PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan luka di kaki sebelah kiri tidak kunjung
sembuh sejak ± 7 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan luka di kaki sebelah kiri tidak kunjung
sembuh sejak ± 7 hari SMRS. Pasien tidak tahu penyebab luka, pasien
tidak sadar bahwa kakinya terluka. Semakin hari luka semakin meluas
hingga kurang lebih 3. Pasien merasakan nyeri pada kakinya seperti
berdenyut, kemerahan, panas, bengkak, dan mulai bernanah..
Kurang lebih 5 tahun SMRS pasien mengeluh sering merasa haus,
terutama pada malam hari sehingga pasien banyak minum, dan sering
terbangun untuk buang air kecil, nafsu makan seperti biasa, tetapi pasien
merasa berat badannya menurun. Pasien juga mengeluh mudah lelah saat
bekerja sehari-hari.
Kurang lebih 5 tahun yang lalu pasien berobat ke puskesmas dengan
keluhan tersebut. Pasien dikasih obat dan kata dokter disana pasien
menderita kencing manis, namun pasien lupa nama obat. Obatnya rutin
diminum selama ±2 tahun 6 bulan. Namun, setelah itu, pasien tidak rutin
2
minum obat lagi. Tidak ada riwayat pengobatan tradisional atau minum
ramu-ramuan.
Demam disangkal,
Mual dan muntah tidak ada, nyeri ulu hati (-)
Buang air besar biasa, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan
Buang air kecil lancar, warna kuning tua, riwayat BAK berpasir dan keruh
(-)
3
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 110/70 HR : 85x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,4 C
Status Gizi
BB : 48 Kg TB :150 cm
IMT : BB(kg)/TB2 (m)
: 48/(1,50)2 = 21,33 (BB normal)
Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : (-)
Jaringan Parut : (-)
Pertumbuhan Rambut : normal
Pertumbuhan Darah : (-)
Suhu : 36,4 C
Turgor : normal, <2detik
Lainnya : (-)
Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Rambut : Beruban
Ekspresi : Tampak sakit sedang
Simetris Muka : Simetris
Mata
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-/-)
4
Sklera : Sklera Ikterik (-/-)
Pupil : isokor
Lensa : normal
Gerakan : normal
Lapangan Pandang : normal
Hidung
Bentuk : Simetris
Sekret :(-)
Septum : deviasi (-)
Selaput Lendir :(-)
Sumbatan :(-)
Pendarahan :(-)
Mulut
Bibir : Kering (-), Sianosis (-)
Lidah : atrofi papila lidah (-)
Gusi : anemis (-)
Telinga
Bentuk : simetris
Sekret : (-)
Pendengaran : normal
Leher
JVP : 5+1 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba
Kelenjar Limfonodi : tidak teraba
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea parasternal sinistra
5
Batas Kiri : ICS V Linea midclavicula sinistra
Batas Kanan : ICS III Linea parasternal dextra
Batas Bawah : ICS IV Line parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi :Datar, Simetris, spider nervi (-).
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-) epigastrik
Perkusi :Timpani.
Auskultasi :Bising Usus (+), Normal
Ekstremitas
Superior :
Dextra : akral hangat, CRT <2 Detik, edem (-), luka (-)
Sinistra: akral hangat, CRT <2 Detik, edem (-), luka (-)
Inferior :
Dextra : akral hangat, CRT <2 Detik, edem (-), luka (-), pulsasi arteri
dorsalis pedis (+)
Sinistra : akral hangat, CRT <2 Detik, edem (+), luka (+) pada dorsum
pedis sinistra. Ukuran luka; panjang 3 cm, lebar 4 cm dengan
kedalaman ± 0,5 cm; berbau busuk, dengan bentuk tidak beraturan.
Warna kulit disekitar luka merah. Tepi luka merata, dasar luka
tampak fascia superficialis. Pus (+), tidak ada gangren dan
sensibilitas menurun.
6
Kriteria PEDIS :
Perfusion : derajat 1
Depth : derajat 1
Infection : derajat 2
Sensation : derajat 2
Pemeriksaan ABI :
lengan Tungkai
kanan : 110 kanan : 130
kiri : 110 kiri : 140
7
Feses Rutin (13/03/2018)
Warna : kuning
Konsistensi : Lunak
Parasit : (-)
Lendir : (-)
Telur cacing : (-)
Faal Ginjal
Ureum/Kreatinin : 36/1,1
2.7 Tatalaksana
Farmakologis:
IVFD NaCl 0,9% 20 ttpm
Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Inj Metronidazole 3x500 mg
Inj Levemir 1 x 9 IU
Inj Novorapid 3 x 5 IU
Dosis Insulin : 0,5 IU x 48kg = 24 IU
40% dosis basal = 9 IU
60% dosis preprandial = 15 IU/3
= 5 IU
Perawatan Luka : debridement 2x perhari dengan NaCl 0.9%+ gentamisin
8
Non Farmakologis:
Diet DM 1200 kkal
Kebutuhan kalori harian BBI x 25%
90% (TB-100) x kg x 25 kkal
90% (150-100) x kg x 25 kkal
45 kg x 25 kkal =1125 kkal
Stres metabolik ditambah 10-30 % =1125+375 = 1237,5, dibulatkan
menjadi 1200 kkal
Tirah baring
2.8 Edukasi
Luka dibersihkan secara rutin
Berjalan menggunakan alas kaki, mencuci kaki dengan air hangat.
Pemeriksaan telapak kaki regular setiap hari, antara jari kaki
Kontrol gula darah secara rutin dan minum obat rutin
Jika mengalami keluhan seperti badan lemas, lelah, gemetar, berkeringat,
berdebar-debar, pucat, segera minum air gula.
Mobilisasi
2.9 Prognosis
Quo Vitam : Dubia ad bonam
Quo Functionam : Dubia ad bonam
Quo Sanactionam : Dubia ad bonam
2.10 Follow Up
Tabel 2.1 Follow Up Pasien
Tanggal Perkembangan
13/03/2018 Perawatan hari ke I
S: Lemas, Nyeri pada luka, edema (+), nanah (+)
O: TD: 110/70 N : 76x/menit RR: 20x/menit T : 36,4
GDS : 281 mg/dL
9
A: Ulkus Pedis Sinistra Wagner Grade 1 e.c Diabetes Melitus
Tipe 2 Normoweight Tidak Terkontrol
P:
IVFD NaCl 0,9% 20 ttpm
Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Inj Metronidazole 3x500 mg
Inj Levemir 1 x 9 IU
Inj Novoravid 3 x 5 IU
10
16/03/2018 Perawatan hari ke IV
S: Lemas, nyeri pada kaki
TD : 120/70 N : 80 x/I S: 36,2 RR ; 20 x/I
GD2PP :09.00 :135mg/dl, 15.00 :104 mg/dl, 19.00 :307
mg/dl
IVFD NaCl 0,9% 20 ttpm
Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Inj Metronidazole 3x500 mg
Inj Levemir 1 x 9 IU
Inj Novoravid 3 x 5 IU
11
Inj Novoravid 3 x 5 IU
12
Inj Ceftriaxone 1x2 gr
Inj Metronidazole 3x500 mg
Inj Levemir 1 x 9 IU
Inj Novoravid 3 x 5 IU
13
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Resume
A. Anamnesis
1. Awalnya luka hanya kecil, namun semakin hari luka semakin meluas
dan tidak kunjung sembuh pada punggung kaki disertai bengkak di
daerah sekitar luka, dan mulai bernanah dan nyeri pada luka di kaki
sebelah kiri
2. Gula darah yang tidak terkontrol
3. Sering merasa haus, banyak minum, sering kencing terutama pada
malam hari. Berat badan turun dan mudah lelah saat bekerja.
4. Faktor Resiko : Riwayat DM pada keluarga (+), sering makan dan
minum yang manis
B. Pemeriksaan Fisik
1. Ekstremitas Inferior
Sinistra : akral hangat, CRT <2 Detik, edem (+), luka (+) pada
dorsum pedis sinistra. Ukuran luka; panjang 3 cm, lebar 4 cm dengan
kedalaman ± 0,5 cm; berbau busuk, dengan bentuk tidak beraturan.
Warna kulit disekitar luka merah. Tepi luka merata, dasar luka tampak
fascia superficialis. Pus (+), tidak ada gangren dan sensibilitas
menurun.
C. Laboratorium
1. Leukositosis
2. Hiperglikemia
14
3.2 Identifikasi Masalah
1. Luka tidak kunjung sembuh pada punggung kaki
2. Gula darah yang tidak terkontrol
3. Sering merasa haus, banyak minum, sering kencing terutama pada malam
hari. Berat badan turun dan mudah lelah saat bekerja.
15
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu:
iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah tidak terkendali akan
menyebabkan komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik,
motorik, dan autonom.4-6
Neuropati sensorik biasanya cukup berat hingga menghilangkan sensasi
proteksi yang berakibat rentan terhadap trauma fisik dan termal, sehingga
meningkatkan risiko ulkus kaki. Sensasi propriosepsi yaitu sensasi posisi kaki
juga hilang.4,5,7
Neuropati motorik mempengaruhi semua otot, mengakibatkan penonjolan
abnormal tulang, arsitektur normal kaki berubah, deformitas khas seperti hammer
toe dan hallux rigidus. Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas,
sehingga dapat meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus.4,5,7
Neuropati autonom ditandai dengan kulit kering, tidak berkeringat, dan
peningkatan pengisian kapiler sekunder akibat pintasan arteriovenosus kulit. Hal
ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit, sehingga kaki rentan terhadap
trauma minimal. Hal tersebut juga dapat karena penimbunan sorbitol dan fruktosa
yang mengakibatkan akson menghilang, kecepatan induksi menurun, parestesia,
serta menurunnya refleks otot dan atrofi otot.4,5
Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa iskemi. Hal ini
disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang
ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri
tibialis, dan arteri poplitea; menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku
menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan, sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.4-6
Kelainan neurovaskular pada penderita diabetes diperberat dengan
aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki
dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan,
rasa tidak nyaman, dan dalam jangka lama dapat mengakibatkan kematian
jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus kaki diabetes. Proses angiopati
16
pada penderita DM berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer
tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian.4,7
Stadium Tingkat
0 1 2 3
A Tanpa tukak Luka Luka sampai Luka sampai
atau pasca superficial, tendon atau tulang/sendi
tukak, kulit tidak sampai kapsul sendi
intak/utuh tendon atau
tulang kapsul sendi
B Dengan infeksi
C Dengan iskemia
D Dengan infeksi dan iskemia
17
3.2 Klasifikasi pada Ulkus Diabetik
Tabel 3.2 Klasifikasi pada Ulkus Diabetik1
Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 2003
Impaired 1. None
Perfusion 2. PAD + but not critical
3. Critical limb ischemia
Size/Extentnin 1. Superficial fullthickness, not deeper than dermis
mm2 2. Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous
Tissue structures, fascia, muscle or tendon
Los/Dept 3. All subsequent layers of the foot involved including bone
and or joint
Infection 1. No symptoms or signs of infection
2. Infection of skin and subcutaneous tissue only
3. Erythema > 2 cm or infection involving subcutaneous
structure (s) No systemic sign (s) of inflammatory
response
4. Infection with systemic manifestasion : fever,
leucocytosis, shift to the left, metabolic instability,
hypotension, azotemia
Impaired 1. Absent
Sensation 2. Present
Klasifikasi Wagner (klasifikasi yang saat ini masih banyak dipakai)
0. Kulit intak/utuh
1. Tukak superficial
2. Tukak dalam (sampai tendo,tulang)
3. Tukak dalam dengan infeksi
4. Tukak dengan gangren pada 1-2 jari kaki
5. Tukak dengan gangren luas seluruh kaki
18
Pengelolaan Kaki Diabetes
19
kasus dengan permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
memperbaiki vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang complicated, akan dibahas
lebih lanjut pada upaya pencegahan sekunder.1,7
Pencegahan Sekunder
Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik Kerjasama multidisipliner
sangat diperlukan. Berbagai hal harus ditangani dengan baik dan dikelola
bersama, meliputi:1
Wound control
Microbiological control-infection control
Mechanical control-pressure control
Educational control
Terapi Farmakologis
Jika mengacu pada berbagai penelitian aterosklerosis (jantung, otak), obat
seperti aspirin yang dikatakan bermanfaat,akan bermanfaat pula untuk kaki DM.
Namun, sampai saat ini belum ada bukti kuat untuk menganjurkan pemakaian
obat secara rutin guna memperbaiki patensi pembuluh darah kaki penyandang
DM.1
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau kondisi klaudikasio
intermitten hebat, maka tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan. Sebelum
tindakan, diperlukan pemeriksaan arteriografi. Untuk oklusi panjang dianjurkan
operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi pendek dapat dipikirkan prosedur
endovaskular. Pada keadaan sumbatan akut dapat dilakukan tromboarterektomi.
Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat
diperbaiki, sehingga pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Terapi hiperbarik
dilaporkan juga bermanfaat memperbaiki vaskularisasi dan oksigenisasi jaringan
luka pada kaki diabetes sebagai terapi adjuvan. Masih banyak kendala untuk
menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki diabetes.1
20
Wound Control
Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti.
Evaluasi luka harus secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis dilakukan setelah
debridement adekuat. Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan
luka dengan menyediakan tempat untuk bakteri, sehingga dibutuhkan tindakan
debridement. Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu
mengurangi jaringan nekrotik, dengan demikian akan sangat mengurangi produksi
pus/cairan dari ulkus/gangren.1,5,6
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka, cairan normal saline sebagai pembersih luka, senyawa silver sebagai
bagian dari dressing. Povidone iodine dapat bersifat toksik pada penyembuhan
luka. Berbagai cara debridement non-surgikal seperti preparat enzim dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nekrotik.1,6
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti
hydrocolloid dressing dapat dipertahankan beberapa hari. Untuk kesembuhan
luka kronik seperti luka kaki diabetes, suasana kondusif sekitar luka harus
dipertahankan. Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka
tidak akan beranjak ke proses selanjutnya. Untuk menjaga suasana kondusif dapat
dipakai kasa yang dibasahi dengan normal saline.1,5,6
Microbiological Control
Data pola kuman perlu diperbaiki secara berkala, umumnya didapatkan
infeksi bakteri multipel, anaerob, dan aerob. Antibiotik harus selalu sesuai dengan
hasil biakan kuman dan resistensinya. Lini pertama antibiotik spektrum luas,
mencakup kuman gram negatif dan positif (misalnya sefalosporin), dikombinasi
dengan obat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazole).1,6
Pressure Control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (menahan berat badan/weight bearing),
luka selalu mendapat tekanan, sehingga tidak akan sempat menyembuh, apalagi
bila terletak di plantar seperti pada kaki Charcot. Berbagai cara surgikal dapat
dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti:1
a. Dekompresi ulkus/gangren dengan insisi abses
21
b. Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal head
resection, achilles tendon lengthening, partial calcanectomy.
Education Control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik.
Dengan penyuluhan yang baik, seperti berhenti merokok, menggunakan alas kaki,
kontrol hiperlipidemia bagi penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik maupun
keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan
yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.1,7
22
Kriteria pengendalian didasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa,
kadar HbA1C, dan profil lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila
kadar glukosa darah, kadar lipid, dan HbA1c mencapai kadar yang diharapkan,
serta status gizi maupun tekanan darah sesuai target yang ditentukan.2,3,7
23
Gambar 3.2 Algoritme Pengelolaan DM
3. Sering merasa haus, banyak minum, sering kencing terutama pada malam
24
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.2,3
25
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma
2-jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa
<100 mg/dl
Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.
Tabel 3.6 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan
prediabetes.
Terapi Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:2,3
HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
26
Jenis dan lama kerja insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:2,3
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
27
28