Disusun Oleh:
Ilma Sarifah
171710101097
c. Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang diolah melalui proses pemanasan
dengan tujuan mencegah kerusakan susu akibat aktivitas mikroorganisme perusak
(patogen) dengan tetap menjaga kualitas nutrisi susu. Herendra (2009)
menyatakan bahwa pasteurisasi adalah proses sterilisasi bahan baku yang tidak
tahan panas seperti susu. Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme
tetapi hanya mematikan kuman yang patogen dan yang tidak membentuk spora.
Proses ini sering diikuti teknik lain seperti pendinginan atau pemberian gula
dengan konsentrasi tinggi. Proses pasteurisasi dilakukan dengan memanaskan
susu pada suhu 62 oC selama 30 menit atau suhu 72 oC selama 15 detik.
Pasteurisasi tidak dapat mematikan bakteri non patogen, terutama bakteri
pembusuk. Susu pasteurisasi bukan merupakan susu awet. Penyimpanan susu
pasteurisasi dilanjutkan dengan metode pendinginan. Metode pendinginan pada
suhu maksimal 10 oC memperpanjang daya simpan susu pasteurisasi. Mikroba
pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang pada suhu 3-10 oC (Setya, 2012).
Pasteurisasi adalah salah satu proses terpenting dalam penanganan susu.
Proses pasteurisasi perlu dilakukan dengan benar sehingga membuat susu
memiliki umur simpan yang lebih lama. Suhu dan waktu pasteurisasi adalah
faktor penting yang harus diukur dalam menentukan kualitas dan kondisi umur
simpan susu segar. Metode Pasteurisasi yang umum digunakan adalah sebagai
berikut (Setya, 2012):
1) Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short
Time/HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15–16 detik pada suhu
71,7–75 oC dengan alat Plate Heat Exchanger.
2) Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long
Time/LTLT) yaitu proses pemanasan susu pada suhu 61 oC selama 30 menit.
3) Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature/UHT) yaitu
memanaskan susu pada suhu 131 oC selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan
dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah
terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas.
Tjahjadi dan Marta (2011) menyatakan bahwa tujuan pengolahan susu
pasteuriasi adalah sebagai berikut:
1) Membunuh semua bakteri patogen (penyebab penyakit) yang umumnya
dijumpai pada bahan pangan, yaitu bakteri - bakteri patogen yang berbahaya
ditinjau dari kesehatan masyarakat.
2) Memperpanjang daya tahan simpan bahan pangan dengan jalan mematikan
bakteri pembusuk dan menonaktifkan enzim pada bahan pangan yang asam
(pH <4,5).
Proses pasteurisasi dapat menghancurkan 90–99% bakteri yang ada di dalam
susu. Pasteurisasi dapat merusak vitamin C dan kemungkinan menjadikan laktosa
kasein dan unsur lemak pada susu menjadi kecil. Efek yang ditimbulkan dari
proses pasteurisasi adalah dapat mempertahankan nilai nutrisi dan karakteristik
sensori bahan pangan hasil pasteurisasi (Setya, 2012).
Pasteurisasi hanya dapat mempertahankan umur simpan bahan pangan untuk
beberapa hari saja, dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna, aroma dan
flavor yang mengakibatkan degradasi vitamin bahan. Pasteurisasi susu dengan
suhu tinggi dapat menambah daya simpan susu segar selama 1 sampai 2 minggu
(Setya, 2012).
Tabel 3. Syarat Mutu Susu Pasteurisasi
Karakteristik Syarat
A B
Bau Khas Khas
Rasa Khas Khas
Warna Khas Khas
Kadar lemak, % 2,80 1,50
(Bobot/Bobot), minimum
Kadar bahan kering tanpa 7,7 7,5
lemak, % (Bobot/Bobot),
minimum
Kadar protein, % 2,5 2,5
(Bobot/Bobot), minimum
Total plate count, mL, 3 × 10 3 × 10
maksimum
Coliform, MPH/mL, 10 10
maksimum
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1995)
d. Susu Kental Manis
Susu kental manis atau biasa disebut sweetened condensed milk adalah susu
segar atau susu evaporasi yang telah dipekatkan dengan menguapkan sebagian
airnya dan kemudian ditambahkan gula sebagai pengawet. Susu kental manis
dapat ditambah lemak nabati dan vitamin. Susu kental manis dapat juga tidak dari
susu segar atau susu evaporasi, yang disebut susu kental manis rekonstitusi. Susu
kental manis rekonstitusi terbuat dari bahan-bahan seperti susu bubuk skim, air,
gula, lemak, vitamin dan lain-lain, sehingga diperoleh susu dengan kekentalan
tertentu (Wardana, 2012).
Susu
Pengamatan beberapa
sampel
b. Pengamatan PH
Susu
Pengambilan @5ml
Pengukuran nilai pH
(dengan menggunakan kertas pH
universal dan pH meter)
c. Pengamatan Uji Alkohol
Susu
Alkohol
Penuangan 5 ml
70%
Susu
Pengambilan @50 ml
Susu
100 ml
Pembagian menjadi 2
Susu Susu
50 ml 50 ml
(Tabung A) (Tabung B)
Penambahan Penambahan
ekstrak nanas ekstrak nanas
(sudah dipanaskan) (tidak dipanaskan)
Penghomogenan
Pendiaman 5 menit
Pengamatan
3.2.2 Telur
a. Kualitas eksternal
Pengamatan
Bahan
Bahan
Penghitungan
Pengkalibrasian pH
Pengukuran pH
f. Pengukuran BJ putih telur
Bahan
Penimbangan
Bahan
Penimbangan
Penghitungan
h. Telur sebagai emulsifier
Air
Pemasukan masing-masing 5 ml ke
dalam 3 tabung reaksi
Minyak Penuangan 1 ml
goreng
Pengocokan
Penambahan
Pengamatan
i. Telur sebagai clarifying agent
Air 100 ml
dan teh
Pendidihan
Penambahan
Pemanasan
Pengamatan
j. Telur sebagai pembentuk busa
2 butir telur
Pengocokan + 5 menit
Pengocokan + 5 menit
Penghitungan
Penghitungan
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
B. Pengamatan pH
Jenis Susu Pengamatan pH
pH Meter pH Universal
Susu Pasteurisasi
(80˚C ; 1') 6,2 6,2
Susu Kental Manis 6,6 6,6
Susu Segar 6,6 6,5
Susu Segar Rebus 6,3 6,3
Susu Bubuk Full Cream 6,1 6,1
Susu Sterilisasi 6 6,2
2. Kualitas Internal
Sampel Warna Indeks Indeks pH BJ putih Haugh Lain –
kuning kuning putih putih telur Unit lain
telur telur telur telur (gr/ml)
Telur Orange 0,14 0,014 9,2 1,02 356,817 -
ayam cerah
kampung
Telur Jingga 0,2337 0,0174 8,8 0,99 78,32 -
ayam
kampung
Telur Orange 0,38 0,1 8,7 0,8645 277.7 -
bebek 2
Telur Kuning 0,2 0,045 8,4 0,8821 8,2 -
bebek 1
Telur Kuning 0,0048 0,006 8.5 0,76 68,9 -
puyuh 1 pucat
Telur Kuning 0,42 0,043 - - 170,8 -
puyuh 2 cerah
Telur Kuning 0,49 0,028 8,5 0,94 - -
puyuh 3 cerah
B. Pengamatan Sifat Fungsional Telur
1. Telur sebagai Emulsifier
Jenis Sampel Gambar Sebelum Gambar sesudah Keterangan
Telur perlakuan perlakuan
Telur Tabung 1 Menggumpal
ayam (putih telur) bersama
kampung minyak
3 goreng
Telur Tabung 3
ayam (putih dan
kampung kuning telur
4 tercampur)
Telur Tabung 1 Warna kuning
bebek 5 (putih telur) pucat
Telur Tabung 1
Sedikit
puyuh 1 (putih
mengikat
telur)
serbuk the
Telur Tabung 2
Sedikit
puyuh 1 (kuning
mengikat
telur)
serbuk the
Telur Tabung 3
Banyak
puyuh 1 (putih dan
mengikat
kuning
serbuk teh
telur
tercampur)
Telur B 5 5 0 Sedikit
bebek 6 (campura mengandung
n) busa
5.1.2 Telur
a. Pengujian kualitas eksternal
Pertama tama menyiapkan sampel telur yang terdiri dari telur ayam, telur
ayam kampung, telur puyuh, dan telur bebek. Setelah itu dilakukan pengamatan
dan membandingkan berat, warna cangkang, keutuhan cangkang, kebersihan
cangkang, ketebalan cangkang, dan ukuran rongga udara pada masing-masing
sampel telur. Fungsi dari mengamati kualitas eksternal telur adalah untuk
mengetahui mutu dari telur itu sendiri yang dapat berpengaruh terhadap isinya
yang nantinya akan di konsumsi.
b. Pengujian kualitas internal
1. Pengukuran diameter dan tinggi
Sampel telur yang digunakan dipecah untuk mengambil isinya. Kemudian
telur tersebut diletakkan pada bidang datar untuk mempermudah pengukuran.
Setelah itu pengukuran diameter putih telur (rata-rata diameter panjang dan
diameter pendek) dengan jangka sorong dan tinggi putih telur dengan penggaris.
Setelah itu memisahkan putih telur dengan kuning telur dengan cara memutus
chalaza. Selanjutnya diikuti dengan pengukuran diameter kuning telur dengan
jangka sorong dan tinggi kuning telur dengan penggaris
2. Indeks putih telur dan kuning telur
Telur dipecahkan dan dipisahkan antara putih telur dan kuning telurnya.
Kemudian diukur tinggi dan rata-rata dari putuh dan kuning telur tersebut.
Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks putih telur dan indeks kuning telur
menggunakan rumus. Pengukuran indeks telur ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas telur.
3. Pengukuran pH putih telur dan kuning telur
Pertama-tama pisahkan antara putih telur dan kuning telur. Setelah itu,
dilakukan pengukuran ph pada masing-masing bagian menggunakan ph meter
yang bertujuan untuk mengetahui nilai derajat keasaman dari masing-masing
bagian telur (putih telur dan kuning telur).
4. Pengukuran BJ putih telur
Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan telur dan mengambil bagian
putihnya. Kemudian putih telur tersebut dimasukkan ke dalam gelas ukur. Setelah
itu menimbang berat putih telur dan menghitung volumenya. Selanjutnya
menghitung nilai berat jenis dengan rumus :
BJ = W : V
Penghitungan berat jenis dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai berat
jenis pada masing-masing sampel telur.
5. Pengukuran Haugh Unit (HU)
Langkah pertama yaitu menimbang trlur utuh menggunakan timbangan
analitik. Selanjutnya mengukur tinggi putih telur. Dari pengukuran tersebut
diperoleh nilai H dan W sehingga dapat dihitung nilai Haugh Unit. Satuan haugh
unit ini adalah indikator utama dalam pengukuran kualitas telur.
6. Pengukuran tebal cangkang dan rongga udara
Pengukuran tebal cangkang dan rongga udara pada telur menggunakan jangka
sorong. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui kualitas telur.
Karena semakin dalam rongga udara yang terbentuk, menunjukkan bahwa umur
telur makin lama
c. Pengamatan Sifat Fungsional Telur
1. Prosedur pengamatan telur sebagai emulsifier
Pengamatan telur sebagai emulsifier dilakukan dengan menyiapkan 3 tabung
reaksi yang kemudian diisi masing-masing dengan 5 ml air. Penambahan air
berfungsi untuk menjaga agar butiran minyak yang ditambahkan nantinya akan
tetap tersuspensi. Kemudian ditambahkan 1 ml minyak goreng, setelah itu
dikocok. Minyak ini berfungsi sebagai gugus nonpolar. Pada tabung 1 masukkan
1 ml kuning telur, pada tabung 2 masukkan 1 ml putih telur, dan pada tabung 3
masukkan 1 ml campuran putih dan kuning telur. Kemudian amati perubahan
yang terjadi. Emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi)
sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian
polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif, hal ini menyebabkan
minyak juga menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak-
menolak sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian
menjadi stabil.
2. Prosedur pengamatan telur sebagai clarifying agent
Hal pertama yang dilakukan yaitu siapkan 3 beaker glass dan masukkan
masing-masing 100 ml air dan teh. Kemudian dipanaskan hingga mendidih di
atas hot plate. Tahap selanjutnya adalah penambahan 5 ml kuning telur, putih
telur, dan campuran putih dan kuning telur kedalam masing-masing beaker glass
di atas hot plate tersebut. Tujuan dari pendidihan telur dengan teh ini adalah agar
kuning telur, putih telur, maupun campuran keduannya dapat mengikat kotoran
(serbuk-serbuk teh). Tahap yang terakhir adalah pengamatan ketiga beaker glass,
untuk mengetahui bagian telur manakah yang paling baik dalam mengikat
kotoran (serbuk-serbuk teh).
3. Prosedur pengamatan telur sebagai pembenuk busa
Pada pengamatan telur sebagai pembentuk busa yang pertama dilakukan
pertamayaitu siapkan 2 butir telur. Telur yang pertama dipecahkan lalu dipisahkan
bagian putih dan kuningnya, serta diambil bagian putih telurnya saja sebagai
sampel A dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian diukur volume putih
telur tersebut menggunakan penggaris (Va1), untuk mengetahui volume putih
telur sebelum dilakukan pengocokkan. Telur yang kedua dilakukan hal yang sama
seperti telur yang pertama, namun yang membedakan yaitu diambil kuning telur
dan putih telur sebagai sampel B. Setelah sampel A dan B siap, kemudian
dilakukan pengocokkan selama 5 menit dengan kecepatan yang sama. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui bagian telur yang mana yang bisa
membentuk busa secara sempurna. Kemudian pindahkan sampel ke gelas ukur
untuk di ukur volume masing-masing telur menggunakan penggaris. Sampel putih
telur setelah dikocok sebagai (Va2) dan putih telur dan kuning telur setelah
dikocok sebagai (Vb2). Selanjutnya hitung kemampuan pembentukan busa
masing-masing sampel menggunakan rumus.
d. Uji Alkohol
Dari praktikum uji alkohol yang telah dilakukan menggunakan susu kental
manis tidak mengalami gumpalan. Sehingga dapat dikategorikan susu kental
manis tersebut memiliki kualitas yang baik. Menurut Buckle (1987) tujuan dari uji
alkohol adalah untuk memeriksa dengan tepat tingkat keasaman susu.
Berat Jenis
25
20
15
10
Berat Jenis
0
Susu Susu Kental Susu Segar Susu Segar Susu Bubuk Susu
Pasteurisasi Manis Rebus Full Cream Sterilisasi
(80˚C ; 1')
f. Pengaruh Enzim
5.2.2 Telur
a. Kualitas Eksternal
Kualitas telur ditentukan oleh dua faktor yakni kualitas luarnya berupa
kulit cangkang dan isi telur. Faktor luar meliputi bentuk warna, tekstur, keutuhan,
dan kebersihan kulit. Sedangkan faktor isi telur meliputi kekentalan putih telur,
warna serta posisi kuning telur dan ada tidaknya noda-noda pada putih dan kuning
telur (Sarwono, 1986).
Dari pengamatan sampel, dapat diperoleh hasil bahwa komponen telur yang
paling baik digunakan sebagai emulsifier adalah kuning telur dan campuran antara
kuning dan putih telur. Hal tersebut terbukti saat ditambahkannya kuning telur dan
campuran kuning dan putih telur pada campuran air dan minyak yang dikocok
hingga homogen menggunakan vortex, minyak dan air dapat menyatu secara
homogen. Sedangkan hal berbeda yang terjadi dengan menggunakan putih telur,
minyak dan air tidak bisa terdispersi secara merata/homogen. Ini sesuai dengan
Koswara (2009), yang menyatakan bahwa putih telur mempunyai daya emulsi
yang sedang, sedangkan kuning telur adalah emulsifier kuat.
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui jika campuran antara
putih dan kuning telur memiliki kemampuan mengikat kotoran paling besar
daripada sampel telur yang lain. Hal ini disebabkan, telur memiliki daya
koagulasi. Koagulasi merupakan penggumpalan yang terjadi karena perubahan
struktur protein telur yang menyebabkan peningkatan kekentalan dan kehilangan
kelarutan. Koagulasi protein telur dapat terjadi karena panas, garam, asam, basa
atau pereaksi lain. Karena gaya koagulasi itulah telur akan dapat mengikat kotoran
(serbuk-serbuk teh) yang terdapat dalam media air teh. Sementara daya ikat yang
paling baik dari data pengamatan diatas adalah campuran putih da kuning telur.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Susu yang memiliki kualitas baik biasanya akan bersifat netral yaitu memiliki
pH berkisar 6,3-6,8.
2. Susu yang tidak menggumpal saat pengujian alkohol menandakan susu
memiliki kualitas yang baik.
3. Susu dapat menjadi substrat untuk enzim bromelin dan kerja enzim pada susu
dapat berpengaruh pada suhu.
4. Bagian telur yang dapat dijadikan emulsifier dengan baik adalah bagian
kuning telur, karena memiliki tingkat koagulasi yang lebih padat.
6.2 Saran
Atik, Rusmiati dan Tetty. 2015. Aneka Masakan Telur. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2006. Kategori Pangan. Direktorat
Standarisasi Produk Pangan, Jakarta.
Bell, D.D. and W.D. Weaver, 2002. Commercial Chicken Meat and Egg
Production. Academic Pub-lisher, United States of America.New York.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan Wootton. 2009. Ilmu Pangan.
Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press. Jakarta
Eniza, Saleh. 2004. Dasar Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Sumatera.
Utara: Universitas Sumatra Utara Press
Gaman PM, Sherrington KB. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi, Murdijati G, et al, penerjemah. Yogyakarta:
Penerbit Gajah Mada University Press. Terjemahan dari:The Science of
Food, An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology.
Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Hasil- Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur.
Yogyakarta: Liberty. Hansderson.
Harendra. 2009. Higiene Susu. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Ide, Pangkalan. 2008. Healt Secret of Kefir. Jakarta: Elex Media Kamputindo.
Lestari, E. 2009. Korelasi Antara Bobot Telur dengan Bobot Tetas dan
Perbedaan Susut Bobot pada Telur Entok. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Messen, W. G. 2005. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Ed. Rev. : Januari 2006. IPB
Press, Bogor
Newstead, D.F., S.P. Reelick, & B.A. Vautier. 2005. Recombination of Milk and
Milk Products. 2nd Ed. New Zealand: A Fonterra Reseach Centre
Handbook.
Rahayu IHS. 2012. Karakteristik fisik, komposisi kimia dan uji organoleptik telur
ayam merawang dengan pemberian pakan bersuplemen omega-3.
Teknologi Industri Pangan, 14:199-205
Walstra, P., J.T.M. Wouters, & T.J. Geurts. 2006. Dairy Scince and Technology.
2nd Ed. CRC Press, Boca Raton.
Wardana.2012. Kajian Kualitas Susu Segar pada Jalur Susu di DIY. UGM Press.
Yogyakarta.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Yamamoto, T., Juneja, L. R. Hatta, and M. Kim. 2007. Hen Eggs. CRC Press.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
a. Sampel A = × 100% = -5 %
b. Sampel B = × 100% = -5 %
b. Sampel B = × 100% = -8 %
2.4 Telur Ayam Kampung 2
a. Sampel A = × 100% = 10 %
b. Sampel B = × 100% = 6 %
b. Sampel B = × 100% = 0 %
a. Sampel A = × 100% = -2 %
b. Sampel B = × 100% = 0 %
DOKUMENTASI
Pengamatan Pengamatan pH
Karakteristik Susu