Anda di halaman 1dari 8

NEUROANATOMI

TRAKTUS PIRAMIDALIS

Pembimbing:
Dr. Agus Yuda , SpS

Disusun Oleh :
Reza Dadang Prayoga
1261050015

KEPANITERAAN NEUROLOGI
PERIODE 2 APRIL 2018 – 05 MEI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018

1
ANATOMI PERJALANAN TRAKTUS
PIRAMIDALIS

Sistem motorik terdiri dari jaras motorik dan sirkuit saraf yang dikelompokkan
menjadi dua sistem yaitu sistem motorik sentral (UMN/Upper Motor Neuron) yang
terdiri dari sistem piramidal dan sistem ekstrapiramidal; dan sistem motorik perifer
(LMN/Lower Motor Neuron). Sistem ini menghantarkan segala perintah dari korteks
motorik serebri menuju sirkuit lokal untuk mengatur gerakan-gerakan volunter tubuh.
Sirkut lokal ini selanjutnya akan meneruskan perintah tersebut ke LMN atau neuron
motorik yang akson-aksonnya menstimulasi otot-otot volunter secara langsung.
Kerja volunter dari otot, berkaitan dengan serat otot panjang yang berasal dari
neuron kortikal dan berjalan ke bawah ke sel kornu anterior medula spinalis. Serat – serat
ini membentuk traktus kortikospinalis atau piramidalis. Traktus piramidal merupakan
kumpulan susunan serabut saraf yang mengatur gerakan volunter otot rangka
(kontralateral). Serat-serat ini adalah akson dari neuron yang terletak dalam regio
motorik, yaitu girus presentralis, lebih spesifik lagi adalah pada area sitoarsitektonik
Brodmann 4 (Gambar 2.1). Area ini adalah lapangan yang agak sempit yang memanjang
sepanjang fisura sentralis, dari lateral atau fisura sylvii ke arah dorsomedial ke tepi dorsal
hemisfer dan dari sini ke bagian anterior lobulus parasentralis pada sisi medial hemisfer.
Berjalan tepat di depan korteks sensorik girus postsentralis.

2
Motoneuron tidak terbatas pada area 4 saja; tetapi juga dapat ditemukan dalam
lapangan kortikal yang berdekatan. Sebagian besar, bagaimanapun juga, mengisi lapisan
kortikal ke 5 dari area 4. Semua bertanggung jawab untuk membedakan dan
mengarahkan gerakan tunggal. Serabut- serabut sistem piramidal ini dimulai dari sel-sel
piramida Betz raksasa daerah korteks girus presentralis/area Brodmann 4, yang
memberikan akson dengan selubung mielin yang tebal (Gambar 2.3). Serat konduksi
cepat ini hanya mewakili 3,4 sampai 4% dari semua serat yang membuat traktus
piramidalis berasal dari sel piramida kecil atau sel fusiformis dalam area motorik 4 dan 6.
Serat yang berasal dari area 4 mewakili sekitar 40% dari serat traktus, sisanya berasal
dari daerah regio sensorimotor lainnya (Gambar 2.1).

3
Motoneuron area 4 mengontrol gerakan volunter yang halus dari otot-otot rangka
separuh tubuh kontralateral, karena kebanyakan serat traktus piramidalis menyeberang ke
sisi yang berlawanan dalam medula oblongata yang lebih rendah (Gambar 2.4). Stimulasi
area 4 menghasilkan gerakan umum masing-masing otot, sedangkan stimulasi area 6
menyebabkan gerakan yang lebih kompleks, seperti gerakan seluruh lengan atau tungkai.
Impuls dalam sel piramida korteks motorik, dalam kenyataannya berjalan dalam
dua jaras yang terletak pada bagian rostral traktus piramidalis. Yang satu adalah berkas
kortikonuklear atau kortikobulbar, yang berakhir pada nuklei saraf kranialis motorik
dalam pusat otak. Yang lainnya adalah berkas kortikospinalis yang jauh lebih tebal.
Berkas ini berakhir pada kornu anterior medula spinalis pada neuron interkalasi, yang
pada gilirannya, dihubungkan oleh sinaps dengan motoneuron besar kornu anterior. Sel
saraf ini mengirim impuls sepanjang radiks anterior dan saraf perifer ke lempeng akhir
motorik otot-otot rangka (Gambar 2.4).

4
Gambar 2.4 Perjalanan traktus piramidalis
Setelah serat-serat traktus kortikospinalis meninggalkan korteks motorik, serat ini
akan bergabung melewati korona radiata substansia alba serebrum ke arah ekstremitas
posterior kapsula interna. Terbalut ketat, serat-serat berjalan melewati kapsula interna
dalam urutan somatotopik dan memasuki bagian tengah pedunkulus otak tengah. Serat-
serat sekarang merupakan berkas padat yang berjalan turun melalui pusat setiap separuh
basal pons, yang dikelilingi oleh sejumlah sel saraf nuklei pontis dan oleh berbagai serat-
serat sistem. Pada sambungan pontomedular, traktus tersebut terlihat dari luar dan

5
membentuk juluran piramida yang terbalik pada setiap sisi garis tengah frontal dari
medula oleh karena itu disebut sebagai traktus piramidalis. Pada ujung akhir medula
oblongata, 80 – 85% serat dari setiap traktus piramidalis, menyeberang ke sisi yang
berlawanan dalam dekusasio piramidalis dan menjadi traktus kortikospinal lateral. Sisa
dari serat-serat tersebut, terus berjalan ke bawah tidak menyilang dalam funikulus
anterior sebagai traktus kortikospinalis anterior. Serat-serat ini menyebarang pada tingkat
segmental melalui komisura anterior medula. Pada segmen servikal dan toraks medula
spinalis, beberapa serat mungkin berhubungan dengan sel kornu anterior dari sisi yang
sama, sehingga otot-otot leher dan tubuh menerima persarafan kortikal dari kedua sisi.

Serat yang menyilang pada lokasi dekusasio piramidalis, berjalan turun sebagai
traktus kortikospinalis lateral melalui funikulus lateral, menjadi lebih kecil dan makin
kecil kebagian lumbal, karena serat-serat tersebut terus bercabang. Sekitar 90% serat-
serat tersebut bersinaps dengan neuron internunsial yang pada gilirannya berhubungan
dengan sel alfa yang besar di kornu anterior, seperti sel gamma motor neuron.
Manifestasi Klinis dari lesi-lesi pada perjalanan traktus piramidalis:
o Lesi subkortikal (hematom, infark, tumor, dan sebagainya). Paresis kontralateral
lengan atau tangan serta melibatkan gerakan-gerakan keterampilan. Lesi kecil
dikorteks area 4 akan menyebabkan paresis flasid dan sering disertai terjadinya
serangan epilepsi fokal (jackson).

6
o Lesi kapsula interna. Hemiplegia spastik (sehubungan dengan serabut piramidal
dan ekstrapiramidal yang tersusun padat). Keterlibatan traktus kortikonuklear
akan menyebabkan terjadinya paralisa fasial dan hipoglosus kontralateral.
Kebanyakan nukleus motorik saraf kranial mempunyai inervasi bilateral.
o Lesi pedunkulus akan menyebabkan terjadinya hemiplegi spastik yang
kontralateral dan disertai dengan paralisa n. III ipsilateral.
o Lesi pons dapat menyebabkan hemiplegia kontralateral atau bilateral. Sering kali
tidak semua serabut piramidal terlibat, dan mengingat serabut-serabut yang ke
nukleus VII dan XII terletak lebih ke arah dorsal, maka kedua saraf ini biasanya
tetap intak. Sebaliknya, lesi-lesi ini sering disertai oleh kelumpuhan n. VI dan n.
V ipsilateral.
o Lesi piramid biasanya menyebabkan hemiparese flasid kontralateral (bukan
hemiplegia mengingat traktus yang terlibat hanya traktus piramidal, sedangkan
ekstrapiramidal tetap intak).
o Lesi servikal. Keterlibatan traktus piramidalis lateralis (akibat amyotropic lateral
sclerosis atau multipelsklerosis) akan menyebabkan hemiplegia spastik ipsilateral.
Spastisitas ini dikaitkan dengan kerusakan traktus piramidal dan traktus
ekstrapiramidal.
o Lesi torakal. Interupsi traktus piramidalis lateralis akan menyebabkan monoplegia
ipsilateral tungkai, sedangkan kerusakan yang bilateral akan menyebabkan
paraplegia.
o Lesi kornu anterior. Kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan bersifat
flasid akibat gangguan LMN.
o Lesi dekusasio traktus piramidalis akan menampilkan sindrom (jarang) yang
dikenal dengan hemiplegia alternans.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinik Dasar. Jakarta, Dian Rakyat, 1988:181-2.


2. Duus P. Diagnosis topik Neurologi. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996.
3. Martin, john. Neuroanatomy, text and atlas third edition. Mc Graw-Hill.2003
4. www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai