Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH APLIKASI ETIKA FARMASI

MATA KULIAH ETIKA FARMASI

DISUSUN OLEH :
1. Ahmad Saeful Bahri
2. Annong Dhika
3. Desy Novianti
4. Ellysa Kurniasih
5. Ghita Anana El-haque
6. Jeni Wahyuni
7. M. Yusuf Hasibuan
8. Nabila Paramitha Chairunisa
9. Novi Damayanti
10. Neva Pratiwi

15040006
15040010
15040013
15040020
15040027
15040030
15040038
15040040
15040045
15046901

STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH
TANGERANG
2016
Jln.Syech Nawawi (Raya Pemda) KM. 04 No. 13 Matagara Tigaraksa
Kab. Tangerang. Website : srfm.ac.id email : akademik@stfm.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan petunjuknya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan tema APLIKASI ETIKA FARMASI. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bpk. Abdul Aziz Setyawan,
M.Farm., Apt selaku dosen mata kuliah Etika Farmasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang
berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya.

Tangerang, 27 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
Latar Belakang......................................................................................... 1
Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II TEORI............................................................................................. 3
PENGERTIAN ETIKA.................................................................................. 3
KAIDAH ETIKA DAN HUKUM......................................................................6
Kode Etik Apoteker................................................................................... 6
Kode Etik Asisten Apoteker......................................................................8
BAB III KASUS......................................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................11
Kajian Menurut Undang undang..........................................................11
Sanksi.................................................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN & SARAN.............................................................17
Kesimpulan............................................................................................ 17
Saran..................................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika merupakan studi tentang nilai dengan pendekatan
kebenaran. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau
adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan
konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik. Kata etika sering disebut
dengan istilah etik atau ethics (bahasa Inggris) atau ethicus
(bahasa Latin) yang berarti kebiasaan. Maka secara etimologi,
yang dikatakan baik adalah yang sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Namun dalam perkembangannya, pengertian etka
tersebut telah mengalami perubahan yang jauh dari makna
awal.
Etika

adalah

studi

tentang

nilai-nilai

manusiawi

yang

berhubungan dengan nilai kebenaran dan ketidakbenaran yang


didasarkan atas kodrat manusia serta manifestasinya di dalam
kehendak dan perilaku manusia. Pelanggaran etika belum tentu
melanggar UU, namun hanya melanggar sumpah (etika).
Sedang pelanggaran UU pasti melanggar etika juga.
Hukum dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan
bersama tentang hak dan kewajiban, yang apabila dilanggar akan memperoleh
suatu sanksi yang tegas dan konkret. Jadi fungsi hukum adalah mengatur tatanan
kehidupan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di masyarakat.

Oleh sebab itu, untuk melindungi kepentingan masyarakat, maka perilaku


seseorang dalam menjalankan profesinya tidak cukup hanya diatur oleh kaidah
etika, tetapi juga perlu adanya kaidah hukum, agar kepentingan yang diatur dan
dilindungi oleh kaidah etika dapat berlaku secara efektif.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
kuliah etika profesi dan untuk mengkaji studi-studi kasus pelanggaran oleh
profesi kesehatan.

BAB II
TEORI

A. PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkatinternasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusiabergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi
saling menghormati dan dikenaldengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung
tanpa merugikankepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai denganadat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya.Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusiadalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yangburuk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
berasal dari kata Yunani ETHOS yangberarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah lakumanusia yang baik, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang
tingkah lakuperbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukanoleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilaidan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Menurut Sonny Keraf, etika dapat dibagi menjadi :
a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang
menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :
1) Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
2) Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya
menilai prilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan
kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia
mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip
moral dasar yang ada dibaliknya.
c. ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :
a) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap
manusia terhadap dirinya sendiri.

b) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola


perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan
idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia
terhadap lingkungan hidup.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap
diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini
terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan
bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sikap terhadap sesama


Etika keluarga
Etika profesi
Etika politik
Etika lingkungan
Etika ideologi
Ada dua macam etika yang harus kita pahami dalam menentukan baik
dan buruknya perilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan
fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap
yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian

sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindaksecara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika
pada akhirnya membantu kita untukmengambil keputusan tentang tindakan apa
yang perlu kita lakukan dan yang pelru kitapahami bersama bahwa etika ini
dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita
B. KAIDAH ETIKA DAN HUKUM
Dalam melakukan penyerahan perbekalan farmasi (obat) kepada
konsumen di apotek diatur oleh 2 macam kaidah yaitu kaidah etika dan kaidah
hukum, sehingga seorang apoteker dapat mengetahui wewenang dan tanggung
jawab apa saja yang dapat dilimpahkan kepadanya dalam pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat. Bagaimana seorang apoteker (APA)
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan kefarmasian di apotek
sesuai dengan kode etik kefarmasian baik kepada konsumen ataupun kepada
profesi lain? Apakah bila seorang apoteker melanggar kode etik pelayanan
kefarmasian akan ada sanksi pidananya?
Kode Etik Pelayanan Kefarmasian
a. Kode Etik Apoteker
Yang menjadi dasar kode etik pelayanan kefarmasian bagi apoteker
dalam melaksanakan fungsinya di apotek dapat dilihat dari dua sudut
yaitu :
1) Batas keilmuan dan wewenang apoteker yaitu hanya sebatas :
Membuat, mengolah, meracik, mengubah bentuk, mencampur,
menyimpan dan menyerahkan obat atau bahan obat kepada
konsumen.
2) Tugas dan tanggung jawab moral apoteker yaitu:

a) Menghormati hak-hak konsumen seperti :


1. Wajib melayani permintaan obat dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Tidak mengurangi jumlah obat artinya bahwa apoteker itu
dilarang untuk menyerahkan jumlah obat yang tidak sesuai
dengan yang diminta di resep tanpa adanya persetujuan dari
dokter atau konsumennya.
3. Tidak menyerahkan obat yang sudah rusak atau melampaui
batas kadaluarsa (expired) artinya bahwa apoteker dilarang
untuk menyerahkan obat yang tidak lagi memenuhi syarat baku
yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.
4. Tidak menggan jenis obat artinya bahwa apoteker dilarang
untuk menyerahkan obat yang tidak sesuai dengan yang diminta
di resep atau mengganti dengan obat lain yang fungsi dan isinya
sama (lain merk) tanpa adanya persetujuan dokter atau dari
konsumennya.
5. Wajib menyimpan resep minimal selama 3 tahun, dan dapat
memberikan informasi kembali tentang resep tersebut, apabila
konsumen atau dokter penulis resep tersebut memerlukannya.
6. Wajib memberikan informasi tentang cara dan waktu pakai,
jumlah pemakaian dalam sehari, cara menyimpan obat dirumah,
efek

samping

yang

mungkin

akan

terjadi

dan

cara

mengatasinya.
b) Menghormati hak-hak profesi lain (dokter) yaitu :
1. Tidak melakukan diagnosis penyakit, pengobatan
dan

perawatan

artinya

bahwa

apoteker

dan

petugas apotek lainnya tidak melakukan suatu


diagnosis dan pengobatan terhadap (gejala) suatu
penyakit yang dialami konsumen. Akan tetapi
apabila apoteker memberikan informasi sesuai
dengan

keilmuan

tentang

fungsi

obat

dan

konsumen menetapkan untuk membeli obat dan


mengobati sendiri penyakitnya (self medication),
maka

apoteker

dan

petugas

apotek

dapat

menyerahkan obat tersebut sesuai dengan etika


dan peraturan yang berlaku.
2. Tidak mengganti jenis obat

artinya

bahwa

apoteker dan petugas apotek lainnya dilarang


mengganti obat yang diminta di resep dengan
obat lain yang fungsi dan isinya sama (lain merk)
tanpa adanya persetujuan dokternya.
3. Bila dokter menulis dosis obat yang melebihi dosis
maksimal, maka apoteker dan petugas apotek
lainnya harus meminta paraf dokter dan :tanda
seru dibelakang jumlah obatnya sebelum obat
tersebut diserahkan kepada konsumen.
4. Tidak menangani efek samping obat yang dialami
oleh

konsumen

petugas

apotek

artinya
lainnya

bahwa

apoteker

dilarang

dan

mengobati

(memberi obat) untuk mengatasi efek samping


yang dialami oleh konsumen tanpa persetujuan
dokter.
b. Kode Etik Asisten Apoteker
1) Tugas dan Kewajiban :
a) Dalam pelayanan obat bebas dan resep mulai dari
menerima

pasien

sampai

menyerahkan

obat

yang

diperlukan.
b) Menyusun buku Defacta setiap pagi (membantu bagi
pembelian) memelihara buku harga, sehingga selalu up
to date.

