Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung
telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui
sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru – paru. Kanker indung telur
atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel
ovarium atau indung telur (Hanifa, 2005).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit
diketahui gejalanya sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium
terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium
ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role of conservative
surgeri in ovarian cancer 2005)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung
telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari
sel-sel ovarium atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal,
cepat dan tidak terkendali.

B. Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin
dan faktor genetik (Price, 2002).
1. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu
dianggap mungkin menyebabkan kanker.
2. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan
dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
3. Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.

C. Klasifikasi
Stadium kanker ovarium menurut FIGO:
Staging Keterangan
I Tumor terbatas pada ovarium
IA
Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IB
Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor
di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IC
Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu
faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada
permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun pada
bilasan cairan di rongga peritoneum.
II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis
IIA
Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
IIB
Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di
cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
IIC
Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan asites
ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan
tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan/atau
metastasis kelenjar getah bening regional.
IIIA
Metastasis mikroskopik di luar pelvis.
IIIB
Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi < 2 cm.
IIIC
Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi > 2 cm
dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening.
IV Metastasis jauh (di luar rongga peritoneum).
Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis
akan lebih baik

D. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh
dan FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah
normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih
tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH
yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga
abdomen dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra
peritonial dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi
gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor
menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan
menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir
dianggap sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan
segera menutup kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan
timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya
kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi
ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4
hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan menimbulkan nyeri panggul.
Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan
intraperitonium, dan gejala abdomen akut (Hanifa, 2005)
E. Pathway

F. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut :
1. Haid tidak teratur
2. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara
3. Menopause dini
4. Dispepsia
5. Tekanan pada pelvis
6. Sering berkemih dan disuria
7. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
8. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen
(Smeltzer, 2001)

G. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang penurut (Smeltzer, 2001), antara
lain :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
2. Radiologi: USG Transvaginal, CT scan, MRI
3. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH,
HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
4. Laparoskopi
5. Laparotomi
6. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
7. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan
sigmoidoskopi.
8. Foto rontgen dada dan tulang.
9. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
10. Scan traktus urinarius

H. Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara
lain (Smeltzer, 2001) :
1. Pentahapan/pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang
digunakan untuk mengarahkan pengobatan
2. Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini
3. Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan
4. Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk cisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
5. Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk
berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.
Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan
mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini
sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor
granulosit koloni stimulating)
6. Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites

H. Pengkajian Fokus

1. Identitas

Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,


pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.

2. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama

1) Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan


nyeri bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan
menstruasi, seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.

2) Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause, karakteristik,


faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi). Pengeluaran
cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah, warna,
konsistensi).

3) Masa (pada mamae, karekterisrik, hubungannya dengan


menstruasi, kekenyalan, ukuran, nyeri dan pembesaran limfe)

b. Keluhan fungsi reproduksi


1) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialamai masa anak-anak, penyakit kronis
pada masa dewasa, riwayat infertilitas, penyakit gangguan
metabolisme/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi yang lama,
peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengembangan dari pengkajian PQRST
3) Riwayat penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik,
kongenital.
4) Riwayat reproduksi
Siklus haid, durasi haid
5) Riwayat obstetric
Kehamilan, persalinan, nifas, hamil

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnose Keperawatan yang Mungkin Muncul :

1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat


kanker metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
produksi darah (anemia)
3. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan penatalaksanaannya
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia,
tromositopeni, kemoterapi)
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal

J. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Comfort level Pain Management
dengan penekanan - Pain control 1. Lakukan pengkajian
perut bagian bawah - Pain level nyeri secara
akibat kanker Setelah dilakukan komprehensif termasuk
metastasis tindakan keperawatan lokasi, karakteristik,
selama …. nyeri akut durasi, frekuensi, kualitas
pasien berkurang dengan dan faktor presipitasi
kriteria hasil: 2. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
1. Tidak ada gangguan
nyeri seperti suhu
tidur
ruangan, pencahayaan
2. Tidak ada gangguan
dan kebisingan
konsentrasi
3. Ajarkan tentang teknik
3. Tidak ada gangguan
non farmakologi: napas
hubungan
dala, relaksasi, distraksi,
interpersonal
kompres hangat/ dingin
4. Tidak ada ekspresi
4. Berikan analgetik untuk
menahan nyeri dan
mengurangi nyeri:
ungkapan secara
……...
verbal
5. Tingkatkan istirahat
5. Tidak ada tegangan
6. Berikan informasi
otot
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Circulation status Peripheral Sensation
perifer berhubungan Prefusion cerebral Management (Manajemen
dengan penurunan sensasi perifer)
produksi darah Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
(anemia) tindakan keperawatan tertentu yang hanya peka
selama …. Perfusi terhadap
jaringan perifer pasien panas/dingin/tajam/tump
efektif dengan kriteria ul
hasil : 2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga
1. Mendemonstrasikan
untuk mengobservasi
status sirkulasi yang
kulit jika ada lsi atau
ditandai dengan :
laserasi
a. Tekanan systole
4. Gunakan sarung tangan
dan diastole
untuk proteksi
dalam rentang
5. Batasi gerakan pada
yang diharapkan
kepala, leher dan
b. Tidak ada
punggung
ortostatik
6. Monitor kemampuan
hipertensi
BAB
c. Tidak ada tanda
7. Kolaborasi pemberian
tanda peningkatan
analgetik
tekanan 8. Monitor adanya
intrakranial (tidak tromboplebitis
lebih dari 15 9. Diskusikan menganai
mmHg) penyebab perubahan
2. Mendemonstrasikan sensasi
kemampuan kognitif
yang ditandai
dengan:
a. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan dengan
benar
3. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
3. Ansietas NOC : NIC :
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan stres akibat Setelah dilakukan asuhan (penurunan kecemasan)
kurangnya selama ……………klien 1. Berikan informasi
pengetahuan tentang kecemasan teratasi dgn faktual mengenai
penyakit dan kriteria hasil: diagnosis, tindakan
penatalaksanaannya 1. Klien mampu prognosis
mengidentifikasi dan 2. Libatkan keluarga untuk
mengungkapkan mendampingi klien
gejala cemas 3. Instruksikan pada pasien
2. Mengidentifikasi, untuk menggunakan
mengungkapkan dan tehnik relaksasi.
menunjukkan tehnik 4. Dengarkan dengan
untuk mengontol penuh perhatian.
cemas 5. Identifikasi tingkat
3. Vital sign dalam batas kecemasan.
normal 6. Dorong pasien untuk
4. Postur tubuh, ekspresi mengungkapkan
wajah, bahasa tubuh perasaan, ketakutan,
dan tingkat aktivitas persepsi.
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko perdarahan NOC : NIC :


berhubungan - Blood lose severity Bleeding precautions
dengan penurunan - Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-
volume darah Setelah dilakukan tanda perdarahan
(anemia, tindakan keperawatan 2. Catat nilai Hb dan HT
tromositopeni, selama …. Tidak ada sebelum dan sesudah
kemoterapi) perdarahan pada pasien terjadinya perdarahan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor nilai lab
(koagulasi) yang
1. Tidak ada hematuria
meliputi PT, PTT,
dan hemaremesis
Trombosit
2. Tidak ada kehilangan 4. Monitor TTV ortostatik
darah yang terlihat 5. Kolaborasi dalam
pemberian produk darah
3. Tekanan darah dalam
6. Lindungi pasien dari
batas normal (sistol
trauma yang dapat
dan diastole)
menyebabkan
4. Tidak ada perdarahan perdarahan
pervagina 7. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
5. Tidak ada distensi
makanan yang banyak
abdominal
mengandung vitamin K
6. Hemoglobin dan 8. Hindari terjadinya
hematocrit dalam konstipasi dengan
batas normal menganjurkan untuk
mempertahankan intake
7. Plasma, PT, PTT
cairan yang adekuat dan
dalam batas normal
pelembut feses

5. Konstipasi NOC : NIC :


berhubungan - Bowel elimination Constipation/Impaction
dengan penurunan - Hydration Management
motilitas traktus Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan
gastrointestinal tindakan keperawatan gejala konstipasi
selama …. Pasien tidak 2. Monitor bising usus
mengalami konstipasi 3. Monitor feses, frekuensi,
dengan kriteria hasil: konsistensi dan volume
4. Dukung intake cairan
1. Mempertahankan
5. Kolaborasi pemberian
bentuk feses lunak
laksatif
setiap 1-3 hari
6. Pantau tanda-tanda dan
2. Bebas dari gejala konstipasi
ketidaknyamanan dan
konstipasi 7.

3. Mengidentifikasi
indicator untuk
mencegah konstipasi

4. Feses lunak dan


berbentuk
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia.2002. Patofisiologi konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6


Volume 2. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Jakarta ; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Elizabeth J. Corwin. 2002. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta,
Salemba Raya.
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai