OLEH:
KELOMPOK 8 PERIODE 1
I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Keluarga pasien mampu memahami pencegahan penyakit Jantung Koroner
koroner.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Keluarga pasien memahami tentang penyakit Jantung Koroner koroner.
2. Keluarga pasien memahami tentang penyebab penyakit Jantung Koroner
koroner.
3. Keluarga pasien memahami tentang gejala penyakit Jantung Koroner
koroner
4. Keluarga pasien memahami tentang pencegahan penyakit Jantung
Koroner koroner.
5. Keluarga pasien memahami tentang deteksi dini penyakit Jantung
Koroner koroner.
II. Sasaran
Peserta dalam penyuluhan ini adalah anggota keluarga pasien di ruang
tunggu ICCU RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
III. Materi
1. Definisi penyakit Jantung Koroner koroner
2. Penyebab penyakit Jantung Koroner koroner
3. Gejala penyakit Jantung Koroner koroner
4. Pencegahaan penyakit Jantung Koroner koroner
5. Deteksi dini penyakit Jantung Koroner koroner
IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
V. Media
1. Leaflet
2. Flipchart
VI. Struktur Organisasi
1. Penanggungjawab Akademik : Harmayetty, S.Kp., M.Kes.
2. Penanggungjawab Klinik : Kurniawati, S.ST.
3. Penyaji : Defi Lutpiana, S.Kep.
4. Fasilitator : Sri Kurniawati, S.Kep.
Kiki Putri Vergiana, S.Kep.
Stefani Amanda R., S.Kep.
Siti Aisyah Zanta P., S.Kep.
5. Moderator : Dewi Anggraini, S.Kep.
6. Observer dan Notulen : Anjar Ani, S.Kep.
VII. Setting
: Penyuluh : Moderator
: Peserta : Fasilitator
: Observer dan Notulen
VIII. Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan:
1. Pembukaan 1. Menjawab salam
2. Salam 2. Mendengarkan
3. Perkenalan 3. Memperhatikan
4. Tujuan 4. Memahami
2. 15 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan definisi penyakit 1. Keluarga pasien mengerti
Jantung Koroner koroner dan memahami definisi,
2. Menjelaskan penyebab penyakit penyebab, gejala,
Jantung Koroner koroner pencegahan, dan deteksi
3. Menjelaskan gejala penyakit dini penyakit Jantung
Koroner.
Jantung Koroner koroner
4. Menjelaskan pencegahaan
penyakit Jantung Koroner
koroner
5. Menjelaskan deteksi dini penyakit
Jantung Koroner koroner
3. 10 Menit Evaluasi :
Menanyakan kembali kepada pesertaMenjawab pertanyaan
tentang materi penyuluhan yang telah
diberikan.
4. 2 menit Terminasi :
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan
peran serta peserta yang hadir 2. Menjawab salam
dalam penyuluhan
2. Mengucapkan salam penutup
X. Kriteria Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
1. Peserta hadir tepat waktu di tempat penyuluhan
2. Pembuatan satuan acara penyuluhan, leaflet dan flipchart
3. Pelaksaanan penyuluhan di Ruang Tunggu ICCU RSUD DR Soetomo
4. Perencanaan pelaksanaan penyuluhan dilakukan sebelumnya
B. Evaluasi Proses
1. Peserta sangat antusias dengan materi penyuluhan
2. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
C. Evaluasi Hasil
1. Keluarga pasien mengerti dan memahami materi tentang penyakit
Jantung Koroner koroner serta dapat mengaplikasikan cara
pencegahannya.
2. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 5 orang
Materi Penyuluhan
Pecegahan Penyakit Jantung Koroner Koroner
4. Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko
terkena penyakit Jantung Koroner. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida,
suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
5. Merokok
Merokok dapat merusak Jantung Koroner dan pembuluh darah, yang
meningkatkan resiko kondisi Jantung Koroner seperti aterosklerosis dan
serangan Jantung Koroner. Selain itu, nikotin meningkatkan tekanan darah,
dan karbon monoksida mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Paparan asap rokok orang lain dapat meningkatkan resiko penyakit Jantung
Koroner bahkan untuk bukan perokok.
6. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit Jantung
Koroner. Ini adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan
pembuluh darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering disebut
"silent killer" karena banyak orang tidak memperhatikan gejala sinyal darah
tinggi. Menurunkan tekanan darah dengan perubahan gaya hidup atau dengan
pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit Jantung Koroner dan serangan
Jantung Koroner.
7. Kolesterol Tinggi
Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang dibuat oleh hati
atau ditemukan pada makanan tertentu. Jika mengkonsumsi lebih banyak
kolesterol daripada yang bisa digunakan tubuh, kolesterol ekstra bisa
terbentuk di dinding arteri, termasuk di Jantung Koroner. Hal ini
menyebabkan penyempitan arteri dan bisa menurunkan aliran darah ke
Jantung Koroner, otak, ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Kolesterol tinggi
adalah istilah yang digunakan untuk kadar low-density lipoprotein, atau LDL,
yang dianggap "buruk" karena dapat menyebabkan penyakit Jantung Koroner.
Kadar kolesterol lipoprotein high-density yang lebih tinggi, atau HDL,
dianggap "baik" karena memberikan perlindungan terhadap penyakit Jantung
Koroner.
8. Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit Jantung
Koroner. Tubuh membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah
hormon yang dibuat di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari
makanan yang ke sel tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup
membuat insulin, tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan baik.
Diabetes menyebabkan gula terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat
penyakit Jantung Koroner bagi orang dewasa dengan diabetes adalah dua
sampai empat kali lebih tinggi daripada orang dewasa yang tidak menderita
diabetes.
9. Genetika dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi,
penyakit Jantung Koroner, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan
juga bahwa orang-orang dengan riwayat penyakit Jantung Koroner keluarga
memiliki lingkungan yang sama dan faktor potensial lainnya yang
meningkatkan resikonya. Resiko penyakit Jantung Koroner bisa meningkat
bahkan lebih bila faktor keturunan dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup
yang tidak sehat, seperti merokok dan makan makanan yang tidak sehat.
10. Usia
Resiko penyakit Jantung Koroner meningkat seiring bertambahnya usia.
C. Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala penyakit Jantung Koroner diantaranya adalah :
1. Nyeri
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang
berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak
di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot Jantung
Koroner tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau
ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang myang
mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia). Jika darah yang mengalir ke otot
yang lainnya (terutama otot betis) terlalu sedikit, biasanya penderita akan
merasakan nyeri otot yang menyesakkan dan melelahkan selama melakukan
aktivitas (klaudikasio). Perikarditis (peradangan atau cedera pada kantong
yang mengelilingi Jantung Koroner) menyebabkan nyeri yang akan semakin
memburuk ketika penderita berbaring dan akan membaik jika penderita duduk
dan membungkukkan badannya ke depan. Aktivitas fisik tidak menyebabkan
nyeri bertambah buruk. Jika menarik nafas atau menghembuskan nafas
menyebabkan nyeri semakin membaik atau semakin memburuk, maka
kemungkinan juga telah terjadi pleuritis (peradangan pada selaput yang
membungkus paru-paru). Jika sebuah arteri robek atau pecah, penderita bisa
merasakan nyeri tajam yang hilang-timbul dengan cepat dan tidak
berhubungan dengan aktivitas fisik. Kadang arteri utama (terutama aorta)
mengalami kerusakan. Suatu aneurisma (penonjolan aorta) bisa secara
mendadak mengalami kebocoran atau lapisannya mengalami robekan kecil,
sehingga darah menyusup diantara lapisan-lapisan aorta (diseksi aorta). Hal
ini secara tiba-tiba menyebabkan nyeri hebat yang hilang-timbul karena
terjadi kerusakan yang lebih lanjut (robeknya aorta) atau berpindahnya darah
dari saluran asalnya. Nyeri dari aorta seringkali dirasakan di leher bagian
belakang, diantara bahu, punggung sebelah bawah atau di perut. Katup
diantara atrium kiri dan ventrikel kiri bisa menonjol ke dalam atrium kiri pada
saat ventrikel kiri berkontraksi (prolaps katup mitralis). Penderita kadang
merasakan nyeri seperti ditikam atau ditusuk jarum. Biasanya nyeri terpusat di
bawah payudara kiri dan tidak dipengaruhi oleh posisi maupun aktivitas fisik.
2. Sesak nafas
Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal
Jantung Koroner. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam
rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner). Pada
stadium awal dari gagal Jantung Koroner, penderita merasakan sesak nafas
hanya selama melakukan aktivitas fisik. Sejalan dengan memburuknya
penyakit, sesak akan terjadi ketika penderita melakukan aktivitas yang ringan,
bahkan ketika penderita sedang beristirahat (tidak melakukan aktivitas).
Sebagian besar penderita merasakan sesak nafas ketika sedang berada dalam
posisi berbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-paru. Jika duduk,
gaya gravitasi menyebabkan cairan terkumpul di dasar paru-paru dan sesak
akan berkurang. Sesak nafas pada malam hari (nokturnal dispneu) adalah
sesak yang terjadi pada saat penderita berbaring di malam hari dan akan
hilang jika penderita duduk tegak. Sesak nafas tidak hanya terjadi pada
penyakit Jantung Koroner; penderita penyakit paru-paru, penyakit otot-otot
pernafasan atau penyakit sistem saraf yang berperan dalam proses pernafasan
juga bisa mengalami sesak nafas. Setiap penyakit yang mengganggu
keseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen bisa menyebabkan
sesak nafas (misalnya gangguan fungsi pengangkutan oksigen oleh darah pada
anemia atau meningkatnya metabolisme tubuh pada hipertiroidisme).
3. Kelelahan atau kepenatan
Jika Jantung Koroner tidak efektif memompa, maka aliran darah ke
otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita
merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk
mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap
atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (Jantung Koroner berdebar-debar)
Biasanya seseorang tidak memperhatikan denyut Jantung Koronernya.
Tetapi pada keadaan tertentu (misalnya jika seseorang yang sehat melakukan
olah raga berat atau mengalami hal yang dramatis), dia bisa merasakan denyut
Jantung Koronernya. Jantung Koronernya berdenyut dengan sangat kuat atau
sangat cepat atau tidak teratur. Dokter bisa memperkuat gejala ini dengan
meraba denyut nadi dan mendengarkan denyut Jantung Koroner melalui
stetoskop. Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak
nafas, nyeri, kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan
akibat dari irama Jantung Koroner yang abnormal atau penyakit Jantung
Koroner yang serius.
5. Pusing & pingsan
Penurunan aliran darah karena denyut atau irama Jantung Koroner
yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan. Gejala ini juga bisa disebabkan oleh
penyakit otak atau saraf tulang belakang, atau bisa tanpa penyebab yang
serius. Emosi yang kuat atau nyeri (yang mengaktifkan sebagian dari sistem
saraf), juga bisa menyebabkan pingsan.
FASE PERSIAPAN
a. Pengorganisasian kelompok berdasarkan peran
FASE PERSIAPAN
a. Pengorganisasian kelompok berdasarkan peran
1. Nurullia Hanum sebagai penyuluh
Peran: menggali pengetahuan peserta mengenai penyakit Jantung Koroner,
menjelaskan materi penyuluhan, serta menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh peserta
2. Ika Pratiwi sebagai moderator
Peran: Membuka acara dan menyampaikan maksud serta tujuan kegiatan
penyuluhan, menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan,
memandu sesi diskusi/ tanya jawab, melakukan evaluasi hasil tentang
materi yang telah disampaikan, serta menutup acara penyuluhan.
3. Firda Isnantri sebagai fasilitator
Peran: meminta tanda tangan peserta yang hadir, membantu pemateri
menjawab pertanyaan dari peserta, serta memfasilitasi peserta yang aktif
dalam bertanya.
4. M. Naim Kurniawan sebagai fasilitator
Peran: membantu pemateri menjawab pertanyaan dari peserta, membagi
leaflet, serta memfasilitasi peserta yang aktif dalam bertanya.
5. Rio Cristianto sebagai fasilitator
Peran: memfasilitasi peserta yang aktif dalam bertanya.
6. Wini Damayanti H. sebagai observer
Peran: mengawasi jalannya acara, mencatat proses kegiatan penyuluhan
disesuaikan dengan rencana kegiatan pada SAP, serta mencatat situasi
pendukung dan penghambat kegiatan penyuluhan.
7. Eva Riantika RP. Sebagai notulen
Peran: mencatat pertanyaan peserta dan jawaban yang diberikan oleh tim
penyuluh untuk dokumentasi
2) Persiapan (alat/media penyuluhan, absensi, lembar pertanyaan)
1. Alat/media penyuluhan yang digunakan adalah leaflet, flipchart serta tiang
infus yang digunakan untuk menggantungkan flipchart
2. Absensi dan lembar pertanyaan telah disiapkan sebelum acara penyuluhan
terdiri dari 1 lembar form absensi dan 1 lembar form pertanyaan
FASE PELAKSANAAN
a. Pembukaan (tujuan, kontrak, menggali pengetahuan awal peserta)
Moderator telah menjelaskan mengenai tujuan kegiatan penyuluhan,
menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan dan menanyakan kepada
peserta terkait dengan pengetahuan awal tentang perawatan pasien penyakit
Jantung Koroner koroner.
b. Pelaksanaan (kesesuaian materi, penampilan penyuluh, keaktifan peserta,
kendala, responstivitas penyuluh dan fasilitator)
1. Materi yang disampaikan dengan sesuai oleh penyuluh, penyuluh
berpenampilan rapi dengan menggunakan seragam ICCU dan memakai id
card
2. Peserta aktif dalam jalannya penyuluhan dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang belum dipahami
3. Penyuluh dan fasilitator sangat tanggap dan antusias dalam menjawab
pertanyaan dari peserta
FASE EVALUASI
(Pencapaian kemampuan peserta, evaluasi pelaksanaan peran penyuluh dan
fasilitator, kendala dan solusi)
1. Peserta telah memahami konsep dari perawatan pasien penyakit Jantung
Koroner dirumah
2. Kendala yang ada adalah pelaksanaan penyuluhan tidak tepat waktu karena
harus menunggu peserta datang
Solusinya adalah penyuluh memberikan materi dengn singkat, padat dan
tetap tersampaikan dengan baik agar waktu selesainya penyuluhan tidak
molor dan mengganggu jam berkunjung keluarga