Anda di halaman 1dari 32

Bed Site Teaching

HERPES ZOSTER

oleh:

Zulherman 1210311021

Arfan Gifari 1210313058

Preseptor:

Dr. dr. Qaira Anum, Sp. KK(K), FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMIL

PADANG

2018
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendahuluan

Herpes zoster adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi

vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral

yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster (shingles) adalah infeksi

varisela-zoster laten yang timbul lagi. Setelah masa gatal singkat atau rasa sakit di

sepanjang salah satu atau kadang-kadang pada beberapa dermatom di tubuh,

muncul bercak merah yang cepat sekali berubah menjadi papul dan vesikel. Yang

lebih sering terkena adalah dermatom torakal dan servikal. Apabila mengenai

cabang optalmik dari saraf trigeminal,bisa menyebabkan radang kornea dan dapat

berakibat kebutaan. Setelah 1-2 minggu, krusta akan mulai lepas. Lebih dari 10%

pasien mengalami neuralgia pascaherpetik (rasa panas terbakar berkelanjutan atau

sakit di area yang telah sembuh). Ini bisa berlangsung dari hanya beberapa bulan

sampai tahun.1

Herpes zoster sebaliknya bisa juga menyerang orang yang sehat, terutama

lansia, namun lebih sering menimpa orang yang menderita penyakit parah dan

infeksi HIV. Ini merupakan indikator awal atas terjangkitnya infeksi HIV di

kalangan orang-orang usia muda.1

1.2 Definisi

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus

varisela- zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan

reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.2

2
1.3 Sinonim

Dampa, cacar ular (2), shingles (3,4,5)

1.4 Epidemiologi

Penyebaran herpes zoster sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti

yang diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah

penderita mendapat varisela. Kadang – kadang varisela ini berlangsung subklinis.

Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara

aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.2

Virus varicella-zoster menyebabkan dua sindrom yang berbeda. Infeksi

primer muncul sebagai varicella (cacar atau), penyakit ini menular dan biasanya

terjadi pada anak-anak. Reaktivasi virus varicella-zoster laten di serabut ganglia

dorsalis menyebabkan erupsi kulit yang disebut "herpes zoster" (atau "shingles").

Penurunan virus-specific cell-mediated immune(CMI) responses terjadi alamiah

pada proses penuaan yang menyebabkan immunosuppressive illness atau

perawatan medis, yang meningkatkan terjadinya shingles.6

Lebih dari 90 persen orang dewasa di Amerika Serikat memiliki bukti

serologis terinfeksi virus varicella-zoster dan beresiko untuk terjadinya herpes

zoster. Kejadian tahunan herpes zoster adalah sekitar 1,5 sampai 3,0 kasus per

1000 orang. Sebuah kejadian 2,0 kasus per 1000 orang akan diartikan terdapat

lebih dari 500.000 kasus setiap tahun di Amerika Serikat. Bertambahnya usia

adalah faktor risiko utama untuk terjadinya herpes zoster, kejadian herpes zoster

pada orang tua dari usia 75 tahun melebihi 10 kasus per 1000 orang/ tahun.

Selama hidup risiko terkena herpes zoster diperkirakan 10 sampai 20 persen. 6

3
Faktor risiko herpes zoster diperantarai oleh cell mediated immunity

(CMI). Pasien dengan penyakit neoplastik (khususnya kanker

lymphoproliferative), pengguna obat imunosupresif (termasuk kortikosteroid),

dan penerima transplantasi organ berada di risiko tinggi untuk terjadinya herpes

zoster. Namun, hal yang mendasari terjadinya kanker tidak dibenarkan pada orang

sehat yang mengalami herpes zoster.6

Herpes zoster terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi di antara

orang-orang yang seropositif untuk human immunodeficiency virus (HIV) dari

kalangan mereka yang seronegatif. Sebuah studi longitudinal menunjukkan suatu

kejadian 29,4 kasus herpes zoster per 1000 orang-tahun di antara HIV-seropositif

orang, seperti dibandingkan dengan 2,0 kasus per 1000 orang-tahun di antara

HIV-seronegatif kontrol. Karena herpes zoster mungkin terjadi pada orang yang

terinfeksi HIV yang dinyatakan asimtomatik, pengujian serologi mungkin tepat

pada pasien tanpa faktor risiko jelas untuk herpes zoster (Misalnya, orang sehat

yang lebih muda dari usia 50 tahun). 6

1.5 Etiologi

Varicella zoster virus (VZV) adalah penyebab diantara varicella (cacar

air) dan zoster (shingles). Tiga genotipe dari α-herpesvirus telah diidentifi kasi

dan terbukti memiliki variasi geografis.4

1.6 Patogenesis

Selama perjalanan dari varicella, VZV lewat melalui lesi di kulit dan

permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara sentripetal sampai

serabut saraf sensorik ke ganglia sensoris. Di ganglia, virus membentuk infeksi

laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi paling sering pada

4
dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang diinervasi oleh saraf oftalmikus

dari ganglia sensoris trigeminal dari T1 ke L2.3

Walaupun virus laten di ganglia mempertahankan potensi untuk

infektivitas penuh, reaktivasi bias sewaktu-waktu dan jarang, infeksi virus tdak

tampak saat fase laten. Mekanisme yang terlibat dalam reaktivasi VZV laten tidak

jelas, namun reaktivasi telah dikaitkan dengan immunosupresi, stres emosional,

iradiasi dari sumsum tulang belakang, keterlibatan tumor, serabut ganglion

dorsalis, atau struktur yang berdekatan, trauma lokal, manipulasi bedah tulang

belakang , dan sinusitis frontalis (sebagai endapan zoster oftalmica). Yang paling

penting adalah penurunan kekebalan seluler VZV spesifik yang terjadi dengan

bertambahnya usia 3

VZV juga dapat mengaktifkan kembali tanpa menghasilkan penyakit

yang jelas. Jumlah kecil yang dilepaskan antigen virus selama reaktivasi tersebut,

diharapkan dapat merangsang dan mempertahankan system kekebalan tubuh

VZV.3

Ketika kekebalan seluler VZV spesifik berada pada beberapa tingkat

kritis, reakticasi virus tidak terkandung lagi. Virus berkembang biak dan

menyebar di dalam ganglion, menyebabkan nekrosis neuronal dan peradangan

parah, sebuah proses yang sering disertai dengan neuralgia parah. Infeksi VZV

kemudian menyebar secara antidromikal menuruni saraf sensorik, menyebabkan

neuritis parah, dan dilepaskan dari saraf sensorik yang berakhir di kulit, di mana

ia menghasilkan karakteristik dari vesikel zoster. Penyebaran infeksi ganglionic

proksimal sepanjang akar saraf posterior ke meninges dan hasil serabut di

5
leptomeningitis lokal, pleocyosis cairan serebrospinal, dan myelitis segmental.

Infeksi motor neuron di kornu anterior dan radang akun akar saraf anterior untuk

palsi lokal yang mungkin menyertai erosi kulit, dan infeksi berkelanjutan dalam

sistem saraf pusat (SSP) dapat mengakibatkan komplikasi herpes zoster

(meningoenchepalitis, myelitis melintang).3

Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer

varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV tetap

dalam fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi

kekebalan tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun

melalui saraf sensorik, dan direplikasi di kulit.3

Patogenesa Nyeri pada Herpes Zoster dan Postherpetic Neuralgia

Nyeri adalah gejala utama dari herpes zoster. Didahului dengan gejala

ini dan umumnya disertai ruam, dan gejala ini sering berlanjut walau ruam sudah

6
sembuh, dengan komplikasi yang dikenal sebagai postherpetic neuralgia (PHN).

Sejumlah mekanisme yang berbeda tetapi tumpang tindih tampaknya terlibat

dalam patogenesis nyeri pada herpes zoster dan PHN.3

Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf di

ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih terasa

nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan

neuropeptida yang disebabkan oleh rentetan berkelanjutan dari impuls afferent

selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan dapat

menyebabkan cedera eksitotoksik dan hilangnya hambatan interneuron di sumsum

tulang belakang. Kerusakan neuron di sumsum tulang belakang, ganglion dan

saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN. Kerusakan saraf aferen

primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka terhadap rangsangan perifer

dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang berlebihan dan impuls ektopik mungkin,

menurunkan sesitivitas SSP. penambahan dan perpanjangan rangsangat pada

pusat itu berbahaya. Pada klinis, ini dinamakan allodynia (nyeri dan / atau sensasi

yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak

menyakitkan (sentuhan ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak ada

sama sekali. 3

Perubahan anatomi dan Fisiologi bertanggung jawab terhadap

manifestasi PHN yang dibentuk di awal perjalanan dari hepes zoster. Hali ini akan

menjelaskan korelasi antara keparahan nyeri awal dan adanya nyeri prodormal

dengan perkembangan selanjutnya dari PHN, dan kegagalan terapi antivirus untuk

mencegah PHN. 3

7
Patogenesis PHN3

1.7 Gejala klinis

Terbagi menjadi tiga stadium antara lain : 7

 Stadium prodromal :

Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena

disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.

 Stadium erupsi :

Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari

akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan

kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain
8
adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama.

Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis

tengah dari tubuh.

 Stadium krustasi :

Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2

minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua

yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.7,8

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi

baru yang tetap timbul brlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa

resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat

juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi

penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat

persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi

pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion

kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena

member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh

karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau

nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).2

9
Dermatome Tubuh10

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama

nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga

cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya.2

10
Dermatome Wajah11

(3)

Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan

otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan

kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinnitus, vertigo, gangguan

pendengaran, nistagmus dan nausea, juga terdapat gangguan pengecapan. 2

Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang

singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.2

11
Herpes zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental

ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang

soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada

orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma

malignum.2

Neuralgia pascahepatik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah

bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini

dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi

nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari –hari. Kecenderungan ini dijumpai

pada orang yang mendapat herpes zoster diatas usia 40 tahun.2

1.8 Diagnosis

Teknik yang sama digunakan untuk mendiagnosis varicella dan

digunakan untuk mendiagnosa herpes zoster juga. Tampilan klinis seringkali

cukup untuk menegakkan diagnosis, dan pada hapusan Tzanck dapat

mengkonfirmasi kecurigaan klinis.(5,6,9). Namun, lokasi atau penampilan dari lesi

kulit mungkin atipikal (terutama di immunocompromised pasien) sehingga

membutuhkan konfirmasi laboratorium.6

Kultur virus adalah dimungkin, tetapi virus varicella-zoster itu labil

dan relatif sulit untuk pulih dari penyeka lesi kulit. Sebuah uji direct

imunofluorescence lebih sensitif dibandingkan kultur virus dan memiliki

tambahan keuntungan dari biaya yang lebih murah dan waktu yang lebih cepat.

Seperti kultur virus, direct imunofluorescence assay dapat membedakan infeksi

virus herpes simplex dengan infeksi virus varisela-zoster. Polymerase-chain-

12
reaction techniques yang berguna untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di

cairan dan jaringan.6

Tzanck smear dan Direct Immunoflouscene assay6

Herpes simplex zosteriform bisa dengan hasil positif untuk Tzanck

smear, namun jumlah lesi biasanya lebih terbatas dan derajat nyeri substansialnya

kurang. Persiapan selain Tzanck, uji DFA lebih disukai untuk kultur virus, karena

cepat, identifikasi jenis virus, dan memiliki hasil yang lebih akurat. Bila

dibandingkan pada VZV, Tzanck smear adalah 75% positif (sampai dengan 10%

false-positif dan variabilitas yang tinggi, tergantung pada keterampilan edema

interseluler dan intraseluler.5

Bagian atas dari dermis, dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi

perivaskular limfosit dan leukosit polimorfonuklear, Limfosit atipikal mungkin

juga ditemukan. Sebuah vaskulitis leukocytoclastic mendasari kesan infeksi VZV

selama HSV. Inflamasi dan perubahan degeneratif juga dicatat dalam serabut

ganglia posterior dan serabut saraf dorsalis yang terkena. Lesi sesuai dengan

sistem persarafan dari ganglon saraf yang terkena, dengan nekrosis sel-sel saraf.5

13
1.9 Diagnosis banding

Herpes Simpleks Definisi : Penyakit akut yang ditandai dengan


timbulnya vesikula yang berkelompok diatas dasar
eritema, berulang, mengenai permukaan mukokutaneus.
Etiologi : Disebabkan oleh virus herpes simplex.
Gejala klinis :Lesi primer didahului gejala prodromal
berupa rasa panas ( terbakar ) dan gatal. Setelah timbul
lesi dapat terjadi demam, malaise dan nyeri otot.
Predileksi : mukosa
Status dermatologi : berupa vesikel yang mudah
pecah, erosi, ulcus dangkal bergerombol di atas dasar
eritema dan disertai rasa nyeri. Predileksi pada wanita
antara lain labium mayor, labium minor, klitoris,
vagina, serviks dan anus. Pada laki-laki antara lain di
batang penis, glans penis dan anus. Ekstragenital yaitu
hidung, bibir, lidah, palatum dan faring.(9)

(3)

Varisella Definisi : vesikula yang tersebar, terutama menyerang


anak-anak, bersifat mudah menular
Etiologi : virus Varisela zoster.
Predileksi : Paling banyak di badan, kemudian muka,
kepala dan ekstremitas.
Gejala Klinis : Pada stadium prodomal timbul banyak
makula atau papula yang cepat berubah menjadi

14
vesikula, yang umur dari lesi tersebut tidak sama. Kulit
sekitar lesi eritematus. Pada anamnesa ada kontak
dengan penderita varisela atau herpes zoster. Khas pada
infeksi virus pada vesikula ada bentukan umbilikasi
(delle) yaitu vesikula yang ditengah nya cekung
kedalam. Distribusinya bersifat sentripetal.(7)

(3)

Dermatitis Kontak Definisi : Dermatitis yang disebabkan terpaparnya kulit


Alergika
dengan bahan yang bersifat sebagai alergen. Disini ada
riwayat alergi dan merupakan paparan ulang.
Predileksi : Seluruh tubuh
Status dermatologis : Dapat akut, subakut dan kronis.
Lesi akut berupa lesi polimorf yaitu tampak makula
yang eritematus, batas tidak jelas pada efloresensi dan
diatas makula yang eritematus terdapat papul, vesikel,
bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.(9)

15
(3)

Dermatitis Definisi : Dermatitis yang bersifat kronis dan rasa gatal


herpetivormis
yang sangat dengan kekambuhan yang tinggi.
Status dermatologi : berupa berupa lesi polimorf yang
bergerombol pada dasar yang eritematus.
Predileksi : pada kepala, kuduk, lipatan ketiak bagian
belakang, sakrum, bokong dan lengan bawah.
(9)
Distribusinya simetris, akut dan polimorf.

(3)

Dermatitis Definisi : Dermatitis venenata adalah kelainan akibat


Venenata
gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi
terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan
arthropoda penyerang
Predileksi : Seluruh tubuh
Status Dermatologis : Berupa eritema, edema, panas,
nyeri, bisa berbentuk papula, pustule, maupun krusta. (9)
Terdapat 2 macam lesi yang diakibatkan oleh gigitan
serangga, yaitu : (1)

16
a. Nodul eritematus, akibat serangga memasukkan
(menyuntikkan) bahan – bahan berbahaya ke dalam
kulit yang menyebabkan keradangan.
b. Dermatitis kontak iritan, akibat cairan yang
dikeluarkan serangga waktu berbenturan /
bersentuhan dengan kulit.

1.10 Penatalaksanaan

Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan

nyeri secepat mungkin dengan cara membatasi replikasi virus, sehingga

mengurangi kerusakan saraf lebih lanjut.

 Sistemik

1. Obat Antivirus

Obat antivirus terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat

keparahan nyeri herpes zoster akut. Efektivitasnya dapat mencegah NPH

masih kontroversial. Bioavailabilitas asiklovir hanya 15-20% , lebih

rendah dibandingkan valasiklovir (65%) dan famsiklovir (77%). Antivirus

famsiklovir 3 x 500 mg atau valasiklovir 3 x 1000 mg atau asiklovir 5 x

800 mg diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama 7 hari.

17
2. Analgetik

Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukkan respon yang baik terhadap

AINS (asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak), atau analgetik non

opioid (parasetamol, tramadol, asam mefenamat), kadang diperlukan

opioid (kodein, morfin, atau oksikodon) untuk pasien dengan nyeri kronik

yang hebat. Kombinasi parasetamol dengan kodein 30-60 mg.

3. Antidepresan dan antikonvulsan

Asiklovir dengan antidepresan trisiklik atau gabapentin sejak awal

mengurangi prevalensi NPH.

 Topikal

1. Analgetik topikal

Kompres

Kompres teerbuka dengan solusio Burrowi dan solusio Callamin

(Caladryl) untuk lesi akut untuk kurangi nyeri dan pruritus. Kompres

dengan Solusio Burrowi (alumunium asetat 5 %) dilakukan 4-6 kali/hari

selama 30-60 menit. Kompres dingin juga sering digunakan.

Antiinflamasi non steroid (AINS)

Bubuk aspirin dalam kloroform atau etil eter, krim endometasin dan

diklofenak banyak dipakai. Aspirin dalam etil eter dapat menghilangkan

nyeri dalam beberapa jam.

2. Anestetik Lokal

Pendekatan seperti infiltrasi lokal subkutan, blok saraf perifer, ruang para

vertebrae, dan blok simpatis.

18
Pencegahan

Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain)

Indikasi :

- usia tua (>60 tahun)

- pasien imunokompromais dengan penyakit kronik 7

1.11 Komplikasi

 Neuralgia paska herpetik.

Adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari

sebulan setelah penyakitnay sembuh. Neuralgia ini dapat berlangsung selama

berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Nyeri bisa dirasakan terus-menerus atau

hilang timbulndan bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena

panas maupun dingin. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,

persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur

penderita maka semakin tinggi persentasenya.9

 Infeksi sekunder.

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa

komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V.,

keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi

ulkus dengan jaringan nekrotik.2

 Kelainan pada mata.

Disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster pada cabang pertama pada

nervus trigeminus (N. Ophtalmicus) sehingga menimbulkan kelainan pada mata.

Selain itu, virus dapat menyerang cabang kedua (N.Maxilaris) dan cabang ketiga

(N.Mandibularis) yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya.


19
Kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis,

korioratinitis dan neuritis optic.9

 Ramsay Hunt Sindrom

Paralisa wajah akut yang disertai dengan vesikel-vesikel virus herpes

zoster pada kulit telinga, liang telinga ataupun keduanya, diakibatkan oleh

gangguan nervus fasialis dan nervus optikus, sehingga memberikan gejala paralisa

otot muka ( paralisa bell ), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat ;persarafan,

tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea juga terdapat

gangguan pengecapan. Herpes zoster ini terjadi bila mengenai ganglion

genikulatum.9

 Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat

perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang

berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi.

Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh,

ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.2

20
1.12 Prognosis

Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis

bergantung pada tindakan perawatan secara dini.2,9

21
BAB 2

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. R
Umur/Tanggal Lahir : 60 tahun/16 Januari 1958
No. MR : 01011241
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan guru SD
Alamat : Bangko, Jambi
Status perkawinan : Janda
Negeri asal : Jambi
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 04 April 2018

Anamnesis
Seorang pasien perempuan usia 60 tahun dirawat di bagian rawat inap
penyakit dalam, dikonsulkan ke bagian kulit dan kelamin RSUP Dr M Djamil
tanggal 04 April 2018 dengan:

Keluhan Utama
Timbul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak merah disertai
rasa nyeri dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri
sejak 5 hari sejak masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


 Awalnya ± 5 hari yang lalu muncul bercak-bercak merah yang terasa gatal dan
nyeri seperti ditusuk-tusuk dibawah lipatan payudara sebelah kiri. Satu hari
kemudian muncul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak merah
tersebut. Gelembung-gelembung tersebut semakin banyak dan menyebar
sampai ke punggung kiri.

22
 Demam tidak tinggi dan tidak menggigil dirasakan sejak 5 hari dirawat
Rumah Sakit.
 Gelembung-gelembung berisi cairan di tempat lain tidak ada.
 Tidak terdapat gangguan pendengaran, gerakan otot wajah, gangguan
pengecapan, dan pusing berputar pada pasien.
 Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak ± 10 hari yang lalu, sehingga pasien
kurang tidur. Sejak ± 6 hari yang lalu pasien dirawat di bagian penyakit dalam
RSUP Dr M Djamil.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat cacar air sewaktu kecil ada, yaitu pada usia 6 tahun.
 Tidak pernah menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga dan disekitar lingkungan pasien yang
menderita keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat pengobatan
Pasien mendapat pengobatan furosemid, aspilet, lansoprazol, dan

candesartan sebagai terapi sasak pasien dan paracetamol 500 mg yang diminum

saat demam dari dokter bagian penyakit dalam.

Riwayat sosial ekonomi

 Pasien seorang pensiunan guru SD

 Pasien bertempat tinggal di Bangko, Jambi

Pemeriksaan Fisik

Status generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 86 kali/menit
Nafas : 21 kali/menit
Berat badan : 60 kg
23
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 24,97 kg/m2
Status gizi : Overweight
Suhu : 37,0 0C
Mata : Tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Tidak ada kelainan

Toraks

Paru

Inspeksi : simetris kiri = kanan, normochest

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba 2 jari lateral LMCS RIC V

Auskultasi : irama regular, bising tidak ada

Abdomen : Hepar dan Lien tidak teraba. Bising usus + Normal


Ekstremitas : CRT < 2 detik
KGB regional : tidak teraba pembesaran KGB.

Status Dermatologikus
Lokasi : Bawah lipatan payudara bawah sebelah kiri hingga
punggung sebelah kiri
Distribusi : Terlokalisir, unilateral, segmental setingggi torakal 6-7
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Herpetiformis
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Vesikel dan bula berkelompok diatas plak eritem
24
Foto Pasien:

25
Status venereologikus : tidak dilakukan pemeriksaan
Kelainan selaput : tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku : tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan
Kelainan KGB regional : tidak ditemukan kelainan

Resume
 Timbul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak merah disertai rasa
nyeri dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri
sejak 5 hari sejak masuk rumah sakit.
 Awalnya ± 5 hari yang lalu muncul bercak-bercak merah yang terasa gatal
dan nyeri seperti ditusuk-tusuk dibawah lipatan payudara sebelah kiri. Satu
hari kemudian muncul gelembung-gelembung berisi cairan diatas bercak
merah tersebut. Gelembung-gelembung tersebut semakin banyak dan
menyebar sampai ke punggung kiri.
 Demam tidak tinggi dan tidak menggigil dirasakan sejak 5 hari dirawat
Rumah Sakit.
 Riwayat cacar air sewaktu kecil ada, yaitu pada usia 6 tahun.
 Gelembung-gelembung berisi cairan di tempat lain tidak ada.
 Gangguan pendengaran, gerakan otot wajah, gangguan pengecapan, dan
pusing berputar pada pasien tidak ada.
 Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak ± 10 hari yang lalu, sehingga pasien
kurang tidur. Sejak ± 6 hari yang lalu pasien dirawat di bagian penyakit
dalam RSUP Dr M Djamil.
 Pasien mendapat pengobatan furosemid, aspilet, lansoprazol, dan candesartan
sebagai terapi sasak pasien dan paracetamol 500 mg yang diminum saat
demam dari dokter bagian penyakit dalam.
Diagnosa kerja

Herpes zoster setinggi dermatom T6-T7 Sinistra

Diagnosis sekunder

CHF functional class II


26
Diagnosa banding

Tidak ada diagnosis banding pada pasien ini.

Pemeriksaan Laboratorium Rutin

Tzank test

Ditemukan adanya sel datia berinti banyak.

Pemeriksaan Anjuran

Tidak diperlukan pemeriksaan anjuran pada pasien ini.

Diagnosis

Herpes zoster setinggi dermatom T6-T7 Sinistra

Diagnosis sekunder

CHF functional class II

27
Terapi

Umum

- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit, faktor resiko, penyebab,

dan tatalaksana dan prognosa dari herpes zoster.

- Memakai pakaian longgar untuk menghindari gesekan lesi dengan

pakaian.

- Istirahat yang cukup pada masa aktif sampai semua lesi sudah menjadi

krusta

- Menjaga kebersihan diri.

- Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menjaga pola makan yang

seimbang

- Menggunakan obat teratur dan sesuai aturan pakai obat.

Khusus

Sistemik

- Asyclovir 5x800 mg peroral selama 7 hari.

- Vitamin B complex 3x1 tab

- Asam mefenamat 500 mg bila nyeri.

Topikal

- Bedak kocok 2 kali sehari, diberikan pada gelembung-gelembung yang

berkelompok

Prognosis

- Quo ad sanam : dubia ad bonam


- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad kosmetikum : bonam
- Quo ad functionam : bonam

28
Resep
dr. Zul dan Arfan
SIP : 124/Dinkes/2018
Praktek umum
Alamat : Jalan Abdul Muiz no 16B, Jati, Padang
Hari praktek : Senin s/d Jumat
Jam praktek : 17.00 s/d 21.00
No telepon : 081263820928

R/ Tab Asyclovir 800 mg No. XXXV


S 5 dd tab I selama 7 hari
R/ Tab Vitamin B complex No. XXI
S3dd tab I
R/ asam mefenamat 500 mg No. XXI
S3dd tab I
R/ Acid Salicyl 2%
Menthol 0,5%
Talcum venectum ad 100 gr
Mf la powder da in Sacch I
S.u.e

Pro : Ny. R
Umur : 60 tahun
Alamat: Bangko, Jambi

29
BAB 3

PEMBAHASAN

Herpes zoster adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi

vesikular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral

yang umumnya terbatas di satu dermatom. Pada kasus ini pasien dengan identitas

Ny. R, seorang wanita berusia 60 tahun. Pasien dikonsulkan oleh bagian penyakit

dalam dengan keluhan timbul gelembung-gelembung berisi cairan disertai rasa

nyeri dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri sejak 5

hari dirawat di rumah sakit. Awalnya ± 5 hari yang lalu muncul bercak-bercak

merah yang terasa gatal dan nyeri seperti ditusuk-tusuk dibawah lipatan payudara

sebelah kiri. Satu hari kemudian muncul gelembung-gelembung berisi cairan

diatas bercak merah tersebut. Gelembung-gelembung tersebut semakin banyak

dan menyebar sampai ke punggung kiri. Demam tidak tinggi dan tidak menggigil

dirasakan sejak 5 hari dirawat Rumah Sakit.

. Anamnesis tersebut sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa

stadium awal dari herpes zoster adalah stadium prodromal yang biasanya ditandai

dengan rasa nyeri pada dermatom yang terkena disertai dengan panas, malaise dan

nyeri kepala.7,8

Kemudian timbul nyeri dan lama-kelamaan timbul bintil – bintil berisi air

bergerombol, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa stadium

erupsi ditandai dengan mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang

setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus,

30
sedangkan kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan

lain adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama.7,8

Lokasi dibawah lipatan payudara sebelah kiri hingga punggung sebelah kiri

dan tidak didapatkan pada bagian tubuh lainnya, hal ini sesuai dengan pustaka

yang menyatakan bahwa lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya

tidak melewati garis tengah dari tubuh.1,2,7,8

Pada bintil- bintil tersebut terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk. Bintil-bintil

yang masih utuh akan mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2 minggu.

Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua yang dapat

berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.7,8

Pada pustaka dikatakan bahwa effloresensi tampak gerombolan vesikel diatas

plak eritematous. Kulit diantara gerombolan vesikel normal, unilateral sesuai

dermatom.7

Pada kasus diatas pasien mendapat terapi berupa Asyclovir 5x800 mg peroral

selama 7 hari, vitamin B complex 3x1 tab, dan asam mefenamat 500 mg bila

nyeri. Pada pasien diberikan juga terapi topikal yaitu dengan pemberian Bedak

salisil 2% diberikan pada vesikel atau bula yang masih utuh untuk mencegah

vesikel pecah. Selain terapi medikamentosa, pasien diberitahu agar menjaga

kesehatannya sehingga dapat mempertahankan sistem kekebalan tubuhnya dan

tidak mudah terserang infeksi berulang.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsoe, Emmy, Menaldi, et al, 2007, Penyakit Kulit Yang Umum di


Indonesia, Hal. 68, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

2. Djuanda Prof, Kosasih, Wiryadi, et al, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Hal. 110 – 112 Penyakit Virus oleh Ronny P. Handoko, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

3. Wolff, Goldsmith, Katz, et al, 2008, Fitz Patrick’ Dermatology in General


Medicine Seventh Edition Volumes 1&2 Chapter 194 (pages 1885 – 1889),
United States of America, The McGraw – Hill Companies

1. Burns, Tony, Breathnach, Cox, et al, 2010, Rook’s textbook of Dermatology


Eight Edition Volume 1 Chapter 33 (pages 33.22), Wiley Blackwell

5. D.James.William, et al, 10th edition © 2006, Saunders Elsevier, Andrews’


Diseases of the Skin Clinical Dermatology, (pages 372 – 377) Philadelphia,
Pennsylvanian, USA

6. Gnann, John W, Witley, Richard J, 2002, Journal of Herpes Zoster, New


England, New England Journal of Medicine

7. Barakbah, Pohan, Sukanto, et al, 2007, Atlas Penyakit Kulit & Kelamin
cetakan kedua Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Hal 14-19,
Surabaya, Airlangga University Press

8. Murtiastutik. Dwi, 2005, Pedoman Diagnostik Dan Terapi RSU Dr. Soetomo
edisi III, hal 56-58, Surabaya

9. Abdullah. Benny, Kurniawan. Ovaldo, dr, SpKK, 2009, Dermatologi


Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Surabaya : Pusat Penerbitan
dan Percetakan Universitas Surabaya hal: 86-90

32

Anda mungkin juga menyukai