Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Bayu Hernawan Rahmat Muharia
1102013054

Pembimbing :
dr. Joko Nafianto Sp. S

Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf


Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S.Sukanto-Jakarta

0
BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki - laki
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan :-
Alamat : Kp. Setu RT 2/8 Cilangkap, Tapos
Tanggal masuk RS : 3 Februari 2018
Tanggal pemeriksaan : 6 Februari 2018
Ruang perawatan : Ruang Nuri I

II. Anamnesis
Secara autoanamnesis pada tanggal 6 Februari 2018

• Keluhan utama: Lemah kedua tungkai


• Keluhan tambahan:
• Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD Rs. Polri diantar keluarga dengan keluhan kelemahan
anggota gerak bawah sejak 2 minggu SMRS. Sebelumnya pasien post rawat 2 minggu
yang lalu dengan curiga SOL myelum oleh dr. Maula Sp.s. Pasien juga mengaku bahwa
kedua kaki tidak dapat digerakkan. Pasien juga merasakan pegal pada daerah
punggung, terasa terbakar, terasa tertusuk – tusuk dan terasa kebas. Pasien juga
mengatakan tidak bisa buang besar dan buang air kecil. Nyeri kepala (-), mual (-),
muntah (-).

 Riwayat penyakit dahulu:


₋ Riwayat hipertensi : (-)
₋ Riwayat diabetes : (-)

1
₋ Riwayat jantung : (-)
₋ Riwayat trauma : (+) luka tembak pada punggung kiri
₋ Riwayat epilepsi : (-)

 Riwayat Kebiasaan
₋ Alkohol : disangkal
₋ Narkoba : disangkal
₋ Merokok : disangkal

 Riwayat penyakit keluarga:


Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit serupa.

III. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 6 februari 2018

Kesadaran umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Pernafasan : 20x/menit

Nadi : 98x/menit

Suhu : 36,7 oC

Status Generalis

1. Kepala : Normocephal
2. Mata : Mata normal, Sklera ikterik -/-, Konjugtiva Anemis -/-, pupil
isokor 3mm/3mm
3. Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi, tidak ada sekret
4. Mulut : Bentuk normal, tidak ada kelainan
5. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak
hiperemis, liang telinga lapang, membran timpani intak
6. Leher : Letak trakea di tengah, pembesaran kelenjar getah bening -/-
7. Thoraks:
Inspeksi : simetris pada keadaan statis dan dinamis
2
Palpasi : fremitus tactil dan vokal simetris kanan dan kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Cor : bunyi jantung I/II regular,murmur (-),gallop (-)


Pulmo: suara napas vesikular,ronki(-),wheezing (-)

8. Abdomen:
Inspeksi : datar, sikatrik (-)

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (-)

9. Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)

Status Neurologis

GCS: E4 M6 V5

Tanda Rangsang Meningeal:

Kanan Kiri

Kaku kuduk -

Brudzinky 1 - -

Laseque - -

Kernig - -

Brudzinsky 2 - -

Saraf Kranial

Kanan Kiri

N.I Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.II

Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Lapang pandang Normal Normal

Warna Normal Normal

3
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks cahaya langsung + +

N.III, IV, VI

M.rectus medius Normal Normal

M.rectus superior Normal Normal

M.rectus inferior Normal Normal

M.Obliqus inferior Normal Normal

M.levator palpebra Normal Normal

Refleks cahaya tak + +


langsung

N.V

Sensorik
V1 Normal Normal
V2 Normal Normal
V3 Normal Normal

Refleks Kornea Normal Normal

Motorik
Mengigit Normal Normal
Membuka rahang Normal Normal

N.VII
Sensorik (pengecapan Normal
2/3 anterior lidah)

Motorik Mengerutkan dahi = Normal

Mengangkat alis = Normal

Memejamkan mata = Normal

Meringis/senyum = Normal

Menggembungkan pipi = Normal

Mencucu = Normal

4
N.VIII

Gesekan jari +/+

Garpu tala
Rhinne +/+
Weber lateralisasi (-)
Swabach tidak memanjang maupun memendek

N.IX

Refleks Menelan Tidak dilakukan

Pengecapan 1/3 posterior Tidak dilakukan


lidah

N.X

Refleks muntah Tidak dilakukan

Letak uvula Ditengah

N.XI

Mengangkat bahu Normal Normal

Memalingkan kepala Normal Normal

N.XII

Deviasi lidah (menjulur) (+) ke kanan

Atrofi (-)

Fasikulasi (-)

Tremor (-)

Pemeriksaan Motorik

Kanan Kiri

Kekuatan

Ekstremitas atas 5555 5555

Ekstremitas bawah 0000 0000

Tonus

5
Ekstermitas atas Normotonus Normotonus

Ekstremitas bawah hipotonus hipotonus

Klonus

Patella (-) (-)

achiles (-) (-)

Refleks Fisiologis

Biceps + +
Triceps + +
Patella - -
Achilles - -

Refleks Patologis
Hoffmann - -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Gordon - -
Oppenheim - -

Sensorik

Kanan Kiri

Raba halus

Ekstremitas atas Normal Normal

Ekstremitas bawah - -

Nyeri

Ekstremitas atas Normal Normal

Ekstremitas bawah - -

6
Suhu

Ekstremitas atas Tidak dilakukan

Ekstremitas bawah Tidak dilakukan

Getar

Ekstremitas atas Tidak dilakukan

Ekstremitas bawah Tidak dilakukan

Proprioseptif

Ekstremitas atas Normal Normal

Ekstremitas bawah - -

Otonom

BAB -

BAK -

Hidrosis Tidak dilakukan

Koordinasi

Romberg Normal

Disdiadokokinesis Normal

Tes jari- hidung Normal

Tes tumit- lutut Normal

Rebound phenomenon Normal

7
IV. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan

Hematologi

Hemoglobin 13,2 12-14 g/dl

Leukosit 9.800 5000-10.000 u/l

Hematokrit 40 37-43 %

Trombosit 342.000 150.000-400.000 /ul

Kimia Klinik

Ureum 44 10-50 mg/dl

Kreatinin 1,4 0,5-1,5 mg/dl

Glukosa Darah Sewaktu 82 <200 mg/dl

Cholesterol Total 135 <200 mg/dl

Trigliserida 124 <200 mg/dl

Asam Urat 8,2 2,4 - 5,7 mg/dl

Elektrolit

Natrium 140 135-145 Mmol/l

Kalium 4,6 3,5-5,0 Mmol/l

Chlorida 104 98-108 Mmol/l

8
 CT Scan Kepala

V. Resume
Pasien datang ke IGD Rs. Polri diantar keluarga dengan keluhan kelemahan
anggota gerak bawah sejak 2 minggu SMRS. Sebelumnya pasien post rawat 2 minggu
yang lalu dengan curiga SOL myelum oleh dr. Maula Sp.s. Pasien juga mengaku bahwa
kedua kaki tidak dapat digerakkan. Pasien juga merasakan pegal pada daerah
punggung, terasa terbakar, terasa tertusuk – tusuk dan terasa kebas. Pasien juga
mengatakan tidak bisa buang besar dan buang air kecil. Nyeri kepala (-), mual (-),
muntah (-).
Pada pemeriksaan motorik kekuatan otot pada ekstremitas atas 5555/5555 dan bawah
0000/0000, pemeriksaan reflek patologis pada ekstremitas bawah didapatkan negative,
dan pemeriksaan sensorik pada ekstremitas bawah didapatkan negative.

VI. Diagnosis Kerja:


Diagnosis klinik : Paraparese

9
Diagnosis etiologis : Tumor ekstramedullar

VII. Diagnosis Banding:

Tumor Intramedular

VIII. Tatalaksana:
₋ IVFD Nacl
₋ Inj. Ceftriaxone 2x1
₋ Inj. Methylcobalamin 3x1
₋ Alpentin 1x1

IX. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR MEDULLA SPINALIS

I. Pendahuluan

Penderita tumor medulla spinalis sekitar 15 % dari seluruh penderita neoplasma


susunan saraf. Tumor medulla spinalis terdiri dari intramedular dan ekstramedular. Tumor
intramedular dapat berasal dari substansi medulla spinalis itu sendiri manakala tumor
ekstrameduller menekan medulla spinalis dari luar. Tumor intramedular dapat berada di
ekstramedular dan intramedular. Prevalensi tumor medulla spinalis lebih sedikit dibanding
tumor intrakranial, dengan rasio 1:4. Sedangkan tumor primer di medulla spinalis sangat
jarang, insidensinya, hanya 1,3 per 100000 populasi. Terutama ditemukan pada dewasa muda
atau usia pertengahan dan jarang pada usia anak atau usia tua. Berbeda dengan tumor
intrakranial, umumnya tumor spinal adalah jinak dan gejala yang timbul terutama akibat efek
penekanan pada medulla spinalis bukan akibat invasi tumornya. Oleh karena itu sebagian
tumor intraspinal dapat dilakukan tindakan eksisi sehingga deteksi dini adanya tumor dapat
mencegah defisit neurologis yang lebih berat.1,2

Tipe pada tumor medulla spinalis hampir sama dengan tumor kranialis. Tumor dapat
berasal dari sel parenkim medulla spinalis, serabut saraf, selaput myelin, jaringan vaskuler
intraspinal, rantai simpatik, atau kolumna vertebralis. Segmen yang paling sering terkena
adalah segmen torakal (50%), servikal (25%), dan lumbosakral (20%). Sedangkan frekuensi
menurut lokasinya adalah 55% tumor epidural, 40% tumor intradural-ekstramedular dan 5%
tumor intramedular. 2,4,5

Tumor spinalis yang terjadi pada medulla spinalis sebagian besar adalah ependymoma
atau glioma. Sebab terjadinya tumor medulla spinalis masih belum diketahui. Pada beberapa
kasus tumor dapat disebabkan oleh defek genetik.6

II. Anatomi Medulla Spinalis

Medulla spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat (SSP). Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut conus

11
terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-serabut bukan
syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.1

Gambar 1 Medulla Spinalis

Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis melalui foramen
intervertebralis. Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan menandakan awal sistem saraf
perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi nama sesuai dengan tingkat kolom vertebra:

 Cervical (C) - 8 pasang saraf


 Thoracic (T) - 12 pasang saraf
 Lumbar (L) - 5 pasang saraf
 Sacral (S) - 5 pasang saraf
 Coccygeal - 1 sepasang saraf

12
Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang membawa impuls saraf
dari medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan serabut aferen (sensorik) yang membawa
impuls sensorik dari perifer ke medulla spinalis. Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem
saraf pusat (SSP), yang memanjang kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra.
Medulla spinalis dibungkus oleh tiga lapisan sama seperti otak yakni duramater,
arachnoidmater dan yang paling dalam piamater. Pada orang dewasa kebanyakan hanya
menempati bagian atas dua-pertiga dari kanalis vertebralis sebagai pertumbuhan tulang yang
menyusun tulang punggung secara proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum
vertebra.1

Menurut lokasi rostrocaudalnya sumsum vertebra dapat dibagi menjadi empat bagian:
cervical, toraks, lumbal dan sakral, dua di antaranya ditandai oleh pelebaran bagian atas
(servikal) dan pelebaran bagian bawah (lumbar). Sepanjang median sagittal, fissure anterior
dan posterior membagi medulla spinalis menjadi dua bagian simetris, yang terhubung oleh
commisur anterior dan posterior. Di kedua sisi lateralnya, dimana terdapat fissura
anterolateral dan posterolateral, disitu terdapat titik dimana radiks spinalis keluar yang
akhirnya membentuk medulla spinalis. Tidak seperti otak, pada medulla spinalis substantia
nigra dikelilingi substantia alba. Substantia alba secara konvensional dibagi menjadi
funikulus dorsal, dorsolateral, lateral, ventral dan ventrolateral. Separuh dari tiap bagian
berbentuk bulan sabit, walaupun susunan dari substantia nigra dan substantia alba berbeda di
setiap tingkatan rostrocaudal. Substansia nigra dapat dibagi menjadi cornu dorsalis, cornu
intermedia, cornu ventralis, dan bagian centromedial mengelilingi canalis medulla spinalis.
Substantia alba semakin berkurang sampai di akhiran medulla spinalis, dan bersatu dengan
subtantia nigra membentuk membentuk conus terminalis, dimana radiks spinalis yang secara
paralel membentuk cauda equine.1

Setiap pasangan nervus spinalis mempersarafi daerah tertentu dari tubuh dengan
neuron sensorik dan motorik. Serabut saraf sensorik dan stimulus dari daerah kulit yang
dipersarafi disebut dermatom. Serabut saraf motorik dan otot-otot yang dipersarafi disebut
myotomes. Pusat urat saraf vertebra terdiri dari substantia nigra, sel body neuron dari akson
tidak bermielin neuron motorik dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf aferen dan
eferen. Substantia tampah seperti gambaran kupu-kupu di sekitar kanal pusat dan dibagi
menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron sensorik, cornu ventralis neuron motorik
dan cornu lateral menginervasi sistem saraf simpatik. Substantia nigra medulla

13
spinalisdikelilingi oleh upper dan lower neuron sensorik dan motorik yang terdiri dari materi
putih bermielin. Ramus komunikans substantia alba saraf yang bercabang dari saraf vertebra
khusus di daerah dada dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka adalah serabut preganglionik
yang memanjang dari saraf vertebra ke ganglion saraf simpatik. Ramus komunikans
substantia nigra adalah serabut postganglionik dari cranial kembali ke vertebra.1

III. Definisi

Tumor medulla spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau
isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medulla spinalis atau
akar-akar saraf. Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi
pada daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas:3,6,4,5

Tumor primer:

1) Jinak yang berasal dari

a) Tulang osteoma dan kondroma,

b) Serabut saraf disebut neurinoma (Schwannoma),

c) Berasal dari selaput otak disebut Meningioma;

d) Jaringan otak; Glioma, Ependinoma.

2) Ganas yang berasal dari

a) Jaringan saraf seperti; Astrocytoma,

Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada,
perut, pelvis dan tumor payudara.

IV. Patofisiologi

Tumor intramedulla menyusup dan menghancurkan parenkim medulla dan bisa


meluas lebih dari beberapa segmen medulla spinalis yang berperan membawa dan mengirim
untuk memfasilitasi impuls listrik bagi menstimulasi gerakan dan sensasi. Dengan tumor
medulla spinalis bisa menyebabkan kehilangan fungsi motorik dan sensorik. Pertumbuhan
tumor sangat mempengaruhi fungsi neurologi pasien.

14
Patofisiologi tumor medulla spinalis intramedular bervariasi sesuai dengan jenis
tumor. Ependymomas biasanya lambat, tumor berkapsul yang secara histologis jinak. Nyeri
dan defisit neurologis timbul sebagai akibat dari peregangan progresif dan distorsi serat saraf.
Biasanya gambaran anatomi yang jelas terdapat saat operasi, dan hasil reseksi visual
anatomis yang besar dalam pengobatan. Tipe anaplastik yang langka bisa berbentuk invasif,
bagaimanapun, tipe ini lebih cenderung kambuh atau menyebar melalui ruang CSF.4,5,6

V. Etiologi
Penyebab utama dari tumor otak dan medulla spinalis belum sepenuhnya dipahami.
Tapi penelitian menemukan beberapa perubahan yang terjadi pada sel normal otak yang dapat
mengubahnya menjadi bentuk tumor. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang
mengaktifkan onkogen dan menonaktifkan gen penekan tumor (tumor suppressor genes).
Gen ini dapat diwariskan dari orang tua.7
Banyak faktor risiko untuk kanker dengan cara kerusakan gen. Misalnya asap rokok
merupakan faktor risiko untuk kanker paru dan beberapa kanker lainnya, karena asap rokok
mengandung bahan kimia yang dapat merusak gen.7
Selain radiasi, tidak diketahui penyebab lain yang berkaitan dengan faktor gaya hidup
atau faktor lingkungan yang dapat menyebabkan tumor .7

VI. Epidemiologi

Sekitar 2000 kasus baru kanker tulang dan 6000 kasus baru tumor jaringan lunak
didiagnosis di Amerika Serikat tiap tahun. Dari semua kasus, hanya sekitar 5% melibatkan
tulang belakang. Insiden dari tumor spinalis diperkirakan 2,5-8,5 per 100000 orang tiap
tahun. Terdapat dua hal yang potensial dari keganasan suatu lesi spinal :8
 Umur
 Lokasi
Pada anak di bawah 6 tahun, kebanyakan tumor spinal merupakan keganasan, seperti:8
 Astrositoma
 Sarkoma (jarang)
Pada orang dewasa lebih dari 35 tahun, kebanyakan tumor spinal adalah :8
 Adenokarsinoma metastasis

15
 Multipel myeloma

VII. Klasifikasi
Ada dua macam lesi: lesi ekstradural dan lesi intradural. Lesi intradural dibagi
menjadi dua kategori, tergantung pada apakah lesi melibatkan substansi dari medulla spinalis
( intramedular ) atau berada di luar medulla spinalis tetapi dalam dura ( ekstramedular).9

 Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi cepat akibat invasi tumor
pada medula spinalis, kolaps kolumna vertebralis, atau perdarahan dari dalam metastasis.
Begitu timbul gejala kompresi medula spinalis, maka dengan cepat fungsi medula spinalis
akan hilang sama sekali.10

 Lesi Intradural
1. Intradural Ekstramedular

Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi medula spinalis dan radiks saraf
pada segmen yang terkena. Sindrom Brown-Sequard mungkin disebabkan oleh kompresi
lateral medula spinalis. Sindrom akibat kerusakan separuh medula spenalis ini ditandai
dengan tanda-tanda disfungsi traktus kortikospinalis dan kolumna posterior ipsilateral di
bawah tingkat lesi. Pasien mengeluh nyeri, mula-mula di punggung dan kemudian di
sepanjang radiks spinal. Tumor pada sisi posterior dapat bermanifestasi sebagai parestesia
dan selanjutnya defisit sensorik proprioseptif, yang menambahkan ataksia pada kelemahan.
Tumor yang terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan tetapi dapat
menyebabkan gangguan motorik yang hebat. Tumor selubung saraf (misalnya, neurofibroma
dan schwannoma ) biasanya lesi intradural ekstramedular. Meningioma dapat berupa lesi
ekstramedular ekstradural atau intradural. 9,10

2. Intradural Intramedular

Tumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari medula spinalis dan merusak
serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. Kerusakan serabut-
serabut yang menyilang ini mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang

16
meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan
pada kulit perifer. Perubahan fungsi refleks renggangan otot terjadi kerusakan pada sel-sel
kornu anterior.Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh keterlibatan
neuron-neuron motorik bagian bawah. Tumor asal glia ( misalnya , astrositoma , ependimoma
) biasanya di lokasi intradural intramedular.9,10

VI. Manifestasi klinis


Suatu tumor yang tumbuh pada bagian tulang belakang dapat menyebabkan tekanan dan
yang disusul kerusakan pada medulla spinalis dan saraf. Tumor juga dapat melemahkan
tulang belakang. Gejala tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, serta efek massa yang
disebabkan oleh space-occupying lesion yang abnormal dan dapat meliputi:9,11
 Nyeri
Nyeri dapat terjadi disebabkan oleh rusaknya tulang dari spinal atau tekanan yang
ditempatkan di atas saraf spinalis. Nyeri ini mungkin di dalam spinal atau tersebar ke
bawah tangan atau kaki. Gejala yang paling umum adalah nyeri punggung aksial di
lokasi lesi , yang lebih memburuk di malam hari dan dalam posisi terlentang. Tumor
ekstramedular yang tumbuh ada kaitannya dengan akar saraf dan menghasilkan nyeri
radikuler yang sering lebih buruk pada malam hari dan diperparah oleh manuver yang
meningkatkan tekanan intrakranial, seperti mengejan atau batuk.
 Defisit neurologis fokal
Ini tergantung pada lokasi tumor dan dapat mirip strok dengan gejala kelemahan, mati
rasa, lumpuh, diskoordinasi, kesulitan berjalan atau kehilangan kontrol berkemih dan
buang air besar.
Gejala klinis dari lesi medulla spinalis termasuk nyeri punggung, gangguan motorik
dan sensorik, gangguan berkemih dan buang air besar, dan disfungsi seksual . Gejala sering
berkorelasi dengan tingkat pertumbuhan tumor daripada ukuran tumor , tumor tumbuh lambat
dapat menyebabkan sedikit atau tidak ada gejala neurologis, sedangkan tumor yang
berkembang pesat dapat menyebabkan defisit neurologis yang signifikan pada
penampakannya. Tumor intramedular timbul dari bagian tengah saraf sering mengurangi
sensasi pada wilayah sakrum ("sacral sparing") karena penyusunan somatotropik dari

17
sumsum tulang belakang, di mana serat sensorik sakrum berada pada posisi yang paling
perifer dalam sumsum tulang belakang. Lesi intramedular jarang hadir dengan nyeri sebagai
gejala awal melainkan tanda-tanda kerusakan saraf pusat, termasuk berkurangnya sensasi
terhadap nyeri dan suhu ekstrim , tanda-tanda saluran panjang , kelemahan , inkontinensia
urin dan alvi, dan disfungsi seksual .9

Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor

 Tumor foramen magnum10


Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesi
dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2).Setiap aktivitas yang meningkatkan tekanan
intrakranial (misal, batuk, mengedan, mengangkat barang atau bersin) dapat memperburuk
nyeri.Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien
yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing.Perluasan tumor menyebabkan
kuadraplegia spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Temuan neurologik tidak selalu
timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsy
N.IX sampai XI, dan kelemahan ekstremitas.

 Tumor daerah servikal


Lesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang
melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga melibatkan tangan. Keterlibatan tangan pada
lesi servikalis bagian atas diduga disebabkn oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior
melaui arteria spinalis anterior.Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan
lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah ( C5,C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya
refleks tendon ekstremitas atas(biseps,brakhioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang
sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan
jari telunjukpada lesi C7; dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari
tengah.10

 Tumor daerah thorakal

18
Penderita lesi daerah thorakal sering kali datang dengan kelemahan spastik yang timbul
perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parastesia.Pasien dapat
mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang mungkin
dikacaukan dengan nyeri akibat intrathorakal dan intraabdominal.10

 Tumor daerah lumbosakral


Kompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun
menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan
spastisitas tungkai bawah.Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki
dan tanda babynski bilateral.Nyeri umumnya dialihkan ke selangkangan.Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sacral bagian atas menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki. Hilangnya sensasi daerah perianal
dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas
lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.10

 Tumor kauda ekuina


Lesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam., kelemahan dan atrofi dari otot-otot
termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan otot anterior tibialis. Refleks APR mungkin
menghilang, muncul gejala-gejala sfingter dini dan impotensi.Tanda-tanda khas lainnya
adalah nyeri tumpul pada sakrum dan perineum yang kadang kadang menjalar ke tungkai.
Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
Refleks lain dapat terpengaruh tergantung letak lesi.10

VII. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi

Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mendiagnosis semua tipe tumor medula
spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada struktur
medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang lain.12

Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen intervertebralis.


Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk
(scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak interpendikular.12

Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medulla spinalis.12

19
Gambar 3, gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural intramedular)

Gambar 4, gambaran MRI tumor intradural ekstramedular

CSS

Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat bermanfaat untuk
differensial diagnosis ataupun untuk memonitor respon terapi. Apabila terjadi obstruksi dari
aliran CSS sebagai akibat dari ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus. Punksi
lumbal harus dipertimbangkan secara hati- hati pada pasien tumor medula spinalis dengan
sakit kepala (terjadi peninggian tekasan intrakranial).7,12

Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan (sitologi), protein


dan glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta kadar glukosa dan sitologi yang normal
didapatkan pada tumor-tumor medula spinalis, walaupun apabila telah menyebar ke selaput
otak, kadar glukosa didapatkan rendah dan sitologi yang menunjukkan malignansi. Adanya
20
xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya eritrosit merupakan karakteristik dari tumor
medula spinalis yang menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis
pada daerah kaudal tekal sac.7,12

VIII. Diagnosis

Diagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil anamnesis dan


pemeriksaan fisis serta penunjang.

 Anamnesis
Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah kompresi serabut saraf
spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah nyeri, mula-mula di punggung dan
kemudian di sepanjang radiks spinal.Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh
traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam
hari. Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf
yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek
pemendekan dari gravitasi.10
 Pemeriksaan fisis
Tumor ekstradural mempunyai perjalanan klinis berupa fungsi medula spinalis akan
hilang sama sekali disertai kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar dan posisi sendi
di bawah tingkat lesi yang berlangsung cepat. Defisit sensorik berangsur-angsur naik
hingga di bawah tingkat segmen medulla spinalis.
Pada tumor intramedular, kerusakan serabut-serabut yang menyilang pada substansia
grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh
segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada kulit
perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit
sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas sensi yang lain dikenal sebagai defisit
sensorik yang terdisosiasi.10
 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan radiogram tulang belakang, sebagian besar penderita tumor akan
memperlihatkan gejala osteoporosis atau kerusakan nyata pada pedikulus dan korpus
vertebra. Pada tomor ekstramedular, radiografi spinal dapat memperlihatkan pembesaran
foramen dan penipisan pedikulus yang berdekatan. Pada tumor intramedular, radiogram
akan memperlihatkan pelebaran kanalis vertebralis dan erosi pedikulus.10

21
IX. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular adalah
dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-
ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau
bahkan tidak ada setelah operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang
cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara total di hilangkan melalui operasi dapat
diterapi dengan terapi radiasi post operasi.12 Terapi konservatifyang dapat dilakukan pada
tumor medulla spinalis adalah10

a) Steroid

berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri pada 85% kasus, terkadang memberi perbaikan
neurologis. Steroid intravena dengan dosis tinggi dapat meningkatkan fungsi neurologis
untuk sementara tetapi pengobatan ini tidak dilakukan untuk jangkawaktu yang lama.
Walaupun steroid dapat menurunkan edema vasogenik, obat-obatan ini tidak dapat
menanggulangi gejala akibat kondisi tersebut. Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama
dapat menyababkan ulkus gaster, hiperglikemia dan penekanan system imun dengan resiko
cushing symdrome dikemudian hari. Regimen kemoterapi hanya meunjukkan angka
keberhasilan yang kecil pada terapi tumor medulla spinalis. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya sawar darah otak yang membatasi masuknya agen kemotaksis pada CSS.

b. Evaluasi radiografi

1) Foto polos seluruh tulang belakang : 67-85% abnormal; kemungkinan temuan : erosi
pedikel (defek pada pedikel pada foto polos lumbosacral AP dan lateral) atau pelebaran,
fraktur kompresi patologis, dan

perubahan osteoblastik (mungkin terjadi mieloma, Ca prostat, Hodgkin, dan biasanya Ca


payudara)

2) Bila tersedia dan pasien bersedia, MRI dilakukan secepat mungkin

c. Terapi radiasi

22
Tujuan dari terapi radiasi pada penatalaksanaan tumor medulla spinalis adalah untuk
memperbaiki kontrol lokal, serta dapat menyelamatkan dan memperbaiki fungsi neurologik.
Tarapi radiasi juga digunakan pada reseksi tumor yang inkomplit yang dilakukan pada daerah
yang terkena.12

d. Pembedahan

Pembedahan sejak dulu merupakan terapi utama pada tumor medulla spinalis. Pengangkatan
yang lengkap dan defisit minimal post operasi, dapat mencapai 90% pada ependymoma, 40%
pada astrositoma dan 100% pada hemangioblastoma. Pembedahan juga merupakan
penatalaksanaan terpilih untuk tumor ekstramedular. Pembedahan, dengan tujuan
mengangkat tumor seluruhnya, aman dan merupakan pilihan yang efektif.

Indiksi pembedahan

· Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau.

· Kegagalan radiasi

· Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal

Komplikasi pembedahan

· Resiko deficit neurologis yang besar selama tindakan operasi.

· Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak anak
disbanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan
kompresi medulla spinalis.

X. Prognosa

Pada pasien yang menderita tumor medulla spinalis mempunyai peluang hidup sehingga 5
tahun melebihi 90%. Fungsi neurologis setelah operasi pembedahan mengangkat tumor
bergantung pada status preoperative. Oleh itu, matlamat dilakukan pembedahan mengangkat
tumor adalah untuk menghalang berlanjutnya proses disfungsi neurologis hasil dari
penekanan tumor , untuk menegakkan diagnose dan secara potensi menyembuhkan tumor
dengan mengangkat tumor secara keseluruhan. Prognosis semakin buruk seiring
meningkatnya umur (>60 tahun).11
23
DAFTAR PUSTAKA

1. Reinhard Rohkamm. Chapter 1- Fundamentals of Neurology, Color Atlas of


Neurology 2004
2. Hoch Daniel B. 2008. Spinal Tumor
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001403.htm (1 November 2010)
3. Harrop James S. 2009. Spinal Cord Tumors - Management of Intradural
Intramedullary Neoplasms http://emedicine.medscape.com/article/249306-overview.
(5 november 2010)
4. Mazzoni, Pietro; Pearson, Toni Shih; Rowland, Lewis P. Chapter 56-Gliomas,
Merritt's Neurology Handbook, 2nd Edition, 2006
5. Mazzoni, Pietro; Pearson, Toni Shih; Rowland, Lewis P. Chapter-63, Merritt's
Neurology Handbook, 2nd Edition, 2006
6. Mark Mumenthaler, Heinrich Mattle, Ethan Taub. Chapter 7-Disease of Spinal Cord,
Fundamentals of Neurology 2006
7. Anonym. Brain and Spinal Cord Tumors in Adults. 2008. Available at
www.cancer.org
8. Fuchs B, Boos N. Primary Tumors of The Spine In: Boos N, Aebi M, editors. Spinal
Disorders Fundamentals of Daiagnosis and Treatment.2008. p. 951-76.
9. Pan E, Prados MD. Spinal Cord Tumors. 6 ed. DW K, RE P, RR W, editors.
Hamilton: BC Decker; 2008.
10. Japardi, Iskandar. Radikulopati Thorakalis. http://www.USU-digitallibrary.com. 2010
11. Murphy,Michael. Spinal Tumours [press release].2009. East Melbourne: Oxford
University Press.p.182-184.
12.Mumenthaler and Mattle. Fundamental of Neurology. Thieme. 2006. Page 146-147.

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1-5-1
    Bab 1-5-1
    Dokumen106 halaman
    Bab 1-5-1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Radio
    Jurnal Radio
    Dokumen22 halaman
    Jurnal Radio
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Data Ga Penting
    Data Ga Penting
    Dokumen8 halaman
    Data Ga Penting
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • BAB II Fix
    BAB II Fix
    Dokumen33 halaman
    BAB II Fix
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen48 halaman
    Bab I
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Radio
    Jurnal Radio
    Dokumen22 halaman
    Jurnal Radio
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurding Radiologi
    Jurding Radiologi
    Dokumen13 halaman
    Jurding Radiologi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    Dokumen17 halaman
    Ahmad Rizky - Hiperplasia Endometrium
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Sistem Enhanced Cekal System
    Sistem Enhanced Cekal System
    Dokumen1 halaman
    Sistem Enhanced Cekal System
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • SK 4
    SK 4
    Dokumen32 halaman
    SK 4
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Agama Agama PDF
    Agama Agama PDF
    Dokumen13 halaman
    Agama Agama PDF
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Jurding Radiologi
    Jurding Radiologi
    Dokumen13 halaman
    Jurding Radiologi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertiroid 1
    Referat Hipertiroid 1
    Dokumen26 halaman
    Referat Hipertiroid 1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Referat Hipertiroid 1
    Referat Hipertiroid 1
    Dokumen26 halaman
    Referat Hipertiroid 1
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    Dokumen57 halaman
    WRAP UP SK 2 (3) Emergency
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • M TB
    M TB
    Dokumen42 halaman
    M TB
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Preskas FIX
    Preskas FIX
    Dokumen17 halaman
    Preskas FIX
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Luka Bakar Dan Penanganannya A
    Luka Bakar Dan Penanganannya A
    Dokumen1 halaman
    Luka Bakar Dan Penanganannya A
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen17 halaman
    Dokumen
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Ketuban Pecah Dini
    Ketuban Pecah Dini
    Dokumen27 halaman
    Ketuban Pecah Dini
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen28 halaman
    Presentasi Kasus
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Grading Ulkus Decubitus Berdasarkan Klasifikasi NPUAP
    Grading Ulkus Decubitus Berdasarkan Klasifikasi NPUAP
    Dokumen2 halaman
    Grading Ulkus Decubitus Berdasarkan Klasifikasi NPUAP
    BayuHernawanRahmatMuharia
    100% (1)
  • Encephalitis
    Encephalitis
    Dokumen19 halaman
    Encephalitis
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Encephalitis
    Encephalitis
    Dokumen19 halaman
    Encephalitis
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Case Report Neuro
    Case Report Neuro
    Dokumen25 halaman
    Case Report Neuro
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Abses Otak
    Abses Otak
    Dokumen28 halaman
    Abses Otak
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala
    Cedera Kepala
    Dokumen40 halaman
    Cedera Kepala
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen26 halaman
    Epi Lepsi
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen33 halaman
    Vertigo
    BayuHernawanRahmatMuharia
    Belum ada peringkat