Anda di halaman 1dari 3

VI.

Kasus Geopolitik di Indonesia

SENGKETA PULAU SIPADAN DAN LIGITAN DARI NKRI

Sudah kita ketahui bersama-sama bahwa ke dua Negara ini yaitu, Negara
Indonesia dan Malaysia sudah seringkali mengalami ketegangan dalam beberapa
masalah konflik antara lain konflik kebudayaan, sosial dan batas wilayah
teritorial. Konflik kebudayaan ini antara lain pihak Malaysia mengklaim bahwa
batik, reog ponorogo dan angklung merupakan kebudayaan asli mereka. Dalam
konteks sosial tenaga kerja kita yaitu para TKI yang bekerja di Malaysia
mengalami penyiksaan disana yang dilakukan oleh para majikan nya yaitu pihak
warga masyarakat Malaysia yang secara tega menyiksa tenaga kerja Indonesia
sampai luka-luka bahkan sampai meninggal. Satu lagi konflik tentang batas
teritorial, disini pihak Malaysia mengklaim beberapa pulau yang berada di daerah
Indonesia adalah kepunyaan atau miliki Negara Malaysia. Terdapat dua kasus
yang melibatkan tentang batas teritorial antar kedua Negara ini, yaitu kasus
pertama pulau Ambalat dan yang kedua adalah pulau Sipadan dan Ligitan. Kedua
pulau ini di klaim oleh pihak Malaysia bahwa pulau ini termasuk ke wilayah
dalam Negara Malaysia padahal yang sesungguhnya ke dua pulau ini merupakan
bagian pulau-pulau kecil yang termasuk ke wilayah Indonesia.
Hal yang ingin di bahas lebih lanjut yaitu konflik antar batas wilayah
antara Indonesia dan Malaysia yang melibatkan Pulau Sipadan dan Ligitan.
Sengketa antara Pulau Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan antara pihak
Indonesia dan Malaysia atas pemilikan terhadap kedua pulau yang berada di selat
makasar yaitu Pulau Sipadan (luas 50.000 meter2) dengan koordinat 4o6’52.86 N
118o 37’43.52 E dan Pulau Ligitan (luas: 18.000 meter2 ) dengan koordinat 4o9’N
118o 53’E. Kronologi persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia mencuat
pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara,
masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke
dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan
Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo, akan tetapi ternyata
pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resort parawisata baru yang
dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai
tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak
Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau masih
tidak boleh ditempati atau diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau
ini selesai. Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua
pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya. Yang akhirnya pihak Indonesia
membawa permasalahan ini ke jalur hukum mahkamah internasional.

Keputusan Mahkamah Internasional Pada tahun 1998 masalah sengketa


Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ, kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002
ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-
Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu,
Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak
kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI,
sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh
Indonesia. Kemenangan Malaysia berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa
memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas maritim).

Sungguh ironis sekali kita mendengar hasil keputusan itu, kita sebagai
Negara yang besar, Negara kepulauan dan Negara maritim harus kalah dan rela
melepaskan pulau-pulau kecil yang berada di wilayah bangsa ini. Ketiga pulau ini
yaitu ambalat, sipadan dan ligitan harus rela keluar dari Negara kesatuan
Replublik Indonesia (NKRI) tercinta kita ini dan malah masuk ke dalam wilayah
Malaysia yang jelas-jelas bahwa sebenarnya ketiga pulau ini termasuk ke wilayah
Indonesia. Kenapa pihak Malaysia menginginkan ketiga pulau ini? Salah satunya
adalah pihak Malaysia mengincar sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya. Di ketiga pulai itu masing-masing mengandung berbagai macam
mineral dan minyak bumi. Dan kenapa pula pihak Indonesia ingin tetap
mempertahankan ketiga pulau ini sebagai bagian wilayahnya? Karena Indonesia
ingin mempertahankan pulau-pulau yang dahulunya sudah di bentuk oleh para
founding fathers kita dengan susah payah dalam hal mempertahankan dan
merebutnya dari para penjajah
Solusi dalam menangani Permasalahan
Di sini pihak Indonesia yang cenderung bersikap lambat dalam menaggapi
kasus-kasus yang sebenarnya bersifat kecil namun jika dibiarkan dapat
berkembang menjadi kasus yang besar. Disini pihak Indonesia mengalami
keteledoran dalam hal menjaga aset-aset yang sangat penting yang seharusnya
pemerintah harus mengklaim dan memberi perlindungan apa-apa yang dimiliki
dari bangsa ini baik itu kebudayaanya, sosial dan batas-batas wilayah suatu
Negara. dan tidak boleh terjadi lagi yaitu hilangnya pulau-pulau yang menjadi aset
yang sangat berharga bagi sebuah Negara. Yang dimana seharusnya pemerintah
Indonesia dapat menjaga ketahanan nasional dan keamanan nasional yang ada di
Negara ini. Ketahanan nasional disini yang dimaksud adalah menjaga dari
berbagai bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan ganguan baik dari dalam
negri maupun dari luar negri yang semakin kompleks dengan intensitas yang
semakin meningkat karena sesungguhnya suatu bangsa dalam hal
mempertahankan kelangsungan wilayahnya tidak terlepas dari hukum alam yaitu
semakin tinggi budaya suatu bangsa semakin besar pula kebutuhan sumber daya
alamnya. (sumber: book citizenship, sedarnawati yasni)

jadi saran yang terbaik dalam contoh kasus ini adalah kita yang sebagai
pemuda bangsa harus bisa meneruskan cita-cita yang telah di buat oleh para
founding fathers kita yang menginginkan bahwa Negara kita harus menjadi
Negara yang maju, mandiri, dan sejahtera. Sebagaimana yang telah diamanatkan
dalam undang-undang dasar 1945 dan pancasila. Tidak hanya kaum muda saja
yang harus menjaga bangsa ini melainkan seluruh rakyat Indonesia. Dan mulai
sekarang kita harus menjaga dan melindungi apa-apa yang telah ada di Negara ini
jangan sampai mengalami nasib yang sama di kemudian hari nanti.

Anda mungkin juga menyukai