Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PENYAKIT JANTUNG KORONER KORONER


DI RUANG ICCU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

OLEH:
KELOMPOK 8 PERIODE 1

Kiki Putri Vergiana, S.Kep 131713143005


Siti Aisyah Zanta Pradana, S.Kep 131713143014
Sri Kurniawati, S.Kep 131713143036
Dewi Anggraini Nurjanah, S.Kep 131713143047
Defi Lutpiana, S.Kep 131713143048
Anjar Ani, S.Kep 131713143059
Stefani Amanda R., S.Kep 131713143069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
KORONER DI RUMAH
DI RUANG ICCU RSUD DR. SOETOMO

Bidang Studi : Keperawatan Kritis


Topik : Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Koroner
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Tunggu ICCU RSUD Dr.
Soetomo
Hari/ tanggal : Kamis, 3 Mei 2018
Waktu : 15.00-15.30 WIB

I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Keluarga pasien mampu memahami pencegahan penyakit Jantung Koroner
koroner.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Keluarga pasien memahami tentang penyakit Jantung Koroner koroner.
2. Keluarga pasien memahami tentang penyebab penyakit Jantung Koroner
koroner.
3. Keluarga pasien memahami tentang gejala penyakit Jantung Koroner
koroner
4. Keluarga pasien memahami tentang pencegahan penyakit Jantung
Koroner koroner.
5. Keluarga pasien memahami tentang deteksi dini penyakit Jantung
Koroner koroner.
II. Sasaran
Peserta dalam penyuluhan ini adalah anggota keluarga pasien di ruang
tunggu ICCU RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
III. Materi
1. Definisi penyakit Jantung Koroner koroner
2. Penyebab penyakit Jantung Koroner koroner
3. Gejala penyakit Jantung Koroner koroner
4. Pencegahaan penyakit Jantung Koroner koroner
5. Deteksi dini penyakit Jantung Koroner koroner

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
V. Media
1. Leaflet
2. Flipchart
VI. Struktur Organisasi
1. Penanggungjawab Akademik : Harmayetty, S.Kp., M.Kes.
2. Penanggungjawab Klinik : Kurniawati, S.ST.
3. Penyaji : Defi Lutpiana, S.Kep.
4. Fasilitator : Sri Kurniawati, S.Kep.
Kiki Putri Vergiana, S.Kep.
Stefani Amanda R., S.Kep.
Siti Aisyah Zanta P., S.Kep.
5. Moderator : Dewi Anggraini, S.Kep.
6. Observer dan Notulen : Anjar Ani, S.Kep.

VII. Setting

: Penyuluh : Moderator
: Peserta : Fasilitator
: Observer dan Notulen

VIII. Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan:
1. Pembukaan 1. Menjawab salam
2. Salam 2. Mendengarkan
3. Perkenalan 3. Memperhatikan
4. Tujuan 4. Memahami

2. 15 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan definisi penyakit 1. Keluarga pasien mengerti
Jantung Koroner koroner dan memahami definisi,
2. Menjelaskan penyebab penyakit penyebab, gejala,
Jantung Koroner koroner pencegahan, dan deteksi
3. Menjelaskan gejala penyakit dini penyakit Jantung
Koroner.
Jantung Koroner koroner
4. Menjelaskan pencegahaan
penyakit Jantung Koroner
koroner
5. Menjelaskan deteksi dini penyakit
Jantung Koroner koroner

3. 10 Menit Evaluasi :
Menanyakan kembali kepada pesertaMenjawab pertanyaan
tentang materi penyuluhan yang telah
diberikan.

4. 2 menit Terminasi :
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan
peran serta peserta yang hadir 2. Menjawab salam
dalam penyuluhan
2. Mengucapkan salam penutup

IX. JOB DESCRIPTION


No Peran Uraian Tugas Kriteria Penilaian
1. Moderator 1. Membuka acara dan 1. Suara keras dan jelas.
menyampaikan maksud 2. Ada kontak mata dengan
serta tujuan kegiatan seluruh peserta.
penyuluhan. 3. Membuka acara dan
2. Menjelaskan kontrak mengucapkan salam.
waktu dan mekanisme 4. Menjelaskan kontrak waktu.
kegiatan. 5. Memandu acara sesuai
3. Memandu sesi diskusi/ dengan kontrak waktu yang
tanya jawab. sudah disepakati.
4. Melakukan evaluasi 6. Memandu sesi diskusi.
hasil tentang materi 7. Melakukan evaluasi hasil
yang telah disampaikan. pada peserta.
5. Menutup acara 8. Menutup acara dan
penyuluhan. menyampaikan salam.

2. Penyuluh 1. Menggali pengetahuan 1. Suara jelas dan keras.


peserta mengenai 2. Tidak terlalu cepat atau
penyakit Jantung lambat dalam menyampaikan
Koroner materi.
2. Menjelaskan materi 3. Ada kontak mata dengan
penyuluhan. seluruh peserta.
3. Menjawab pertanyaan 4. Menyampaikan salam.
yang disampaikan oleh 5. Menggali pengetahuan
peserta. peserta tentang penyakit
Jantung Koroner.
6. Menanyakan kembali inti dari
materi.
7. Mengakhiri penyampaian
materi dan mengucapkan
salam.

3. Fasilitator 1. Meminta tanda tangan 1. Meminta tanda tangan


peserta yang hadir. peserta yang hadir.
2. Membantu moderator 2. Tidak hanya berdiri di satu
dalam mengajukan tempat, berkeliling diantara
pertanyaan untuk peserta.
evaluasi hasil. 3. Memfasilitasi peserta untuk
3. Memfasilitasi peserta bertanya.
yang aktif dalam 4. Membantu moderator pada
bertanya. saat melakukan evaluasi
4. Membagi leaflet. kriteria hasil.
5. Membagikan leaflet pada
peserta.

4. Observer 1. Mengawasi jalannya 1. Mengawasi jalannya acara.


dan notulen acara. 2. Mencatat proses kegiatan
2. Mencatat proses penyuluhan dari awal sampai
kegiatan penyuluhan ahir, dan disesuaikan dengan
disesuaikan dengan rencana pada SAP.
rencana kegiatan pada 3. Mencatat pertanyaan yang
SAP. disampaikan peserta.
3. Mencatat situasi 4. Mencatat situasi pendukung
pendukung dan dan penghambat proses
penghambat kegiatan kegiatan.
penyuluhan. 5. Menyusun laporan dan
4. Menyusun laporan dan menilai hasil kagiatan
hasil kegiatan penyuluhan.
penyuluhan.

X. Kriteria Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir tepat waktu di tempat penyuluhan
2. Pembuatan satuan acara penyuluhan, leaflet dan flipchart
3. Pelaksaanan penyuluhan di Ruang Tunggu ICCU RSUD DR Soetomo
4. Perencanaan pelaksanaan penyuluhan dilakukan sebelumnya
B. Evaluasi Proses
1. Peserta sangat antusias dengan materi penyuluhan
2. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
C. Evaluasi Hasil
1. Keluarga pasien mengerti dan memahami materi tentang penyakit
Jantung Koroner koroner serta dapat mengaplikasikan cara
pencegahannya.
2. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang
Materi Penyuluhan
Pecegahan Penyakit Jantung Koroner Koroner

A. Definisi Penyakit Jantung Koroner Koroner


Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit Jantung Koroner
koroner umumnya mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau
pemblokiran pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan Jantung Koroner,
nyeri dada (angina) atau stroke. Kondisi Jantung Koroner lainnya yang
mempengaruhi otot Jantung Koroner, katup atau ritme, juga dianggap bentuk
penyakit Jantung Koroner koroner (American Heart Association, 2017).
Menurut definisi kardiovaskuler dari WHO, penyakit kardiovaskuler
adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi Jantung Koroner dan pembuluh
darah.Ada banyak macam penyakit kardiovaskuler, tetapi yang paling umum dan
paling terkenal adalah penyakit Jantung Koroner dan stroke (Kemenkes,2013).
B. Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, 2015
faktorfaktor penyebab penyakit Jantung Koroner adalah sebagai berikut
1. Diet Tidak Sehat
Diet lemak jenuh, dan kolesterol mengakibatkan penyakit Jantung
Koroner. Selain itu, terlalu banyak garam (sodium) dalam makanan bisa
menaikkan kadar tekanan darah.
2. Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit Jantung Koroner,
hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain
yang merupakan faktor resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, dan diabetes.
3. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan
kadar kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar
kolesterol "baik". Selain penyakit Jantung Koroner, obesitas juga bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi dan diabetes.

4. Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko
terkena penyakit Jantung Koroner. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida,
suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
5. Merokok
Merokok dapat merusak Jantung Koroner dan pembuluh darah, yang
meningkatkan resiko kondisi Jantung Koroner seperti aterosklerosis dan
serangan Jantung Koroner. Selain itu, nikotin meningkatkan tekanan darah,
dan karbon monoksida mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Paparan asap rokok orang lain dapat meningkatkan resiko penyakit Jantung
Koroner bahkan untuk bukan perokok.
6. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit Jantung
Koroner. Ini adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan
pembuluh darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering disebut
"silent killer" karena banyak orang tidak memperhatikan gejala sinyal darah
tinggi. Menurunkan tekanan darah dengan perubahan gaya hidup atau dengan
pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit Jantung Koroner dan serangan
Jantung Koroner.
7. Kolesterol Tinggi
Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang dibuat oleh hati
atau ditemukan pada makanan tertentu. Jika mengkonsumsi lebih banyak
kolesterol daripada yang bisa digunakan tubuh, kolesterol ekstra bisa
terbentuk di dinding arteri, termasuk di Jantung Koroner. Hal ini
menyebabkan penyempitan arteri dan bisa menurunkan aliran darah ke
Jantung Koroner, otak, ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Kolesterol tinggi
adalah istilah yang digunakan untuk kadar low-density lipoprotein, atau LDL,
yang dianggap "buruk" karena dapat menyebabkan penyakit Jantung Koroner.
Kadar kolesterol lipoprotein high-density yang lebih tinggi, atau HDL,
dianggap "baik" karena memberikan perlindungan terhadap penyakit Jantung
Koroner.

8. Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit Jantung
Koroner. Tubuh membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah
hormon yang dibuat di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari
makanan yang ke sel tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup
membuat insulin, tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan baik.
Diabetes menyebabkan gula terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat
penyakit Jantung Koroner bagi orang dewasa dengan diabetes adalah dua
sampai empat kali lebih tinggi daripada orang dewasa yang tidak menderita
diabetes.
9. Genetika dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi,
penyakit Jantung Koroner, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan
juga bahwa orang-orang dengan riwayat penyakit Jantung Koroner keluarga
memiliki lingkungan yang sama dan faktor potensial lainnya yang
meningkatkan resikonya. Resiko penyakit Jantung Koroner bisa meningkat
bahkan lebih bila faktor keturunan dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup
yang tidak sehat, seperti merokok dan makan makanan yang tidak sehat.
10. Usia
Resiko penyakit Jantung Koroner meningkat seiring bertambahnya usia.
C. Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala penyakit Jantung Koroner diantaranya adalah :
1. Nyeri
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang
berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak
di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot Jantung
Koroner tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau
ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang myang
mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia). Jika darah yang mengalir ke otot
yang lainnya (terutama otot betis) terlalu sedikit, biasanya penderita akan
merasakan nyeri otot yang menyesakkan dan melelahkan selama melakukan
aktivitas (klaudikasio). Perikarditis (peradangan atau cedera pada kantong
yang mengelilingi Jantung Koroner) menyebabkan nyeri yang akan semakin
memburuk ketika penderita berbaring dan akan membaik jika penderita duduk
dan membungkukkan badannya ke depan. Aktivitas fisik tidak menyebabkan
nyeri bertambah buruk. Jika menarik nafas atau menghembuskan nafas
menyebabkan nyeri semakin membaik atau semakin memburuk, maka
kemungkinan juga telah terjadi pleuritis (peradangan pada selaput yang
membungkus paru-paru). Jika sebuah arteri robek atau pecah, penderita bisa
merasakan nyeri tajam yang hilang-timbul dengan cepat dan tidak
berhubungan dengan aktivitas fisik. Kadang arteri utama (terutama aorta)
mengalami kerusakan. Suatu aneurisma (penonjolan aorta) bisa secara
mendadak mengalami kebocoran atau lapisannya mengalami robekan kecil,
sehingga darah menyusup diantara lapisan-lapisan aorta (diseksi aorta). Hal
ini secara tiba-tiba menyebabkan nyeri hebat yang hilang-timbul karena
terjadi kerusakan yang lebih lanjut (robeknya aorta) atau berpindahnya darah
dari saluran asalnya. Nyeri dari aorta seringkali dirasakan di leher bagian
belakang, diantara bahu, punggung sebelah bawah atau di perut. Katup
diantara atrium kiri dan ventrikel kiri bisa menonjol ke dalam atrium kiri pada
saat ventrikel kiri berkontraksi (prolaps katup mitralis). Penderita kadang
merasakan nyeri seperti ditikam atau ditusuk jarum. Biasanya nyeri terpusat di
bawah payudara kiri dan tidak dipengaruhi oleh posisi maupun aktivitas fisik.
2. Sesak nafas
Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal
Jantung Koroner. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam
rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner). Pada
stadium awal dari gagal Jantung Koroner, penderita merasakan sesak nafas
hanya selama melakukan aktivitas fisik. Sejalan dengan memburuknya
penyakit, sesak akan terjadi ketika penderita melakukan aktivitas yang ringan,
bahkan ketika penderita sedang beristirahat (tidak melakukan aktivitas).
Sebagian besar penderita merasakan sesak nafas ketika sedang berada dalam
posisi berbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-paru. Jika duduk,
gaya gravitasi menyebabkan cairan terkumpul di dasar paru-paru dan sesak
akan berkurang. Sesak nafas pada malam hari (nokturnal dispneu) adalah
sesak yang terjadi pada saat penderita berbaring di malam hari dan akan
hilang jika penderita duduk tegak. Sesak nafas tidak hanya terjadi pada
penyakit Jantung Koroner; penderita penyakit paru-paru, penyakit otot-otot
pernafasan atau penyakit sistem saraf yang berperan dalam proses pernafasan
juga bisa mengalami sesak nafas. Setiap penyakit yang mengganggu
keseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen bisa menyebabkan
sesak nafas (misalnya gangguan fungsi pengangkutan oksigen oleh darah pada
anemia atau meningkatnya metabolisme tubuh pada hipertiroidisme).
3. Kelelahan atau kepenatan
Jika Jantung Koroner tidak efektif memompa, maka aliran darah ke
otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita
merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk
mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap
atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (Jantung Koroner berdebar-debar)
Biasanya seseorang tidak memperhatikan denyut Jantung Koronernya.
Tetapi pada keadaan tertentu (misalnya jika seseorang yang sehat melakukan
olah raga berat atau mengalami hal yang dramatis), dia bisa merasakan denyut
Jantung Koronernya. Jantung Koronernya berdenyut dengan sangat kuat atau
sangat cepat atau tidak teratur. Dokter bisa memperkuat gejala ini dengan
meraba denyut nadi dan mendengarkan denyut Jantung Koroner melalui
stetoskop. Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak
nafas, nyeri, kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan
akibat dari irama Jantung Koroner yang abnormal atau penyakit Jantung
Koroner yang serius.
5. Pusing & pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut atau irama Jantung Koroner
yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Gejala ini juga bisa disebabkan oleh
penyakit otak atau saraf tulang belakang, atau bisa tanpa penyebab yang
serius. Emosi yang kuat atau nyeri (yang mengaktifkan sebagian dari sistem
saraf), juga bisa menyebabkan pingsan.

D. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner


Menurut Kemenkes (2010) ada 2 pencegahan dalam penyakit Jantung
Koroner, yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder, antara lain:
1. Pencegahan Primer
Upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang menderita PJK.
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk menghambat berkembangnya
dan meluasnya faktor-faktor risiko PJK. Upaya pencegahan ini berupa:
a. Peningkatan kesadaran pola hidup sehat
Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak membiarkan
bayi jadi gemuk dan merubah kriteria bayi gemuk sebagai pemenang kontes
bayi sehat. Kegemukan pada bayi akan lebih memudahkan waktu ia dewasa.
Demikian pula pendidikan dan pengamalan pola hidup sehat, harus dimulai
sejak balita. Menganjurkan anak-anak banyak makan sayuran dan buah serta
menghindari makanan yang kurang mengandung serat dan banyak kolesterol
seperti Makanan siap saji.
Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan.
Bagi orang yang sudah merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih
mudah, tetapi bagi yang belum merasakanya mungkin memerlukan bantuan
orang lain seperti anak dan istrinya. Berhenti merokok merupakan target yang
harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan, kurangi atau stop
minum alkohol. Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk
melakukan olah raga, setidaknya 3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah
raga selama 30 menit sangat berguna untuk kesehatan Jantung Koroner kita.
Menghindari faktor-faktor risiko yang lain, khususnya faktor PJK yang dapat
dimodifikasi. Secara mudah pola hidup SEHAT dapat dilakukan, yang dapat
dijabarkan yaitu : seimbang gizi, nyahkan rokok, indari Stres, wasi tekanan
darah, dan eratur berolahraga.

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala


Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas 40 tahun)
tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi,
kencing manis ataupun dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka
enggan memeriksakan diri ke dokter atau mungkin pula penyakit tersebut
tidak memberikan suatu keluhan. Tidak jarang diantara mereka ini kemudian
meninggal mendadak karena serangan Jantung Koroner. Karena itu
pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan primer perlu dilakukan
terutama pada :
1) Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
2) Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier
dislipidemia, mati mendadak pada usia kurang dari 50 tahun
3) Obesitas
Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah:
1) Pemeriksaan Fisik mengenai kemungkinan adanya kelainan organis
pada Jantung Koroner ataupun hipertensi.
2) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
3) Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah, total kolesterol, HDL,
Kolesterol, LDL kolesterol, Trigliserida, ureum, dan kreatinin.
4) Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil EKG
nya meragukan dengan adanya keluhan nyeri dada (Chest pain).
5) Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk melihat kelainan
struktur / organis Jantung Koroner.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dalah upaya yang dilakukan oleh seseorang
yang sudah menderita PJK. Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya : 1)
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut, 2) tidak merasa invalid (cacat di
masyarakat), dan 3) status psikologis penderita menjadi cukup mantap. Untuk
itu kiranya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan Jantung
Koroner dalam melaksanakan tugasnya.
b. Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya
c. Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik sehari-
hari.
d. Pemeriksaan laboratorium secara rutin
e. Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG). untuk melihat seberapa berat otot
Jantung Koroner yang telah mati.
f. Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat pembuluh darah
koroner mana yang tersumbat dan seberapa berat sumabatannya.
g. Ikut Klub Jantung Koroner Sehat.
h. Terapi Penykit lebih lanjut : PTCA (ditiup) ataupun bedah pintas koroner
(CABG).
Secara Umum Upaya Pencegahan PJK yang dapat dilakukan pada
orang yang sehat, orang yang berisiko, maupun oleh orang yang pernah
menderita penyakit Jantung Koroner adalah:
a. Berolah raga secara teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan
menjaga agar peredaran darah tetap lancar.
b. Mengurangi konsumsi makanan berlemak/ berkolesterol tinggi dan
meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan.
c. Menjaga berat badan ideal.
d. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah radikal bebas yang
terbentuk dalam tubuh tidak terlalu banyak.
e. Hindari rokok, kopi, dan minuman beralkohol.
f. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau
kadar kolesterol dalam darah.
g. Menjaga lingkungan tetap bersih
E. Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner
Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskuler Deteksi dini dan penanganan awal
hipertensi dan faktor risiko lainnya, contohnya melalui kebijakan kesehatan
masyarakat untuk mengurangi paparan terhadap faktor risiko perilaku, telah
berkontribusi secara bertahap terhadap turunnya kematian karena serangan
Jantung Koroner dan stroke di negara berpenghasilan tinggi lebih dari tiga dekade
terakhir. Jika hipertensi dapat dideteksi sejak dini maka kemungkinan terjadinya
risiko serangan Jantung Koroner, gagal Jantung Koroner, stroke dan gagal ginjal
dapat diminimalisir.
Deteksi sejak dini dapat menurunkan biaya pengobatan yang dibutuhkan
untuk mencegah serangan Jantung Koroner dan stroke. Orang dewasa tanpa
terkecuali disarankan untuk memeriksa tekanan darahnya dan mengetahui tingkat
tekanan darahnya. Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan alat
pengukur tekanan darah digital. Jika terdeteksi mengalami hipertensi maka
selanjutnya perlu memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan.
Sebagaimana penyakit menular lainnya, perawatan mandiri dapat
memfasilitasi deteksi dini penderita hipertensi, kepatuhan terhadap pengobatan
dan perilaku hidup sehat, pengendalian dan kewaspadaan yang lebih baik terhadap
pentingnya mencari pertolongan kesehatan jika dibutuhkan.
Cara deteksi dini penyakit Jantung Koroner dapat dengan hal sederhana:
1. Detak Jantung Koroner saat istirahat
Ukuran detak Jantung Koroner saat istirahat atau tidak berolahraga
(resting heart rate) bisa menjadi patokan kebugaran yang baik. Semakin rendah,
semakin baik tubuh . Jika ingin tahu kondisi detak Jantung Koroner , sebelum
bangkit dari tempat tidur pagi hari, gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk
menemukan nadi pada pergelangan tangan bagian dalam. Hitung detakannya
selama 10 detik, dan kalikan jumlahnya enam kali untuk menemukan detak
Jantung Koroner per menit (bpm, atau beats per minute). Detak Jantung Koroner
antara 60 - 80 bpm dianggap baik, dalam arti normal. "Orang-orang yang sangat
sehat memiliki detak Jantung Koroner istirahat di bawah 60, dan itu baik. Tetapi
detak Jantung Koroner istirahat di atas 60 dan di bawah 80 bisa menunjukkan
masalah dehidrasi atau problem medis yang mendasar, seperti penyakit tiroid atau
anemia," ujar Wood. Jika ukuran tidak masuk dalam kedua angka tersebut, dan
tergolong cukup sehat dan minum cukup air putih, coba berkonsultasi dengan
dokter. Pada dasarnya, latihan kardio juga akan membantu menurunkan detak
Jantung Koroner istirahat. Tetapi olahraga yang terbaik adalah latihan interval.
Lakukan latihan intensitas tinggi dalam waktu pendek, yang akan membuat
Jantung Koroner menjadi otot yang lebih efisien. Tambahkan dengan mengayuh
sepeda dengan interval kecepatan selama 30-60 detik, atau lari sekali atau dua kali
seminggu.
2. Detak Jantung Koroner setelah olahraga juga perlu mengukur pemulihan
detak Jantung Koroner setelah olahraga (heart rate recovery).
"Semakin cepat Jantung Koroner kembali ke denyutnya yang normal
setelah latihan, semakin sehat Jantung Koroner ," papar Cheri Wiggins, MD,
dokter di Twin Falls, Idaho. Jika denyut Jantung Koroner tidak turun sedikitnya
12 detakan dalam satu menit usai olahraga, menghadapi risiko mengalami gagal
Jantung Koroner, bahkan kematian. Hitung target detak Jantung Koroner dengan
persamaan ini: (220 - usia) x 0,6 = titik rendah dari target detak Jantung Koroner
(220 - usia) x 0,8 = titik tinggi dari target detak Jantung Koroner Contoh: jika usia
34 tahun, maka (220 - 34) x 0,6 = 112 untuk titik rendah, dan (220 - 34) x 0,8 =
149 untuk titik tinggi Lalu, mulailah berolahraga, dengan berlari atau bersepeda,
sampai mencapai titik tersebut (gunakan monitor detak Jantung Koroner untuk
mengukurnya). Kemudian, berhentilah dan langsung hitung denyut nadi. Satu
menit setelah berhenti berlatih, hitung kembali denyut nadi . Kurangkan angka
kedua dari angka pertama. Jika angkanya kurang dari 12, target adalah
berolahraga sedikitnya 150 menit per minggu, atau lima sesi per 30 menit, dengan
latihan aerobik seperti jalan cepat. Tak perlu terlalu ngoyo saat melakukannya.
Dalam skala 1 sampai 10, lakukan dengan tingkat intensitas 4 atau 5. Begitu
kondisi kardiovaskular semakin baik dan detak Jantung Koroner setelah olahraga
semakin tinggi, tingkatkan durasi dan intensitas latihan.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2017). Heart disease and stroke-2014 update: A


report from American Heart Association. Circulation. 2014 January 21;
129(3), e28–e292. doi:10.1161/01.cir.0000441139.02102.80
Kemenkes RI (2010), Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Pusat Pusat Promosi Kesehatan
RI, Jakarta.
Kemenkes (2013). Situasi Kesehatan Jantung Koroner. Jakarta: Info Datin
LEMBAR OBSERVASI PKMRS
PERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
KORONER
DI RUMAH
DI RUANG ICCU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

FASE PERSIAPAN
a. Pengorganisasian kelompok berdasarkan peran

b. Persiapan (alat/media penyluhan, absensi, lembar pertanyaan)

LEMBAR OBSERVASI PKRS


PERAWATAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER KORONER
DI RUMAH
DI RUANG ICCU RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

FASE PERSIAPAN
a. Pengorganisasian kelompok berdasarkan peran
1. Nurullia Hanum sebagai penyuluh
Peran: menggali pengetahuan peserta mengenai penyakit Jantung Koroner,
menjelaskan materi penyuluhan, serta menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh peserta
2. Ika Pratiwi sebagai moderator
Peran: Membuka acara dan menyampaikan maksud serta tujuan kegiatan
penyuluhan, menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan,
memandu sesi diskusi/ tanya jawab, melakukan evaluasi hasil tentang
materi yang telah disampaikan, serta menutup acara penyuluhan.
3. Firda Isnantri sebagai fasilitator
Peran: meminta tanda tangan peserta yang hadir, membantu pemateri
menjawab pertanyaan dari peserta, serta memfasilitasi peserta yang aktif
dalam bertanya.
4. M. Naim Kurniawan sebagai fasilitator
Peran: membantu pemateri menjawab pertanyaan dari peserta, membagi
leaflet, serta memfasilitasi peserta yang aktif dalam bertanya.
5. Rio Cristianto sebagai fasilitator
Peran: memfasilitasi peserta yang aktif dalam bertanya.
6. Wini Damayanti H. sebagai observer
Peran: mengawasi jalannya acara, mencatat proses kegiatan penyuluhan
disesuaikan dengan rencana kegiatan pada SAP, serta mencatat situasi
pendukung dan penghambat kegiatan penyuluhan.
7. Eva Riantika RP. Sebagai notulen
Peran: mencatat pertanyaan peserta dan jawaban yang diberikan oleh tim
penyuluh untuk dokumentasi
2) Persiapan (alat/media penyuluhan, absensi, lembar pertanyaan)
1. Alat/media penyuluhan yang digunakan adalah leaflet, flipchart serta tiang
infus yang digunakan untuk menggantungkan flipchart
2. Absensi dan lembar pertanyaan telah disiapkan sebelum acara penyuluhan
terdiri dari 1 lembar form absensi dan 1 lembar form pertanyaan

FASE PELAKSANAAN
a. Pembukaan (tujuan, kontrak, menggali pengetahuan awal peserta)
Moderator telah menjelaskan mengenai tujuan kegiatan penyuluhan,
menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan dan menanyakan kepada
peserta terkait dengan pengetahuan awal tentang perawatan pasien penyakit
Jantung Koroner koroner.
b. Pelaksanaan (kesesuaian materi, penampilan penyuluh, keaktifan peserta,
kendala, responstivitas penyuluh dan fasilitator)
1. Materi yang disampaikan dengan sesuai oleh penyuluh, penyuluh
berpenampilan rapi dengan menggunakan seragam ICCU dan memakai id
card
2. Peserta aktif dalam jalannya penyuluhan dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang belum dipahami
3. Penyuluh dan fasilitator sangat tanggap dan antusias dalam menjawab
pertanyaan dari peserta
FASE EVALUASI
(Pencapaian kemampuan peserta, evaluasi pelaksanaan peran penyuluh dan
fasilitator, kendala dan solusi)
1. Peserta telah memahami konsep dari perawatan pasien penyakit Jantung
Koroner dirumah
2. Kendala yang ada adalah pelaksanaan penyuluhan tidak tepat waktu karena
harus menunggu peserta datang
Solusinya adalah penyuluh memberikan materi dengn singkat, padat dan
tetap tersampaikan dengan baik agar waktu selesainya penyuluhan tidak
molor dan mengganggu jam berkunjung keluarga

Anda mungkin juga menyukai