Anda di halaman 1dari 2

Beliau menunjukkan kepada mereka bagaimana menjalani hidup secara

manusiawi dan tidak membiarkan mereka mengabaikan kewajiban agama dan


menjadi manja. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan mereka untuk hari
kemudian. Keseimbangannya yang sempurna dalam soal itu adalah dimensi lain dari
inteleknya yang diilhami oleh Ilahi.
Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh Muslim, Anas ibn Malik, yang
SMP MUHAMMADIYAH MUNTILAN menjadi pelayan Rasulullah saw. selama 10 tahun, mengatakan:” aku tidak pernah
melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota keluarganya selain
Edisi : 38/Tahun V/Shafar 1438 H. – November 2016 M.
Muhammad SAW”.
KEWIBAWAAN RASULULLAH DALAM BERKELUARGA Nabi dikaruniai banyak istri bukan semata-mata karena hawa nafsu, tapi
karena untuk memberi nafkah secara terhormat kepada wanita dan janda yang tiada
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad saw. adalah sosok daya. Pernikahan ini tidak ada hubungannya dengan pemuasan diri, keinginan
manusia yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi pribadi atau nafsu. Ini semua sama sekali bukan perbuatan bersenang-senang, tetapi
umat manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat tindakan disiplin diri.
baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga,
sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi SISTEM PEMBINAAN RUMAH TANGGA RASULULLAH saw.
mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya.
Dalam keluarganya beliau berperan sebagai seorang ayah, suami dan Kebiasaan Rasul pada waktu pagi adalah mengunjungi istri-istrinya untuk
pemimpin rumah tangga. Beliau sangat kerap membantu istrinya dalam mengerjakan memberikan petuah dan menanamkan ajaran agama. Sedangkan waktu untuk
pekerjaan rumah tangga. Dalam buku Insan kamil karangan Dr. Sayyid Muhammad mengobrol atau bercumbu, beliau biasa melakukannya pada malam hari. Kalau
Alwy al-Maliky, disebutkan bahwa Al-‘Aswad datang bertanya kepada ‘Aisyah apakah sedang berada di rumah, beliau sering membantu istrinya. Tentang sifatnya di rumah,
yang dikerjakan Nabi SAW bila ada di rumah? ‘Aisyah menjawab: “Ia membantu ‘Aisyah mengomentari: “Beliau tidak pernah memukul siapa pun, baik itu istri-istrinya
istrinya, hingga apabila datang waktu shalat, maka ditinggalkannya apa yang maupun pembantunya”. Ketika diajukan pertanyaan apa saja yang dilakukannya di
dikerjakan. Beliau bukan orang yang congkak. Bahkan beliau mengerjakan sendiri rumah, ‘Aisyah menjelaskan: “ Beliau selalu siap membantu istrinya. Jika tiba waktu
apa yang diperlukan. Imam Ahmad dalam Musnad dari ‘Aisyah berkata, “bahkan Nabi shalat, beliau langsung beranjak untuk menunaikan shalat tersebut. Rasul sering
SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti halnya orang menjahit sendiri pakaiannya yang sobek atau sandalnya, mengisi ember, memeras
lain mengerjakannya”. susu kambing, dan melayani dirinya sendiri bila mau makan. Pekerjaan sampingan
Nabi Muhammad SAW mempersonifikasikan peran dari ayah dan suami yang tersebut dilakukannya pada waktu-waktu tertentu, terkadang dikerjakannya sendiri
sempurna. Dia sangat baik dan toleran terhadap istri-istrinya sehingga mereka tak atau bersama istrinya, meskipun dia punya pembantu.” Selain itu, Rasulullah juga
bisa membayangkan hidup tanpa dirinya, dan mereka tidak ingin jauh darinya. ternyata sering bercanda dengan istrinya, terutama dengan ‘Aisyah.
Rasulullah saw. adalah kepala keluarga yang sempurna. Menangani banyak Adapun mengenai keadilan terhadap istri-istrinya, hal itu tampak sekali dalam
wanita dengan tenang, menjadi kekasih hati mereka, pembimbing pikiran mereka, beberapa kejadian. Misalnya, apabila rasul akan bepergian (yang tidak mungkin
pendidik jiwa mereka dan sekaligus tidak lupa dengan persoalan umatnya atau dilakukan dengan semua istri-istrinya), beliau mengundi mereka. Tak pernah
mengabaikan tugasnya. Rasulullah sangat unggul dalam segala aspek sekalipun beliau menentukan langsung atau memilih salah seorang diantara mereka.
kehidupannya. Keadilan Rasul juga tampak dalam hal menggilir istri-istri. Riwayat yang bersumber
Beliau adalah suami yang luar biasa, ayah yang sempurna, dan kakek yang dari ‘Aisyah menyebutkan bahwa beliau tidak pernah mengistimewakan sebagian
istimewa dalam banyak hal. Beliau memperlakukan anak cucunya dengan kasih mereka dalam hal giliran. Selain itu, beliau juga selalu adil dalam pemberian nafkah
saying yang besar, dan tidak pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat dan membagi cinta kasihnya pada para istri.
dan mengajak mereka beramal baik. Beliau tersenyum pada mereka, merawat dan Rasulullah saw. memang merupakan profil seorang suami dengan sifat-
mencintai mereka. Dalam persoalan duniawi beliau sangat terbuka, tapi jika sifatnya yang utama, penuh keteladanan, berwibawa, dan sangat santun. Tetapi itu
berhubungan dengan Allah, Beliau sangat serius dan bermartabat. bukan berarti dalam rumahtangga nabi sama sekali tidak pernah terjadi konflik.
Rumah tangga nabi, sebagaimana rumah tangga yang lain, sering diwarnai gejolak
konflik, seperti kemarahan salah satu pihak atau kecemburuan. Abu Dawud dan An- keputusan tertinggi. Rumah tangga pun menjadi sangat tidak stabil dan konflik yang
Nasa’i meriwayatkan bahwasanya ‘Aisyah becerita: “Aku belum pernah menemukan terjadi seringkali berakhir perceraian.
orang yang pandai memasak (untuk nabi, dan disuruhnya seseorang untuk Bagaimanapun, keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang mau tidak mau,
mengantarkannya pada beliau ) kecuali Shafiah, padahal nabi sedang gilirannya di pasti akan butuh adanya pemimpin. Ini bukan persoalan bias gender atau tradisi
rumahku. Darahku naik bagaikan memenuhi rongga dadaku sampai terasa sesak dan patriarkhi, tetapi kenyataan watak kebutuhan dari sebuah organisasi bernama
tubuhku gemetar. Akibat perasaan cemburu yang tak terkendalikan itu, maka segera keluarga yang tak mungkin bisa kita pungkiri. Oleh karena itu, sangat tepat sekali
kubanting mangkoknya yang berisi makanan itu.” Menanggapi kecemburuan ‘Aisyah ajaran Islam yang mengajarkan dan menetapkan bahwa suami berfungsi sebagai
itu, nabi dengan sangat bijak hanya berkata dengan tenang: “Piring harus diganti pemimpin rumah tangga. Hanya saja, dalam hal menjalankan fungsi
piring, makanan harus diganti makanan”. kepemimpinannya, seorang suami harus mampu bersikap bijak dan adil,
‘Aisyah memang sangat pencemburu, terutama dengan Khadijah yang selalu sebagaimana yang tampak dalam pribadi rasul. Suami juga tidak boleh menindas
disanjung nabi. ‘Aisyah bercerita: “Pernah suatu kali nabi menyanjung Khadijah di istrinya, membuatnya tertekan, apalagi sampai menyakitinya secara fisik.
depanku. Maka meledaklah lahar cemburu dalam hatiku. Lalu aku mengatakan Apabila kita mampu menerapkan prinsip-prinsip pembinaan rumah tangga
kepadanya: Bukankah dia hanya seorang perempuan tua bangka tak bergairah? nabi dalam kehidupan rumah tangga modern, maka maraknya persoalan pertikaian
Kelebihan apakah yang dimiliki perempuan itu? Padahal Allah telah meberikan dan perceraian dalam kehidupan berkeluarga akan dapat teratasi Abu Ya’la
gantinya untukmu yang lebih dalam segala-galanya dibanding dia? Mendengar meriwayatkan dari Aisyah. Ia pernah berkata “Aku mendatangi Rasulullah sambil
ucapanku, Rasul marah tak terkira, sampai anak rambut di bagian dahinya membawa tepung yang sudah kumasak, lalu aku berkata kepada Saudah, dan beliau
meremang lantaran kemarahan yang luar biasa itu. Kemudian beliau berkata: Tidak!! berada diantara diriku dan Saudah. ‘Makanlah’, namun Saudah enggan. Maka aku
Demi Allah tidak! Allah tidak pernah menggantikannya dengan seorang perempuan berkata lagi, ‘Kamu makan atau harus aku polesi wajahmu dengan tepung ini!’,
lain yang lebih baik dari Khadijah. (Tahukah kau) dia beriman kepadaku tatkala orang Saudah tetap enggan. Tidak mau makan. Maka kuletakkan tangunku didalam tepung
lain menentang risalahku.” (HR. Ibnu Atsir). dan kupolesi wajah saudah dengannya, Rasulullah tertawa melihat tingkah kami
Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, konflik yang berdua. Beliau meletakkan tangannya didalam tepung seraya berkata, ‘Ayo polesi
sangat besar terjadi ketika para istri nabi mengelompokkan diri menjadi dua kubu wajah Aisyah!’, sambil tertawa kepada Saudah.”
yang saling bermusuhan satu sama lain. Kelompok pertama ialah ‘Aisyah beserta Sudah kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang
sekutunya, yaitu Hafsah, Shafiyah, dan Saudah. Sedangkan kelompok yang kedua sempurna. Beliau mempunyai sifat-sifat yang bisa dijadikan panutan bagi semua
dipimpin oleh Ummu Salamah dengan para anggota: Zainab, Ummu Habibah, dan umat manusia. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik
Juwairiyah. Dua kelompok ini timbul karena api cemburu dan berbagai latar belakang pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam
lainnya. Terhadap hal ini, nabi pun menyikapinya dengan sangat bijak dan sabar lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya.
hingga akhirnya dua kubu tersebut dapat diperdamaikan. Dalam keluarganya beliau berperan sebagai seorang ayah, suami dan
Begitulah, dalam membina rumah tangganya, fungsi seorang suami sebagai pemimpin rumah tangga. Beliau sangat kerap membantu istrinya dalam mengerjakan
pemimpin rumah tangga sangat nyata dipraktekkan oleh rasul. Beliau selalu pekerjaan rumah tangga. Beliau bukan orang yang congkak. Bahkan beliau
mendengar aspirasi para istrinya, tetapi pengambilan keputusan tertinggi dan mengerjakan sendiri apa yang diperlukan. Imam Ahmad dalam Musnad dari Aisyah,
kewenangan mengatur rumah tangga tetap ada padanya. Acap kali istri-istri beliau bahkan Nabi SAW menjahit baju dan memperbaiki sandalnya sendiri. Bekerja seperti
mempergunakan kebebasan dalam berbicara, sedangkan beliau mendengarkan, halnya orang lain mengerjakannya.
menjawab, dan menyampaikan pendidikan. Sebagai seorang pemimpin rumah Beliau adalah suami yang luar biasa, ayah yang sempurna, dan kakek yang
tangga, rasul selalu berusaha membimbing dan mengarahkan seluruh anggota istimewa dalam banyak hal. Beliau memperlakukan anak cucunya dengan kasih
keluarganya untuk bertakwa kepada Allah. Inilah mengapa rumah tangga rasul, sayang yang besar, dan tidak pernah lupa untuk membimbing mereka menuju akhirat
meskipun sering terjadi konflik intern, tetap utuh dan stabil. Pemandangan ini sangat dan mengajak mereka beramal baik. Beliau tersenyum pada mereka, merawat dan
kontras perbedaannya dengan apa yang terjadi dewasa ini sebagai akibat arus mencintai mereka. Dalam persoalan duniawi beliau sangat terbuka, tapi jika
feminisme ajaran barat, dimana fungsi kepemimpinan suami sudah tidak ada lagi berhubungan dengan Allah, beliau sangat serius dan bermartabat.
dalam rumah tangga. Akibat hilangnya fungsi kepemimpinan suami itu, maka dalam Wallahu a’lam bishshawab. Walhamdulillahi rabbil ‘alamiin.
rumah tangga tidak ada lagi pihak yang punya kewenangan untuk mengambil

Anda mungkin juga menyukai