c) Mengerjakan pembuatan persediaan obat Aanmaak


seperti OBH, Liquor, Sol. Rivanol, Sol, Jodii Spiritousa,
SASA, dan lain-lain.
d) Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat
narkotika,

obat

K-B

(Keras

dan

Bebas),

OKT

amphetamine, dan lain-lain.


e) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal
dan di bundel kemudian disimpan.
f) Memelihara kebersihan ruang peracikan, lemari obat.
g) Menyusun obat-obat dan mencatat obat dengan adanya
kartu dengan rapi.
h) Bila gudang terpisah dari ruang peracikan, memelihara
kebersihan gudang, rak obat, serta penyusunan obat plus
kartu stock yang rapi serta mengontrolnya. (Dalam hal
darurat, dapat menggantikan pekerjaan sebagai penjual
obat bebas, sebagai juru resep, dan lain-lain).
2) Tanggung Jawab
Bertanggung jawab kepada askep sesuai dengan
tugas yang diselesaikannya, tidak boleh adanya
kesalahan, kekeliruan kekurangan, kehilangan dan
kerusakan.

BAB III
KASUS

Setahun yang lalu saya sempat bekerja disalah satu Rumah Sakit yang
lumayan dikenal di kalangan masyarakat kota Tangerang. Selama bekerja disana saya
menemukan pelanggaran-pelanggaran etika farmasi diantaranya seperti, kurangnya
keramahan dalam melayani pasien, apoteker jarang berhadapan langsung dengan
pasien dan jarang berada di Instalasi Farmasi, kurangnya pemberitahuan informasi
dan edukasi yang cukup kepada pasien, contohnya kegunaan obat yang signifikan,
efek samping obat yang mungkin asing dialami oleh pasien , Apoteker juga tidak
mengawasi

asisten

apoteker

dalam

melakukan

peracikan

dan

pekerjaan

kefarmasiannya, dan obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kajian Menurut Undang undang

10

Berdasarkan permasalahan diatas, kami menemukan beberapa ketidak


hubungan antara yang terjadi dengan yang terdapat di peraturan peraturan yang
berlaku mengenai kesehatan dan pelayanan kesehatan. Peraturan-peraturan itu
sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.
Pasal 108
Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang PekerjaanKefarmasian:
Pasal 1
(13)Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker

11

12

Pasal 20
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau
Tenaga Teknis Kefarmasian
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian,

Apoteker

harus

menerapkan

standar

pelayanan

kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan
oleh Apoteker
Pasal 51
(1) Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi
rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/PER/SK/X/2002 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemebrian Izin Apotek
Pasal 19
(1) Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya
pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk
Apoteker pendamping.
(2) Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena
hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola
Apotik menunjuk .Apoteker Pengganti
4. Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang
Standar Pelayanan di Apotek
Bab III tentang pelayanan, standar pelayanan kesehatan di apotek meliputi:
a. Pelayanan resep : apoteker melakukan skrining resep dan penyiapan obat
b. Apoteker memberikan promosi dan edukasi
c. Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian (homecare)
1) Penyiapan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

13

dilakukan oleh apoteker disertai dengan informasi obat dan konseling


kepada pasien dan tenaga keseahatan.
(3.6) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
(3.8) Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung
jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
a) Sumber Daya
Apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang professional
yang

senantiasa

mampu

melaksanakan

dan memberikan

pelayanan yang baik.


b) Sarana dan Prasarana
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh
apoteker untuk menerima konseling dan informasi.
c) Pelayanan resep: Apoteker melakukan skrining resep hingga
penyiapan obat
Pelayanan resep yang dilakukan oleh apoteker yang di apotek
yang

dimulai

dari

skrining

resep

meliputi:

persyaratan

administratif (Nama, SIP dan alamat dokter,tanggal penulisan


resep, tanda tangan dokter penulis resep, nama, alamat, umur,
jeniskelamin dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis,
dan jumlah obat, cara pemakaian yang jelas), kesesuaian
farmasetik

(bentuk

sediaan,

dosis,

potensi,

stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian) dan pertimbangan


klinis (efek samping, interaksi, kesesuaian). Selain itu, apoteker
juga memiliki tugas untuk melakukan penyiapan obat meliputi
tahap: peracikan dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah
obat, etiket yang jelas, kemasan obat yang diserahkan dengan
rapidan terjaga kualitas.
d) Pelayanan Resep : Apoteker melakukan penyerahan obat.

14

Sebelum obat diserahkan, obat harus dicek kembali antara obat


dan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker sambil
dilakukan pemberian informasi obat sekurang-kurangnya: cara
pemakaian,

cara

penyimpanan,

jangka

waktu

pengobatan,aktivitas serta makanan dan minuman yang harus


dihindari; dan dilakukan konseling untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.
Promosi dan Edukasi Dalam meningkatkan pemberdayaan
masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi aktif dalam promosi
dan edukasi kesehatan.
5. Kode etik apoteker
Pasal 3
Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang

teguh

pada

prinsip

kemanusiaan

dalam

melaksanakan

kewajibannya
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan
diri dariusaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian
6. Lafal sumpah dan janji apoteker
Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan farmasi.
Dari kasus di atas Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek
hanya dilakukan oleh asisten apoteker. Hal ini melanggar pasal-pasal di atas.
Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh apoteker, jika apoteker
berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh apoteker pendamping dan jika
apoteker pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh apoteker
pengganti bukan digantikan oleh asisten apoteker atau tenaga kefarmasian

15

lainnya. Tenaga kefarmasian dalam hal ini asisten apoteker hanya membantu
pelayanan kefarmasian bukan menggantikan tugas apoteker.

B. Sanksi
Ketika seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya tidak mematuhi kode
etik apoteker, maka sesuai dengan kode etik apoteker Indonesia pasal 115 yang
berbunyi.
Jika seorang apoteker baik dengan sengaja maupun tidak disengajamelanggar
atau tidak memenuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib mangakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi yang menanganinya
(IAI), dan mempertanggung jawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sehingga seorang apoteker bisa mendapatkan sanksi sebagai berikut :
1. Teguran dari IAI terhadap apoteker maupun apotek yang bersangkutan.
2. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan :
a. Pasal 198 : Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam
pasal 108 dipidana dengan denda paling banyak Rp.100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
b. Pasal 201
1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 190
ayat (1), pasal 191, pasal 192, pasal 196, pasal 197, pasal 198, pasal
199, pasal 200 dilakukan oleh korporasi, selain dipidana penjaradan
denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap
korporasi berupa pidanadenda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal
191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198,Pasal 199, dan Pasal
200.
2) Selain pidana denda sebagaiman dimaksud pada ayat (1), korporasi
dapat dijatuhi pidana tambahan berupa :
a) Pencabutan izin usaha; dan/atau

16

b) Pencabutan status badan hukum

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari rincian di atas terdapat beberapa pelanggaran yang
dilakukan dalam menjalani profesi sehari-hari yang tertera
dalam undang-undang. Seorang Apoteker maupun Tenaga
Tekhnis Kefarmasian seharusnya melakukan pekerjaannya
dengan baik dan sesuai

dengan etika farmasi yang benar.

Etika farmasi dalam hal ini jelas sangat diperlukan guna


menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disamping
itu juga untuk melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun peyalahgunaan keahlian.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penerapan dan pemberitahuan kepada Tenaga Tekhnis
Kefarmasian bagaimana menjalani profesi yang sesuai dengan undang-undang
yang berlaku, dan jika ada yang melanggar terlebih dahulu di tegur melalui
lisan,

melakukan

pekerjaan

sesuai

dengan

etika

yang

ada

guna

mensejahterakan masyarakat dan agar terhindar dari tuduhan-tuduhan


terhadap profesi yang kita jalani.

DAFTAR PUSTAKA

17

http://hadikurniawanapt.blogspot.co.id/2012/07/kumpulan-materi-etika-kefarmasian1.html
http://dokumen.tips/documents/etika-pelayanan-kefarmasian.html
Daris,Azwar. 2012. Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : Duwo Okta

18

Anda mungkin juga menyukai