PENDAHULUAN
dan bronkus di seluruh dunia, menyebabkan 1,1 juta kematian tiap tahunnya. Dari jumlah
insiden dan prevalensi di dunia, kawasan Asia, Australia, dan Timur Jauh berada pada
tingkat pertama dengan estimasi kasus lebih dari 670 ribu dengan angka kematian
mencapai lebih dari 580 ribu orang. Sampai saat ini kanker paru masih menjadi masalah
besar di dunia kedokteran. Kanker paru sulit terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal.
Sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru melakukan reproduksi liar sehingga
bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. Penyakit ini baru bisa dideteksi setelah
rongga yang berada diantara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung, pembuluh
darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar
getah bening dan salurannya. Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting
1
Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor
dapat menekan organ di dekatnya dan dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam
jiwa.
retrospektif dari tahun 1973 sampai dengan 1995 di New Mexico, USA didapatkan 219
pasien tumor mediastinum ganas yang diidentifikasi dari 110.284 pasien penyakit
keganasan primer, jenis terbanyak adalah limfoma 55%, sel germinal 16%, timoma 14%,
Sedangkan data frekuensi tumor mediastinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF
bedah Thorak RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970
1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang
ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma,8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data
RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67% kasus,
Kebanyakan tumor mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat dilakukan foto
toraks untuk berbagai alasan. Keluhan penderita biasanya berkaitan dengan ukuran dan
invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak napas berat, sindrom vena
Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah dimungkinkan
dalam teknik diagnostik ini, kemajuan dalam anestesi, kemoterapi, immunoterapi dan
terapi radiasi telah meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pulmo merupakan organ yang terletak di cavum thoraks. Masing-masing pulmo memiliki
puncak (apex), tiga permukaan (facies costalis, facies mediastinalis, facies diaphragmatica)
Apex pulmonalis ialah ujung cranial yang tumpul dan tertutup oleh pleura servikalis.
Apex pulmonalis dan pleura servikalis menonjol ke cranial melalui apertura thoracis
3
Facies costalis, terhampar pada sternum, cartilage costalis dan
costa
Facies mediastinalis, ke medial berhubungan dengan mediastinum
mediastinalis di dorsal.
4
Gambar 2.9. Lobus dan fissure pulmo
Masing-masing pulmo memperoleh perdarahan dari satu a.pulmonalis yang besar dan
darah venosa disalurkan keluar melalui dua v.pulmonalis. A. pulmonalis dextra dan a.
pulmonalis sinistra berasal dari satu truncus pulmonalis setinggi angulus sterni.
Saraf pulmo berasal dari plexus pulmonalis ventral dan dorsal dari radix pulmonis dexter
5
2.2 Anatomi Mediastinum
Bagian tengah cavitas thoracis, yakni ruang antara kedua kantong pleura, dikenal
sebagai mediastinum. Struktur dalam mediastinum diliputi oleh jaringan ikat, pembuluh
Gambar 2.1. Pembagian mediastinum
6
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas toraks (apertura thoracis superior) sampai
Th IV-V.
Thymus
Pembuluh besar yang berhubungan dengan jantung dan
aortae
N. phrenicus dan n. vagus kedua sisi
Plexus cardiacus
Trachea
N. laryngeus recurrens sinister
Oesophagus
Ductus thoracicus
2. Mediastinum anterior, dari dinding belakang sternum sampai dinding
7
Gambar 2.4. Mediastinum Anterior
8
4. Mediastinum medial, dari dinding depan perikardium ke dinding
2.3.1. Definisi
mediastinum yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri.
2.3.2 Etiologi
adalah:
- Penyebab kimiawi
sebagai penyebabnya.
9
Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal
tumor.
- Faktor fisik
sinar ultraviolet yang berasal ari sinar matahari maupun sinar lain
- Faktor nutrisi
timbulnya tumor.
- Faktor hormone
10
2.3.3. Patofisiologi
yang relatif singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan
11
Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara
mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai gejala demam
yang menonjol.
2.3.4 Klasifikasi
12
Jenis tumor mediastinum sulit ditentukan secara radiologic.
dan limfoma
morgagni
13
Jenis tumor berdasarkan lokasinya
- Anamnesis
14
biasanya mulai timbul bila terjadi peningkatan ukuran tumor yang
Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat,
esofagus
sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi
tumor jinak,
suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel
nervus frenikus
nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik atau
- Pemeriksaan Fisik
15
2.3.6. Diagnosis
asimtomatik
- Lebih dari 60% lesi pada dewasa ditemukan pada rongga anterior-
di posterior mediastinum
- Pada 75% dewasa dan 50% anak-anak massa yang terjadi adalah jinak
germ cell.
shaped contour.
16
2.3.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto toraks
Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior,
medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar
sulit ditentukan lokasi yang pasti. Adanya struktur berupa lesi kistik,
mencapai karina
Tumor timus: tumor ini dapat bersifat jinak atau ganas dan sering
17
Gambar 3. 2. Teratoma (Tumor Mediastinum Anterior)
Tumor Mediastinum Posterior
18
Tumor neurogenik yang berkembang dari saraf interkostal dan rantai simpatis.
Neurofibroma (tumor yang dibungkus saraf). Ganglioneuroma (tumor sel saraf simpatis).
Tumor neurogenik yang berkembang dari saraf interkostal dan rantai simpatis.
Neurofibroma (tumor yang dibungkus saraf). Ganglioneuroma (tumor sel saraf simpatis).
19
Tumor neurogenik yang berkembang dari saraf interkostal dan
2. Tomografi
klasifikasi pada lesi, yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor
perkiraan jenis tumor, misalnya teratoma dan timoma. CT-Scan juga dapat
menentukan stage pada kasus timoma dengan cara mencari apakah telah
20
4. Flouroskopi
5. Ekokardiografi
diduga aneurisma.
6. Angiografi
7. Esofagografi
esofagus.
21
2.3.8. . Pengobatan
Secara umum, tumor ganas mediastinum seperti limfoma, tumor germ sel,
atau timoma berespon baik terhadap terapi yang dilakukan secara agresif yang
mencakup perawatan, radiasi dan kemoterapi. Tumor jinak terkadang lebih mudah
diatur penanganannya jika pasien asimptomatik. Pasien dengan massa di
mediastinum beresiko untuk terjadinya kolaps / obstruksi saluran napas atau
gangguan hemodinamik jika menjalani anestesi umum.
2.3.9. Prognosis
Prognosis Tumor Mediastinum jinak cukup baik, terutama jika tanpa gejala.
Berbeda variai prognosisnya pada pasien dengan tumor mediastinum ganas,
dimana hasil diagnostic spesifik, derajat keparahan penyakit, dan keadaan spesifik
pasien yang lain (komorbid) akan mempengaruhi. Kebanyakan tumor
mediastinum ganas berespon baik terhadap terapi konvensional.
2.3.10. Komplikasi
1. Obstruksi trachea
4. Rupture esophagus
22
BAB III
KESIMPULAN
Banyak jenis jaringan dan susunan organ yang ada di dalam mediastinum
menimbulkan sejumlah neoplasma yang berbeda secara histology. Di samping itu,
banyak kelenjar limfe yang ada di dalam mediastinum, dan bisa terlibat dalam
sejumlah penyakit sistemik, seperti karsinoma metastatic, kelainan
granulomatosa, infeksi dan kelainan jaringan ikat.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W, Sudoyo, et al, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV.Penerbit Buku Kedokteran IPD FK UI.
2. Carter, M. A.,, Gout, dalam Sylvia, A. P. And Lorraine, M. W. (Eds), 2001,
Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi IV, Buku II,
1242-1246, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3. Murray, R. K., Granner, D. K., Mayer, P. A., Rodwell, V. M., 1997,
Biokimia Harper, alih bahasa oleh Andry Hartono, Edisi 24, 366-391,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Sabiston, David C,. 1994, Buku Ajar Bedah, alih bahasa Petrus Adriyanto,
Edisi I, Jilid II, 704-724, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
24
25
26
27