DIABETES MELLITUS
I. KONSEP MEDIS
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf,
dan pembuluh darah (Mansjoer, A., 2005). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronik, mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana, 2009 dalam Nurarif, 2015).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Diabetes adalah gangguan metabolisme dari
distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetestidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup, atau tubuh tak mampu menggunakan insulinsecara efektif, sehingga terjadilah
kelebihan gula dalam darah(Sustrani, Alam, & Hadibroto, 2006). Dapat disimpulkan bahwa
diabetes mellitus adalah keadaan dimana kadar gula darah dalam tubuh tinggi dikarenakan
tubuh tidak dapat memproduksi dan menggunakan insulin secara efektif.
6. Patofisiologi
Patofisiologis Diabetes Mellitus Tipe 1
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan
tidak dapat disimpan dalam hati tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemi
postprandial(sesudah makan)(Smeltzer & Bare, 2002).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluran cairan dan elektrolit yang berlebih. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagi) akibat
menurunnya simpnan kalori. Gejala lain mencangkup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis(pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam amino substansi lain),
namun pada penderita difisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan tanpa hambatan
dan lebih lanjut akan menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu juga akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi bahan keton yang merupkan produk samping
pemecahan lemak. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkan dapat menimbulkan tanda tanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, perubahan
kesadaran, koma bakan kematian. (Smeltzer & Bare, 2002).
Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penykit kronis yang disebabkan oleh beberapa faktor
berikut ini, kerusakan insulin, produksi glukosa yang tidak tepat dalam hati, atau penurunan
reseptor insulin perifer. Faktor genetik merupakan hal yang signifikan dari awitan diabetes
dipercepat oleh obesitas serta gaya hidup sedentari(sering duduk)(Kowalak, 2011).
Pada diabetes mellitus tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin
dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan sekresi insulin
yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, glukosa dalam darah tidak dapat masuk kedalah sel untuk
dimetabolisme, maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan terjadi diabetes tipe 2.
Tingginya kadar glukosa dalam darah ini yang menyebabkan viskositas(kekentalan) dalam
darah meningkat.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri diabetes mellitus tipe 2,
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badab keton yang menyertainya. Diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah yang dinamakan sindrom hiperglikemik. Diabetes type 2 paling sering
terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Gejala yang
dialami klien bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka
pada kulit yang lam sembuh, dan pandangan kabur(jika kadar glukosanya terlalu
tinggi)(Smeltzer & Bare, 2002).
7. Manifestasi Klinis
Menurut Kowalak (2011), tanda dan gejala diabetes mellitus meliputi:
1. Poliuria dan polidipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar
glukosa serum yang tinggi.
2. Polifagia, pada penderita diabetes mellitus, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel target
dan berubah menjadi glikogen untuk disimpan didalam hati sebagai cadangan energi.
3. Penurunan berat badan (sebesar 10% hingga 30%), karena tidak terdapat metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang normal sebagai akibat fungsi insulin yang rusak.
4. Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang, dan gangguan pada
kinerja; disebabkan oleh kadar glukosa intrasel rendah.
5. Kram otot, iritabilitas, dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit.
6. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur.
7. Patirasa dan kesemutan akibat kerusakan jaringan saraf.
8. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen akibat neuropati otonom yang
menimbulkan gastroparesi dan konstipasi.
9. Mual, diare, atau konstipasi akibat dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit ataupun
neuropati otonom.
10. Infeksi dan luka pada kulit yang lambat sembuhnya, rasa gatal pada kulit.
11. Infeksi jamur pada vagina atau anus.
8. Komplikasi
A. Komplikasi Akut Diabetes
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut adalah:
hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik(Smeltzer & Bare, 2002).
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik yang disebabkan penurunan glukosa darah yang
abnormal(kadar glukosa darah turun dibawah 50 – 60 mg/dl). Gejala ini dapat ringan berupa
gelisah sampai berat berupa koma diisertai kejang. Penyebab tersering hipglikemia adalah
akibat obat hipoglikemik oral golongan sulfoniluera, khususnya klorpropiamida dan
glibenklamida(Soegondo, 2011). Hipoglikemia juga dapat terjadi akibat pemberian insulin,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat
terjadi setiap saat pada siang atau malam hari(Smeltzer & Bare, 2002). Kejadian ini sering
timbul karena pasien tidak pasien tidak memperhatikan atau belum mengetahui pengaruh
beberapa perubahan pada dirinya(Soegondo, 2011).
2. Ketoasidosis Diabetikum
Ketoasidosis diabetikum adalah defisiensi insulin yang berat dan akut disebabkan oleh tidak
adanya insulin tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Gambaran klinik pada diabetes
ketoasidosis adal dehidrasi, kehilanngan elektrolit, dan asidosis(Smeltzer & Bare, 2002).
3. Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolar, hiperglikemi, dan dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, serta perubahan tingkat
kesadaran. Keadaan hiperglikemi persisten menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit(Smeltzer & Bare, 2002).
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Glukosa Darah
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaringan dan Diagnosis
Diabetes Mellitus.(Nurarif, 2015). Penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk
mengedalikankadar glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemi, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa
darah normal yang akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang(Smeltzer & Bare,
2002)
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal
dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses
keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis
dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana
dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan,
riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah,
luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,
koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat
diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit
dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.
3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
o Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
o Menunjukkan tingkat energi biasanya
o Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya).
3) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua
orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat
diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
o Mengakui perasaan putus asa
o Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
o Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil
tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah
sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional :Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri
dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu
kemampuan koping.
3) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan
berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional :Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional :Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.