BST Herpes
BST Herpes
HERPES ZOSTER
oleh:
Zulherman 1210311021
Preseptor:
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2018
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster (shingles) adalah infeksi
varisela-zoster laten yang timbul lagi. Setelah masa gatal singkat atau rasa sakit di
muncul bercak merah yang cepat sekali berubah menjadi papul dan vesikel. Yang
lebih sering terkena adalah dermatom torakal dan servikal. Apabila mengenai
cabang optalmik dari saraf trigeminal,bisa menyebabkan radang kornea dan dapat
berakibat kebutaan. Setelah 1-2 minggu, krusta akan mulai lepas. Lebih dari 10%
sakit di area yang telah sembuh). Ini bisa berlangsung dari hanya beberapa bulan
sampai tahun.1
Herpes zoster sebaliknya bisa juga menyerang orang yang sehat, terutama
lansia, namun lebih sering menimpa orang yang menderita penyakit parah dan
infeksi HIV. Ini merupakan indikator awal atas terjangkitnya infeksi HIV di
1.2 Definisi
varisela- zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
2
1.3 Sinonim
1.4 Epidemiologi
yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.2
primer muncul sebagai varicella (cacar atau), penyakit ini menular dan biasanya
dorsalis menyebabkan erupsi kulit yang disebut "herpes zoster" (atau "shingles").
zoster. Kejadian tahunan herpes zoster adalah sekitar 1,5 sampai 3,0 kasus per
1000 orang. Sebuah kejadian 2,0 kasus per 1000 orang akan diartikan terdapat
lebih dari 500.000 kasus setiap tahun di Amerika Serikat. Bertambahnya usia
adalah faktor risiko utama untuk terjadinya herpes zoster, kejadian herpes zoster
pada orang tua dari usia 75 tahun melebihi 10 kasus per 1000 orang/ tahun.
3
Faktor risiko herpes zoster diperantarai oleh cell mediated immunity
dan penerima transplantasi organ berada di risiko tinggi untuk terjadinya herpes
zoster. Namun, hal yang mendasari terjadinya kanker tidak dibenarkan pada orang
kejadian 29,4 kasus herpes zoster per 1000 orang-tahun di antara HIV-seropositif
orang, seperti dibandingkan dengan 2,0 kasus per 1000 orang-tahun di antara
HIV-seronegatif kontrol. Karena herpes zoster mungkin terjadi pada orang yang
pada pasien tanpa faktor risiko jelas untuk herpes zoster (Misalnya, orang sehat
1.5 Etiologi
air) dan zoster (shingles). Tiga genotipe dari α-herpesvirus telah diidentifi kasi
1.6 Patogenesis
Selama perjalanan dari varicella, VZV lewat melalui lesi di kulit dan
permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara sentripetal sampai
laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi paling sering pada
4
dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang diinervasi oleh saraf oftalmikus
infektivitas penuh, reaktivasi bias sewaktu-waktu dan jarang, infeksi virus tdak
tampak saat fase laten. Mekanisme yang terlibat dalam reaktivasi VZV laten tidak
dorsalis, atau struktur yang berdekatan, trauma lokal, manipulasi bedah tulang
belakang , dan sinusitis frontalis (sebagai endapan zoster oftalmica). Yang paling
penting adalah penurunan kekebalan seluler VZV spesifik yang terjadi dengan
bertambahnya usia 3
yang jelas. Jumlah kecil yang dilepaskan antigen virus selama reaktivasi tersebut,
VZV.3
kritis, reakticasi virus tidak terkandung lagi. Virus berkembang biak dan
parah, sebuah proses yang sering disertai dengan neuralgia parah. Infeksi VZV
neuritis parah, dan dilepaskan dari saraf sensorik yang berakhir di kulit, di mana
5
leptomeningitis lokal, pleocyosis cairan serebrospinal, dan myelitis segmental.
Infeksi motor neuron di kornu anterior dan radang akun akar saraf anterior untuk
palsi lokal yang mungkin menyertai erosi kulit, dan infeksi berkelanjutan dalam
Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer
dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi
kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun
Nyeri adalah gejala utama dari herpes zoster. Didahului dengan gejala
ini dan umumnya disertai ruam, dan gejala ini sering berlanjut walau ruam sudah
6
sembuh, dengan komplikasi yang dikenal sebagai postherpetic neuralgia (PHN).
Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf di
ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih terasa
nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan
selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan dapat
saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN. Kerusakan saraf aferen
primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka terhadap rangsangan perifer
dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang berlebihan dan impuls ektopik mungkin,
pusat itu berbahaya. Pada klinis, ini dinamakan allodynia (nyeri dan / atau sensasi
yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak
menyakitkan (sentuhan ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak ada
sama sekali. 3
manifestasi PHN yang dibentuk di awal perjalanan dari hepes zoster. Hali ini akan
menjelaskan korelasi antara keparahan nyeri awal dan adanya nyeri prodormal
dengan perkembangan selanjutnya dari PHN, dan kegagalan terapi antivirus untuk
mencegah PHN. 3
7
Patogenesis PHN3
Stadium prodromal :
Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena
Stadium erupsi :
Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari
kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain
8
adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama.
Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis
Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi
penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat
persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi
pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh
9
Dermatome Tubuh10
nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga
cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya.2
10
Dermatome Wajah11
(3)
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan
Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang
singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.2
11
Herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental
ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang
soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada
orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma
malignum.2
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini
nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari –hari. Kecenderungan ini dijumpai
1.8 Diagnosis
dan relatif sulit untuk pulih dari penyeka lesi kulit. Sebuah uji direct
tambahan keuntungan dari biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih cepat.
12
reaction techniques yang berguna untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di
smear, namun jumlah lesi biasanya lebih terbatas dan derajat nyeri substansialnya
kurang. Persiapan selain Tzanck, uji DFA lebih disukai untuk kultur virus, karena
cepat, identifikasi jenis virus, dan memiliki hasil yang lebih akurat. Bila
dibandingkan pada VZV, Tzanck smear adalah 75% positif (sampai dengan 10%
Bagian atas dari dermis, dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi
selama HSV. Inflamasi dan perubahan degeneratif juga dicatat dalam serabut
ganglia posterior dan serabut saraf dorsalis yang terkena. Lesi sesuai dengan
sistem persarafan dari ganglon saraf yang terkena, dengan nekrosis sel-sel saraf.5
13
1.9 Diagnosis banding
(3)
14
vesikula, yang umur dari lesi tersebut tidak sama. Kulit
sekitar lesi eritematus. Pada anamnesa ada kontak
dengan penderita varisela atau herpes zoster. Khas pada
infeksi virus pada vesikula ada bentukan umbilikasi
(delle) yaitu vesikula yang ditengah nya cekung
kedalam. Distribusinya bersifat sentripetal.(7)
(3)
15
(3)
(3)
16
a. Nodul eritematus, akibat serangga memasukkan
(menyuntikkan) bahan – bahan berbahaya ke dalam
kulit yang menyebabkan keradangan.
b. Dermatitis kontak iritan, akibat cairan yang
dikeluarkan serangga waktu berbenturan /
bersentuhan dengan kulit.
1.10 Penatalaksanaan
Sistemik
1. Obat Antivirus
Obat antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat
17
2. Analgetik
Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukkan respon yang baik terhadap
opioid (kodein, morfin, atau oksikodon) untuk pasien dengan nyeri kronik
Topikal
1. Analgetik topikal
Kompres
(Caladryl) untuk lesi akut untuk kurangi nyeri dan pruritus. Kompres
Bubuk aspirin dalam kloroform atau etil eter, krim endometasin dan
2. Anestetik Lokal
Pendekatan seperti infiltrasi lokal subkutan, blok saraf perifer, ruang para
18
Pencegahan
Indikasi :
1.11 Komplikasi
Adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari
hilang timbulndan bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena
panas maupun dingin. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
Infeksi sekunder.
keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi
Disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster pada cabang pertama pada
Selain itu, virus dapat menyerang cabang kedua (N.Maxilaris) dan cabang ketiga
zoster pada kulit telinga, liang telinga ataupun keduanya, diakibatkan oleh
gangguan nervus fasialis dan nervus optikus, sehingga memberikan gejala paralisa
otot muka ( paralisa bell ), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat ;persarafan,
genikulatum.9
Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi.
20
1.12 Prognosis
21
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur/Tanggal Lahir : 60 tahun/16 Januari 1958
No. MR : 01011241
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan guru SD
Alamat : Bangko, Jambi
Status perkawinan : Janda
Negeri asal : Jambi
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 04 April 2018
Anamnesis
Seorang pasien perempuan usia 60 tahun dirawat di bagian rawat inap
penyakit dalam, dikonsulkan ke bagian kulit dan kelamin RSUP Dr M Djamil
tanggal 04 April 2018 dengan:
Keluhan Utama
Timbul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak merah disertai
rasa nyeri dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri
sejak 5 hari sejak masuk rumah sakit.
22
Demam tidak tinggi dan tidak menggigil dirasakan sejak 5 hari dirawat
Rumah Sakit.
Gelembung-gelembung berisi cairan di tempat lain tidak ada.
Tidak terdapat gangguan pendengaran, gerakan otot wajah, gangguan
pengecapan, dan pusing berputar pada pasien.
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak ± 10 hari yang lalu, sehingga pasien
kurang tidur. Sejak ± 6 hari yang lalu pasien dirawat di bagian penyakit dalam
RSUP Dr M Djamil.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat cacar air sewaktu kecil ada, yaitu pada usia 6 tahun.
Tidak pernah menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga dan disekitar lingkungan pasien yang
menderita keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat pengobatan
Pasien mendapat pengobatan furosemid, aspilet, lansoprazol, dan
candesartan sebagai terapi sasak pasien dan paracetamol 500 mg yang diminum
Pemeriksaan Fisik
Status generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Nafas : 21 kali/menit
Berat badan : 60 kg
23
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 24,97 kg/m2
Status gizi : Overweight
Suhu : 37,0 0C
Mata : Tidak anemis, sklera tidak ikterik
Toraks
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
Status Dermatologikus
Lokasi : Bawah lipatan payudara bawah sebelah kiri hingga
punggung sebelah kiri
Distribusi : Terlokalisir, unilateral, segmental setingggi torakal 6-7
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Herpetiformis
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Vesikel dan bula berkelompok diatas plak eritem
24
Foto Pasien:
25
Status venereologikus : tidak dilakukan pemeriksaan
Kelainan selaput : tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku : tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan
Kelainan KGB regional : tidak ditemukan kelainan
Resume
Timbul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak merah disertai rasa
nyeri dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri
sejak 5 hari sejak masuk rumah sakit.
Awalnya ± 5 hari yang lalu muncul bercak-bercak merah yang terasa gatal
dan nyeri seperti ditusuk-tusuk dibawah lipatan payudara sebelah kiri. Satu
hari kemudian muncul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak
merah tersebut. Gelembung-gelembung tersebut semakin banyak dan
menyebar sampai ke punggung kiri.
Demam tidak tinggi dan tidak menggigil dirasakan sejak 5 hari dirawat
Rumah Sakit.
Riwayat cacar air sewaktu kecil ada, yaitu pada usia 6 tahun.
Gelembung-gelembung berisi cairan di tempat lain tidak ada.
Gangguan pendengaran, gerakan otot wajah, gangguan pengecapan, dan
pusing berputar pada pasien tidak ada.
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak ± 10 hari yang lalu, sehingga pasien
kurang tidur. Sejak ± 6 hari yang lalu pasien dirawat di bagian penyakit
dalam RSUP Dr M Djamil.
Pasien mendapat pengobatan furosemid, aspilet, lansoprazol, dan candesartan
sebagai terapi sasak pasien dan paracetamol 500 mg yang diminum saat
demam dari dokter bagian penyakit dalam.
Diagnosa kerja
Diagnosis sekunder
Tzank test
Pemeriksaan Anjuran
Diagnosis
Diagnosis sekunder
27
Terapi
Umum
pakaian.
- Istirahat yang cukup pada masa aktif sampai semua lesi sudah menjadi
krusta
seimbang
Khusus
Sistemik
Topikal
berkelompok
Prognosis
28
Resep
dr. Zul dan Arfan
SIP : 124/Dinkes/2018
Praktek umum
Alamat : Jalan Abdul Muiz no 16B, Jati, Padang
Hari praktek : Senin s/d Jumat
Jam praktek : 17.00 s/d 21.00
No telepon : 081263820928
Pro : Ny. R
Umur : 60 tahun
Alamat: Bangko, Jambi
29
BAB 3
PEMBAHASAN
yang umumnya terbatas di satu dermatom. Pada kasus ini pasien dengan identitas
Ny. R, seorang wanita berusia 60 tahun. Pasien dikonsulkan oleh bagian penyakit
nyeri dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri sejak 5
hari dirawat di rumah sakit. Awalnya ± 5 hari yang lalu muncul bercak-bercak
merah yang terasa gatal dan nyeri seperti ditusuk-tusuk dibawah lipatan payudara
dan menyebar sampai ke punggung kiri. Demam tidak tinggi dan tidak menggigil
stadium awal dari herpes zoster adalah stadium prodromal yang biasanya ditandai
dengan rasa nyeri pada dermatom yang terkena disertai dengan panas, malaise dan
nyeri kepala.7,8
Kemudian timbul nyeri dan lama-kelamaan timbul bintil – bintil berisi air
bergerombol, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa stadium
erupsi ditandai dengan mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang
setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus,
30
sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan
lain adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama.7,8
Lokasi dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri
dan tidak didapatkan pada bagian tubuh lainnya, hal ini sesuai dengan pustaka
yang menyatakan bahwa lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya
yang masih utuh akan mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2 minggu.
Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua yang dapat
dermatom.7
Pada kasus diatas pasien mendapat terapi berupa Asyclovir 5x800 mg peroral
selama 7 hari, vitamin B complex 3x1 tab, dan asam mefenamat 500 mg bila
nyeri. Pada pasien diberikan juga terapi topikal yaitu dengan pemberian Bedak
salisil 2% diberikan pada vesikel atau bula yang masih utuh untuk mencegah
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Djuanda Prof, Kosasih, Wiryadi, et al, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Hal. 110 – 112 Penyakit Virus oleh Ronny P. Handoko, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
7. Barakbah, Pohan, Sukanto, et al, 2007, Atlas Penyakit Kulit & Kelamin
cetakan kedua Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Hal 14-19,
Surabaya, Airlangga University Press
8. Murtiastutik. Dwi, 2005, Pedoman Diagnostik Dan Terapi RSU Dr. Soetomo
edisi III, hal 56-58, Surabaya
32