Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter
& Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam
Nugroho (2008) menyatakan yang disebut lansia adalah usia 60 tahun. Lanjut
usia atau yang sering disebut dengan lansia, merupakan bagian dari proses
tumbuh kembang (Azizah, 2011). Lanjut usia adalah keadaan atau kondisi
yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stress fisiologi (Efendi, 2009).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik
maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi
secar esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya tidak dapat
diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang diderita.
Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal.
Hipertensi primer terjadi sebesar 90-95 % kasus dan cenderung bertambah
seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai
dan merokok (Robinson dan Saputra, 2014). Gejala dari hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik ≥120mmHg dan tekanan darah diastolik
≥80mmHg (Muttaqin, 2009). Diagnosis dari hipertensi dapat di tegakkan jika
rata-rata hasil pemeriksaan darah pada diastolik ≥90mmHg dan sistolik
≥120mmHg (Potter &Perry, 2010).
Secara alami tekanan darah pada orang dewasa akan mengalami
peningkatan sesuai dengan bertambahnya usia. Lansia biasanya mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik berhubungan dengan elastisitas pembuluh
darah yang menurun (Potter & Perry, 2010). Penurunan elastisitas pembuluh
darah serta penyempitan pembuluh darah arteri pada lansia merupakan salah
satu faktor resiko terjadinya hipertensi.
Menurut World Health Organization (WHO) (2011), ada satu milyar
orang di dunia menderita hipetensi dari 2/3 diantaranya berada di negara

1
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi hipertensi
diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak
29% atau milyar orang diseluruh dunia menderita hipertensi, sedang di
Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi. Data statistik terbaru
menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3%
penduduk Indonesia berusia 18 tahun keatas mengalami hipertensi pada tahun
2014 ( WHO, 2015).
Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Profil kesehatan Kabupaten
Brebes tahun 2014, Perkembangan data kasus baru penyakit Hipertensi pada
Lansia menurut menjadi 52,91%, sedangkan penyakit Hipertensi pada Lansia
tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 53,06%. Penyakit hipertensi pada
tahun 2014 menunjukan adanya penurunan penyakit hipertensi, namun pada
tahun 2015 terlihat kembali mulai ada kenaikan penyakit hipertensi.
Banyaknya faktor resiko penyebab hipertensi mengakibatkan
hipertensi merupakan penyakit dengan jumlah penderita yang banyak. Seiring
dengan bertambahnya usia menjadi salah satu faktor resiko dari hipertensi.
Faktor yang terkait proses menua beresiko hipertensi di karenakan terjadi
kekakuan pada aorta, peningkatan afterload (membutuhkan daya yang lebih
banyak untuk memompa darah dari ventrikel) dan peningkatan tahanan
vaskuler (Sofia, 2014).
Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara terapi farmakologis
dan non farmakologis. Terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi
berupa: modifikasi gaya hidup, mengurangi berat badan, pembatasan asupan
natrium, modifikasi diet rendah lemak, olahraga, pembatasan alkohol,
pembatasan kafein, teknik relaksasi, dan menghentikan kebiasaan merokok
(Black & Hawks, 2014). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki gaya hidup adalah dengan melakukan olahraga, olahraga
merupakan kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang (Wiarto,
2013). Kegiatan aktivitas fisik tersebut berupa gerakan tubuh yang mampu
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori)
(Wiarto,2013).

2
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti dengan observasi
yang dilakukan di desa Dukuhturi Bumiayu, terjadinya hipertensi dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti tingkat pengetahuan tentang hipertens yang kurang
baik, tidak adanya pengawasan dari pihak keluarga terhadap keteraturan dalam
minum obat, stress, serta kebiasaan hidup seperti merokok, pola makan dan
konsumsi garam dapur yang berlebihan. Posyandu lansia yang terdapat di
wilayah Bumiayu masih belum banyak dimanfaatkan oleh lansia termasuk
lansia yang menderita hipertensi, dikarenakan banyakny lansia belum
mengetahui manfaat dengan mengikuti kegiatan posyandu lansia. mereka juga
mengeluh sering pusing, sulit tidur, banyak fikiran, sakit kepala dan tampak
tegang. Mereka juga mengungkapkan kurangnya perhatian dari anggota
keluarga, dan tidak pernah mengontrol kesehatan ke layanan kesehatan
terdekat. Perawatan Hipertensi yang mereka lakukan bila tekanan darah naik
adalah dengan merebus timun dan biasanya dibiarkan saja. Mereka tidak
melakukan sesuatu yang dianjurkan ataupun dilarang bagi penderita hipertensi.
Enam dari tujuh lansia mengungkapkan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan hipertensi.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membuat makalah
dengan judul: “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. A dengan Masalah
Hipertensi” tujuannya untuk mebantu klien mendeteksi secara dini tanda dan
gejala klien dengan hipertensi. Sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensip pada klien dengan hipertensi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk memberikan
gambaran terhadap aplikasi asuhan keperawatan pada Lansia dengan
masalah Hipertensi kepada Tn A.
2. Tujuan khusus

3
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini yaitu penulis mampu
menggambarkan, mengetahui, menentukan, memahami, menjelaskan, dan
mendiskripsikan :
a. Pengkajian pada Tn. A dengan Hipertensi
b. Penentuan diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A
dengan Hipertensi
c. Penyusunan intervensi keperawatan secara tepat pada Tn. A dengan
Hipertensi
d. Implementasi keperawatan pada Tn. A dengan Hipertensi
e. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada Tn. A dengan Hipertensi
f. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan pada Tn. A dengan
Hipertensi.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena
penyakit hipertensi. Penulisan makalah ini juga berfungsi untuk mengetahui
antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sesuai atau tidak.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Perawat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wacana keilmuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lansia dengan Hipertensi.
b. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan
bagi lansia khususnya dengan masalah Hipertensi dan melakukan
pencegahan dengan memberikan penyuluhan kesehatan atau pendidikan
kesehatan kepada lansia dengan Hipertensi.
c. Bagi Institusi Pendidikan

4
Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi.

d. Bagi Pasien dan Keluarga


Manfaat makalah ini bagi lansia dan keluarga yaitu agar lansia dan
keluarga mengetahui gambaran umum tentang Hipertensi dan perawatan
yang benar agar lansia mendapat perawatan yang tepat.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian Lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan suatu proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan
tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2008).
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka
yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung
kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009).
Lanjut usia ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu usia kronologis
yang dihitung berdasarkan tahun kalender, usia biologis yang diterapkan
berdasarkan pematangan jaringan dan usia psikologis yang dikaitkan
dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan penyesuaian
terhadap setiap situasi yang dihadapinya (Noorkasiani, 2009).

2. Batasan Usia Lanjut


Batasan umur lansia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007) :
a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun
c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 71-90 tahun

6
d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun

Menurut Siti Maryam (2009), lansia dikatagorikan sebagai berikut :

a. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun


b. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih /
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa
e. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

3. Tipe Lansia
Tipe yang ada pada lansia tergantung oleh karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Siti
Maryam, 2009) :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja

7
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.

4. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Siti Maryam (2009), tugas perkembangan pada lansia yaitu :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusianya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial / masyarakat secara
santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan
Tugas perkembangan pada usia lanjut menurut Tamher (2009) yaitu :
a. Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan penghasilan
c. Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat,
membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok seusia, mengambil
prakarsa dan beradaptasi terhadap peran sosial dengan cara yang
fleksibel, serta membuat pengaturan hidup atau kegiatan fisik yang
menyenangkan.

5. Teori Proses Menua


Teori Biologis (Siti Maryam, 2009) :
a. Teori Genetik
1) Teori Genetik Clock
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. teori inididasarkan pada kenyataan
kenyataan bahwa spesies-sepesies tertentu memiliki harapan hidup
yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar ia akan mati.

8
2) Teori Interaksi Seluler
Teori ini menyatakan bahwa sel-sel satu sama lain saling berinteraksi
dan memengaruhi. keafdaan tubuh akan baik-baik saja selama sel-
sel masih berfungsi dalam suatu hormon,tetapi bila tidak maka akan
terjadi kegagalan mekanisme dimana lama kelamaan sel-sel akan
mengalami degenerasi.
3) Teori Mutagenesis Somotik
Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi
somotik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. begitu terjadi
pembelahan sel akan terjadi mutasi spontan yang terus menerus
berlangsung dan ahirnya mengarah pada kematian sel.
b. Teori Non Genetik (Pujiastuti, 2008)
1) Teori Autoimun
Teori ini menyatakan bahwa penuaan diakibatkan oleh antibodi
yang bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya reaksi ini terjadi
karena tubuh gagal mengenal sel yang normal, dan memproduksi
sel yang salah. Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto
imun pada usia lanjut.ada jaringan tertentu yang tidak tahu terhadap
sel tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
2) Teori Radikal Bebas
Redikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak
stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga
sangat reaktif mengikat 22 atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan pada tubuh. Teori
radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormon. Perubahan
hormon pada penuaan disebabkan oleh radikal bebas dan akan
menimbulkan efek patologis seperti kanker.

9
3) Teori Pembatasan Energi
Program pembatasan energi ditujukan untuk mengurangi berat
badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai efesiensi
metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang umur. Tinggi
rendahnya diet mempengaruhi perkembangan umur dan adanya
penyakit termasuk dalam program diet adalah pantangan merokok,
minum alkohol, dan mengendalikan penyebab stres seperti
kecemasan, frustrasi,atau stres yang diakibatkan oleh kerja keras

10
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan
tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi
lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka
kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama (Saraswati, 2009).
Menurut standar JNC (Joint National commite) seseorang disebut
hipertensi apabila tekanan darah sistol dan diastol naik. Klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa adalah: Normal <120 / 80 mmHg, pre hipertensi
120-139 / 80-89 mmHg, stadium 1 (satu) 140-159 / 90-99 mmHg, dan
stadium 2 (dua) 160/100 mmHg (Muttaqin, 2009). Tekanan darah sistolik
biasanya meningkat sejajar dengan pertambahan usia, jadi untuk
menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi
apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160
mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

2. Etiologi Hipertensi
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi,
obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).

11
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan
dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam
menyebabkan hipertensi. Kebanyaka pasien hipertensi memiliki berat
badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan
bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan
risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008).
Menurut Muttaqin (2009) Etiologi hipertensi pada orang lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung,
sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi
hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf,
jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan
kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
Tanda dan Gejala hipertensi menurut Dewi dan Familia (2010), yaitu :
a. Sakit Kepala
b. Mimisan
c. Jantung Berdebar
d. Sering buang air kecil di malam hari
e. Pusing yang terasa berat bagian tenguk yang biasa terjadi di siang hari

12
f. Sesak nafas
g. Sulit tidur
h. Mata berkunang-kunang
i. Mudah marah

4. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Triyatno (2014), meningkatnya tekanan darah dapat
terjadi dengan beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari
biasanya sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya,
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Hal inilah yang terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri
lebih menebal dan kaku karena arterosklerosis. Penyelidikan ini dapat
membuktikan obesitas dapat meningkatkan lemak di pembuluh darah
sehingga menimbulkan plak dan terjadilah arterosklerosis sehingga daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah meningkat dan terjadilah
hipertensi.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada
saat terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak dpat
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom
(bagian dari sistem yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui

13
beberapa cara yaitu jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabakan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan
hormone angiotensin yang selanjutnya akan memicu pelepasa hormon
aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam pengendalian tekanan
darah, karena berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi misalnya penyempitan arteri yang
menuju ke salah satu ginjal (stenosi arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga
menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom
yang sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon
flight-or-flight (reaksi tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkat
kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian
arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalkan otot
rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak), mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan
volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epineprin (adrenalin) dan
noroponeprin (noradrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah
yang merupakan faktor stress.

14
5. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7
terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan
hipertensi derajat 2 (Yogiantoro, 2009).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi


Kategori Tekanan Darah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥160 ≥100

Untuk lansia Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sejajar


dengan pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah
berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60
tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg dianggap normal
(Kabo, 2008).

6. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak bisa
diobati. Jika hipertensi tidak di control dengan benar atau tidak menjalani
prosedur perawatan dan pengobatan sesuai program. Maka, akan berdampak
pada komplikasi seperti penyakit jantung, stroke dan gangguan
keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal, kematian (Maryam, 2010).
Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit
kronis. Penyakit lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau
komplikasi hipertensi akan menyebabkan hipertensi lebih sulit dikendalikan.
Berikut beberapa komplikasi penyebab hipertensi antara lain :

15
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklorosis dapat menjadi lemah,
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.
b. Infark miokard
Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Apnea pada saat tidur
Apnea adalah gangguang tidur berupa kesulitan bernafas yang terjadi
berulang kali pada saat tidur. Beberapa penelitian menunjukan adanya
hubungan antara pernafasan yang terhenti dan berkurang nya pasokan
oksigen untuk sementara waktu yang menyertai apnea saat terjadinya
hipertensi. Apnea pada saat tidur tidak selalau terlihat jelas. Namun, jika
seseorang sering tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam dan selalu
mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada saat tidur.

16
Cari ini dapat menurunkan tekanan darah sedikit demi sedikit (Triyanto,
2014).

7. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Dalimartha (2008) penatalaksaan hipertensi dilandasi oleh
beberapa prinsip sebagai berikut :
a. Pengobatan hipertensi skunder yang lebih mendahulukan pengobatan
penyebab hipertensi
b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan
darah dan mengurangi timbulnya komplikasi
c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat
anti-hipertensi
d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
kemungkinan seumur hidup.
Hipertensi dapat ditatalaksana dengan menggunakan perubahan
gaya hidup atau dengan obat-obatan. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan
dengan membatasi asupan garam tidak melebihi seperempat sampai asupan
garam setengah sendok teh atau enam gram perhari, menurunkan berat
badan yang berlebih, menghindari minuman yang mengandung kafein,
berhenti merokok, dan meminum minuman beralkohol. Penderita hipertensi
dianjurkan berolahraga, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama
20-25 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu. Cukup istirahat (6-8
jam) dan megendalikan istirahat penting untuk penderita hipertensi.
Menurut Kemenkes (2013) makanan yang harus dihindari atau
dibatasi oleh penderita hipertensi adalah sebagai berikut:
a. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti otak,
ginjal, paru, minyak kelapa, gajih.
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, seperti
biskuit, kreker, keripik, dan makanan kering yang asin.
c. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau buah,
abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.

17
d. Susu full cream, margarine, mentega, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah sapi atau
kambing, kuning telur, dan kulit ayam.
e. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan kaleng, dan soft drink.
f. Bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco,
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam
natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan
tape.
Menurut Yogiantoro (2009), jenis-jenis obat antihipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 7 untuk terapi farmakologis hipertensi yaitu:
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist
(Aldo Ant).
b. Beta Blocker (BB).
c. Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB).
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist or
blocker (ARB).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Haemoglobine/hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindetifikasi faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia
2) Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3) Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal
atau adanya diabetes

18
b. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi
c. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
d. RKG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi
e. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub,
defisit pada torik aorta, pembesaran jantung
f. IUP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / uterter (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Hematometra 1
    Hematometra 1
    Dokumen9 halaman
    Hematometra 1
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Hematometra 1
    Hematometra 1
    Dokumen9 halaman
    Hematometra 1
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP Aml
    LP Aml
    Dokumen12 halaman
    LP Aml
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Hematometra 1
    Hematometra 1
    Dokumen9 halaman
    Hematometra 1
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Shelvy Fix
    Daftar Pustaka Shelvy Fix
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka Shelvy Fix
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Mioma Uteri Jadi
    Mioma Uteri Jadi
    Dokumen20 halaman
    Mioma Uteri Jadi
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP CA Ovarium
    LP CA Ovarium
    Dokumen15 halaman
    LP CA Ovarium
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen4 halaman
    Latar Belakang
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Askep Osteoatritis
    Askep Osteoatritis
    Dokumen49 halaman
    Askep Osteoatritis
    shelvy setyawati
    Belum ada peringkat
  • Karsinoma1
    Karsinoma1
    Dokumen16 halaman
    Karsinoma1
    selvinindyani
    Belum ada peringkat
  • Hhs
    Hhs
    Dokumen16 halaman
    Hhs
    shelvy setyawati
    100% (1)