1 PB PDF
1 PB PDF
Natalia Puspitawati
Tri Sulistyarini
STIKES RS Baptis Kediri
(stikesbaptisjurnal@ymail.com)
ABSTRAK
Status gizi secara tidak langsung berpengaruh terhadap faktor sosial ekonomi dan
langsung terhubung dengan hygiene sanitasi, juga dengan tingkat konsumsi dan infeksi.
Peraturan pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan termasuk keadaan gizi. Tujuan penelitian ini menganalisis sanitasi lingkungan
yang tidak baik dapat mempengaruhi status gizi. Desain penelitian ini adalah cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah balita (usia 1-5 tahun) di wilayah RW VI
Kelurahan Bangsal. Dengan jumlah sampel 32 responden menggunakan total sampling.
variabel independen sanitasi lingkungan dan variabel dependen status gizi. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, kemudian dianalisis
dengan menggunakan regresi linier dengan tingkat signifikansi α ≤ 0,05 regresi linier p =
0,111, dimana p>α yang berarti Ho diterima, Ha ditolak. Tidak ada hubungan antara
sanitasi lingkungan dan status gizi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
verifikasi negatif status lingkungan sanitasi yang buruk terhadap status gizi balita di RW
VI Kelurahan Bangsal.
ABSTRACT
Nutrition status indirectly effects the economic social factor and directly connected
with hygiene sanitation and also with the level of consume and infection. Regulation of
development in health is to increasing the degree of health including circumstance of
nutrition. This study analyzes the goal which is poor environmental sanitation can affect
nutritional status. Design in this study is cross-sectional. The population were toddlers
(aged 1-5 years) in RW VI Bangsal village. With a sample of 32 respondents using total
sampling. Independent variables environmental sanitation and the dependent variable
nutritional status. The data was collected using questionnaire and interview, then
analyzed using the linear regression with significant level α≤0,05 of linear regression
p=0,111, where p>α which means that Ho is accepted, Ha rejected. There is no
correlation between environmental sanitation and nutrition status. It can be concluded that
there is no negative verification of poor environmental sanitation toward nutrition status
to under five years in RW VI Bangsal village.
74
Jurnal STIKES
Volume 6, No. 1, Juli 2013
75
Sanitasi Lingkungan Yang Tidak Baik Mempengaruhi Status Gizi Pada Balita
Di Wilayah RW VI Kelurahan Bangsal
Natalia Puspitawati, Tri Sulistyarini
76
Jurnal STIKES
Volume 6, No. 1, Juli 2013
Dalam penelitian ini sampel diambil dari Berdasarkan data diatas dapat
balita (usia ≥ 1 - 5 tahun) yang diketahui bahwa lebih dari 50% dengan
memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel berat badan 10-15 kg yaitu sebanyak 18
adalah banyaknya anggota yang akan responden (51%).
dijadikan sampel. Besar sampel dalam
penelitian ini tidak dihitung, karena
sampling yang digunakan adalah Total Tabel 3 Karakteristik Responden
Sampling. Jadi besar sampel dalam Berdasarkan Jenis Kelamin
penelitian ini sebanyak 32 responden. di RW VI Kelurahan
Bangsal pada Tanggal 15
juni s/d 14 Juni 2011
Hasil Penelitian Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-Laki 19 54
Perempuan 13 46
Data Umum Jumlah 32 100
77
Sanitasi Lingkungan Yang Tidak Baik Mempengaruhi Status Gizi Pada Balita
Di Wilayah RW VI Kelurahan Bangsal
Natalia Puspitawati, Tri Sulistyarini
Berdasarkan hasil tabulasi silang, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki sanitasi lingkungan yang cukup dengan status gizi sedang 43%. Masih ada
responden yang memiliki sanitasi lingkungan baik tetapi status gizinya kurang 50% dan
ada 57% responden yang memiliki sanitasi lingkungan kurang tetapi status gizinya baik.
Berdasarkan uji statistik Regresi Linier dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan p
= ≥ 0,05 dimana p < 0,05 maka ho ditolak dan bila p ≥ 0,05 maka Ho diterima, jadi
sanitasi lingkungan yang tidak baik tidak mempengaruhi status gizi pada balita di wilayah
RW VI Kelurahan Bangsal.
78
Jurnal STIKES
Volume 6, No. 1, Juli 2013
dalam makanan yang dimakan semakin penyakit, antara lain diare dan saluran
baik status gizi yang dimilikinya. pencernaan. Di dunia penyakit tersebut
Selanjutnya Status Kesehatan dapat telah menimbulkan kematian sekitar 2,2
ditingkatkan dengan memelihara juta anak per tahun dan menghabiskan
kesehatan dan lingkungan fisik serta banyak dana untuk mengatasinya
sosialnya. Status kesehatan yang (UNICEF, 2008). Seseorang yang
meningkat maka status gizinya pun juga kekurangan zat gizi akan mudah
meningkat. Ditinjau dari sudut pandang terserang penyakit dan pertumbuhan akan
epidemiologi masalah gizi sangat terganggu. Sanitasi lingkungan yang
dipengaruhi oleh pejamu, agens, buruk akan menyebabkan anak lebih
lingkungan. Ketidakseimbangan antara mudah terserang penyakit infeksi yang
ketiga faktor ini, misalnya terjadinya akhirnya dapat mempengaruhi status gizi.
ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh Status gizi selain dipengaruhi oleh
maka simpanan zat gizi akan berkurang sanitasi lingkungan, juga dipengaruhi
dan lama kelamaan simpanan menjadi oleh beberapa fakor antara lain konsumsi
habis apabila keadaan ini dibiarkan maka makanan dan status kesehatan (penyakit
akan terjadi perubahan faali dan infeksi). Jika konsumsi makan kurang
metabolis dan akhirnya memasuki akan mempermudah timbulnya penyakit
ambang klinis. Proses itu berlanjut yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
sehingga menyebabkan orang sakit. dan mengakibatkan status gizi menurun.
Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit Anak yang menderita kurang gizi akan
ringan sampai sakit tingkat berat. Dari mudah terkena infeksi khususnya diare
kondisi ini akhirnya ada 4 kemungkinan dan penyakit saluran pernafasan. Masing-
yaitu ; mati, sakit kronis, cacat dan masing faktor tersebut akan
sembuh apabila ditanggulangi secara memperburuk keadaan. Sanitasi
intensif. Dan juga dapat berupa Faktor lingkungan juga sangat terkait dengan
tidak langsung yaitu Penyakit infeksi ketersediaan air bersih, ketersediaan
yang berarti Anak yang mengalami gizi jamban, jenis lantai rumah serta
kurang akan mudah terkena penyakit kebersihan peralatan makan pada setiap
khususnya diare dan penyakit saluran keluarga. Makin tersedia air bersih untuk
pernapasan. Masing-masing keadaan kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko
tersebut mendorong dan dapat anak terkena penyakit kurang gizi.
memperburuk keadaan. Proses tersebut Pendidikan Orang Tua Latar pendidikan
akan menimbulkan kesakitan yang orang tua, merupakan salah satu unsur
semakin memburuk dan dapat penting yang berperan dalam
menyebabkan kematian. Dalam keadaan menentukan keadaan gizi anak. Pada
gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup masyarakat yang rata-rata pendidikannya
kemampuan untuk memepertahankan diri rendah, menunjukkan prevalensi gizi
terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan kurang yang tinggi dan sebaliknya pada
gizi semakin buruk maka reaksi masyarakat yang tingkat pendidikannya
kekebalan tubuh akan menurun yang cukup tinggi, prevalensi gizi kurang lebih
berarti kemampuan tubuh untuk rendah. Tingkat Pendapatan Tingkat
mempertahankan diri terhadap serangan pendapatan juga menentukan pola makan
infeksi menjadi turun. Infeksi apa yang dibeli dengan uang tersebut.
memperburuk status gizi, dan sebaliknya Jika pendapatan meningkat,
gangguan gizi memperburuk kemampuan pembelanjaan untuk membeli makanan
anak untuk mengatasi penyakit infeksi juga bertambah. Dengan demikian
(Aritonang, 2003). Selanjutnya Sanitasi pendapatan merupakan faktor yang
Lingkungan yang berarti Sanitasi yang menentukan kualitas dan kuantitas
memadai merupakan dasar makanan yang selanjutnya akan
pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi berpengaruh terhadap zat gizi (Kusumo,
jauh dibawah kebutuhan penduduk yang 2004).
terus meningkat jumlahnya. Keadaan Dari hasil penelitian yang
lingkungan yang kurang baik menunjukkan tidak adanya pengaruh
memungkinkan terjadinya berbagai jenis antara sanitasi lingkungan dengan status
82
Jurnal STIKES
Volume 6, No. 1, Juli 2013
83