Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008). Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat. Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit, salah satunya penyakit hipertensi. Hipertensi adalah kondisi penting di antara orang dewasa, yang mempengaruhi hampir satu miliar orang di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 7,1 juta kematian per tahun (Osamor & Owumi, 2011). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi secara esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Hipertensi primer terjadi sebesar 90-95 % kasus dan cenderung bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai dan merokok (Robinson dan Saputra, 2014). Gejala dari hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥120mmHg dan tekanan darah diastolik ≥80mmHg (Muttaqin, 2009). Diagnosis dari hipertensi dapat di tegakkan jika rata-rata hasil pemeriksaan darah pada diastolik ≥90mmHg dan sistolik ≥120mmHg (Potter &Perry, 2010). Menurut WHO, 20–50% dari keseluruhan kematian pada penyakit kardiovaskuler disebabkan komplikasi hipertensi. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia didapatkan angka kejadian hipertensi pada golongan usia 45–54 tahun adalah 19,5% yang meningkat menjadi 30,6% di atas umur 55 tahun (Suprianto, dkk, 2009). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberku losis, jumlahnya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% (Kemenkes, 2010). Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Profil kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2014, Perkembangan data kasus baru penyakit Hipertensi pada Lansia menurut menjadi 52,91%, sedangkan penyakit Hipertensi pada Lansia tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 53,06%. Penyakit hipertensi pada tahun 2014 menunjukan adanya penurunan penyakit hipertensi, namun pada tahun 2015 terlihat kembali mulai ada kenaikan penyakit hipertensi. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti dengan observasi yang dilakukan di desa Dukuhturi Bumiayu, terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan tentang hipertens yang kurang baik, tidak adanya pengawasan dari pihak keluarga terhadap keteraturan dalam minum obat, stress, serta kebiasaan hidup seperti merokok, pola makan dan konsumsi garam dapur yang berlebihan. Selain itu mereka juga mengeluh sering pusing, sulit tidur, banyak fikiran, sakit kepala dan tampak tegang. Mereka juga mengungkapkan kurangnya perhatian dari anggota keluarga, dan tidak pernah mengontrol kesehatan ke layanan kesehatan terdekat. Perawatan Hipertensi yang mereka lakukan bila tekanan darah naik adalah dengan merebus timun dan biasanya dibiarkan saja. Mereka tidak melakukan sesuatu yang dianjurkan ataupun dilarang bagi penderita hipertensi. Enam dari tujuh lansia mengungkapkan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hipertensi. Keberhasilan suatu program pengobatan tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien dalam melaksanakan pengobatan tersebut. Pengobatan hipertensi umumnya dilakukan seumur hidup atau pengobatan jangka panjang sehingga kebanyakan pasien tidak meminum obat antihipertensi sesuai dengan yang diresepkan dan menghentikannya setelah 1 tahun (Manurung, 2011). Salah satu strategi untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah dengan memanfaatkan keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama terhadap masalah-masalah yang terjadi pada anggota keluarganya. Secara umum orang-orang yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau sekelompok orang biasanya cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis dari pada mereka yang kurang merasa mendapat dukungan (Suprianto, dkk, 2009). Selain itu Pencegahan komplikasi dapat dilakukan dengan cara terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi berupa: modifikasi gaya hidup, mengurangi berat badan, pembatasan asupan natrium, modifikasi diet rendah lemak, olahraga, pembatasan alkohol, pembatasan kafein, teknik relaksasi, dan menghentikan kebiasaan merokok (Black & Hawks, 2014). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gaya hidup adalah dengan melakukan olahraga, olahraga merupakan kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang (Wiarto, 2013). Kegiatan aktivitas fisik tersebut berupa gerakan tubuh yang mampu meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori) (Wiarto,2013). Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul: “asuhan keperawatan keluarga pada keluarga ibu “m” dengan masalah kesehatan hipertensi di dusun kalangan, kebonagung kecamatan imogiri yogyakarta” tujuannya untuk membantu klien mendeteksi secara dini tanda dan gejala juga pencegahan dari penyakit hipertensi. Sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensip pada klien dengan hipertensi. 1.2 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengaplikasikan penerapan asuhan keperawatan pada keluarga Tn “M” khususnya Ny “M” dengan Hipertensi di Dusun Kalangan, Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu penulis mampu menggambarkan, mengetahui, menentukan, memahami, menjelaskan, dan mendiskripsikan : a. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn “M” khususnya Ny “M” dengan hipertensi b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga Ny “M” dengan Hipertensi c. Menyusun intervensi keperawatan pada keluarga Ny “M” dengan Hipertensi d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga Ny “M” dengan Hipertensi e. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada keluarga Ny “M” dengan Hipertensi f. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada keluarga Ny “H” dengan Hipertensi.