Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai


dengan hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah yang kronis dan
bervariasi. Hal ini dapat disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. Selain itu, etiologi dari DM sangat kompleks, baik gaya hidup yang
tidak sehat, lingkungan, genetik, dan lainnya (Nazulis, 2011).
Berdasarkan data IDF (International Diabetes Federation) tahun 2005,
diketahui pada tahun 2003, Indonesia masih menduduki posisi ke 5 dengan jumlah
penduduk penderita DM terbesar di bawah Amerika. Namun terjadi peningkatan
pada tahun 2005 sehingga Indonesia bergeser ke posisi ke 3. Diperkirakan akan
terjadi lonjakan pada tahun 2010 sebesar 50 % dan dua kali lipat pada tahun 2025
(Nazulis, 2011).
Distribusi penyakit ini juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari
tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan
daerah geografis. Gejala DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan
sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang
lebih banyak, buang air kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun.
Gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olah raga, dan
pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya (Murwani,
2009).
Kasus diabetes yang paling banyak dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2
yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan resistensi insulin. Pada tahap
awal resistensi insulin masih belum menyebabkan diabetes secara klinis. Pada saat
tersebut sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini, terjadi
hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat.
Kemudian setelah terjadi kegagalan sel beta pankreas, baru akan terjadi diabetes
melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa
darah. Dalam patogenesis DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu
resistensi insulin dan disfungsi sel β-pankreas. Resistensi insulin adalah keadaan
dimana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot,
sel lemak dan sel hepar. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar
glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia,
disamping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah
(Feliasari,2014)
Ada berbagai macam cara pengendalian glukosa darah; gaya hidup sehat,
pemakaian obat anti diabetes (OAD), dan insulin. Ketika awal diperkenalkan, terapi
yang disetujui untuk menangani pasien DM tipe 2, yang saat itu istilahnya masih
non-insulin dependent diabetes mellitus, adalah gaya hidup sehat dan pemakaian
OAD. OAD yang tersedia di masyarakat beraneka ragam dengan berbagai target
kerja yang spesifik. Pemakaiannya pun dapat melalui berbagai macam cara, ada
yang dalam bentuk terapi tunggal, maupun terapi kombinasi dari 2 OAD yang
berasal dari golongan yang berbeda sesuai kebutuhan. Namun terkadang, target
glukosa darah masih belum tercapai.
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang
fisiologis. Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin
prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya
hiperglikemia setelah makan. Tetapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk
melakukan koreksi terhadap defisiensi yang terjadi. Terapi insulin dapat diberikan
secara tunggal (satu macam) berupa insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek
(short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting),
atau insulin campuran tetap (premixed insulin). Pemberian dapat pula secara
kombinasi antara jenis insulin kerja cepat (rapid insulin) dengan insulin kerja
pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long
acting), atau insulin campuran tetap (premixed insulin). Pemberian dapat pula
secara kombinasi antara jenis insulin kerja cepat atau insulin kerja pendek
(Feliasari, 2014).
Guideline terbaru dari ADA, 2015 menganjurkan untuk segera memulai
terapi insulin apabila pasien gagal mencapai target glikemiknya setelah
mendapatkan 2 macam OAD. Selain itu, terdapat pula indikasi-indikasi pemakaian
terapi insulin lain seperti underlying conditions pada pasien DM tipe 2. Namun
demikian, pada praktek sehari-hari keputusan untuk mengawali terapi insulin
sangat dibatasi oleh kemungkinan terjadinya hipoglikemia, efek samping lain
seperti peningkatan berat badan, dan kepercayaan serta belief pasien terhadap terapi
insulin tersebut.
Penelitian ini akan dilakukan pada pasien diabetes mellitus
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah ”Tingkat pengetahuan pasien Diabetes Melitus yang kontrol di
Puskesmas Sedayu 1 tentang diet dan terapi diabetes Melitus saat puasa??”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan pasien Diabetes Melitus yang
kontrol di Puskesmas Sedayu 1 tentang diet dan terapi Diabetes Melitus saat
puasa.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan pasien tentang
Diabetes Melitus yang kontrol di Puskesmas Sedayu 1 tentang diet Diabetes
Melitus saat puasa.
b) Untuk mengetahui perbedaan sikap pasien tentang
Diabetes Melitus yang kontrol di Puskesmas Sedayu 1 tentang terapi
Diabetes Melitus saat puasa.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya untuk mengetahui pengetahuan pasien Diabetes
Melitus yang kontrol di Puskesmas Sedayu 1 tentang diet dan terapi
Diabetes Melitus saat puasa.
2. Bagi Klinisi
Hasil peneliti ini diharapkan dapat menjadi referensi tentang gambaran
pengetahuan dan sikap pasien sehingga di masa mendatang, dapat
menindaklanjuti permasalahan tentang diet dan terapi pada pasien Diabetes
Melitus khususnya di Puskesmas Sedayu 1.
3. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pasien
khususnya pasien tentang diet dan terapi diabetes mellitus.

1. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian
ini sebagai berikut:

1. Phitri dan Widiyaningsih (2013). Hubungan antara pengetahuan dan


sikap penderita Diabetes Mellitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus
di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang DM sebagian besar
kurang sebanyak 24 responden (44,4%), sikap responden tentang DM
sebagian besar tidak baik sebanyak 30 responden (55,6%), kepatuhan diet
responden sebagian besar tidak patuh sebanyak 31 responden (57,4%),
daa hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet diabetes mellitus
(pvalue=0,003), dda hubungan sikap penderita diabetes mellitus dengan
kepatuhan diet diabetes mellitus (pvalue=0,018). Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu variabel, subyek, teknik pengambilan
sampel dan tempat penelitian.

2. Mayasari, dkk (2014), Faktor yang Berhubungan dengan kepatuhan klien


diabetes mellitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD
Labuang Baji Makasar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan
sampel menggunakan teknik Accidental sampling dengan jumlah 30
responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji
chi square dengan tingkat pemaknaan (α<0,05). Hasil analisis menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0,018), perilaku (p= 0,009),
dan pendidikan (p= 0,001) dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam
mengontrol gula darah. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol
gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar adalah
pengetahuan, perilaku, dan pendidikan

Perbedaan dalam penelitian ini adalah tempat penelitian, waktu penelitian,


dan jumlah sampel dimana dalam penelitian ini peneliti melakukan
penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo dengan waktu
penelitian tahun 2015 dengan pengambilan sampel yaitu dengan teknik
proportional rondom sampling. Adapun desain penelitian yang akan
dilakukan sama yaitu dengan metode penelitian survey analitik dengan
pendekatan cross sectional. Variabel dalam peneltian ini yaitu varibel
independen dan variabel dependen, dimana tingkat pengetahuan tentang diet
diabetes mellitus sebagai variabel independen sedangkan kepatuhan kontrol
gula darah sebagai variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai