minggu ke empat blok 2.3 melakukan presentasi hasil analisis
dari keluarga binaan.
1.4 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
a. Analisis Situasi
- Mendapatkan informasi dengan cara wawancara
- Mendapatkan informasi dengan cara mengamati
- Memperhatikan Faktor yang mempengaruhi kesehatan
b. Analisis Masalah
- Analisis Status Kesehatan
- Analisis Pelayanan/upaya kesehatan
- Analisis Perilaku kesehatan
- Analisis faktor lingkungan
c. Menetapkan prioritas masalah
- Tekhnik skoring : metode hanlon
d. Menentukan penyebab masalah
- Menggunakan teknik fishbone diagram
e. Alternatif Pemecahan Masalah
a. Upaya promotif
b. Upaya preventif
BAB II
LANDASAN TEORI
Masalah kesehatan tidak lagi dipandang sebagai suatu paradigma biomedis tetapi lebih
berdasarkan pendekatan biopsikososial. Oleh karenanya pelayanan kesehatan bukan sekedar
“medical service” tetapi sebagai “public health service” yang mengacu kepada asumsi bahwa
kebutuhan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor epidemiologi, ekonomi, demografi dan
sosial. Dalam aspek sosial terkandung unsur sikap, perilaku, latar belakang sosial budaya dan
sejumlah aspek lain (Azwar, 1996).
2.3 Epidemiologi
Berdasarkan Laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat Upaya kesehatan masyarakat
mengalami peningkatan kinerja. Cakupan rawat jalan sudah mencapai 15,26% pada tahun
2008. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 77,23% pada
tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Begitu pun cakupan pelayanan antenatal (K4)
telah meningkat dari 79,65% pada tahun 2007 menjadi 86,04% pada tahun 2008. Sedangkan
cakupan kunjungan neonatal meningkat dari 78% pada tahun 2007 menjadi 87% pada tahun
2008. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular pun mengalami peningkatan.
Cakupan nasional program imunisasi menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna.
Cakupan nasional imunisasi tahun 2008 adalah BCG 93,4%, DPT-HB3 91,6%, HB 59,2%,
Polio 90,2%, dan Campak 90,8%. Sementara itu, program perbaikan gizi masyarakat juga
meningkat kinerjanya. Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak balita usia 6-59 bulan mencapai
85% (melampaui target 80%). Pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil telah mencapai
75% dari target 80%. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan terjadinya perbaikan status gizi anak
balita. Demikian juga penurunan prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007 menajdi
4,9% pada tahun 2010. Namun demikian, berdasarkan evaluasi oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan dengan menggunakan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM), terdapat sejumlah daerah yang pencapaian pembangunan kesehatannya masih berada
di bawah rerata. Daerah-daerah ini disebut sebagai Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Di
Indonesia terdapat 10 provinsi yang lebih dari 50% jumlah kabupaten/kotanya masuk dalam
kriteria IPKM yang perlu mendapatkan prioritas Penanggulangan Daerah Bermasalah
Kesehatan (PDBK). Kesepuluh provinsi tersebut adalah Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Papua Barat dan Papua.
Dikutip dari National Health Research pada tahun 2013 di Indonesia, hanya sekitar
32.3% penduduk di Indonesia menerima pendidikan tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.
Penelitian yang dilakukan di beberapa Pondok Pesantren di Indonesia juga menunjukkan
PHBS pada anak pada tahun 2016, menunjukkan angka yang sangat rendah, dimana siswa/i
tersebut hanya mampu mengkonsumsi sayur dan buah (10.7%), mencuci tangan dengan benar
(47.2%), dan beraktivitas fisik (52.8%). Penemuan ini menunjukkan bahwa Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Indonesia masih rendah yang mengindikasikan kegawatan masalah hidup
bersih dan sehat yang dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat.
Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan beberapa masalah kesehatan yang
berkaitan dengan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu berupa infeksi parasit,
diare, penyakit kulit, dan malnutrisi yang menunjukkan angka yang cukup tinggi.
BAB III
PROMOSI KESEHATAN
Kedudukan
Jenis Pendidikan
No. Nama Dalam Umur Pekerjaan
Kelamin Terakhir
Keluarga
1. Saudah Kepala Keluarga Perempuan 55 tahun SD IRT/Petani
2. Abdullah Anak kandung Laki-laki 23 tahun SMA Mekanik bengkel
3. Annisa Murni Cucu Perempuan 15 tahun SMP Pelajar
Keterangan : Anak pertama-kelima sudah berkeluarga dan tinggal berpisah dengan ibu Saudah.
Kebersihan lingkungan
Didapati kebersihan lingkungan kurang tertata
dan rapi. Pada halaman depan terlihat
banyaknya kotoran dari unggas. Untuk
kebersihan di ruangan cukup baik, namun
terdapat banyak barang yang menempati
kamar dan dapur. Kamar mandi dibersihkan
dengan rutin dan sumber air yang cukup
bersih.
Pencegahan spesifik Untuk pencegahan umumnya cukup, dapat Perilaku pencegahan
Termasuk perilaku dilihat dari perilaku imunisasi , setiap anggota spesifik terhadap
imunisasi anggota keluarga mendapatkan imunisasi sewaktu penyakit masih buruk
keluarga, ANC, gerakan kecil, namun hanya satu kali. Data ANC tidak
pencegahan penyakit Untuk gerakan pencegahan penyakit lain, didapatkan
lain yang telah cukup buruk. Disebabkan karena dapat dilihat
dianjurkan. dari perilaku setiap anggota keluarga yang
jarang melakukan olahraga, makan tidak
teratur, dsb.
Gizi keluarga Keluarga Ibu Saudah jarang melakukan Perilaku kesehatan yang
Pengaturan makanan makan bersama. Pengadaan makanan cukup baik walaupun Gizi
keluarga, mulai cara didapatkan dari hasil memasak sendiri. Bahan keluarga belum terpenuhi
pengadaan, kuantitas makanan dibeli, mengambil dari hasil sepenuhnya, karena masih
dan kualitas. tanaman yang mereka tanam ataupun diberi ada beberapa kandungan
anak nya yang berada di sekitaran rumah ibu gizi yang tidak ada pada
Saudah. Komposisi jenis makanan makanan yang disajikan
diantaranya; makanan pokok lauk-pauk dan
sayuran selalu ada.
Untuk diet yang dianjurkan tidak ada yang
mengharuskan anggota keluarga makan-
makanan tertentu atau tidak boleh makan-
makanan tertentu.
Latihan Latihan jasmani dan Aktifitas fisik dari setiap Latihan jasmani / aktifitas
jasmani/aktifitas fisik anggota keluarga yang kurang, disebabkan fisik kurang baik
Kegiatan seharian untuk karena kesibukan masing-masing setiap
menggambarkan anggota keluarga.
apakah sedentary life Aktifitas fisik sehari-hari untuk ibu Saudah
atau cukup atau teratur yaitu membersihkan rumah, memasak dan jika
dalam latihan jasmani. nyeri sendi nya tidak ada, ibu Saudah
Physical exercise tidak berkebun.
selalu harus berupa Sedangkan Abdullah dan Annisa Murni,
olahraga seperti sepak cukup baik. Keseharian nya dipenuhi dengan
bola, badminton, dsb bekerja dan sekolah. Walaupun untuk
melakukan latihan jasmani sangat jarang
dilakukan.
Penggunaan Penggunaan pelayanan kesehatan Penggunaan pelayan
pelayanan kesehatan mengunjungi puskesdes, puskesmas muara kesehatan cukup baik.
Perilaku keluarga dua.
apakah datang ke Penggunaan pelayanan kesehatan hanya
posyandu, puskesmas, sebagai kuratif.
dsb untuk preventif Ada juga alternatif lain yaitu menggunakan
juga, atau hanya kuratif, obat-obatan tradisional.
atau kuratif ke Jarak tempuh ke Puskesmas yang jauh
pengobatan membuat keluarga jarang berobat.
komplimenter dan
Kebiasaan/perilaku Memiliki kebiasaan begadang, walaupun tidak Kebiasaan/perilaku untuk
lainnya yang buruk setiap hari. kesehatan cukup buruk
untuk kesehatan Abdullah, memiliki kebiasaan merokok
Misalnya merokok, walaupun tidak aktif.
minum alkohol,
bergadang, dsb
sebutkan keseringannya
dan banyaknya setiap
kali dan jenis yang
dikonsumsi
Jumlah orang dalam satu rumah : 3 orang segi penerangan dan ventilasi belum memenuhi syarat. Untuk
Luas halaman rumah : 2x2 m2 kebersihan rumah sendiri sudah cukup bersih.
Tidak bertingkat
Lantai rumah dari : keramik, walaupun
sebagiannya tidak di keramik
Dinding rumah dari : tembok
Penerangan didalam rumah
Jendela
Listrik : ada
Ventilasi
Kelembapan rumah : lembap
Bantuan ventilasi didalam rumah : ada
Bila ada, yaitu : kipas angin
Kebersihan didalam rumah : cukup bersih
Tata letak barang dalam rumah : berantakan
3.2 Jadwal dan Tempat Promosi Kesehatan
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari
bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa
berarti " jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu". Metode adalah
cara teratur/sistematis yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi,yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus
mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Dalam
Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi pembangunan
kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Jenis metode promosi kesehatan yang kami gunakan pada saat home visite yaitu: Metode
Individual (Perorangan). Metode individual (perorangan) adalah metode yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut.
Agar promosi kesehatan dapat mencapai tujuan dan mampu untuk membantu sesuai dengan
masalah yang dihadapi keluarga binaan, kami menggunakan cara yaitu berupa:
- Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling): Dengan cara ini kontak antara
klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali
dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
- Interview (wawancara) : Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui
apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang
diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu dilakukan penyuluhan
dan promosi yang lebih mendalam lagi.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap
kesehatan.
- Media Cetak yaitu berupa poster. Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan
gambar-gambar dengan sedikit kata-kata.
- dan Media Elektronik yaitu video dan dalam bentuk presentasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan dari bab I sampai dengan bab III,
dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi di dalam keluarga binaan adalah
PHBS. Dilihat dari berbagai factor, yaitu :
Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan rumah dan lingkungan serta perilaku hidup
sehat mereka dapat dikategorikan sebagai kurang baik yang dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang keadaan rumah dan perilaku setiap anggota keluarga.
Namun, pada akhir home visit kami, setelah dilakukan promosi kesehatan dengan
menggunakan metode perorangan dan media cetak dan elektronik, didapatkan pengetahuan
akan PHBS terutama di rumah tangga. Keberhasilan dapat dilihat dari beberapa pertanyaan
yang kami ajukan pada akhir sesi home visit. Dan didapatkan dari 10 pertanyaan yang
ditanyakan kepada keluarga Ibu Saudah, dapat terjawab: peranyaan. Dan, juga dapat
terlihat pada akhir kunjungan baik tatanan rumah dan perabotan mulai tertata dengan baik
dan bersih.
4.2 Saran
Untuk mahasiswa yang akan melakukan kegiatan FOME selanjutnya:
a. Untuk menyediakan waktu yang cukup untuk melakukan anamnesis secara lengkap
dengan keluarga agar didapatkan hasil/data yang akurat dan memuaskan.
b. Berperilaku sopan dan tidak menyinggung perasaan keluarga ketika melakukan
kunjungan.
c. Berpakaian yang rapi dan tidak terlalu mencolok ketika melakukan kunjungan.
d. Jelaskan secara jelas tujuan kedatangan ke keluarga binaan agar tidak menimbulkan
salah persepsi antara kedua belah pihak.
e. Lakukan kunjungan secara berkala agar pencapaian yang diharapkan dapat tercapai.
Untuk Pemerintah:
a. Keluarga harus lebih berperan aktif dalam membantu memberikan dorongan untuk
selalu berperilaku hidup bersih dan juga sehat
b. Keluarga diharapkan untuk lebih terbuka tentang masalah kesehatan keluarga kepada
mahasiswa/i.
c. Keluarga diharapkan mampu untuk menerima saran secara lebih terbuka.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2009. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2017. Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2016. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Susanto, Tatut. 2016. School health promotion: A cross-sectional study on Clean and
Healthy Living Program Behavior (CHLB) among Islamic Boarding Schools in
Indonesia Volume 3. Indonesia: Health Services Department
Universitas Malikussaleh. 2017. Buku Panduan Skill Lab FOME I Tahap Akademik
Lampiran