Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu


penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identitas personal sering
merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Identifikasi
seorang individu adalah pengenalan individu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-
sifat yang membedakannya dari individu lain, mencakup korban hidup dan
korban mati.
Identifikasi pada jenasah yang dikenal bisa dilakukan oleh polisi dan
keluarga sebelum dilakukan pemeriksaan. Pada jenasah yang tidak dikenal,
jenasah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, kecelakaan masal,
bencana alam, serta potongan tubuh manusia atau kerangka, dokterlah yang
bertugas memeriksanya.

1
BAB 2
KASUS IDENTIFIKASI

2.1 TKP
 Pada tanggal 28 Mei 2015 di daerah Gresik, ditemukan jenazah yang terkubur
secara tidak beraturan.
 Dari olah TKP ditemukan beberapa tulang yang terdiri dari:
a. BP 02: potongan lengan dan tangan kiri lepas dari siku
b. BP 03: tibia kanan
c. BP 04: femur kanan dan fibula kanan
d. BP 05: kepala
e. BP 06: kaki kanan lengkap
f. BP 07: scapula kanan
g. BP 08: humerus kiri lepas dari sendi
h. BP 09: 2 buah tulang rusuk sebelah kiri belakang dan sebelah kanan
belakang
i. BP 010: pelvis kiri
j. BP 011: humerus kanan
k. BP 012: scapula kiri
l. BP 013: klavikula kiri terdapat bekas luka gigitan non-human
m. BP 014: klavikula kanan
n. BP 015: costae utuh sebelah kiri dan kulit luar kepala
o. BP 016: tulang rusuk sebelah kanan

 Ditemukan sebagian tubuh jenazah di dalam kubur dengan kondisi bagian


tubuh sebelah kanan hilang. Dari sebagian tubuh jenazah tersebut
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Panjang tubuh= 133 cm
b. Vertebra T1 sampai pergelangan kaki kanan
c. Bulu rambut ketiak sebelah kiri
d. Tulang pelvis sebelah kiri

2.2 IDENTIFIKASI
a. BP 03= panjang tibia kanan 37 cm
b. BP 04= diameter caput femur kanan 14,8 cm; panjang femur kanan 41,5
cm
c. BP 05= Kepala dengan rahang bawah menyatu dan tonjolan supraorbital
menonjol, protuberantia occipitalis menonjol, sutura belum menutup
semua, tulang mastoid menonjol dan besar.
d. BP 08= panjang humerus kiri 29 cm
e. BP 011= panjang humerus kanan 29 cm
f. BP 015= kulit kepala dengan rambut panjang 2 cm

2
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 IDENTIFIKASI ORANG HIDUP


Identifikasi orang hidup pada dasarnya meliputi: anatomi, odontologi dan
golongan darah. Pada identifikasi dilakukan pemeriksaan dan pengamatan
menyeluruh yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan fisik:
a. Umur, jenis kelamin, dan tinggi badan
b. Deformitas
c. Parut, tattoo
d. Gigi, warna mata, kulit dan rambut

3
e. Ukuran sepatu dan topi
f. Disabilitas (buta, tuli)
2. Pemeriksaan sidik jari
3. Penentuan golongan darah
4. Ciri-ciri tubuh tertentu
5. Fotografi
6. Benda-benda milik pribadi (seperti KTP, SIM, ijasah, cincin kawin,
pakaian)

3.2 IDENTIFIKASI ORANG MATI/SISA-SISA MANUSIA


Identifikasi pada orang mati dapat dilakukan terhadap:
 Jenasah yang masih utuh dan baru
 Jenasah yang sudah membusuk, utuh maupun tidak utuh
 Bagian-bagian dari tubuh jenasah atau kerangka

Identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, sedangkan


identifikasi jenasah/sisa-sisa manusia/potongan/kerangka adalah tugas
kedokteran forensik.
Pemeriksaan pada identifikasi jenasah meliputi:
A. Umum:
1. Penentuan kerangka manusia atau bukan
2. Penentuan jumlah korban
3. Penentuan jenis kelamin
4. Perkiraan tinggi badan
5. Perkiraan umur
6. Penentuan ras
B. Khusus:
1. Pemeriksaan sidik jari
2. Pemeriksaan golongan darah
3. Tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan
4. Gigi-geligi
5. Warna kulit, mata, rambut
6. Cacat, kelainan bawaan
7. Tattoo
8. Kelainan patologis/parut

2.3.1 Menentukan Manusia atau Bukan


Hal ini merupakan tugas dokter karena pihak kepolisian dan rakyat
biasanya sering acuh, sehingga pernah terjadi kekeliruan dengan tulang

4
binatang, terutama dengan tulang-tulang anjung, babi, dan kambing.
Pengetahuan mengenai anatomi manusia, berperan penting untuk
membedakannya. Jika tulang yang dikirim utuh atau terdapat tulang
skeletal akan sangat mudah untuk membedakannya, tetapi akan menjadi
sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang dikirim tanpa adanya
penampakan yang khas. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya
sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik
(reaksi presipitin) dan histologik (jumlah dan diameter kanal-kanal
Havers).

2.3.2 Menentukan Jumlah Korban


Seringkali dalam kecelakaan pesawat udara atau kereta api timbul
kesulitan tidak hanya dalam hal identifikasi siapa korban-korbannya, tetapi
juga berapa sebenarnya jumlah korban sebab biasanya korban banyak yang
sudah hancur. Yang penting tidak boleh dilupakan untuk mengamankan
semua sisa-sisa jaringan atau kerangka yang ditemukan ditempat kejadian.
Beberapa parameter untuk mengidentifikasi adanya korban lebih dari satu
adalah:
1. Ada tidaknya duplikasi dari tulang sejenis
2. Perbedaan yang jelas dari ukurannya
3. Perbedaan usia tulang
4. Asimetris
5. Kontur sendi tidak sama
6. X-ray trabecular pattern yang tidak sama
Perlekatan otot tidak sama

2.3.3 Penentuan Jenis Kelamin


Penentuan jenis kelamin pada korban yang masih utuh mudah dilakukan
dengan melihat tanda-tanda sex primer (alat kelamin) dan tanda-tanda sex
sekunder. Perbedaan global antara pria dan wanita adalah :
1. Tubuh pria lebih besar
2. Pria : bahu lebih lebar dari pinggul
3. Pria : pinggang tidak nyata

5
4. Pria: gluteus lebih datar
5. Wanita : tungkai lebih bulat, pergelangan tangan- kaki dan kuku lebih
halus / kecil
6. Wanita : rambut hanya di mons pubis
7. Wanita : larynx kurang menonojol
8. Wanita : pinggul lebih lebar dari bahu
Jika korban sudah membusuk dimana semua organ tak dapat dikenali lagi atau
yang diperiksa hanya sepenggal, maka dalam penentuan jenis kelamin dapat
dilakukan berdasarkan dasar pemeriksaan dari :
Panggul
Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya os pubis dan os oschii; sudut pada
incisura ischiadica major lebih terbuka, foramen orburatum mendekati bentuk
segitiga. Arc compose pada pria, lengkung yang terbentuk oleh pinggir kranial
ventral facies auricularis dapat dilanjutkan pada pinggir kranial dan ventral
incisura ischiadica major; pada wanita terbentuk dua lengkung terpisah. Di
samping itu pada wanita terdapat lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan,
yang tidak kentara pada pria; pada wanita bagian subpubica dari rasmus ischio-
pubicus cekung, pada pria tulang ini cembung; dilihat dari sisi ventral , pada
wanita bagian yang sama agak tajam, pada pria lebih membulat.
Tabel. Perbedaan pelvis pria dan wanita
Ciri-Ciri Pria Wanita
Pelvis keseluruhan Berat, kasar, bekas otot Tidak berat, bekas otot tidak
jelas prominen, halus
Bentuk tepi Jantung Circular
True pelvis Relatif kecil Luas, dangkal
Ilium Tinggi tegak Rendah, divergen ke lateral
Sendi sacroiliaca Besar Kecil, oblique
Sulcus pre Tidak sering Sering
auricular
Greater sciatic Kecil, dalam Besar, lebar
notch
Acetabulum Besar Kecil
Ichiopubic rami Bagian atas convex Bagian atas concave
Foramen obturator Besar, oval Kecil, triangular
Os pubic-corpus Triangular Quadrangular
Symphisis Tinggi Rendah
Sudut sub-pubic Sempit, V shape Lebar, U shape
Sacrum Panjang, sempit, dapat Pendek, lebar, S1, S2, S3, dan

6
terdiri > 5 segmen S5 melengkung, 5 segmen
Promontorium Lebih menonjol Kurang menonjol
Pelvic outlet Tak dapat dilewati Dapat dilewati kepalan tangan
kepalan tangan

Tengkorak
Besarnya tengkorak adalah salah satu ciri dimorfis seksual. Tengkorak pria lebih
besar, lebih berat dan tulangnya lebih tebal. Seluruh relief tengkorak
(benjolan,tonjolan, dsb.) lebih jelas pada pria. Tulang dahi dipandang dari norma
lateralis kelihatan lebih miring pada pria, pada wanita hampir tegak lurus;
benjolan dahi (tubera frontalla) lebih kentara pada wanita, pada pria agak
menghilang. Arc supercilliaris lebih kuat pada laki-laki; sering hampir tidak
kentara pada wanita; pinggir lekuk mata (orbita) agak tajam/tipis pada wanita dan
tumpul/tebal pada pria. Bentuk orbita pada pria lebih bersegi empat, pada wanita
lebih oval membulat. Pada tulang pelipis mastoid, prossesus mastoideus besar dan
incisura mastoidea lebih mendalam pada pria.

Tabel. Identifikasi jenis kelamin dari tengkorak kepala


No Yang membedakan Laki – laki Perempuan
1 Ukuran Kapasitas intra kranial Kapasitas intra
lebih besar 10 % dari kranial lebih kecil
perempuan 10% dari laki – laki
2 Glabella Kurang menonjol Lebih menonjol
3 Daerah supra orbita Lebih menonjol Kurang menonjol
4 Processus Lebih menonjol Kurang menonjol
mastoideus
5 Protuberantia Lebih menonjol Kurang menonjol
occipitalis
6 Arcus zigomaticus Lebih menonjol Kurang tegas
7 Dahi Curam,agak datar Bulat/bundar
8 Eminentia frontalis Lebih menonjol Kurang menonjol
9 Orbita Letak lebih rendah, Lebih tinggi, relatif
relatif lebih kecil, batas lebih besar, batas
agak bulat dan tajam dan berbentuk
berbentuk seperti bulat
persegi empat

7
10 Nasion Angulasi jelas Angulasi kurang
menonjol
11 Malar prominence Lebih lengkung Lebih datar
12 Lobang hidung Lebih tinggi dan sempit Lebih rendah dan luas
13 Eminentia parietalis Kurang Lebih
14 Condilus occipitalis Besar Kecil
15 Condylar facet Panjang dan sempit Pendek dan luas
16 Foramina Lebih besar Lebih kecil
17 Palatum Lebih besar dan Lebih kecil dan
berbentuk seperti huruf parabolik
“U”
18 Digastric groove Dalam Dangkal
19 Sinus frontalis Lebih berkembang Kurang berkembang
20 Gigi Lebih besar Lebih kecil
21 Permukaan tulang Permukaan seluruhnya Seluruhnya halus
kasar dengan tempat dengan tempat
perlekatan otot yang perlengketan otot
lebih menonjol yang kurang
menonjol

Mandibula
Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil pada pria
(mendekati 90º). Benjolan dagu (protuberia mentalis) lebih jelas/besar pada pria.
Processus coronoideus lebih besar/panjang pada pria.
Tabel. Identifikasi jenis kelamin dari mandibula
No Yang Laki – laki Perempuan
membedakan
1 Ukuran Lebih besar Lebih kecil
2 Sudut anatomis Everted Inverted
3 Dagu Berbentuk persegi empat Agak bulat
4 Bentuk tulang Berbentuk seperti huruf Berbentuk seperti huruf
“V” “U”
5 Mental tubercle Besar dan menonjol Tidak signifikan
6 Myelohyoid line Menonjol dan dalam Kurang menonjol dan
dangkal
7 Tinggi pada Lebih Kurang
simphisis mentii
8 Ramus ascending Lebih lebar Lebih sempit
9 Condylar facet Lebih besar Lebih kecil

8
10 Berat dan Lebih Lebih ringan dengan
permukaan berat,permukaannya permukaan yang halus
kasar dengan tempat
perlengketan otot yang
menonjol
11 Gigi Lebih besar Lebih kecil

Analisis penentuan jenis kelamin:


Dari kepala: arsitektur kasar; tonjolan supraorbital besar (menonjol); prosesus
mastoideus besar (menonjol), kasar, dan tumpul; protuberantia occipitalis
menonjol; orbita persegi empat, tepi tumpul; dahi curam, kurang membundar;
tulang pipi berat, arkus lebih ke lateral; mandibula besar; palatum besar dan lebar,
bentuk U; foramen magnum besar.

Dari pelvis: pelvis keseluruhan berat, kasar, berkas otot jelas; bentuk tepi pelvis
seperti jantung; true pelvis relative kecil; sudut sub-pubic sempit, V shape; sacrum
panjang, sempit; promontorium lebih menonjol.

2.3.4 Identifikasi tinggi badan


Salah satu informasi yang penting untuk melacak identitas seseorang adalah
informasi tentang tinggi badan. Memang tidak mudah mendapatkan tinggi badan
yang tepat dari pemeriksaan yang dilakukan sesudah mati. Jika jenasah yang
tidak utuh lagi, maka tinggi badan dapat dilakukan dengan menggunakan tulang-
tulang panjang, tetapi hasilnya lebih akurat apabila tersedia atau diperoleh tulang-
tulang panjang.
Tulang – tulang mempunyai korelasi tinggi terhadap tinggi badan antara: femur (r
= 0,8), tibia (r = 0,7) ,hunerus (r = 0,7), dan radius ( r = 0,7). Kombinasi dari
tulang panjang tentu lebih realible dari pada hanya satu tulang saja, terutama bila
terdapat femur+ tibia.
1. Rumus Karl pearson.
Laki- laki :
Tinggi badan = 81,306 + 1,88 femur
Tinggi badan = 70,641 + 2,894 humerus
Tinggi badan = 78, 664 + 2,376 tibia

9
Tinggi badan = 85,925 + 3,271 radius
Tinggi badan =71,272 + 1,159 (F+T)
Tinggi badan = 69, 855 +1,73 (H+R)
Tinggi badan = 69,788 + 2,769 H+ 0,195 R
Tinggi badan = 68, 397 + 1,03 F + 1, 557 H
Tinggi badan = 67,049 + 0,913 F + 0,6 T + 1,225 H -0,187 R

Wanita :
Tinggi badan = 72,844 + 1,945 F
Tinggi badan = 71,475 + 2,754 H
Tinggi badan = 74,774 + 2,352 T
Tinggi badan =81,224 + 3,343 R
Tinggi badan =69, 154 + 1,126 ( F + T)
Tinggi badan =69,154 + 1, 126 F + 1,126 T
Tinggi badan =69,911 + 1, 628 ( H + R)
Tinggi badan =70, 542 + 2, 528 H+ 0, 281 R
Tinggi badan = 67,435 + 1,339 F + 1,027 H
Tinggi badan = 67, 469 + 0, 782 F + 1,12 T + 1,059H -0,711 R.

Keterangan :
H = panjang maksimal humerus
T = panjang maksimal tibia
R= panjang maksimal radius
F= panjang maksimal fibula

Analisis:
Penentuan tinggi badan pasien berdasarkan dari rumus Karl Pearson:
71,272 + 1,159 (panjang femur+panjang tibia)
= 71,272 + 1,159 (41,5+37) = 162,2535 cm
Dari rumus Karl Pearson didapatkan tinggi badan kurang lebih 162 cm.

Penentuan umur dari obliterasi sutura


Umur Sutura Sagitalis Sutura Coronalis Sutura Lamboidea
18-30 Pars obelica Parstemporalis (awal)
30-40 Pars bregmativa Parstemporalis (akhir) Pars lamboidea
Parscomplicata (awal)
40-50 Hampir sempurna Parscomplicata(akhir) Pars media
Parsbregma (awal)
50-60 Sempurna Parsbregmatica Hampir sempurna
(akhir)

10
60-70 Sempurna Hampir sempurna Hampir sempurna
>70 Sempurna Sempurna sempurna

Analisis:
Penentuan umur: dari sutura sagittalis dan sutura lamboidea yang menutup dengan
perkiraan umur 25-40 tahun.

Menentukan ras
No. Ciri-ciri eropa Mongol Negro
1 Tulang hidung Panjang- Lebar-pendek Lebar-pendek
sempit
2 Tinggi tulang hidung Tinggi Antara eropa- Rendah
negro
3 Tulang pipi Lengkung, Antara eropa- Datar-lebar
tidak lebar negro
4 Tulang langit-langit Segitiga Tapal kuda Segi empat
5 Gigi seri Tidak Tidak Mirip skop
6 Rasio tibia-femur Kecil Kecil Agak besar
7 Rasio radius-femur Kecil Kecil Agak besar
8 Lengk.femuralis menonjol Menonjol Kurang
menonjol

Analisis:
Penentuan ras: dari tulang langit-langit berbentuk tapal kuda.

11
BAB 4
KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa jenazah adalah laki-laki, ras


mongoloid, dengan perkiraan umut 25-40 tahun,tinggi badan ±162 cm. Rambut
panjang dengan ukuran 6,5 cm. Kondisi jenazah membusuk lanjut, kesan kurus.
Pada jenazah tidak ditemukan pakaian, tidak ditemukan ciri khusus. Selain itu,
pada pelipis tengkorak ditemukan pewarnaan dan ubun-ubun di sebelah kiri
dengan ukuran 2x5 cm, pewarnaan pada zygoma kiri dengan ukuran 2x2 cm.
tanda kekerasan pada tulang lain tidak ditemukan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Forensik. 1st ed. Medan: USU
Press
2. Boer, Ardiyan. Osteologi Umum. 10th ed. Padang: Percetakan Angkasa
Raya.
3. Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Atmaja, D. S., 1999. Identifikasi
Forensik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Halaman 197-202.
4. Glinka, J. 1990. Antopometri & Antroskopi. 3rd ed. Surabaya.
5. Hariadi, Hoediyanto. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Edisi 8. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
6. https://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/identifikasi-tulang/
7. Krogman, W.M., Iscan M. Y., 1986. The Human Skeleton in Forensic
Medicine.
8. Nandy, A. 1996. Principles of Forensic Medicine. 1st ed. Calcutta: New
central Book Agency (P) Ltd.
9. Nielsen, S. K. 1980. Person Identification by Means of The Teeth. Bristol:
John Wright & Sons Ltd.

13

Anda mungkin juga menyukai