Anda di halaman 1dari 7

JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA STEROID FRAKSI n-HEKSANA


DAUN BUAS-BUAS (Premna serratifolia L.)

Joly Tonius1*, Muhamad Agus Wibowo1, Nora Idiawati1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. HadariNawawi 78124, Pontianak
*
email: joly.infinitive@gmail.com

ABSTRAK
Isolasi dan karakterisasi senyawa steroid fraksi n-heksana daun buas-buas (Premna Serratifolia
L.) telah dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa steroid dominan pada daun buas-buas. Proses
isolasi senyawa steroid dari fraksi n-heksana daun buas-buas dilakukan menggunakan metode
sokletasi, kromatografi lapis tipis, kromatografi vakum cair, kromatografi kolom gravitasi dan
rekritalisasi serta karakterisasi senyawa menggunakan spektrofotometer inframerah. Ekstrak
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan diuji secara fitokimia untuk mengetahui golongan
senyawa pada ekstrak. Distribusi yang paling baik terdapat pada eluen n-heksana: etil asetat
dengan perbandingan 4:1 dan ekstrak positif mengandung steroid. Fraksi diuji kemiripan distribusi
senyawanya dan fraksi yang mirip digabungkan menjadi satu. Fraksi paling dominan terdapat pada
fraksi B1 dan memiliki massa sebesar 3,6774 gram. Fraksi yang paling dominan diisolasi lebih
lanjut. Hasil isolasi menghasilkan 19 fraksi dengan fraksi B1.1 merupakan fraksi yang paling
dominan dan memilki massa 0,1203 gram. Kristal yang hasil isolasi direkristalisasi untuk proses
pemurnian kristal dan menghsilkan kristal putih berbentuk jarum serta dianalisis. Hasil analisis
kristal menunjukkan adanya kemiripan spektrum IR terhadap senyawa cholestane.

Kata kunci : steroid, isolasi, karakterisasi, daun buas-buas

PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian yang telah


dilakukan oleh Muthukumaran et al. (2013),
Buas-buas merupakan tanaman
ekstrak kayu dari tanaman buas-buas
semak yang memiliki tinggi hingga 9 meter
menunjukkan adanya aktivitas antioksidan
dan termasuk ke dalam famili verbenaceae.
terhadap 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH),
Batang buas-buas tidak terlalu besar dan
Asam 2,2-Azinobis-3-etilbenzatiazolin-6-
memiliki banyak cabang (Vavidu et al., 2009).
sulfonat (ABTS), H2O2 dengan nilai IC50
Tanaman jenis ini biasanya tumbuh di daerah
berturut-turut 155 μg/mL, 211 μg/mL, dan 619
pekarangan rumah ataupun perkebunan.
μg/mL. Akar tanaman buas-buas memiliki
Masyarakat pada umumnya memanfaatkan
aktivitas antioksidan yang tinggi karena
daunnya seperti pada gambar 1 untuk
adanya suatu senyawa acteoside yang
dikonsumsi. Menurut Warrier et al. (1995),
memiliki nilai IC50 empat kali lebih tinggi
beberapa bagian tanaman buas-buas sering
dibandingan ekstrak kasar kayu buas-buas.
digunakan sebagai tanaman obat, di
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
antaranya sebagai antitumor, kanker,
senyawa acteoside memilki bioaktivitas
kelainan jantung, hepatoprotektif, batuk,
berupa aktivitas antiinflamasi, hepatoprotektif,
asma, bronkitis, perut kembung, dan wasir.
dan dapat menghambat pembelahan sel
leukimia pada manusia (Bose et al., 2013).
Selain itu, ekstrak akar tanaman buas-buas
memiliki aktivitas antimikrobial, serta daunnya
memiliki aktivitas biologis yang khas
(Rajendran dan Basha, 2010).
Menurut hasil penelitian Selvam et al.
(2012), yang menguji ekstrak alkohol daun
buas-buas terhadap beberapa sel kanker
yaitu sel MCF7, HepG2, dan A549 diperoleh
Gambar 1. Daun buas-buas
bahwa daun tanaman buas-buas memiliki

1
JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas yang


tinggi sehingga berpotensi sebagai Ekstraksi Sampel
antikanker. Hasil penelitiannya juga Seberat 1000 g serbuk kering daun
dilaporkan bahwa ekstrak metanol daun buas-buas disokletasi dengan 5 L pelarut n-
buas-buas memiliki aktivitas antioksidan heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan
sebesar 101,20 μg/mL dengan menggunakan menggunakan rotary evaporator.(Gunawan,
metode DPPH. Vavidu et al. (2009) dan Sing dkk., 2008).
(2011) melaporkan bahwa ekstrak alkohol
daun buas-buas memiliki aktivitas Uji Fitokimia
hepatoprotektif, antitumor, dan antimikroba. Uji fitokimia dilakukan dengan
Beberapa senyawa metabolit sekunder yang beberapa metode untuk mengidentifikasi
diketahui bersifat aktif pada ekstrak alkohol golongan senyawa yang ada pada ekstrak n-
daun buas-buas adalah senyawa golongan heksana. Metode-metodenya seperti di
alkaloid, flavonoid, dan triterpenoid dengan bawah ini :
uji fitokimia. Salah satu komponen utama a. Identifikasi Alkaloid
yang terdapat pada daun buas-buas adalah Sampel 15 mg ditambahkan 5 mL
senyawa fitosterol. Oleh karena itu, pada kloroform dan 5 mL amoniak, dan dipanaskan
penelitian ini akan dilakukan isolasi dan serta dikocok. Hasil campuran disaring dan
karakterisasi terhadap senyawa steroid dari dimasukan ke tabung reaksi. Masing-masing
daun buas-buas tersebut. Karakterisasi filtrat diteteskan 5 tetes asam sulfat 2 N,
senyawa tersebut akan dilakukan kemudian dikocok dan didiamkan. Bagian
menggunakan spektrofotometer inframerah atas dari masing-masing filtrat diambil dan
untuk menentukan struktur senyawa steroid diuji dengan pereaksi Meyer dan Wagner.
fraksi n-heksana daun buas-buas. Terbentuknya endapan jingga, cokelat, dan
putih menunjukkan adanya alkaloid
METODOLOGI PENELITIAN (Harborne,1987).
Alat dan Bahan
b. Identifikasi Flavonoid
Alat
Sampel 15 mg ditambahkan dengan 5
Alat-alat yang digunakan diantaranya
mL etanol, kemudian dikocok dan
adalah seperangkat alat gelas, neraca
dipanaskan. Hasil campuran disaring dan
analitik, seperangkat alat kromatografi kolom
dimasukkan ke tabung reaksi. Selanjutnya
dan kromatografi lapis tipis, soklet,
pada masing-masing filtrat kemudian
evaporator heidolph, dan spektrofotometer
ditambahkan magnesium 0,2 g dan 3 tetes
inframerah Shimadzu.
asam klorida. Terbentuknya warna merah
pada lapisan etanol menunjukkan adanya
Bahan
flavonoid (Harborne, 1987).
Bahan-bahan yang digunakan adalah
amoniak, asam klorida, asam sulfat, asam
a. Penentuan Terpenoid-steroid
asetat, etanol, daun buas-buas, kloroform,
Uji Lieberman–Burchard. 15 mg
aseton, n-heksana, serbuk magnesium (Mg),
sampel ditambahkan asam asetat glasial
pereaksi Meyer dan Wagner, pereaksi
sebanyak 10 tetes dan asam sulfat pekat 2
Lieberman-Buchard, silika gel G-60, dan
tetes. Larutan dikocok perlahan, dibiarkan
silika gel 60 F254.
selama beberapa menit. Steroid memberikan
warna biru atau hijau, dan triterpenoid
Cara Kerja
memberikan warna merah atau ungu
Preparasi Sampel
(Harborne, 1987).
Sampel daun buas-buas diambil dari
kota Pontianak, Kalimantan Barat. Daun
Uji Salkowski. 15 mg sampel dari
buas-buas dibersihkan, dan dipotong tipis-
masing-masing ekstrak dilarutkan dalam 2
tipis serta dikering-anginkan. Sampel yang
mL kloroform dan 3 mL asam sulfat pekat.
telah kering dihaluskan sampai menjadi
Kemudian akan terbentuk dua lapisan.
serbuk. Sebelum preparasi sampel
Lapisan warna merah atau orange
dideterminasi di Laboratorium Biologi
menunjukkan adanya senyawa terpenoid-
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
steroid (Egwaikhide dan Gimba, 2007).
Alam Universitas Tanjungpura.

2
JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

Isolasi dan Pemurnian HASIL DAN PEMBAHASAN


Isolasi dan pemurnian ekstrak meliputi
Ekstraksi
beberapa metode, yaitu Kromatografi Lapis
Berdasarkan hasil uji fitokimia isolat
Tipis (KLT), Kromatografi Vakum Cair (KVC),
merupakan suatu steroid karena terbentuk
dan Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG):
warna hiaju pada uji Liberman-Buchard.
Isolat yang dihasilkan berupa kristal putih
Kromatografi Vakum Cair (KVC)
berbentuk kristal yang diduga sebagai
Ekstrak dielusi menggunakan KLT
senyawa cholestane. Hipotesis bahwa
untuk menentukan eluen yang pola
senyawa dominan pada daun buas-buas
pemisahannya paling baik. Fase diam yang
berupa fitosterol karena adanya hasil
digunakan adalah silika gel G60 F254 dan fasa
penelitian dari peneliti lain yang menyatakan
gerak berupa n-heksana dan etil asetat
fitosterol merupakan senyawa yang paling
dengan perbandingan 4:1. Fraksi tersebut
dominan dalam isolasi tanaman berbiji
kemudian dipisahkan dengan menggunakan
termasuk berbiji terbuka dan berbiji tertutup
eluen n-heksana dan etil asetat dengan
(Grunwald, 1980; Gordon and Miller, 1997;
metode Kromatografi Vakum Cair (KVC).
Dutta and Normen, 1998; Piironen et al.,
Masing-masing eluen yang digunakan adalah
2000). Oleh karena itu, fitosterol diduga
200 ml. Fraksi hasil pemisahan ditampung
sebagai kandungan senyawa yang paling
setiap 50 ml (Juliana, dkk., 2010).
dominan pada tanaman buas-buas baik pada
akar, batang dan daun. Senyawa fitosterol
Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)
merupakan salah satu senyawa yang
Sebelum dilakukan kromatografi
memiliki peran penting dalam dunia medis
kolom, dilakukan terlebih dahulu KLT.
(Gul and Amar, 2006).
Tujuannya adalah untuk menentukan pola
Salah satu pelarut yang sering
pemisahan senyawa. Selanjutnya fraksi ini
digunakan dalam proses isolasi fitosterol
dielusi dengan Kromatografi Kolom Gravitasi
adalah n-heksana, sehingga proses ekstraksi
(KKG) dengan tingkat kepolaran bergradien
dilakukan menggunakan pelarut n-heksana.
menggunakan n-heksana dan etil asetat.
(Gunawan, dkk., 2008). Ekstraksi daun buas-
Eluat hasil pemisahan ditampung setiap 5 ml
buas menggunakan metode sokletasi
Semua eluat dianalisis menggunakan KLT.
memanfaatkan sirkulasi pelarut dalam sistem
Pola pemisahan yang sama selanjutnya
secara berulang sehingga penggunaan
digabungkan (Yuliana, 2013).
pelarut lebih efektif.. Oleh karena itu, pada
penelitian proses ekstraksi dilakukan
Rekristalisasi Isolat
menggunakan metode sokletasi. Dalam
Isolat direktristalisasi dengan tujuan
proses sokletasi pelarut diuapkan ke dalam
pemurnian menggunakan pelarut etil asetat.
labu soxhlet dan turun secara berkala sesuai
Rekristalisasi dilakukan pada suhu 0 0C
dengan titik didih pelarut sehingga terjadi
sehingga kristal yang terbentuk menjadi
pergantian pelarut secara berkala.
sempurna.
Sebelum diekstrak, daun buas-buas
dikering anginkan untuk mengurangi kadar air
Uji Kemurnian dan Identifikasi Isolat
pada daun dan digiling untuk memperbesar
Isolat yang diperoleh diuji
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat
kemurniannya menggunakan teknik KLT
berlangsung secara lebih efektif. Sokletasi
dengan berbagai jenis eluen. Pemilihan
dilakukan menggunakan 1 kg serbuk kering
komposisi eluen didasarkan pada kenaikan
daun buas-buas dengan 5 liter n-heksana.
tingkat kepolaran. Jika berdasarkan analisis
Proses sokletasi dapat dilakukan 50 gram
menggunakan KLT menghasilkan noda
dalam 250 mL n-heksana sebanyak 10 kali
tunggal, maka isolat dapat dikatakan murni.
dan per 25 gram dalam 125 mL n-heksana
Identifikasi dilakukan dengan uji fitokimia.
sebanyak 20 kali. Ekstrak merupakan ekstrak
non polar berwarna hijau pekat.
Karakterisasi Isolat dengan
Spektrofotometri Inframerah
Uji Fitokimia
Isolat yang diperoleh dianalisis
Ekstrak hasil sokletasi dipekatkan
menggunakan spektrofotometer inframerah
secara evaporasi menggunakan evaporator
Shimadzu.
untuk mendapatkan ekstrak kental dengan

3
JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

massa ekstrak sebesar 19,312 gram. Ekstrak terpenoid-steroid. Berdasarkan hasil uji
diuji secara fitokimia untuk mengetahui fitokimia ekstrak positif mengandung alkaloid,
golongan senyawa yang ada pada ekstrak flavonoid dan terpenoid-steroid. Hasil uji
dengan uji golongan alkaloid, flavonoid dan fitokimia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Fitokimia


No. Uji Pengamatan Keterangan
1. Alkaloid Terbentuk dua lapisan -
a. Wagner Terbentuk endapan coklat Alkaloid
b. Meyer Terbentuk warna merah Flavonoid
2. Flavonoid
3. Terpenoid-steroid Lapisan hijau dan kuning Steroid
a. Liberman Buchard Lapisan merah dan hijau Terpenoid-steroid
b. Salkowsky Terbentuk dua lapisan
Penentuan Eluen kromatografi vakum cair (KVC) untuk
Eluen merupakan fase gerak yang memisahkan senyawa yang diinginkan. Eluen
berperan penting dalam proses distribusi yang digunakan pada KVC berupa eluen
senyawa. Eluen dapat memisahkan senyawa bergradien menggunakan eluen n-heksana
berdasarkan tingkat polaritas dari senyawa dan etil asetat serta perbandingan kolom
sehingga dapat terjadi distribusi yang dengan sampel sebesar 5:1. Eluen
berbeda antar senyawa. Penentuan eluen bergradien diharapkan mampu memisahkan
berfungsi untuk mengetahui pola distribusi senyawa berdasarkan sifat kepolarannya
senyawa pada sampel sehingga polaritas sehingga senyawa menjadi semakin murni.
senyawa pada sampel dapat diperkirakan. Pada KVC dihasilkan 11 fraksi eluat dengan
Pola pemisahan yang baik terjadi saat kepolaran yang berbeda.
terbentuk noda paling banyak pada plat. Eluat diuji dengan KLT untuk
Ekstrak pekat diuji kemampuan mengetahui pola distrbusi senyawa pada
distribusinya pada pelarut etil asetat dan n- setiap fraksi sehingga dapat digabungkan
heksan menggunakan kromatografi lapis tipis berdasarkan pola distribusi senyawanya.
(KLT) untuk mendapatkan pola pemisahan Eluen yang digunakan pada KLT berupa n-
yang baik. KLT dilakukan menggunakan heksan:etil asetat dengan perbandingan 4:1.
eluen n-heksana; etil asetat dan n- Hasil KLT disemprot menggunakan reagen
heksana:etil asetat dengan perbandingan serium sulfat untuk mengidentifikasi
1:1 dan 4:1. Berdasarkan pola pemisahan kandungan senyawa steroid. Hasil
yang cukup baik terdapat pada eluen n- penyemprotan menunjukkan setiap fraksi
heksana:etil asetat 4:1 dengan pola mengandung senyawa steroid yang ditandai
pemisahan yang cukup jauh dan terdapat 6 dengan terbentuknya warna ungu pada
noda. Hasil KLT disemprot dengan reagen bagian atas plat. Fraksi digabungkan menjadi
semprot berupa vanilin sulfat 1% untuk 3 fraksi dan penggabungan fraksi dilakukan
mengidentifikasi senyawa steroid. Hasil berdasarkan kemiripan kemampuan distribusi
identifikasi dinyatakan positif apabila terjadi fraksi pada plat KLT seperti pada tabel 2.
perubahan warna menjadi merah-ungu
(Suryawati, dkk., 2011). Plat KLT yang Tabel 2. Pengabungan Fraksi Hasil KVC
disemprot terjadi perubahan warna ungu Fraksi Pengabungan Massa
sehingga ekstrak dipastikan positif Gabungan Fraksi
mengandung steroid. Berdasarkan hasil B1 1, 2, 3, 4, 5 3,6774 gram
senyawa terpenoid steroid merupakan B2 6, 7, 8, 9 3,3057 gram
senyawa paling dominan pada ekstrak B3 10, 11 1,3871 gram
dimana terbentuk warna ungu pada noda
paling atas plat dan merupakan noda yang Fraksi gabungan dikeringkan dan
dominan. dipilih fraksi paling dominan dengan massa
paling besar untuk diisolasi lebih lanjut.
Kromatografi Vakum Cair (KVC) Massa fraksi yang paling dominan
Perlakuan ekstrak dilanjutkan dengan merupakan fraksi B1 dengan massa sebesar
pemisahan menggunakan metode 3,6774 gram. Fraksi yang dilanjutkan untuk
isolasi lebih lanjut adalah fraksi B1.

4
JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) hijau yang berarti bahwa sampel positif
Fraksi gabungan ke-1 dilanjutkan merupakan golongan steroid. Kristal yang
untuk diisolasi karena merupakan yang paling telah diisolasi dilanjutkan analisis
dominan dibandingkan fraksi lainnya. Fraksi menggunakan spektrofotometer inframerah.
ke-1 diisolasi menggunakan metode
kromatografi kolom gravitasi (KKG) dengan Analisis Spektrum IR
perbadingan kolom dan sampel adalah 10:1. Berdasarkan spektrum IR pada isolat
KKG dilakukan menggunakan eluen fraksi n-heksan daun buas-buas tidak
bergradien yang dibuat dari n-heksana dan menunjukkan adanya senyawa karbonil
etil asetat. Pada proses KKG fraksi ataupun ikatan rangkap. Hal ini berarti isolat
ditampung tiap 5 mL dengan harapan berupa suatu hidrokarbon yang memiliki
senyawa yang ditampung lebih murni. Fraksi spektrum yang cukup sederhana.
hasil KKG yang didapat sebanyak 19 fraksi Kromatogram suatu hidrokarbon ditunjukkan
dengan 6 fraksi awal bening dan 13 fraksi pada serapan utama medium kuat di dekat
lainnya berwarna. 3000 cm-1 dengan rentang 3000 cm-1 sampai
Fraksi hasil KKG di KLT untuk dengan 2800 cm-1 merupakan ikatan C-H dan
mengetahui perbedaan kemampuan distribusi vibrasi regang. Selain itu, serapan kuat
senyawa pada tiap fraksi. Berdasarkan hasil sekitar 1450 cm-1 dan 1375 cm -1 sebagai
KLT di dapat bahwa fraksi 1-6 memiliki pola serapan pendukung menunjukkan ikatan C-H
pemisahan yang mirip dimana tidak terbentuk dan vibrasi lentur. Spektrum medium kuat
noda pada plat. Plat disemprot menggunakan sampel yang terdapat pada 2918,30 cm-1 dan
reagen vanilin sulfat dan serium sulfat untuk 2850,79 cm-1 yang menunjukkan adanya
mengidentifikasi keberadaan steroid pada ikatan C-H dan vibrasi regang. Vibrasi regang
fraksi. Setelah disemprot, terbentuk warna C-H simetris dari gugusan -CH3 dan-CH2-
ungu pada setiap plat yang berarti terdapat memberikan serapan puncak yang
senyawa golongan steroid pada setiap plat. berdekatan (2872 cm-1 dan 2853 cm-1).
Fraksi 1-6 digabungkan dan membentuk Vibrasi lainnya terdapat pada vibrasi regang
kristal pada saat kering. Fraksi 1-6 C-H tak simetris dengan menunjukkan
digabungkan karena memiliki kemiripan puncak yang berdekatan (2962 cm-1 dan
kemampuan distribusi. 2926 cm-1). Selain itu, serapan medium pada
Selain itu pada hasil penyemprotan 1460,11 cm-1 dan 1375,25 cm-1 yang
reagen vanilin sulfat menghasilkan warna menunjukkan adanya ikatan C-H dan vibrasi
ungu pada bagian atas plat fraksi 1-6. Fraksi lentur. Spektrum 1460,11 cm-1 dan 1375,25
hasil KKG terdapat 3 fraksi yang dominan cm-1 menunjukkan gugus metil dengan
berdasarkan massa fraksi. Namun, diantara 3 vibrasi deformasi, simetris (±1380 cm-1) dan
fraksi dominan terdapat 1 fraksi yang paling tak simetris (±1465 cm -1). Adapun spektrum
dominan dan membentuk kristal, yaitu fraksi pendukung berupa spektrum antara 1200 cm -
1
B1.1. Fraksi B1.1 merupakan fraksi sampai dengan 800 cm -1 menunjukkan
gabungan berupa kristal berwarna putih adanya ikatan C-C stretching dengan
berbentuk jarum. serapan pada 968,27 cm -1. Vibrasi lentur juga
Kristal direkristalisasi menggunakan ada dengan munculnya serapan pada 723
pelarut etil asetat pada suhu 0 0C untuk cm-1 dari gugus CH2 seperti pada tabel 3 dan
menghasilkan kristal yang lebih murni. Kristal spektrum pada gambar 2.
hasil rekristalisasi berbentuk jarum dan diuji Serapan-serapan spektrum
kemurniannya menggunakan KLT dengan inframerah pada sampel menunjukkan
eluen n-heksana:etil asetat (1:1); n- adanya kemiripan yang sangat signifikan
heksana:etil asetat (8:2); n-heksana:etil dengan senyawa cholestane. Hal ini
asetat (2:8); metanol; etil asetat; aseton; n- ditunjukkan dengan adanya serapan pada
heksana; n-heksana:etil asetat:metanol 2964 cm-1 dan 2867 cm-1 serta 1467 cm-1 dan
(1:1:1); aseton:etil asetat (1:1). Hasil uji KLT 1379 cm-1. Selain itu, adanya spektrum 960
pada semua eluen tidak berwarna dan cm-1 dan 723 cm-1 yang sangat mendekati
terbentuk noda tunggal berwarna ungu saat spektrum sampel dimana 5-alpha cholestane
plat disemprot menggunakan reagen serium memiliki rumus molekul C27H48 dengan strutur
sulfat yang menandakan senyawa positif seperti pada gambar 3 (SDBS, 2015).
steroid (Trisnadjadja, dkk., 2005). Uji
Liberman-Buchard yang menghasilkan warna

5
JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

Tabel 3. Penentuan Gugus Berdasarkan Spekrum IR


No. Gugus Spektra Sampel Spektra Standar (SDBS, 2015)
1. -CH3 2918,30 cm-1 2964 cm-1
2. -CH2 2850,79 cm-1 2867 cm-1
3. -CH3 1460,11 cm-1 1467 cm-1
4. -CH2 1375,25 cm-1 1379 cm-1
5. -CH 1301,95 cm-1 1305 cm-1
6. C-C 1168,86 cm-1 1161 cm-1
7. C-C 1070,49 cm-1 1024 cm-1
8. C-C 968,27 cm-1 960 cm-1
9. C-H 908,47 cm-1 930 cm-1
10. -CH2 723,31 cm-1 723 cm-1

Gambar 2. Struktur Cholestane

Grunwald, C., 1980, Steroids. in:


SIMPULAN
Encyclopedia of Plant Physiology,
Senyawa steroid fraksi n-heksana Pirson, A. and Zimmermann, M.H.,
daun buas-buas diduga merupakan suatu eds. 8: 221-239.
cholestane yang termasuk dalam salah satu Gul, M.K. and Amar S., 2006, Sterols and the
golongon steroid. Phytosterol Content in Oilseed Rape
(Brassica Napus L.). Journal of Cell
DAFTAR PUSTAKA and Molecular Biology, 5: 71-79.
Gunawan, I.W.G., Bawa, I.G.A.G. dan
Bose, L.V., Varghese, G.K. dan
Sutrisnayanti, N.L., 2008, Isolasi dan
Habtemariam, S., 2013, Identification
Identifikasi Senyawa Terpenoid yang
of Acteoside as the Active Antioxidant
Aktif Antibakteri pada Herba Meniran
Principle of Premna serratifolia Root
(Phyllanthus Niruri Linn). Jurnal Kimia,
Wood Tissues, Phytopharmacology:
2(1): 31-39.
228-236.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia :
Dutta, C.P. and Normen, L., 1998, Capillary
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Column Gas-Liquid 78 M. Kemal G.L
Tumbuhan. Penterjemah: K.
and Samija Amar Chromatographic
Padmawinata dan I. Soediro, terbitan
Separation of 5-Unsaturated and
ke-2, Penerbit ITB, Bandung.
Saturated Phytosterols. J.
Juliana A., V., Aisyah, S. dan Muatapha, I.,
Chromatography A, 816: 177-184.
2010, Isolasi dan Karakterisasi
Egwaikhide, P.A. dan Gimba, C.E., 2007,
Senyawa Turunan Terpenoid dari
Analysis of the Phytochemical
Fraksi n-Heksana Momordica
Content and Anti-microbial Activity of
charantia L. Jurnal Sains dan
Plectranthus glandulosis Whole Plant.
Teknologi Kimia, 1(1): 88-93.
Middle-East J. Scientific Research,
Muthukumaran, P., Salomi, S., dan
2(3-4): 135-138.
Umamaheshwari, R., 2013, In Vitro
Gordon, M.H. and Miller, L.A.D. 1997,
Antioxidant Activity of Premna
Development of Steryl Ester Analysis
serratifolia Linn. Asian. J. Res. Pharm.
for the Detection of Admixtures of
Sci., 3(1): 15-18.
Vegetable Oils. J. American Oil
Chemists Õ Society, 74: 505- 510.

6
JKK, Tahun 2016, Volume 5(1), halaman 1-7 ISSN 2303-1077

Piironen, V., Lindsay, D.G., Miettinen, T.A., Suryawati, Yusuf, H. Dan Sofia, 2011, The
Toivo, J. and Lampi, A.M., 2000, Isolation and Identification of
Review Plant Sterols: Biosynthesis, Antimalarial Agents of the n-Hexane
Biological Function and Their Fraction of the Neem Leaves
Importance to Human Nutrition. J. (Azadirachta indica A. Juss).
Science of Food and Agriculture, 80: Proceedings of The Annual
939- 966. International Conference Syiah Kuala
Rajendran, R. dan Basha, N.S., 2010, University, 1 (1): 253-256.
Antimicrobial Activity of Crude Trisnadjadja, D., Hidayat, S.L., Sumirja, S.
Extracts and Fractions of Premna dan Simanjuntak, P., 2005,
serratifolia Linn. Root. Medicinal Pengkajian Kandungan Fitosterol
Plants, 2 (1): 1-6. pada Tanaman Kedawung (Parkia
SDBS, 2015, 5-alpha cholestane. roxburgii G. Don.), Biodiversitas,
http://sdbs.db.aist.go.jp/sdbs/cgi- Bogor, 7 (1): 21-24.
bin/direct_frame_top.cgi. diakses Vadivu, R., Suresh, A.J., Girinath, K.,
pada tanggal 3 Oktober 2015, pukul Kannan, P.B., Vimala, R., Kumar,
10.00. N.M.S., 2009, Evaluation of
Selvam, T.N., Venkatakrishnan, V., Damodar, Hepatoprotective and In-vitro
K.S., dan Elumalai, P., 2012, Cytotoxic Activity of Leaves of
Antioxidant and Tumor Cell Premna serratifolia Linn. J. Scientific
Suppression Potential of Premna Research, 1 (1): 145-152.
serratifolia Linn Lea. Toxicol Int, Warrier, P.K., Nambiar, V.P., Ramankutty, C.,
19(1): 31–34. 1995, Indian Medicinal Plants: A
Sing, C.R., 2011, Antimicrobial Effect of Compendium of 500 Species. Orient
Callus and Natural Plant Extracts of Longman Publications, India.
Premna serratifolia L. International Yuliana, T., 2013, Isolasi dan Pemurnian
Journal on Pharmaceutical and Wedelolakton dari Tumubuhan Urang
Biomedical Research (IJPBR), 2(1): Aring (Eclipta alba L. Hassk). Jurnal
17-20. Kimia Terapan Indonesia 15(1): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai