Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan testis yang cukup sering salah satunya adalah torsio testis ini. Sehingga
perlu adanya pembahasan yang lebih terperinci.

Secara anatomi ,Testis adalah organ genitalia pria yang teletak di skrotum. Ukuran
tetstis pada orang dewasa adalah 4 x 3 x 2.5 cm. dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid.
Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar
tunika albugine terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis,
serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis untuk
dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperature testis agar
tetap stabil.

Secara histopatologis, testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli
seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel Sertoli,
sedang di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium pada
proses spermatogenesis menjadi sel-sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi
makan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormone testosterone.

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan


mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah matur (dewasa) sel-sel spermatozoa
bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula
vas deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens
dan vesikula seminalis, serta cairan prostate, membentuk cairan semen atau mani.

Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu arteri spermatika interna
yang merupakan cabang dari aorta, arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior,
dan arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika. Pembuluh vena yang
meninggalkan testis berkumpul meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai
varikokel. (2)

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya


gangguan aliran darah pada testis. Keadaan ini diderita oleh I diantara 4000 pria yang
berumur kurang dari 25 tahun, paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20
tahun). Disamping itu, tak jarang janin yang masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir
menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik
unilateral maupun bilateral.(2)

Torsio testis atau terpeluntirnya funikulus spermatikus yang dapat menyebabkan


terjadinya strangulasi dari pembuluh darah, terjadi pada pria yang jaringan di sekitar testisnya
tidak melekat dengan baik ke scrotum. Testis dapat infark dan mengalami atrophy jika tidak
mendapatkan aliran darah lebih dari enam jam. (5)

2
2.2 ETIOLOGI

Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan yang
bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :

1. Mesorchium yang panjang.


2. Kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal.
3. Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis. (3)

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat
menyebabkan terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan
berlebihan itu antara lain ; perubahan suhu yang mendadak (seperti saat berenang), ketakutan,
latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai
scrotum.

Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada muskulus dartos masih
belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika vaginalis mudah
sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikus.
Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal. (2)

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem
penyangga testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada
permukaan anterior dan lateral testis, pada keadaan ini tunika mengelilingi seluruh
permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini

3
menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis
dan menggantung pada funikulus spermatikus. Keadaan ini dikenal sebagai anomali bell
clapper. Keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami torsio intravaginal. (2)

2.3 GAMBARAN KLINIS/ sign and sympton

Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut :

1. Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa faktor
predisposisi
2. Scrotum yang membengkak pada salah satu sisi
3. Mual atau muntah
4. Sakit kepala ringan (7)
Pada awal proses, belum ditemukan pembengkakan pada scrotum. Testis yang infark
dapat menyebabkan perubahan pada scrotum. Scrotum akan sangat nyeri kemerahan dan
bengkak. Pasien sering mengalami kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman. (6)
Selain nyeri pada sisi testis yang mengalami torsio, dapat juga ditemukan nyeri alih
di daerah inguinal atau abdominal. Jika testis yang mengalami torsio merupakan
undesendensus testis, maka gejala yang yang timbul menyerupai hernia strangulata. (3)

4
2.4. PEMERIKSAAN FISIK
Dalam phisical examination, Testis yang mengalami torsio letaknya lebih tinggi dan
lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada torsio testis yang baru
terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini
biasanya tidak disertai dengan demam. (2)

Testis kanan dan testis kiri seharusnya sama besar. Pembesaran asimetris, terutama
jika terjadi secara akut, menandakan kemungkinan adanya keadaan patologis di satu testis.
Perubahan warna kulit scrotum, juga dapat menandakan adanya suatu masalah. Hal terakhir
yang perlu diwaspadai yaitu adanya nyeri atau perasaan tidak nyaman pada testis. (6)Reflex
cremaster secara umum hilang pada torsio testis. Tidak adanya reflex kremaster, 100%
sensitif dan 66% spesifik pada torsio testis. Pada beberapa anak laki-laki, reflex kremaster
dapat menurun atau tidak ada sejak awal, dan reflex kremaster masih dapat ditemukan pada
kasus-kasus torsio testis, oleh karena itu, ada atau tidak adanya reflex kremaster tidak bisa

5
digunakan sebagai satu-satunya acuan mendiagnosis atau menyingkirkan diagnosis torsio
testis.(5)

2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis dengan


keadaan akut scrotum yang lain adalah dengan menggunakan stetoskop Doppler,
ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis, yang kesemuanya bertujuan untuk menilai aliran
darah ke testis.(2)Sayangnya, stetoskop Doppler dan ultrasonografi konvensional tidak terlalu
bermanfaat dalam menilai aliran darah ke testis. Penilaian aliran darah testis secara nuklir
dapat membantu, tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga kasus bisa terlambat
ditangani. Ultrasonografi Doppler berwarna merupakan pemeriksaan noninvasif yang
keakuratannya kurang lebih sebanding dengan pemeriksaan nuclear scanning. Ultrasonografi
Doppler berwarna dapat menilai aliran darah, dan dapat membedakan aliran darah
intratestikular dan aliran darah dinding scrotum. Alat ini juga dapat digunakan untuk
memeriksa kondisi patologis lain pada scrotum. (8)

Ultrasonogram Color Doppler menunjukkan torsi akut mempengaruhi testis kiri pada
anak laki-laki berusia 14 tahun yang mengalami nyeri akut selama empat jam. Perhatikan
penurunan aliran darah di testis kiri dibandingkan dengan tstis kanan.

6
Color Doppler ultrasonogram menunjukkan torsi lama yang mempengaruhi testis
kanan pada anak laki-laki berusia 16 tahun yang mengalami nyeri selama 24 jam. Perhatikan
peningkatan aliran darah di sekitar testis kanan tetapi tidak ada aliran dalam substansi testis

Ultrasonogram Color Doppler menunjukkan peradangan (epididimitis) pada anak


laki-laki berusia 16 tahun yang mengalami nyeri pada testis kiri selama 24 jam. Perhatikan
peningkatan aliran darah di dalam dan di sekitar testis kiri.
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urin, dan
pemeriksaan darah tidak menunjukkan adanya inflamasi kecuali pada torsio yang sudah lama
dan mengalami keradangan steril. (2)

2.6. DIAGNOSIS (8,9)

Diagnosis torsio testis dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Secara umum, digambarkan pada bagan Alogaritma dan Clinical Pathway Torsio
Testis / Testicular Torsion;

7
Protocol for the diagnosis and treatment of the acute scrotum. (8)
2.7. DIAGNOSIS BANDING (1,2,4,5)
1. Epididimitis akut. Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri
scrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra,
adanya riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain
isterinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan,
epididimitis dan torsio testis, dapat dibedakan dengan Prehn’s sign, yaitu jika testis
yang terkena dinaikkan, pada epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehn’s
sign positif), sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (Prehn’s sign negative).
Pasien epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan
sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria.
2. Hernia scrotalis incarserata. Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan yang dapat
keluar masuk ke dalam scrotum.
3. Hidrokel

8
9
4. Tumor testis. Benjolan dirasakan tidak nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis

5. Edema scrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya


sumbatan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-kelainan yang tidak
diketahui sebabnya (idiopatik).
Perbedaan antara torsio testis, torsio appendix testis dan epididimitis dapat dilihat pada tabel
di bawah ini. (8)
Diagnosis of Selected Conditions Responsible for the Acute Scrotum

Onset
of
sympto Tendern Urinaly Cremaste Treatm
Condition ms Age ess sis ric reflex ent

Acute Diffuse – + Surgical


Testicular tor Early explorati

10
sion puberty on

Bed rest
Localize and
d to scrotal
Appendiceal Subacut Prepubert upper elevatio
torsion e al pole – + n

Insidiou Adolesce Epididy Antibiot


Epididymitis s nce mal +/– + ic

Torsio testis

Torsio appendix testis

Epididimitis

2.8. PENATALAKSANAAN /management

1. Non operatif

Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus spermatikus dapat
mengembalikan aliran darah. (5)

11
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan
memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial,
maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak ada
perubahan, dicoba detorsi ke arah medial.
Metode tersebut dikenal dengan metode “open book” (untuk testis kanan), Karena
gerakannya seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang dirasakan dapat menghilang
pada kebanyakan pasien. Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang
waktu menunggu tindakan pembedahan, tetapi tidak dapat menghindarkan dari prosedur
pembedahan. (2,5)
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat
darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan
tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali
menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke
arah mana testis mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan
detorsi manual akan memperburuk derajat torsio.(5)

2. Operatif

12
Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk
mempercepat proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia, oleh
karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk pemeriksaan pencitraan,
laboratorium, atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat
dipertahankan.

Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :

1. Untuk memastikan diagnosis torsio testis


2. Melakukan detorsi testis yang torsio
3. Memeriksa apakah testis masih viable
4. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
5. Memfiksasi testis kontralateral
Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh
kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-48 jam).
Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi dengan
alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk
menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis
kontralateral. (5)
Saat pembedahan, dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral. Hal ini
dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu.(3,5,7)

13
Jika testis masih viable, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos
kemudian disusul pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan dengan menggunakan
benang yang tidak diserap pada tiga tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir
kembali. Sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis, dilakukan pengangkatan
testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi kontralateral. Testis yang telah
mengalami nekrosis jika tetap berada di scrotum dapat merangsang terbentuknya antibodi
antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di kemudian hari. (2)

IX. KOMPLIKASI (5)


1. Atropi testis
2. Torsio rekuren
3. Wound infection
4. Subfertility

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Blandy, John. Lecture Notes on Urology. Third edition. Oxford : Blackwell Scietific
Publication. 1982. 277.

2. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.

3. Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New York : Churchill
Livingstone. 1975. 324-325.

4. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran – EGC. 2004. 799.
5.http://emedicine.medscape.com/article/1017689-overview
6.http://www.urologyhealth.org/about/
7.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1113.htm
8.http://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1746.html
9.http://www.gfmer.ch/selected_images_v2/detail_list.php?cat1=15&cat2=123&cat3=280&c
at4=2&stype=n
10.http://www.catscanman.net/blog/2008/12/scan-mans-casebook-case-6/
11.http://www.catscanman.net/blog/wp-content/uploads/casebook/orchitis5.jpg
12.http://urologistchennai.com/services
13.http://www.medicineonline.com/articles/s/2/Scrotal-Orchiopexy/Testicular-Torsion-
Repair.html
14.http://www.surgeryencyclopedia.com/La-Pa/Orchiopexy.html

15
1.1 Defisni

Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran
darah pada testis. Keadaan ini diderita oleh 1 di antara 4000 pria yang berumur kurang dari 25
tahun, paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Tak jarang janin yang
masih berada dalam uterus atau bayi baru lahir menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis
sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral maupun bilateral. Torsio testis adalah
kegawatdaruratan yang membutuhkan perhatian segera dan pengobatan. Kondisi seperti ini jika
tidak segera ditangani dengan cepat dalam waktu 4-6 jam dapat menyebabkan infark dari testis yang
selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis. Gejala yang paling umum dari torsio testis adalah nyeri
pada skrotum. Sekitar 2/3 pasien yang dicurigai menderita torsio testis dapat dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang tepat untuk dapat menegakkan diagnosis dan terapi yang tepat.

1.2 Anatomi

Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan ukuran 4x2,5x2,5cm dan
berat kurang lebih 20 gram. Testis terletak di dalam scrotum dengan aksis panjang pada sumbu
vertikal dan biasanya testis kiri terletak lebih rendah di banding kanan. Testis dibungkus oleh tunika
albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal di mana terdapat epididimis dan pedikel
vaskuler. Sedangkan epididimis merupakan organ yang terletak disekeliling bagian dorsal dari testis.
Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel Sertoli, dan sel-
sel Leydig. Produksi sperma, atau spermatogenesis, terjadi pada tubulus seminiferus. Sel-sel Leydig
mensekresi testosteron. Epididimis, bagian epalanya berhubungan dengan duktus seminiferus, dan
bagian ekornya terus melanjut ke vas deferens. Vas deferens adalah duktus ekskretorius testis yang
membentang hingga ke duktus vesikula seminalis, kemudian bergabung membentuk duktus
ejakulatorius. Duktus ejakulatorius kemudian bergabung dengan uretra.

1.3 Patofisiologi

Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas. Pergerakan yang bebas tersebut
di temukan pada keadaan-keadaan seperti:

(1) mesorchium yang panjang

(2) kecenderungan testis untuk berada pada posisi horizontal

(3) Epididimis yang terletak pada salah satu kutub testis.

Selain gerak yang sangat bebas, pergerakan berlebihan pada testis juga dapat menyebabkan
terjadinya torsio testis. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan pergerakan berlebihan itu
antara lain: perubahan suhu yang mendadak, ketakutan, latihan yang berlebihan, defekasi atau
trauma yang mengenai scrotum. Pada masa janin dan neonatus, lapisan yang menempel pada
muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyangganya sehingga testis, epididimis dan tunika
vaginalis mudah bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikus.
Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal. Terjadinya torsio testis
pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem penyangga testis. Tunika vaginalis yang
seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada permukaan anterior dan lateral testis, pada
keadaan ini tunika mengelilingi seluruh permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke
dinding skrotum. Keadaan ini menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di
kantung tunika vaginalis dan menggantung pada funikulus spermatikus (anomaly bell clapper).
Keadaan ini menyebabkan testis mudah mengalami torsio intravaginal. Secara fisiologis, otot
kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen yang bertujuan

16
untuk mempertahankan suhu ideal testis. Adanya kelainan sistem penyangga testis menyebabkan
testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan dan menyebabkan terpeluntirnya
funiculus spermatikus sehingga terjadi obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami
hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis mengalami nekrosis.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Encephalitis
    Encephalitis
    Dokumen19 halaman
    Encephalitis
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Encephalitis
    Encephalitis
    Dokumen19 halaman
    Encephalitis
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Radio
    Jurnal Radio
    Dokumen22 halaman
    Jurnal Radio
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-5-1
    Bab 1-5-1
    Dokumen106 halaman
    Bab 1-5-1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Data Ga Penting
    Data Ga Penting
    Dokumen8 halaman
    Data Ga Penting
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen48 halaman
    Bab I
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Radio
    Jurnal Radio
    Dokumen22 halaman
    Jurnal Radio
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • BAB II Fix
    BAB II Fix
    Dokumen33 halaman
    BAB II Fix
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurding Radiologi
    Jurding Radiologi
    Dokumen13 halaman
    Jurding Radiologi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • SK 4
    SK 4
    Dokumen32 halaman
    SK 4
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurding Radiologi
    Jurding Radiologi
    Dokumen13 halaman
    Jurding Radiologi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Agama Agama PDF
    Agama Agama PDF
    Dokumen13 halaman
    Agama Agama PDF
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertiroid 1
    Referat Hipertiroid 1
    Dokumen26 halaman
    Referat Hipertiroid 1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Abses Otak
    Abses Otak
    Dokumen28 halaman
    Abses Otak
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Sistem Enhanced Cekal System
    Sistem Enhanced Cekal System
    Dokumen1 halaman
    Sistem Enhanced Cekal System
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    Dokumen17 halaman
    Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • M TB
    M TB
    Dokumen42 halaman
    M TB
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    Dokumen57 halaman
    WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertiroid 1
    Referat Hipertiroid 1
    Dokumen26 halaman
    Referat Hipertiroid 1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar Dan Penanganannya A
    Luka Bakar Dan Penanganannya A
    Dokumen1 halaman
    Luka Bakar Dan Penanganannya A
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Ketuban Pecah Dini
    Ketuban Pecah Dini
    Dokumen27 halaman
    Ketuban Pecah Dini
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen28 halaman
    Presentasi Kasus
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Case Report Neuro
    Case Report Neuro
    Dokumen25 halaman
    Case Report Neuro
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Grading Ulkus Decubitus Berdasarkan Klasifikasi NPUAP
    Grading Ulkus Decubitus Berdasarkan Klasifikasi NPUAP
    Dokumen2 halaman
    Grading Ulkus Decubitus Berdasarkan Klasifikasi NPUAP
    BayuHernawanRahmatMuharia
    100% (1)
  • Preskas FIX
    Preskas FIX
    Dokumen17 halaman
    Preskas FIX
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen26 halaman
    Epi Lepsi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala
    Cedera Kepala
    Dokumen40 halaman
    Cedera Kepala
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen33 halaman
    Vertigo
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Case Report Neuro
    Case Report Neuro
    Dokumen25 halaman
    Case Report Neuro
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat