Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologi, berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkelanjutan yang dapat menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, biokemis pada jaringan tubuh sehingga memengaruhi fungsi,
kemampuan badan dan jiwa (Constantinides, 1994 dalam Darmojo, 1999).
Lansia mengalami kemunduran sel karena proses penuaan yang berakibat
kelemahan organ, kemunduran fisik dan penyakit degeneratif.
Di Indonesai perkembangan penduduknya menuju proses penuaan yang
ditandai dengan peningatan jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia).
Menurut Komnas Lansia tahun (2010), pada tahun 2009 jumlah lansia di
Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan penduduk
Indonesia) pada tahun 2009. Sementara itu, menurut Kompasiana (2016), jumlah
penduduk Indonesia yang berusia diatas 70, kurang dari dua juta jiwa. Pada
tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta
atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Namun pada tahun 2015, jumlah lansia
meningkat yaitu mendekati angka 30 juta jiwa. Diprediksikan pada sepuluh tahun
kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Peningkatan
jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup
sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan
Hidup) indonesia pada tahun 2007 UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008
menjadi 70,7 tahun, target untuk UHH pada tahun 2014 adalah 72 tahun
(Kementerian Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2010).
Menua (menjadi tua atau aging) merupakan suatu proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Proses ini terjadi
secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia seseoarng. Sehinnga
secara signifikan akan menyebabkan kehilangan daya tahan terhadap infeksi
dan akan makin banyak terjadi distorsi metabolik dan struktural yang disebut
sebagai penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang terjadi pada

1
salah satu lansia di Wisma Seruni UPT PSTW Pandaan adalah penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK)
Menurut WHO, Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan obstruksi
saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel; terjadi bersamaan bronkitis
kronik, emfisema atau kedua-duanya (Snider, 2003). Penyakit Paru Obstruksi
Kronis (PPOK) bukanlah penyakit tunggal, tetapi merupakan satu istilah yang
merujuk kepada penyakit paru kronis yang mengakibatkan gangguan pada
sistem pernafasan
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa penting untuk melakukan
asuhan keperawatan gerontik dengan berfokus pada lansia untuk
mengidentifikasi dan meningkatkan derajat kesehatan lansia di wisma seruni
UPT PSTW Pandaan Pasuruan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif pada lansia
dengan PPOK di Wisma Seruni UPT PSTW Pandaan Pasuruan

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian yang holistik sehingga didapatkan data objektif dan
data subjektif yang komperehensif
2. Melakukan analisa data sehingga ditemukan masalah keperawatan yang
sesuai dengan kondisi lansia
3. Menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan kondisi lansia
4. Merencanakan intervensi keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah lansia
5. Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah dirancang
6. Melakukan dokumentasi dalam bentuk agregat asuhan keperawatan pada
lansia di Wisma Seruni UPT PSTW Pandaan Pasuruan

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Lansia dapat memanfaatkan pengetahuan yang diberikan perawat untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, diet, dan rentang aktivitas
lansia untuk kegiatan sehari-hari

2
2. Lansia terhindar dari komplikasi PPOK. Sebagai pembuktian dari teori yang
ada terhadap praktek mandiri keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai