Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa kimia yang
disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke tempat lain untuk
selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah,
untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme tanaman. Zat pengatur
tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan termasuk unsur hara, yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung (promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses
fisiologi tumbuhan. Sedangkan hormon tumbuh (plant hormon) adalah zat organik yang
dihasilkan oleh tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis
(Fahmi, 2014).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar tubuh tanaman. Zat
pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang perkecambahan, pertumbuhan akar, dan
tunas. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu auksin, sitokinin,
giberelin, dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh golongan auksin adalah Indol Asam Asetat
(IAA), Indol Asam Butirat (IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4 D
Dikhlorofenoksiasetat (2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk golongan sitokinin adalah
Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin (BAP) atau Benziladenin (BA). Zat pengatur
tumbuh golongan giberelin yaitu GA 1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang termasuk
golongan inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT antara lain adalah
dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian ZPT pada tanaman yang belum
dewasa justru akan memperburuk pertumbuhannya, karena secara fisiologis tanaman tersebut
belum mampu berbunga. Faktor lingkungan yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, cuaca, dan
cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila kondisi lingkungan sesuai dengan
kebutuhan tanaman, ZPT yang diberikan akan dapat segera diserap tanaman. Penggunaan
dosis ZPT yang tepat dapat mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang
atau berlebihan menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis yang tinggi
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Endah, 2001).
Zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi aktivitas jaringan pada berbagai organ atau
sistem organ tanaman. Zat pengatur tumbuh tidak memberi tambahan unsur hara karena
bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam jaringan tanaman adalah mengatur proses fisiologis
2

pembelahan dan pemanjangan sel, serta mengatur pertumbuhan akar, batang, daun, bunga,
dan buah (Saptarini, Widiyati, Sari, dan Sarwono, 1988).

Rumusan Masalah
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Rumusan
masalah pada makalah ini adalah apa definisi ZPT, jenis-jenis ZPT dan fungsinya, bagaimana
cara kerjanya, pengaruh ZPT terhadap tumbuhan.

Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis ZPT dan bagai mana
cara kerjanya.
3

PEMBAHASAN

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik yang diproduksi di
pabrik dengan meniru karakter hormon tanaman. Oleh karena itu, meskipun ZPT itu sintetik,
khasiat dan fungsinya sama dengan hormon yang diproduksi oleh tanaman. ZPT yang
diproduksi sendiri oleh tanaman disebut phytohormone (hormon
tanaman).Phytohormone adalah zat organik yang di sintesis oleh tanaman, ditraslokasikan ke
bagian tanaman lain, dan dalam konsentrasi yang sangat rendah secara efektif mempengaruhi
proses fisilogi tanaman. Ada beberapa kelompok Phytohormone atau ZPT yaitu: Auksin,
Giberelin, Sitokinin, Etilen, dan Asam absitat (ABA).

1. Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu
senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil
yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat
(IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon
auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4-kloro IAA) yang ditemukan pada benih muda jenis
kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan
asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan
dikotil. Auksin disintesis di apeks tajuk dan ujung akar yang akan ditransportasikan melalui
poros embrio. Auksin memiliki sifat mudah rusak jika terkena cahaya langsung (Riyadi,
2014).
Beberapa auksin alami (organik) adalah Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Indole Butyric
Acid (IBA), 4-kloro IAA, dan Phenylacetic acid (PAA). Auksin sintetik banyak macamnya,
yang umum dikenal adalah Nephtaleine Acetic Acid (NAA), Asam Beta-Naftoksiasetat
(BNOA), 2,4-Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D), dan Asam 4-Klorofenoksiasetat (4-
CPA), 2-Methyl-4 Chlorophenoxy Acetic Acid (MCPA), 2,4,5-T dan 3,5,6-Trichloro
Picolinic Acid (Picloram) (Gunawan, 1987 dan Riyadi, 2014).

1. Fungsi dari zat pengatur tumbuh ini antara lain:


4

a) Perkecambahan biji, auksin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau
berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman
biji/benih dengan Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
b) Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta
pertumbuhan akar dengan lebih baik.
c) Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang dan mempertinggi
prosentase timbulnya bunga dan buah.
d) Mendorong Partenokarpi. Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman
berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan.
e) Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
f) Mematahkan dominansi pucuk/apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman
atau akar tidak mau berkembang.

2. Mekanisme Kerja Auksin


Auksin berkerj dengan menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding
sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Auksin yang dikombinasikan dengan
giberellin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel
ada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.

3. Salah satu manfaat auksin (IBA)


yaitu merangsang enzim yang berguna dalam mengaktifkan metabolisme sel yang
salah satunya untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi
cadangan makanan yang terdapat dalam benih. Dengan demikian, hasil oksidasi dapat
digunakan untuk pertumbuhan benih. Proses perkecambahan terjadi karena sel-sel
embrional memiliki kemampuan membelah dan bertambah banyak. Kemampuan tersebut
mengakibatkan benih tumbuh menjadi kecambah. Pertumbuhan akan terus berlanjut
terutama pada bagian ujung batang dan akar pertumbuhan dapat berlangsung jika tersedia
makanan yang digunakan untuk pembentukan akar dan mempertahankan sifat
geotropisme. Setelah itu enzim yang terdapat pada benih akan aktif. Auksin disintesis di
pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal daun muda) dan terutama
bergerak arah ke bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan kadar auksin di pucuk
5

batang dan di akar. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan penghambatan pertumbuhan,


tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang
berbeda pula terhadap kadar auksin yang dapat merangsang atau menghambat
pertumbuhan tanaman.

2. Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang, Kurosawa, ketika
meneliti penyakit tanaman padi yang disebut Bakane. Penyakit tersebut disebabkan oleh
jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme. Dari hasil
penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut mengeluarkan suatu substansia atau zat yang
sekarang dikenal dengan nama giberelin. Giberelin, pertama kali zat ini diambil yaitu jamur
Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme merupakan organisme
penyebab penyakit “foolish seedling” pada padi. Tanaman padi yang diserang terlihat lebih
tinggi daripada yang lain. Gejala ini ternyata diakibatkan karena suatu zat yang dikeluarkan
oleh jamur tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil mendapatkan giberelin dari
jamur tersebut.
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh
Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia
dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar
kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan
menghasilkan "Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya
menghasilkan GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di
Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3
(Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat tersebut telah disepakati
oleh kelompok peneliti itu sehingga populer sampai sekarang.

1. Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :


a) Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat
tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
b) Meningkatkan pembungaan.
c) Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong
terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim
tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan
protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
6

radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah.
d) Berperan pada pemanjangan sel.

2. Mekanisme/ Cara Kerja


Kejadian di dalam alam. Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis
gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972),
gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan
pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya. Jenis gibberellin yang
diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25,
GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu ;
GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu
gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4,
GA7, GA9, dan GA13. Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26,
GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13,
diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18,
GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel,
selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu: Lipinus
lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan
GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun
pada tanaman Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17,
dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan
yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan
GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam
(spinach) didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.
Metabolisme gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid.
Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon. Unit-
unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10),
Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30). Biosintesis gibberelline yang
terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi
gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant)
di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis
gibberelline pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil
phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada
7

tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat dalam proses


perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC
(2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan
Amo-1618.
Struktur molekul dan aktivitas gibberelline Gibberelline merupakan suatu compound
(senyawa) yang mengandung "gibban skeleton".Menurut Weaver (1972), perbedaan utama
pada gibberelline adalah:
a) Beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang
lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b) Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering system).
Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang
mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di dalam
alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa
tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane structure tetapi termasuk ke
dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi
dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang
aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang
ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti
gibberelline.

3. Sitokinin
Skoog (1955) melakukan penelitian dengan cara memisahkan jaringan empulur
Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh dan korteks kemudian menempatkannya
dalam suatu medium pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak terjadi pembelahan sel pada
jaringan empulur tersebut. Tetapi jika jaringan pembuluh ditempatkan sedemikian rupa
sehingga bersinggungan dengan jaringan empulur, maka jaringan empulur akan melakukan
pembelahan sel lagi. Lewat penelitian selanjutnya Skoog menamakan zat yang dapat memacu
proses pembelahan sel tersebut diberikan pakan ukuran 01.

1. fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut:


a) Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin memegang peranan penting dalam
proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan
pertumbuhan tanaman.
8

b) Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak


mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman.
c) Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan penggunaan Sitokinin.
d) Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet.
e) Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman.
f) Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin

2. Mekanisme / Cara Kerja


Struktur kimia Cytokinin, bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino
purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas
cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double
bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini. Arti
Cytokinin bagi fisiologi tanaman, penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan
menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh
Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih
besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan
daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih rendah dari auxin, maka ini akan
mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan
cytokinin dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan
berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin
rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk
callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA dan kinetin, apabila
digunakan secara tersendiri akan menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith
culture. Dan menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam proses
mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan tanaman, di
dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri. Kesemuanya berinteraksi antara
satu sama lainnya, sehingga merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur
tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin dan cytokinin bekerja
tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon tersebut bekerja secara berinteraksi yang
dicirikan dalam perkembangan tanaman.
9

4. Etilen
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di dalam gudang yang dilengkapi
dengan kompor minyak tanah. Semula petani buah mengira bahwa hawa panas itu yang
mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti ketika mereka mencoba metode
baru menggunakan kompor yang dilengkapi dengan pembersih (tanpa polusi) yang
menghasilkan buah-buah yang tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa
pematangan buah yang disimpan di dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan dengan
produksi etilen yaitu gas hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang diketahui bahwa
tumbuhan secara alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT yang berperan memacu
penuaan termasuk pematangan buah.
Faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek memacu gugurnya daun juga
oleh pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini
menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan
tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun
jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai
menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen
merangsang lapiasan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-
dinding sel pada lapisan absisi. Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada saat itu
akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang membeku.

1. berfungsi untuk membantu proses pematangan buah, memacu pembungaan,


merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan akar dan batang, merangsang
pengguguran buah dan daun, merangsang perkecambahan biji, menghambat pemanjangan
batang kecambah, memperkokoh batang tanaman dan mengakhiri masa dormansi. Jika
digunakan bersamaan dengan giberelin, etilen berfungsi dalam mengatur perbandingan
bunga jantan dan betina pada tumbuhan berumah satu.

2. Mekanisme / Cara Kerja


a. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan
konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel,
atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga
jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas
10

etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat
berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh satu buah
apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah dalam satu lot. Buah
akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung plastik yang
mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering dipetik ketika
masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan
mengalirkan gas etilen. Pada kasus lain, petani menghambat proses pematangan
akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang
selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen. Dengan
teknik ini buah apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual
pada musim panas berikutnya.

b. Pengguguran Daun.
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap musim gugur
yang diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun mengering dan
gugur adalah juga merupakan proses penuaan. Warna pada daun yang akan gugur
merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada musim gugur,
kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil.
Daun kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun tersebut
berhenti mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada
peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun.
Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang.
Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang
tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan
lemah.

5. Asam absitat (ABA).


Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi
dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup
menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada cambium pembuluh
sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada
kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
11

tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musimgugur. Nama tersebut telah
popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam
gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan
diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya
bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman
di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji.

1. Fungsi ABA untuk menghambat pertumbuhan; merangsang, penutupan stomata pada


waktu kekurangan air, memper-tahankan dormansi. Peranan Asam Absisat (ABA)
a. Dormansi Biji
Dormansi biji, mempunyai nilai kelangsungan hidup yang besar; karena dia
menjamin bahwa biji akan berkecambah; hanya apabila ada kondisi yang optimal dari
: cahaya, temperatur, dan kelembaban. Apa yang mencegah biji yang disebarkan pada
musim gugur untuk segera berkecambah lalu mati hanya karena adanya musim
dingin. Mekanisme apa yang menjamin bahwa biji tertentu berkecambah pada musim
semi?. Apayang mencegah biji berkecambah di dalam keadaan gelap, ataupun
kelembaban yang tinggi di dalam biji. Jawabannya adalah ABA. Level ABA akan
bertambah 100kali lipat selama pematangan biji. Level ABA yang tinggi dalam
pematangan biji ini, akan menghambat perkecambahan, dan menginduksi produksi
protein khusus, yang membantu biji untuk menahan dehidrasi yang ekstrim yang
mengiringi pematangan.
Banyak tipe biji yang dorman, akan berkecambah ketika ABA pada biji tersebut
dihilangkan, atau dinonaktifkan, dengan beberapa cara. Biji beberapa tumbuhan
gurun, akan pecah dormansinya, apabila terjadi hujan yang lebat yang akan mencuci
ABA dari biji. Biji lainnya membutuhkan cahaya ataupun membutuhkan keterbukaan
yang lebih lama terhadap temperatur dingin untuk memicu tidak aktifnya ABA.
Sering kali rasio ABA-gibberellin menentukan; apakah biji itu akan tetap dorman atau
akan berkecambah. Penambahan ABA ke dalam biji yang sedianya berk ecambah,
akan kembali menjadikan dalam kondisi dorman. Mutan jagung, yang mempunyai biji
12

yang sudah berkecambah saat masih pada tongkolnya, tidak mempunyai faktor
transkripsi fungsional yang diperlukan oleh ABA untuk menginduksi ekspresi gen
tertentu.

b. Cekaman Kekeringan
ABA, adalah sinyal internal utama, yang memungkinkan tumbuhan, untuk menahan
kekeringan. Apabila suatu tumbuhan memulai layu, maka ABA berakumulasi di dalam
daun, dan menyebabkan stomata menutup dengan cepat, untuk mengurangi transpirasi,
dan mencegah kehilangan air berikutnya. ABA, melalui pengaruhnya terhadap mesenjer
ke-2, yaitu terhadap Ca (kalsium), menyebabkan peningkatan pembukaan saluran K
(kalium) sebelah luar secara langsung di dalam membran plasma sel penutup. Hal ini
mendorong kehilangan kalium dalam bentuk massif darinya, yang jika disertai dengan
kehilangan air secara osmotis akan mendorong pengurangan turgor sel penutup yang
mengecilkan celah stomata.
Dalam beberapa kasus, kekurangan air terlebih dahulu akan mencekam sistem
perakaran sebelum mencekam sistem tajuk. ABA akan ditransportasi dari akar ke daun,
yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early warning system). Mutan ‘Wilty’ yang
mengalami kelayuan, yang biasanya mudah untuk layu, dalam beberapa kasus disebabkan
karena kekurangan produksi ABAnya.
13

PENUTUP

Kesimpulan:
Jenis-jenis Phytohormone atau ZPT yaitu: Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen, dan
Asam absitat (ABA). Dimana ZPT memiliki fungsi tertentu yang berguna untuk proses
memacu pertumbuhan tanaman.
14

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, L. W. 1987. Pengenalan Teknik In Vitro. Skripsi. Laboratorium Kultur Jaringan


Tanaman, Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.
Manurung, L. Y. S. 2007. Pengaruh Auksin (2,4-D) dan Sitokinin (BAP) Dalam Kultur In Vitro
Buah Makasar (Brucea javanica L. Merr.). Skripsi. Departemen Konservasi Sumber Daya
Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. IPB.
Nurnasari, E dan Djumali. 2012. Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap
Lima Dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Asam Naftalen Asetat (NAA).Agrovigor Volume 5
No. 1 Maret 2012.
Riyadi, I. 2014. Media Tumbuh : Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan-bahan Lain. Materi
disampaikan pada Pelatihan Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan. BPBPI Bogor 19 – 23
Mei 2014.
Zaki. Ismail F. 2014. Kajian Pengaruh Auksin Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan
Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai