DIARE AKUT
DISUSUN OLEH:
1261050015
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
PERIODE :
1
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2018
PENDAHULUAN
3
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Diare akut menurut Cohen4 adalah keluarnya buang air besar sekali
atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14
hari. Menurut Noerasid5 diare akut ialah diare yang terjadi secara
mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan
American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau
sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari 6. Diare akut adalah buang
air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 1 minggu (Hardiono,dkk, 2004).
Diare akut dibagi menjadi dua macam :
1. Diare cair akut
Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat
berupa buang air saja dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih
sering dari biasanya dalam 24 jam.
Pada 0-2 bulan frekuensi buang air besar anak yang minum ASI bisa
mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja lunak, sering berbiji-biji dan
berbau asam. Selam berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut
tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara
akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna (Juffrie dan
Mulyani, 2009).
2. Disentri
Disentri adalah episode diare akut yang pada tinjanya ditemukan darah
terlihat secara kasat mata. Darah yang hanya terlihat secara micros
kopis atau tinja berwarna hitam yang menandakan adanya darah pada
4
saluran cerna atas, bukan merupakan diare berdarah.
Diare berdarah sering disebut juga sebagai sindrom disentri. Sindrom
disentri terdiri dari kumpulan gejala, diare dengan darah dan lendir
dalam feses dan adanya tenesmus.(Juffrie dan Mulyani, 2009)
Epidemiologi
Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare
radang dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa
karena hormonal, anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi
5
bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi,
radiasi10.
Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan
oleh gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi
sistemik. Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum
diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui.
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi7.
6
Infeksi
bakteri (10-
20%):
vibrio,
E.coli,salm
onella,
shigella, 7
campylobac
ter,
yersenia,aer
omonas
•
8
Infeksi
virus (70%)
:
enterovirus
,adenovirus
, rotairus,
astrovirus9
•
Infeksi
parasit :
cacing
(ascaris ,
trichiuris,o
10
xyuris,
strongyloid
es
•
Protozoa
(10%) :
11
entamoeba
histolytica,
giardia
lamblia,
trichomona
s homonis
12
•
Jamur :
candida
albicans
Penyebab Diare Akut yang Paling Sering pada Bayi dan Anak
13
anak berumur halus 3 serotip
6-24 bulan rotavirus
Penyebab 5- manusia sudah
10% jumlah diketahui yaitu
semua diare serotipe A,B,C
dalam Penyebarannya
masyarakat melalui fekal-
Infeksi oral
asimptomatik
juga dapat Insiden paling
terjadi pada tinggi pada
bayi dan musim dingin
orang dewasa atau hujan
Prevalen di
seluruh dunia
Enterotoxigenic Kuman Menghasilkan Penyebab
E coli (ETEC) patogen yang enterotoksin tersering
penting pada yang tahan traveller’s
bayi dan panas (ST) diarrhea
orang dewasa dan tak tahan Biasanya
Menyebabkan panas (LT) ditularkan
sampai 25% yang melalui
jumlah semua menyebabkan makanan atau
diare pada diare dari minuman
semua sekresi usus
golongan halus
umur di
negara
berkembang
14
Shigella Penyebab Sindrom Shigella
sampai 10% disentri karena flexneri paling
jumlah diare invasi ke usus sering terjadi di
akut pada besar negara
anak balita Diare usus berkembang
Juga terjadi halus yang Penyebaran
pada anak dicetuskan umumnya dari
yang lebih enterotoksin manusia ke
besar dan manusia, jarang
orang dewasa melalui
makanan atau
air.
Shigella
dysentriae
menyebabkan
epidemi dengan
angka kematian
yang tinggi,
umumnya kebal
terhadap
beberapa macam
antibiotika
Vibrio cholera Di daerah Menyebabkan Muncul sebagai
endemis diare penyebab diare
kolera, sekretorik dari epidemi karena
umumnya usus halus penyebaran
pada anak karena adanya Vibrio cholera
berumur 2-10 enterotoksin El Tor yang
tahun telah terjadi ke
15
beberapa
Di daerah negara di dunia
yang baru Biasanya
terjangkiti, ditularkan
biasanya melalui
dimulai pada makanan atau
orang dewasa air
Hanya sekitar
5-10% jumlah
penderita yang
dirawat dari
semua
golongan umur
dalam keadaan
non epidemi
Salmonella non Di negara Penyerangan Menyebabkan
typhoid berkembang intraseluler diare akut dan
sampai 10% pada epitel demam
jumlah diare ileum Biasanya
pada anak ditularkan
Insiden melalui
bertambah makanan,
dengan terutama bahan
perkembangan makanan yang
sosial ekonomi berasal dari
hewan
Kebal terhadap
beberapa
macam
16
antibiotika
Patofisiologi
17
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c
AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.7
18
dihasilkan oleh pengankutan larutan (terytama Natrium) dari satu sisi
epitel ke sisi lain. Agar dapat masuk ke dalam sel, Natrium ditukar
dengan ion Hidrogen atau berikatan dengan ion klorida atau ikatan bukan
elektrolit misalnya glukosa, asam amino atau peptide. Penambahan
glukosa pada larutan meningkatkan penyerapan Natrium di lumen usus
tiga kali lipat ( Sunoto, 1999).
Peningkatan absorpsi Natrium dan air yang dipacu oleh glukosa ini
merupakan prinsip yang mendasari penambahan glukosa ke dalam oralit.
Natrium (Na) dikeluarkan dari sel pompa ion yang dikenal sebagai
Na+K+ATPase. Natrium kemudian diangkut ke dalam ruang interseluler,
meningkatkan tekanan osmotic sel. Hal ini menyebabkan air mengalir
dari lumen ke dalam ruang interseluler kemudian ke dalam darah. Pada
ileum dan kolon, anion klorida diserap sebagai pengganti ekskresi ion
bikarbonat.
Proses sekresi pada dasarnya berlawanan dengan absorpsi. Proses
masuknya pasangan NaCl ke dalam membrane basolateral sel menambah
konsentrasi Cl dalam sel kripta sampai tingkat lebih tinggi dari
keseimbangan elektrokimia. Sementara itu, Natrium yang masuk bersama
Cl dipompa keluar sel oleh Na+K+ATPase. Bermacam-macam rangsangan
sekresi melalui media perantara interseluler misalnya nukletid siklik
( terutama AMP siklik atau GMP siklik), meningkatkan permeabilitas
membran sel kripta bagi Cl- sehingga Cl- dapat disekresikan. Perpindahan
Cl- bersama Na+ menyebabkan aliran air dari darah ke lumen.
Mekanisme patofisiologi terjadinya diare cair ada 2 macam yaitu :
1. Diare sekretorik (secretory diarrhea) merupakan bentuk diare dengan
pengeluaran cairan bertambah secara tidak normal dan Natrium serta
klorida hilang ke dalam lumen usus halus yang mempertinggi
kemapuan penyerapan dari usus besar, tetapi tidak terdapat kerusakan
mukosa secara histologist ( Aswita,2003 dan Sunoto, 1999).
19
Paling sering disebabkan oleh enterotoksin bakteri, misalnya oleh
Eschericia coli dan Vibrio cholera. Amemiliki karakteristik adanya
kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Yang
merangsang sekresi kripte untuk melakukan sekresi aktif Cl- dan
menghambat proses upatake Na+, Cl- dan HCO3- adalah siklik AMP,
siklik GMP, dan Ca2+. Toksin ini menyebabkan turunnya absorpsi aktif
Natrium dan lumen usus oleh vili dan meningkatkan sekresi aktif
NaCl dan air dari kripta mukosa ke dalam lumen usus.
Vibrio cholera memproduksi enterotoksin yang mengaktivasi
adenil siklase menyebabkan peningkatan siklik AMP yang berakibat
sekresi aktif Cl-. Sedangkan Eschericia coli memproduksi enterotoksin
yang meningkatkan siklik GMP. Pengaruh siklik GMP dalam
menyebabkan diare mirip dengan siklik AMP dan Ca2+.
2. Diare osmotic (osmotic diarrhea) merupakan bentuk diare yang terjadi
apabila air yang berasal dari plasma darah melewati dinding usus ke
cairan yang osmolaritasnya tinggi di rongga usus dan keluar sebagai
diare.
Diare osmotik terjadi bila molekul yang aktif daya osmotiknya
misalnya garam-garam atau gula di dalam konsentrasi cukup tinggi
sehingga tekanan osmotic cairan usus lebih tinggi daripada cairan
ekstraseluler dinding usus dan darah. Pada keadaan itu, air akan
berpindah secara pasif dari jaringan ke dalam usus melalui proses
difusi. Bila bahan-bahan osmotik tidak diserap, air akan menetap di
lumen usus dan akan dikeluarkan bersama bahan-bahan lain sebagai
diare.
Sebagai contoh yang klasik adalah defisiensi enzim disakaridase
primer ataupun sekunder pada anak yang menderita malnutrisi, atau
diare yang disebabkan oleh Rotavirus akan menyebabkan gangguan
pemecahan karbohidrat golongan disakarida (lactose) karena
20
kerusakan mikrovili (brush border). Adanya karbohidrat (lactose)
yang tidak dapat diabsorpsi, setelah mencapai usus besar akan
difermentasi bakteri menjadi asam organic sehingga menyebabkan
suasana hiperosmolar yang kemudian dapat mengakibatkan sekresi air
ke dalam lumen usus (Aswita, 2003 dan Sunoto, 1999).
21
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus
cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh
salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan
reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf
otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat
menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri. 5,7
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim adenil
siklase. Enzim ini selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP.
Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif ion klorida,
yang akan diikuti secara positif ileh air, natrium, kaliumm dan bikarbonat
ke dalam lumen usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah sehingga
penderita cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.
Pada anak, diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme Vibrio, ETEC, Shigella, Clostridium,
Salmonella, Campylobacter. Toksin yang dihasilkannya tersebut akan
merangsang enzim adenil siklase, selanjutnya enzim tersebut akan
mengubah ATP menjadi cAMP. Diare sekretorik pada anak paling sering
disebabkan oleh kolera.
23
Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila
disebabkan oleh vibrio biasanya hebat dan berbau amis, 2) muntah-
muntah, 3) tidak disertai dengan panas badan, dan 4) penderita biasanya
cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi.
Diare Invasif
Gejala diare yang disebabkan oleh rotavirus adalah 1) paling sering pada
anak usia dibawah 2 tahun dengan tinja cair, 2) seringkali disertai dengan
peningkatan panas badan dan batuk pilek, 3) muntah.
Diare Osmotik
25
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya tekanan
osmotik pada lumen usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel ke
dalam lumen usus, sehingga terjadi diare berupa watery diarrhea. Paling
sering terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh malabsorpsi
karbohidrat.
Gejala dari diare osmotik adalah 1) tinja cair/watery diarrhae akan tetapi
biasanya tidak seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda
klinis umum seperti panas, 3) pantat anak sering terlihat merah karena
26
tinja yang asam, 4) distensi abdomen, 5) pH tinja asam dan klinitest
positif. Bentuk yang paling sering dari diare osmotik ini adalah
intoleransi laktosa akibat defisiensi enzim laktase yang dapat terjadi
karena adanya kerusakan mukosa usus. Dilaporkan kurang lebih sekitar
25-30% dari diare oleh rotavirus terjadi intoleransi laktosa.
Manifestasi kinis
Derajat Dehidrasi
Estimasi
Gejala & Keadaan Mulut/
Mata Rasa Haus Kulit BB % def.
Tanda Lidah
Umum cairan
Minum
Tanpa Turgor
Baik, Sadar Normal Basah Normal, Tidak <5 50 %
Dehidrasi baik
Haus
Dehidrasi
Gelisah Tampak Turgor 50–100
Ringan – Cekung Kering 5 – 10
Rewel Kehausan lambat %
Sedang
Dehidrasi Letargik, Sangat Sangat Sulit, tidak bisa Turgor >10 >100 %
27
cekung
Kesadaran sangat
Berat dan kering minum
Menurun lambat
kering
Diagnosis
Anamnesis
30
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik pada penderita diare maka dapat ditemukan
beberapa hal, antara lain adalah sebagai berikut ini :
31
5) Eritema perianal. Defekasi yang sering dapat menyebabkan kerusakan
pada kulit perianal, terutama pada anak-anak yang kecil. Malabsorpsi
karbohidrat yang sekunder seringkali merupakan hasil dari feses yang
asam. Malabsoprsi asam empedu sekunder dapat menyebabkan
dermatitis disekitar perianal yang sangat hebat yang seringkali
ditandari sebagai suatu luka bakar.
Pemeriksaan Laboratorium
Feses yang pH nya 5.5 atau kurang dari itu atau menunjukan adanya
substansi yang mereduksi maka menandakan adanya intoleransi
karbohidrat, yang biasanya disebabkan secara sekunder oleh penyakit
virus.
Infeksi yang enteroinvasif terhadap usus besar menyebabkan leukosit
terutama netrofil akan tampak di dalam tinja. Tidak adanya lekosit
pada tinja tidak menghilangkan kemungkinan adanya organisme
enteroinvasif. Meskipun demikian, adanya leukosit di dalam tinja
dapat mengeliminasikan kemungkinan penyebab enterotoksigenik
E.coli, Vibrio sp., dan virus.
Lakukan pemeriksaan setiap eksudat yang ditemukan di dalam tinja
untuk mencari leukosit. Keberadaan eksudat merupakan suatu hal
yang sangat tinggi nilainya untuk memikirkan adanya colitis (80%
merupakan nilai prediksi yang positif). Colitis merupakan suatu yang
infeksius, alergi, atau bagian dari penyakit inflamasi pada saluran
pencernaan (penyakit Crohn, colitis ulseratif).
Berbagai medium kultur tersedia untuk dapat mengisolasi bakteri.
Suatu tingkat kecurigaan terhadap suatu penyebab perlu diketahui
terlebih dahulu untuk menentukan media mana yang memungkinkan
32
untuk penyebab diare tersebut tumbuh. Medium-medium yang dapat
digunakan untuk kultur dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Selalu lakukan kultur dari tinja untuk organisme-organisme
Salmonella, Shigella, dan Campylobacter serta Yersinia
enterocolotica, terutama pada tampilan gejala klinis yang menandakan
adanya colitis atau jika ditemukan adanya leukosit pada tinja.
Diare yang berdarah dengan riwayat pernah memakan daging-
dagingan maka perlu dicurigai kemungkinan etiologi enterohemoragik
E.coli. Jika E.coli ditemukan di dalam tinja, maka perlu ditentukan
apakah E.coli tersebut termasuk ke dalam tipe O157:H7 atau bukan.
Tipe E.coli tersebut merupakan tipe yang sering ditemukan sebagai
penyebab dari HUS (hemolytic uremic syndrome).
Adanya riwayat pernah memakan makanan laut (seafood) atau pernah
berpergian keluar negeri maka perlu dilakukan skrining tambahan
untuk mencari spesies Vibrio dan Plesiomonas.
Antigen rotavirus dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan enzim
immunoassay dan pemeriksaan aglutinasi latex dari tinja. Kejadian
false-negatif sekitar 50%, dan false-positif pun seringkali muncul,
terutama jika terdapat darah di dalam tinja.
Antigen Adenovirus (serotipe 40 dan 41) dapat dideteksi dengan cara
enzim immunoassay.
Pemeriksaan tinja untuk mencari ova dan parasit merupakan cara
terbaik untuk menemukan parasit penyebab diare. Lakukanlah
pemeriksaan tinja setiap 3 hari sekali atau setiap 2 hari sekali.
Hitung jenis leukosit biasanya tidak meningkat pada diare yang
disebabkan oleh virus dan toksin. Leukositosis seringkali terjadi tetapi
tidak secara konstan pada diare yang disebabkan oleh enteroinvasif
bakteri. Organisme shigella menyebabkan leukositosis dengan tanda
33
bandemia (netrofilia) dengan variasi pada total hitung jenis sel
darahnya.
Pada suatu waktu, maka protein-losing enteropathy dapat diketemukan
pada pasien dengan inflamasi yang luas di dalam saluran pencernaan
akibat infeksi oleh bakteri yang enteroinvasif (seperti Salmonella spp.,
enteroinvasif E.coli). Dalam keadaan ini dapat ditemukan keadaan
kadar serum albumin yang rendah dan kadar alfa1-antitripsin fekal
yang tinggi.
Tabel 2. Medium Kultur Bakteri yang Optimum
34
C perfringens None available Anaerobic spore-forming GPR;
toxin-mediated diarrhea
35
Penatalaksanaan
36
bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau
muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.7
2. Cairan hipotonik
7. ASI diteruskan
Dehidrasi Berat
37
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½
jam
38
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :
Osmolalit
Glukosa(g/ Na+ -
K+ Basa(mEq/L
as CI (mEq/L)
L) (mEq/L) (mEq/L) )
(mOsm/L)
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -
NaCl 0,45 %
428 50 77 77 - -
+D5
NaCl 0,225%
253 50 38,5 38,5 - -
+D5
Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard
311 111 90 80 20 Citrat 10
WHO-ORS
Reduced
osmalarity 245 70 75 65 20 Citrat 10
WHO-ORS
EPSGAN
recommendati 213 60 60 70 20 Citrat 3
on
39
Komposisi elektrolit pada diare akut :
Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari
beberapa uji klinis.1 Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik
untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki kehilangan air dan elektrolit
serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Antibiotik yang
tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan
sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan
malabsorpsi.2 Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self
limiting).12 Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita
diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2
bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala
40
sepsis15. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,
gangguan absorpsi dan sirkulasi.2
Terdapat lima lintas tatalaksana yaitu: rehidrasi, dukungan nutrisi,
suplementasi zinc, antibiotik selektif edukasi orang tua (Juffrie dan
Mulyani, 2009).
1) Rehidrasi
Salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi adalah
dehidrasi. Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin,
kuah sayur atau air sup. Bila terjadi dehidrasi, anak harus segera
dibawa ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang
tepat dan cepat yaitu dengan oralit. Komposisi cairan rehidrasi oral
sangat penting untuk memperoleh penyerapan yang optimal.
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) yang dianjurkan WHO selama 3
dekade terakhir ini menggunakan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa telah berhasil menurunkan angka kematian akibat
dehidrasi pada diare, karena kombinasi gula dan garam ini dapat
meningkatkan penyerapan cairan di usus. CRO selain murah, mudah
digunakan juga aman. Sesuai dengan anjuran WHO saat ini dianjurkan
penggunaan CRO dengan formula baru yaitu komposisi Natrium 75
mmol/L, Kalium 20 mmol/L, Klorida 65 mmol/L, Sitrat 10 mmol/L,
Glukosa 75 mmol/L. Total osmolaritas 245 mmol/L. Rehidrasi
disesuaikan derajat dehidrasi yang sudah ditentukan.
Di masyarakat, masih beredar oralit dengan formulasi lama yaitu
oralit yang mengandung Natrium sebanyak 90 mmol/L, Kalium 20
mmol/L, Sitrat 10 mmol/L, Klorida 80mmol/L, Glukosa 111mmol/L
dengan total osmolaritas 311mmol/L. Oralit ini kemudian dilarutkan
dalam 200ml air matang. Oralit dengan formulasi lama sebenarnya
41
digunakan untuk pengobatan kolera, sehingga apabila diberikan untuk
diare bukan kolera, maka akan berisiko terjadinya hipernatremia.
2) Dukungan nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisis yang hilang serta
mencegah agar tidak menjadi gizi buruk. Pada diare berdarah nafsu
makan akan berkurang. Adanya perbaikan, nafsu makan menandakan
fase kesembuhan. ASI tetap diteruskan selama terjadinya diare pada
diare cair akut maupun pada diare akut berdarah dan diberikan dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas
sebaiknya mendapat makan seperti biasanya.
3) Suplementasi Zinc
Zinc merupakan mikronutrien yang penting sebagai kofaktor
lebih dari 90 jenis enzim. Saat ini zinc telah digunakan dalam
pengelolaan diare. Awal mula penggunaan zinc dalam pengelolaan
diare dilatarbelakangi oleh suatu fakta bahwa meskipun Garam
Rehidrasi Oral (Oral Rehydration Salts = ORS) dapat mengatasi
dehidrasi, tidak mampu menurunkan volume, frekuensi dan durasi
diare. Untuk itulah diperlukan suatu metode tambahan untuk
menanggulangi hal tersebut. Diare dapat menurunkan kadar Zinc
dalam plasma bayi dan anak. Pada binatang percobaan, defisiensi zinc
menyebabkan gangguan absorpsi air dan elektrolit. Uji klinik pertama
penggunaan zinc sebagai terapi diare cair akut pada tahun 1988 di
India, menunjukkan bahwa zinc mampu menurunkan durasi dan
frekuensi pada anak, terutama anak dengan penurunan kadar zinc yang
berat.
Cara kerja zinc dalam menanggulangi diare masih banyak diteliti.
Beberapa efek zinc yaitu ( Lukacik, 2007):
42
Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD). Enzim
SOD terdapat di hamper semua sel tubuh. Dalam setiap sel, ketika
terjadi transpor elektron untuk mensintesis ATP selalu timbul hasil
sampingan yaitu anion superoksida. Anion superoksida merupakan
radikal bebas yang sangat kuat dan dapat merusak semua struktur
dalam sel. Untuk melindungi dirinya dari kerusakan, setiap sel
mengekspresikan SOD. SOD akan mengubah anion superoksida
menjadi H2O2 akan diubah menjadi senyawa yang lebih aman, yaitu
H2O dan O2 oleh enzim katalase atau bias pula diubah menjadi H 2O
oleh enzim glutation peroksidase. Tentu saja SOD sangat berperan
dalam menjaga integritas epitel usus.
Secara langsung zinc berperan sebagai antioksidan. Zinc berperan
sebagai stabilisator intramolekuler, mencegah pembentukan ikatan
disulfide dan berkompetisi dengan tembaga (Cu) dan besi (Fe).
Tembaga dan besi yang bebas dapat menimbulkan radikal bebas.
Zinc mampu menghambat Nitric Oxide (NO). Dalam keadaan
inflamasi, termasuk inflamasi usus, maka akan timbul lipopolisakarida
(LPS) dari bakteri dan interleukin-1 (IL-1) dari sel-sel imun. LPS dan
IL-1 mampu menginduksi ekspresi gen enzim nitric-oxideisynthase-2
(NOS-2). NOS-2 selanjutnya mensintesis NO. Dalam sel-sel fagosit,
NO sangat berperan dalam menghancurkan kuman-kuman yang
ditelan oleh sel-sel fagosit itu. Namun dalam kondisi inflamsi, NO
juga dihasilkan oleh berbagai macam sel akibat diinduksi oleh LPS
dan IL-1, NO yang berlebihan akan merusak berbagai macam struktur
pada jaringan, karena NO sebenarnya adalah senyawa yang reaktif.
Dalam usus, NO berperan sebagai senyawa parakrin. NO yang
dihasilkan akan berdifusi ke dalam epitel usus dan mengaktifkan
enzim guanilat siklase untuk menghasilkan cGMP. Selanjutnya cGMP
akan mengaktifkan protein kinase C(PKC) dan protein ini akan
43
mengaktifkan atau menonaktifkan berbagai macam enzim, protein
transport dan saluran ion, denganhasil akhir berupa sekresi air dan
elektrolit dari epitel ke dalam lumen usus. Dengan pemberian zinc,
diharapkan NO tidak disintesis secara berlebihan sehingga tidak
terjadikerusakan jaringan dan tidak terjadi hipersekresi.
Zinc berperan dalam penguatan sistem imun. Zinc berperan dalam
modulasi sel T dan sel B. Dalam perkembangan sel T dan sel B, terjadi
pembelahan sel-sel limfosit. Zinc berperan dalam ekspresi enzim
timidin kinase. Enzim ini berperan dalam menginduksi limfosit dalam
siklus pembelahan sel, sehingga pembelahan sel-sel imun dapat
berlangsung. Selain itu zinc berperan sebagai kofaktor berbagai enzim
lain dalam transkripsi dan replikasi, dan berperan dalam factor
transkripsi yang dikenal sebagai “zinc finger DNA binding protein”.
Zinc berperan dalam aktivasi limfosit T, Karena zinc berperan sebagai
kofaktor dari protein-protein system transduksi sinyal dalam sel T.
Aktivasi sel T terjadi ketika sel T mengenali antigen
Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus. Zinc berperan
sebagai kofaktor berbagai faktor transkripsi dalam sel usus dapat
terjaga.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti
mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selam
2-3 bulan. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dosis Zinc
untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari,
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak sudah
sembuh.
Cara pemberian tablet Zinc :
44
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI,atau
oralit.
Untuk anak-anak yang lebih besar zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
4) Antibiotik selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut kecuali
dengan indikasi yaitu pada diare berdarah dan kolera. Secara umum
tatalaksana pada disentri dikelola sama dengan kasus diare lain sesuai
dengan acuan tatalaksana diare akut. Hal khusus mengenai tatalaksana
disentri adalah pemberian antibiotika oral selama 5 hari yang masih
sensitif terhadap Shigella menurut pola kuman setempat. Obat pilihan
untuk pengobatan disentri berdasarkan WHO 2005 adalah golongan
Kuinolon seperti siprofloksasin dengan dosis 30-50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pemantauan dilakukan setelah 2
hari pengobatan, dilihat apakah ada perbaikan tanda-tanda seperti
tidak adanya demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang
dan peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada perbaikan maka amati
adanya penyulit, hentikan pemberian antibiotic sebelumnya dan
berikan antibiotic yang sensitive terhadap shigella berdasarkan area.
Jika kedua jenis antibiotika tersebut di atas tidak memberikan
perbaikan maka amati kembali adanya penyulit atau penyebab selain
disentri. Pada pasien rawat jalan dianjurkan pemberian sefalosporin
generasi ketiga seperti sefiksim 5 mg/kgBB/hari per oral.
Penderita dipesankan untuk kontrol kembali jika tidak membaik
atau bertambah berat dan muncul tanda-tanda komplikasi yang
mencakup panas tinggi, kejang, penurunan kesadaran, tidak mau
makan dan menjadi lemah.
Temuan trofozoit atau kista amuba atau giardia mendukung
diagnosis amebiasis atau giardiasis. Untuk kasus amebiasis diberikan
45
Metronidazol 7,5 mg/kgBB 3 kali sehari sedangkan untuk kasus
giardiasis diberikan metronidazol 5 mg/kgBB sehari selama 5 hari.
Menilai ulang perjalanan penyakit, misalnya disentri yang muncul
setelah pemakaian antibiotik yang cukup lama mengarahkan adanya
kemungkinan infeksi Clostridium dificille. Hubungan pola diare
dengan pola pemberian makanan mengarahkan kita untuk berpikir
adanya kemungkinan intoleransi laktosa atau alergi protein susu sapi.
Disentri pada bayi muda tanpa gejala umum yang nyata dapat
mengarah pada infeksi Campylobacter jejuni. Pada bayi kurang dari 2
bulan perlu dipikirkan penyebab bedah seperti invaginasi dan
enterokolitis.
5) Edukasi orang tua
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali jika ada demam,
tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.
Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah
malnutrisi, usia kurang dari 1 tahun, menderita campak pada 6 bulan
terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang sudah dengan
komplikasi.
Penatalaksanaan diare dengan menilai derajat dehidrasi dan
sesuaikan dengan rencana pengobatan yang akan dilakukan.
Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang menguntungkan pada host
dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan
mencermati fenomena tersebut, bakteri probiotik dapat dipakai dengan
cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh
46
Rotavirus maupun mikroorganiosme lain, maupun diare yang disebabkan
oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan traveller’s diarrhea.
Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan lactobacillus aman
dan efektif untuk pengobatan diare akut pada infeksi anak, menurunkan
lamanya diare dan menurunkan frekuensi diare pada hari kedua
pemberian. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pengobatan
diare adalah : perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrient, mencegah
adhesi patogen, modifikasi toksin dam efek immunomodulasi ( Putra,
2004).
Sediaan probiotik yang ada di pasaran terdiri dari lactic acid
bacteria (Lactobacilli dan Bifidobacteria),.Keduanya telah dibuktikan
sebagai komponen penting dari mikroflora usus dan relatif aman. Bentuk
sediaannya dapat berupa sediaan murni bakteri probiotik, makanan yang
mengandung probiotik, maupun formula susu bayi yang ditambahkan
bakteri probiotik
Sediaan murni bakteri probiotik : tersedia dalam bentuk tablet atau
bubuk kering (free-dried powder). Sediaan tablet yang mengandung
kombinasi Lactobacterium 90 mcg dan Glycobacterium 60 mcg
diberikan antara 3-10 tablet dibagi dalam 3 kali pemberian, sedangkan
tablet yang mengandung Lactobacillus sporagen lebih dari 50 juta
diberikan 3x1 tablet sehari untuk penderita bayi dan 3x 1-2 tablet sehari
untuk penderita anak. Adapun sediaan bubuk kering yang mengandung
Lactobacillus GG sebanyak 1010-11colony form unit ( cfu ) setiap dosis
diberikan 2 kali sehari selama 5 hari untuk tambahan pengobatan diare
pada anak atau 3,7x10 10 cfu sekali sehari selama 1minggu.
Makanan yang mengandung probiotik : terdapat dalam bentuk
fermentasi susu yang berisi Lactobacillus GG 1010-11 cfu dalam 125
gram bahan diberikan selam 5 hari untuk tujuan pengobatan diare.
47
Formulasi susu bayi yang ditambahkan bakteri probiotik. Namun amat
disayangkan banyak macam formula susu seperti ini tidak
mencantumkan jumlah cfu per gram susu bubuk kering, melainkan
hanya menonjolkan manfaat untuk memelihara keseimbangan
mikroflora usus dan memelihara kesehatan
Penderita yang mengkonsumsi bakteri probiotik, dalam tinjanya
ditemukan bakteri tersebut selama masih mengkonsumsinya dan baru
hilang beberapa minggu setelah pemberiannya dihentikan (Rohim dan
Soebijanto, 2003).
48
1 sachet dapat dan dilarutkan dalam susu dengan air 50 mL dan diberikan
dalam dosis terbagi.
Rencana Terapi A
(Penderita Diare tanpa Dehidrasi)
Gunakan Cara ini untuk Mengajari Ibu :
Teruskan mengobati anak diare di rumah
Berikan terapi awal bila terkena diare
Menerangkan Empat Cara Terapi Diare di Rumah
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
Dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit,
makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air
matang, gunakan oralit untuk anak, seperti dijelaskan di bawah
(Catatan : jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada
makanan cair).
Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan
oralit seperti di bawah.
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
49
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang,
ASI atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Tunjukkan cara penggunaan tablet Zinc kepada orang tua atau wali
anak dan meyakinkan bahwa tablet zinc harus diberikan selama 10
hari berturut-turut meskipun anak sudah sembuh.
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
a. Teruskan ASI
b. Bila anak tidak mendapatkan ASI berikan susu yang biasa
diberikan. Untuk anak kurang dari 6 bulan atau belum mendapat
makanan padat, dapat diberikan susu
c. Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat :
Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan,
sayur, daging, atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok teh
minyak sayur tiap porsi
Berikan sari buah atau pisang halus untuk menambah kalium
Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk
makanan dengan baik
Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali
sehari
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan
porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
4. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam
3 hari atau menderita sebagai berikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus-menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
50
Demam
Tinja berdarah
5. Anak harus diberi oralit di rumah apabila :
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang dating ke
petugas kesehatan merupakan kebijakan pemerintah
Jika akan diberikan larutan oralit di rumah, maka diperlukan oralit
dengan formula baru. Ketentuan Pemberian Oralit Formula Baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang,
untuk persediaan 24 jam
Berikan larutan oralit pada anak setiap buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Untuk anak berumur kurang dari 2 tahun : berikan 50-100mL
tiap kali buang air besar
- Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 mL
tiap kali buang air besar
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa,
maka sisa larutan itu harus dibuang
51
Bila diare berlanjut setelah oralit habis, beritahu ibu untuk
memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertama
atau kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan
tambahan oralit.
Rencana Terapi B
( Penderita Diare dengan Dehidrasi Ringan – Sedang)
52
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam
di rumah
b. Berikan oralit untuk rehidrasi selam 2 hari lagi seperti dijelaskan
dalam Rencana Terapi A
c. Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di
rumah
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya
- Beri tablet Zinc
- Beri makanan untuk mencegah kurang gizi
- Kapan anak harus dibawa kembali kepada petugas kesehatan
Rencana Terapi C
(Penderita Diare dengan Dehidrasi Berat)
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah Ya,
teruskan ke kanan, bila Tidak, teruskan ke bawah.
Apakah saudara dapat Mulai diberi cairan IV (intravena) segera. Bila penderita
menggunakan cairan Ya bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Beri
IV secepatnya? 100 ml/kg BB cairan Ringer Laktat (atau cairan Normal
Salin atau ringer asetat bila ringer laktat tidak tersedia),
sebagai berikut :
Umur Pemberian pertama Kemudian
30mL/kg BB 70 mL/kgBB
dalam dalam
Tidak
Mulai rehidrasi mulut dengan oralit melalui pipa
nasogastrik atas mulut. Berikan 20 mL/kgBB/jam selama 6
jam (total 120 mL/kgBB)
Nilailah penderita tiap 1-2 jam :
Apakah saudara dapat - Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan pelan-
menggunakan pipa pelan
Ya
nasogastrik untuk - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk
rehidrasi ? penderita untuk terapi intravena
Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana
terapi yang sesuai
Tidak
Catatan :
- Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrsi
untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan
cairan yang hilang dengan member oralit.
- Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di
daerah saudara maka pikirkan kemungkinan kolera dan berikan
antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar
Pencegahan diare
Tujuh intervensi pencegahan diare yang efektif, yaitu (Sunoto, 1999):
1) Pemberian ASI
2) Memperbaiki cara penyapihan
54
3) Banyak menggunakan air bersih
4) Mencuci tangan
5) Menggunakan jamban
6) Membuang tinja bayi secara baik dan benar
7) Imunisasi campak
Kolera :
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Amebiasis:
Giardiasis :
55
Antisekretorik - Antidiare
Probiotik
Mikronutrien
58
Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula
susu rendah laktosa. Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka
intoleransi lemak pada diare akut sifatnya sementara dan biasanya tidak
terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada situasi
yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare,
diet rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan
dapat menimbulkan diare kronik 2
59
Metronidazol : 30-50 mg/kg/hr po dibagi 3 dosis selama 10
hari.
Paramomycin : 25-30 mg/kg/hr po dibagi 3 dosis selama 7
hari (max 4 gram/hari).
Quinocrine : 6 mg/kg/hr po dibagi 3 dosis selama 5 hari.
Sulfamethoxazole dan trimethoprim : 10 mg/kg/hr po sehari 2 kali
selama 7-10 hari.
Vancomycin : 40-50 mg/kg/hr po dibagi 4 dosis selama 10-
14 hari (max 2 gram/hari).
Tetrasiklin : < 8 tahun tidak diketahui dosisnya
: 8 tahun 25-50 mg/kg/hr po dibagi 4 dosis
selama 7-14 hari.
60
KOMPLIKASI
Walaupun banyak penderita diare sembuh tanpa mengalami
kesulitan, sebagian kecil mengalami komplikasi dehidrasi karena
penyakitnya atau karena pengobatan yang diberikan
1. Dehidrasi
Diare menyebabkan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit-
elektrolit (Natrium, Klorida, Kalium dan Bikarbonat) yang diikuti
oleh muntah dan demam yang memperberat kehilangan itu.
Dehidrasi terjadi bila cairan yang hilang ini tidak diganti dengan
cukup. Dehidrasi berat terlihat bila kehilangan cairan mencapai
10% berat badan. Bila deficit cairan lebih banyak akan terjadi
renjatan dan kematian. Prinsip utama pengelolaan dehidrasi karena
diare adalah bahwa defisit cairan dan elektrolit harus diatasi dan
kehilangan cairan karena diare yang sedang berlangsung harus
diganti.
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi :
a) Dehidrasi hipotonik/hiponatremia : bila kadar Na dalam plasma
<131 mEq/L
b) Dehidrasi isotonik : bila kadar Na dalam plasma 131-150
mEq/L
c) Dehidrasi hipertonik/hipernatremia: bila kadar Natrium dalam
plasma 150 mEq/L ( Aswita, 2003).
Gejala-gejala dehidrasi hipotonik, isotonik, hipertonik
62
Untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan pada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut
( Aswita, 2003):
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan :
Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau
muntah (Previous Water Losses=PWL)
Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin,
pernapsan (Normal Water Losses=NWL)
Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung (Concomittant Water Losses=CWL)
(Gastroenterologi anak praktis)
2. Overhidrasi
Anak yang terlalu banyak mendapat cairan mungkin menjadi
odem. Membengkaknya kelopak mata adalah tanda adanya
overhidrasi bukan hipernatremia Overhidrasi yang nyata dan
disertai dengan pembengkakan mata dan edema perifer mungkin
terjadi pada pengobatan dengan gizi buruk, karena tidak cukupnya
albumin intravascular. Bila overhidrasi terjadi pada setiap tahap
pengobatan, cairan intravena atau oralit harus
dihentikan.Pemberian hanya diteruskan lagi bila diare masih terus
berlangsung dan tanda-tanda dehidrasi tampak kembali (Sunoto,
1999)
3. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau
hilangnya basa dari cairan ekstraseluler, berkembang sebagai
akibat dehidrasi. Sebagai kompensasi, alkalosis respiratorikakan
terjadi, ditandai adanya nafas yang cepat dan dalam. Pemberian
oralit yang cukup yang mengandung sitrat dan bikarbonat akan
memperbaiki asidosis.
63
4. Hipokalemia
Penggantian kalium yang tidak cukup selama diare yang
berulang-ulang dapat menyebabkan kekurangan kalium, ditandai
dengan kelemahan otot, ileus, gangguan ginjal, dan aritmia
jantung. Kekurangan kalium dapat diperbaiki dengan
memberikan oralit dan dengan meneruskan pemberian
makanan yang banyak mengandung kalium selama dan sesudah
diare.
5. Ileus Paralitik
Ileus dapat terjadi karena hipokalemia yang disebabkan oleh
diare. Ini merupakan komplikasi yang penting dan potensial
berakibat fatal pada penggunaan obat antimotilitas untuk
pengobatan diare terutama anak kecil. Ditandai dengan adanya
kembung, muntah dan berkurangnya bising usus.
6. Hipoglikemia
Terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare. Pada
anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi,
lebih sering pada anak-anak dengan gizi buruk. Gejala
hipoglikemia akan muncul apabila kadar glukosa darah menurun
hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Gejala-gejala
tersebut antara lain berupa lemah, apatis, berkeringat, tremor,
pucat, syok, kejang sampai koma. Terjadinya hipoglikemia ini
perlu dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa
adanya panas atau penyakit lain yang disertai dengan kejang .
DAFTAR PUSTAKA
12. Ditjen PPM dan PLP, 1999, Tatalaksana Kasus Diare Departemen
Kesehatan RI hal 24-25
14. Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam
Ilmu penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto
S. Edisi ke 1 Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103
66
15. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan ilmu Kesehatan Anak ke XXXI, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 1994
67