Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN PADA

IBU I DENGAN MIOMA UTERI

DI PILKILINIK OBSGYN RSUD JOGJA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing : Fika Nur I., S.Kep., Ns., M.Kep

KELAS 3A

Ayu Tanu Brata

2620152628

3A/10

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2017
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

MIOMA UTERI

A. Pengertian Mioma Uteri


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
dinding uterus yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine
Fibroid. Mioma uteri umumnya terjadi pada usia 35 tahun. Dikenal ada dua
tempat asal mioma uteri yatu pada serviks uteri (2%) dan pada umumnya
pada korpus uteri (97%), belum pernah ditemukan mioma uteri terjadi
sebelum menarche (Nurarif, 2015).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakakan disebut juga leiomyoma,
fibromioma atau fibrosit. Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas
tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous.
Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak
sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi
(Mitayani, 2009).

B. Etiologi Mioma Uteri


Sampai saat inibelum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma
merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik
dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Menurut Wiknjosastro (2005)
faktor penyebab mioma dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui,namun ada 2 teori
yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri yaitu, yaitu :
a. Teori stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
1) Mioma uteri sering kali tumbuh cepat pada masa hamil
2) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
3) Mioma uteri biasanya mengalmi atrofi sesudah menopause
4) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan
mioma uteri (Manuaba, 2007)
b. Teori Cellnest Atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cellnest yang selanjutnya dapat diraangsang terus-
menerus oleh estrogen (Manuaba, 2007). Selain teori tersebut, faktor
risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah :
1) Estrogen
2) Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan
kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis
(50%), perubahan fibrosistikdari payudara (14,8%), adenomyosis
(16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase : enzim ini
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron
(estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak daripada miometrium normal.
3) Progesteron
Merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu :
mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor
4) Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa
yaitu HPL, terlihat pada periode ini memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen
2. Faktor Predisposisi
Menurut Wiknjosastro (2005) factor predisposisi penyebab mioma uteri
adalah
a. Gaya hidup tidak sehat, seperti : konsumsi makanan tinggi lemak
dan tidak sehat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga,
merokok dan konsumsi alkohol, terpapar agen infeksius, stress
b. Faktor genetik
c. Riwayat kista
d. Menstruasi usia dini (12 tahun/ lebih muda)
e. Siklus haid tidak teratur
f. Sulit hamil
g. Usia penderita ( > 40 tahun)
h. Nyeri saat menstruasi
i. Paritas (wanita multipara)

C. Tanda Gejala Mioma Uteri


Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Menurut Sarwono (2011) tanda gejala
yang mungkin timbul pada mioma uteri diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
a. Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium karena pengaruh ovarium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma
di antara serabut miometrium
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis
tuba.
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Abortus berulang karena distorsi rongga uterus pada mioma
submukosum.
8. Gejala dan tanda penekanan seperti poliuri, retensi urine, konstipasi serta
edema tungkai dan nyeri panggul.

D. Klasifiksi/ Stadium Mioma Uteri


Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasi mioma uteri menurut Yatin (2005) adalah sebagai
berikut:
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan
paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma submukosum : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding
uterus paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga
dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut
mioma geburt
3. Mioma subserosum : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan
uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga
peritonium. Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki
dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat
menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid
Ditemukan kedua terbanyak.

E. Patofisiologi Mioma Uteri


Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi
hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran mioma
sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus
(corporeal) tapi dapat juga terjadi pada serviks. Tumor subcutan dapat
tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan.
Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa
keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol
melalui vagina atau cerviks yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau
ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi
akibat dari mioma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk
uterus atau tuba falopi. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi
secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang
membuat bayi lahir sulit (Mansjoer, 2002)
F. Patway Mioma Uteri

Menurut Nurarif (2015)


G. Komplikasi Mioma Uteri
Klasifikasi mioma uteri menurut Yanti (2013) adalah:
1. Pertumbuhan Leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, sekonyong- konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi
sesudah menopouse
2. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri sebserosum mengalami putaran.
Klau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akut tampak gambaran klinik
dan abdomenakut
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor,
kadang0kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari
vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat
nekrosis dan infeksi sekunder
H. Pemeriksaan Penunjang pada Mioma Uteri
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma
uteri adalah :
1. Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Leukosit
meningkat atau turun, Eritrosit turun
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
6. ECG : mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yaitu dapat
mempengaruhi tindakan operasi. (Mitayani, S. 2009)
7. Ultrasonografi : Ultrasonografi trans abdominal dan tranvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Mioma uteri secara
khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
8. Histeroskopi : dengan pemeriksaan ini dapat di lihat adanya mioma uteri
submukosa, jika tumornya kecil bserta bertangkai, tumor sekaligus dapat
diangkat
9. MRI (Magnetic Resonanse Imaging) : MRI sangat akurat dalam
menggambarkan jumlah, ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas
dan dapat dibedakan miometrium yang normal

I. Penatalaksanaan pada Mioma Uteri


Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati
masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan
pelvic secara rutin tiap 3 bulan atau 6 bulan. Adapun cara penanganan pada
mioma uteri menurut Yatim (2005) yaitu dengan cara operasi yaitu:
1. Miomektomi
Adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus.
Miomektomi lebih sering dilakukan pada penderita mioma uteri secara
umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita
yang masih ingin bereproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang
teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan pada wanita yang
belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.
2. Bilateral Salpingo-Oophorectomy
Operasi ini mengangkat kedua indung telur (ovarium) beserta saluran
telur ( tuba falopi) (Yatim, 2005)
3. Histerektomi
Adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri. Histerektomi dapat dilakukanbila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan
keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiap tahapan yaitu ;
pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan (Depkes RI,1991).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi
(data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO) adalah sebagai berikut :
Usia :
a. Mioma biasanya tejadi pada usia reproduktif, paling sering
ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara afektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri
karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu di
kaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atrofi pada masa menopause.
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang
besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi
psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya organ
kewanitaan.
4. Data Psikologi
Pengagkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga
berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani.
Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi
atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang terjadi
sayangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respiratori bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapar
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala
terdapat secret pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksanakan segera pada klien yang memakai anastesi general.
6. Tingakat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pernyataan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di
observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.

7. Status Urinari
Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang dehidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai
8 jam setelah pembedahan. Jumlah output urine yang sedikit akibat
kehilangan cairan tubuh saat operas, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul secara teori menurut NANDA
pada tahun 2013 adalah
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik
3. Konstipasi berhubungan dengan tumor
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen cidera mekanik
7. Resiko harga diri rendah situasional
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan rasa Pain Level Pain Management
nyaman (nyeri) Pain Control a. Kaji tingkat rasa tidak
berhubungan Konfort Lavel nyaman sesuai dengan
dengan agen a. Mampu mengontrol tingkat nyeri.
cidera biologis: nyeri (tau penyebab b. Beri posisi semi fowler
nyeri, mampu atau posisi datar atau
menggunakan teknik miring kesalah satu sisi.
non farmakologi c. Ajarkan teknik relaksasi
untuk mengurangi seperti menarik nafas
nyeri, mencari dalam, bimbing untuk
bantuan) membayangkan sesuatu.
b. Melaporkan bahwa d. Kaji tanda vital :
nyeri berkurang tachicardi, hipertensi,
dengan menggunakan pernafasan cepat.
manajemen nyeri e. Motivasi klien untuk
c. Mampu mengenali mobilisasi dini setelah
nyeri (skala, pembedahan bila sudah
intensitas, frekuensi diperbolehkan.
dan tanda nyeri) f. Laksanakan pengobatan
d. Menyatakan rasa sesuai indikasi seperti
nyaman setelah nyeri analgesik intravena.
berkurang g. Observasi tanda vital :
nadi, tensi, pernafasan.

2. Gangguan Urinary Elimination Urinary Retention Care


eliminasi urine Urinary Continence a. Cacat poal miksi dan
berhubungan a. Kandung kemih monitor pengeluaran
dengan kosong secara penuh urine
obstruksi b. Tidak ada residu urine b. Lakukan palpasi pada
anatomik >100-200 cc kandung kemih,
c. bebas dari ISK observasi adanya
d. Tidak ada spasme ketidaknyamanan dan
bladder rasa nyeri
e. Balance cairan c. Lakukan tindakan agar
seimbang klien dapat miksi dengan
pemberian air hangat,
mengatur posisi,
mengalirkan air keran.
d. Perhatikan posisi selang
kateter dalam keadaan
baik, monitor intake dan
output, bersihkan daerah
pemasangan kateter satu
kali dalam sehari periksa
keadaan selang kateter
e. Perhatikan kateter urine:
warna, kejernihan dan
bau
f. Kolaborasi dalam
pemberian cairan
perperental dan obat
obat untuk melancarkan
urine
g. Ukur dan catat yang
keluar dan volume
residual urine 750cc
perlu pemasangan
kateter tetap sampai
tonus otot kandung
kemih kuat kembali

3. Konstipasi Bowel Elimination Constipation Management


berhubungan Hydration a. Monitor feses: frekuensi,
dengan tumor a. Mempertahankan konsistensi dan volume
bentuk feses lunak b. Monitor bising usus
setiap 1-3 hari c. Anjurkan pasien
b. Bebas dari untukmeningkatkan
ketidaknyamanan dan asupan serat
konstipasi d. Dorong intake cairan
c. Mengidentifikasi yang adekuat
indicator untuk e. Kolaborasi dengan
mencegah konstipasi dokter obat untuk
d. Feses lunak dan pencahar
berbentuk
4. Disfungsi a. Mengetahui masalah a. Diskusikan efek dari
seksual reproduksi situasi penyakit atau
berhubungan b. Menunjukkan dapat kesehatan pada
dengan beradaptasi dengan seksualitas
gangguan ketidakmampuan fisik b. Diskusikan efek dari
fungsi tubuh. c. Menunjukkan perubahan tubuh akibat
keinginan untuk situasi tertentu
mendiskusikan c. Bantu pasien
perubahan fungsi mengekspresikan
seksual kesedihan dan
d. Mengungkapkan kemarahan tentang
secara verbal perubahan dalam fungsi
pemahaman tentang tubuh atau penampilan
pembatasan indikasi d. Diskusikan tingkat
medis pengetahuan pasien
tentang seksualitas pada
umumnya

5. Ansietas Anxiety self-control Anxiety Reduction


berhubungan Anxiety level a. Gunakan pendekatan
dengan Coping yang menenangkan
ancaman pada a. Klien mampu b. Nyatakan dengan jelas
status terkini mengidentifikasi dan harapan pada perilaku
mengungkapkan pasien
gejala cemas c. Jelaskan semua prosedur
b. Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
mengungkapkan dan selama prosedur
menunjukkan tehnik d. Temani pasien untuk
untuk mengontrol memberikan keamanan
cemas dan mengurangi takut
c. Vital sign dalam batas e. Dorong pasien untuk
normal mengungkapkan
d. Postur tubuh, ekspresi perasaan ketakutan dan
wajah, bahasa tubuh presepsi
dan tingkat aktivitas f. Instruksikan pasien
menunjukkan menggunakan teknik
berkurangnya relaksasi
kecemasan
6. Kerusakan Tissue integrity: skin and Pressure management
integritas kulit mucous a. Anjurkan pasien
berhubungan Membranes menggunakan pakaian
dengan agen Hemodyalis akses longgar
cidera mekanik a. Integritas kulit yang b. Jaga kulit agar tetap
baik bias bersih dan lembab
dipertahankan c. Mobilisasi pasien setiap
(sensasi, elastisitas, 2 jam
temperature, hidrasi, d. Monitor kulit adanya
pigmentasi) kemerahan
b. Perfusi jaringan baik e. Observasi luka meliputi
c. Menunjukan lokasi, dimensi,
pemahaman dalam kedalaman luka,
proses perbaikan kulit jaringan nekrotik, tanda
dan mencegah tanda infeksi local, dan
terjadinya cedera formasi traktus
berulang f. Kolaborasi dengan ahli
d. Mampu melindungi gizi pemberian dien
kulit dan TKTP
mempertahankan g. Ajarkan keluarga
kelembaban kulit dan tentang perawatan luka
perawatan alami
7. Resiko harga Body Image, disiturbed Self Esteem
diri rendah Coping inaffektif Enhancement
situasional Personal Identity, a. Beritahu klien tentang
disturbed siapa saja yang bisa
Helth behavior, risk dilakukan histerektomi
Self esteem situasional, dan anjurkan klien untuk
low mengekspresikan
a. Adaptasi terhadap perasaannya tentang
ketunandayaan fisik: histerektomi.
respon adaptif klien b. Kaji apakah klien
terhadap tantangan mempunyai konsep diri
fungsional penting yang negative
akibat ketunandayaan c. Libatkan klien dalam
fisik. perawatannya
b. penyesuaian d. Kontrak dengam klien
psikososial: sesering mungkin dan
perubahan hidup: ciptakan suasana yang
respon psikososial hangat dan
adaptif individu menyenangkan
terhadap perubahan e. Memotivasi klien untuk
bermakna dalam mengungkapkan
hidup. perasaan mengenai
c. Menunjukkan tindakan pembedahan
penilaian pribadi dan pengaruh terhadap
tentang harga diri. diri klien
d. Mengungkapkapkan f. Berikan dukungan
penerimaan diri emosional dalam teknik
e. Mengatakan perawatan misalnya
optimisme tentang perawatan luka dan
masa depan mandi
g. Ciptakan lingkungan
atau suasana yang
terbuka bagi klien untuk
membicarakan keluhan-
keluhannya.

8. Defisiensi Knowledge: Teaching: disease


pengetahuan diseaseprocess process
berhubungan Knowledge a. Jelaskan kontraindikasi
dengan kurang Behavior tindakan histerektomi
informasi a. Pasien dan keluarga abdominal
menyatakan b. Jelaskan dan ajarkan
pemahaman tentang cara perawatan luka
penyakit, kondisi, bekas operasi
prognosis dan c. Jelaskan aktivitas yang
program pengobatan tidak boleh dilakukan
b. Pasien dan keluarga d. Motivasi klien
mampu melaksanakan melakukan aktivitas
prosedur yang sesuai kemampuannya
dijelaskan secara e. Jelaskan efek dari
benar pembedahan terhadap
c. Pasien dan keluarga menstruasi dan ovulasi
mampu menjelaskan f. Jelaskan efek
kembali apa yang pengangkata uterus
dijelaskan perawat/ secara total
tim kesehatan lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani,S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarya: Graha Ilmu


Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selecta Kedokteran, jilid 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba, Ida Bagus. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Manuba, Ida Bagus. 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mitayani, S. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas (Ed 1). Jakarta: Salemba
Medika
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014/ Editor, T. Keather: Ahli Bahasa, Made Sumarwati, dan Nike
Budhi Subekti: Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, dan Wuri Praptiani. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta: Media Action
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa.2011. Pengantar Ilmu Kebidanan, edisi 3. Jakarta:
Yayasan Pustaka
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiryo Harjo
Yanti, M. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Yatin, Paisal. 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai