Anda di halaman 1dari 16

“PROGRAM KEBIJAKAN KARTU JAKARTA PINTAR”

Di Ajukan Untuk Memenuhi Bahan Ujian Akhir Semester dalam Mata Kuliah:
“PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SOSIAL”

Di Susun Oleh:
IKRIMA NUR ALFI 11140540000015

Dosen Pembimbing:
Muhtadi, M.Si

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu cara guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Melalui pendidikan diharapkan sumber daya manusia mampu menghadapi tuntutan
perkembangan zaman yang selalu berubah. Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia
masih belum dapat menjangkau seluruh penduduknya, karena masih banyak masyarakat yang
tidak dapat menyelesaikan pendidikan. Salah satu penyebab belum meratanya pendidikan di
Indonesia adalah faktor kemiskinan. Kemiskinan adalah ketidakmampuan dalam memenuhi
standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan pangan maupun non pangan.1
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu bangsa. Melalui
pendidikan, generasi muda dibentuk dan dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa.
Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan yang layak kepada
semua lapisan masyarakat.
Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia yang menjadi cerminan bagi daerah lain
dalam mengembangkan segala aspek, salah satunya pendidikan. Namun berdasarkan
kenyataan, pendidikan di Jakarta masih jauh dari harapan. Masih banyak anak yang putus
sekolah karena keterbatasan kemampuan orang tua untuk memenuhi biaya pendidikan.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah berupaya untuk membuat program subsidi terkait
masalah pendidikan, antara lain Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional
Pendidikan (BOP), dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Subsidi pendidikan siswa bertujuan untuk mempertahankan angka partisipasi siswa,
membantu siswa yang mempunyai bakat khusus, atau berprestasi untuk belajar ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, mengurangi angka putus sekolah, dan mempertahankan serta
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengemban tugas untuk melaksanakan
pembangunan dibidang pendidikan yang multi karakteristik, terutama besarnya populasi
penduduk dan banyaknya masyarakat kurang mampu di wilayah perkotaan. Untuk
mewujudkan program Wajib Belajar 12 Tahun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan
menjamin seluruh warga usia sekolah untuk mendapatkan pelayanan pendidikan minimal
sampai jenjang pendidikan menengah dengan kebijakan pemberian dana Biaya Operasional
Pendidikan (BOP) dan Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) bagi Peserta Didik dari

1
Pedoman Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu
Jakarta Pintar.
Keluarga Tidak Mampu. Khusus untuk Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) teknis
penyaluranya dilakukan melalui Program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Kartu Jakarta Pintar
(KJP) adalah program strategis untuk memberikan akses bagi warga DKI Jakarta dari
kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal sampai dengan
tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta.2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah permasalahan yang timbul dari program Kartu Jakarta Pintar (KJP)?
2. Apa upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan Kartu Jakarta Pintar (KJP)?

C. MANFAAT
1. Manfaat bagi penulis sendiri adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kebijakan Kartu Jakarta Pintar (KJP)
2. Manfaat akademisnya yakni sebagai informasi atau referensi baru
dalampengembangan khasanah ilmu sosial terutama perencanaan dan kebijakan
pembangunan sosial mengenaiprogram untuk Kartu Jakarta Pintar (KJP)

2
Tentang JP diakses dari jakarta.kjp.go.id/ diunduh pada Senin, 8 Desember 2014 pukul 08.42 WIB.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu program pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah DKI Jakarta, yang
mempunyai potensi mengurangi ketimpangan adalah program Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Program KJP atau yang secara resmi disebut program Pemenuhan Kebutuhan Biaya Personal
Siswa Miskin (BPSM) menggelontorkan dana Rp 804 miliar per tahun (2013) untuk
mensubsidi pengeluaran kebutuhan siswa miskin di Ibu Kota. Subsidi ini dapat digunakan
oleh siswa miskin untuk belanja kebutuhan transportasi, buku dan alat tulis, baju, sepatu,
bahkan tambahan makanan dan minuman.

Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebagai salah satu program subsidi pendidikan
memberikan solusi bagi masyarakat yang kurang mampu di kota Jakarta. Setiap bulan, siswa
atau siswi SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA akan diberikan bantuan pendidikan
melalui semacam kartu ATM yaitu uang tunai sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Kartu
berbentuk ATM ini bisa digunakan oleh siswa untuk mengambil uang tunai kapanpun mereka
butuhkan. Namun, sistem pemberian uang tunai seperti ini rentan disalahgunakan siswa untuk
kepentingan lain di luar kepentingan pendidikan. Selain itu, dugaan terhadap pemberian
Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang salah sasaran juga merupakan isu yang terus dikaji oleh
pemerintah DKI Jakarta, guna meningkatkan program subsidi pendidikan khususnya bagi
masyarakat yang kurang mampu.

Dari segi besarannya, program KJP ini cukup masif karena ditargetkan untuk
diberikan kepada 332.465 siswa miskin atau 20 persen dari seluruh siswa sekolah dasar dan
menengah di Jakarta. Nilai nominalnya pun relatif cukup besar. Belanja bulanan kelompok
rumah tangga 20 persen termiskin di Jakarta, misalnya, mencapai Rp 1,4 juta per bulan
(SUSENAS, 2012). Jika mereka mempunyai dua anak yang bersekolah di SD, berarti
program KJP mengurangi beban sebesar Rp 360 ribu atau 26 persen dari pengeluaran
totalnya.

Dengan kondisi ketimpangan yang tinggi di Jakarta, program KJP sangat berpotensi
mengurangi ketimpangan tersebut. Namun, dampak program ini terhadap ketimpangan,
sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah diestimasi. Tulisan ini mencoba untuk
melakukan penghitungan tersebut.
Dengan menggunakan data SUSENAS 2012, yaitu data baseline di mana program
KJP belum diimplementasikan, penulis melakukan simulasi program KJP dan menghitung
dampak program tersebut terhadap indikator ketimpangan, yaitu indeks Gini DKI Jakarta.
Hasil pengurangan ketimpangan yang akan dihitung merupakan potensi pengurangan
ketimpangan yang pada realisasinya bergantung pada banyak hal, seperti kebocoran dan
ketidaksempurnaan lainnya.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa program KJP berpotensi mengurangi


ketimpangan (indeks Gini) sebesar 1,6 persen. Mengingat rata-rata setiap tahun indeks Gini
Jakarta naik 3 persen, pengurangan 1,6 persen itu bisa dikatakan spektakuler. Ini artinya,
besarnya kenaikan ketimpangan per tahun di Jakarta, setengahnya, bisa diredam oleh
program KJP. Dalam memperhitungkan kebocoran pun (seperti hasil studi ICW sebesar 19
persen), dampak pengurangan ketimpangannya tetap terasa signifikan.

Perlu juga untuk dicatat bahwa dampak tersebut sifatnya hanyalah immediate impact,
yaitu dampak yang dirasakan melalui peningkatan daya beli dari masyarakat miskin. Dampak
tidak langsungnya melalui peningkatan kualitas sumber daya insani (human capital) dari
masyarakat miskin tentunya juga akan mengurangi ketimpangan ekonomi di masa
mendatang.

Kartu Jakarta Pintar (KJP) adalah program strategis untuk memberikan akses bagi
warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan
minimal sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi
DKI Jakarta. Manfaat dan dampak positif yang diharapkan dari siswa penerima KJP, antara
lain :

 Seluruh warga DKI Jakarta menamatkan pendidikan minimal sampai dengan jenjang
SMA/SMK
 Mutu pendidikan di Provinsi DKI Jakarta meningkat secara signifikan
 Peningkatan pencapaian target APK pendidikan dasar dan menengah

Siswa miskin adalah peserta didik pada jenjang satuan pendidikan sekolah dasar
sampai dengan menengah yang secara personal dinyatakan tidak mampu baik secara materi
maupun penghasilan orang tuanya yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar
pendidikan. Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup : seragam, sepatu, dan tas
sekolah, biaya transportasi, makanan serta biaya ekstrakurikuler. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka untuk kepentingan pemenuhan kriteria program pemberian BPSM bagi peserta
didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Kartu
Jakarta Pintar Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :

 Tidak merokok dan atau mengkonsumsi narkoba


 Orang tua tidak memiliki penghasilan yang memadai
 Menggunakan angkutan umum
 Daya beli untuk sepatu dan pakaian seragam sekolah/pribadi rendah
 Daya beli untuk buku, tas, dan alat tulis rendah
 Daya beli untuk konsumsi makan/jajan rendah
 Daya pemanfaatan internet rendah
 Tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang berpotensi mengeluarkan biaya.

Validasi Siswa KJP berdasarkan 4 data DUKCAPIL :

 1. Nama
 2. NIK
 3. Tgl Lahir
 4. Nama Ibu Kandung

DANA KJP TAHUN 2015

SISWA NEGERI

Tingkatan Dana KJP

SD/MI/SDLB Rp 210.000

SMP/MTs/SMPLB Rp 260.000

SMA/MA/SMALB Rp 375.000

SMKN Rp 390.000

PKBM Rp 210.000
SISWA SWASTA

Total
Dana
Tingkatan SPP Dana
KJP
KJP

Rp Rp Rp
SD/MI/SDLB
210.000 130.000 340.000

Rp Rp Rp
SMP/MTs/SMPLB
260.000 170.000 430.000

Rp Rp Rp
SMA/MA/SMALB
390.000 275.000 665.000

Rp Rp Rp
SMKN
390.000 240.000 630.000

MEKANISME PENYALURAN KJP 2015

 Dana KJP masuk ke rekening Tabungan Monas siswa untuk 1 semester sekaligus
 Pengambilan dana dibatasi per 2 minggu sesuai tingkatan masing-masing siswa
(setiap tanggal 1 & 15 setiap bulan)

Nominal KJP/2 Nominal


Tingkatan
minggu KJP/bulan

SD Sederajat &
Rp 50.000 Rp 100.000
PKBM

SMP Sederajat Rp 75.000 Rp 150.000

SMA Sederajat Rp 100.000 Rp 200.000


 Khusus siswa sekolah swasta setiap awal bulan akan cair uang SPP sesuai tingkatan
sekolah

Nominal
Nominal Nominal
Tingkatan KJP/2
KJP/bulan SPP/bulan
minggu

SD Sederajat
Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 130.000
& PKBM

SMP
Rp 75.000 Rp 150.000 Rp 170.000
Sederajat

SMA
Rp 100.000 Rp 200.000 Rp 275.000
Sederajat

SMK Rp 100.000 Rp 200.000 Rp 240.000

 Siswa hanya dapat mengambil dana melalui ATM Bank DKI tidak melalui
counter/teller, pengambilan melalui ATM bank lain dikenakan biaya sesuai ketentuan
antar bank
 Pada akhir semester dana dapat dicairkan keseluruhan untuk pembelian perlengkapan
sekolah tahun ajaran baru.
 Pembelian dapat dilakukan dengan debit di merchant-merchant jaringan Prima (ATM
BCA)
ALUR PENCAIRAN DANA KJP 2015
Persyaratan KJP

Siswa yang berhak menerima KJP harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1. Warga DKI Jakarta yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga atau surat keterangan lain
yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Membuat surat pernyataan tidak mampu/miskin yang diketahui orang tua dan Ketua
Rukun Tetangga (RT) setempat.
3. Terdaftar dan masih aktif disalah satu satuan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta.
4. Diusulkan oleh sekolah yang telah ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Kepala
Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan setempat yang selanjutnya diajukan ke Suku
Dinas/Dinas Pendidikan setempat.
5. Menandatangani lembar Fakta Integritas yang telah disediakan.

Berkas persyaratan calon penerima Kartu Jakarta Pintar tahun 2017 :

1. Surat Permohonan sebagai penerima bantuan sosial (Bansos KJP)


2. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak dari orang tua/wali
3. Beita acara peninjauan lapangan
4. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak kepala sekolah (bermaterai cukup)
5. Surat rekomendasi untuk mendapatkan SKTM
6. SKTM tahun 2017
7. Pernyataan ketaatan penggunaan bantuan sosial biaya operasional pendidikan bagi
peserta didik dari keluarga tidak mampu melalui KJP
8. Daftar calon penerima KJP tahun 2017 ( di tanda tangani Kepala Sekolah mengetahui
Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan Format)
BAB III

HASIL TEMUAN LAPANGAN

A. ANALISAN MEDIA MASSA

Permasalahan Kartu Jakarta Pintar menjadi salah satu hal yang paling banyak
dilaporkan oleh DPRD ke Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dalam rapat Paripurna sore
ini. Selain KJP, permasalahan infrastruktur seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
hingga pelebaran jalan menjadi beberapa hal yang disampaikan DPRD untuk segera
ditindaklanjuti oleh Gubernur.

"Adanya permasalahan KJP yang ditemukan di pasar dan toko yang memasang
Pelangpembelian dengan KJP, namun ditukar dengan uang tunai," ujar wakil ketua DPRD
Mohamad Taufik saat membacakan laporan hasil reses kedua di ruang rapat Paripurna
DPRD, Jumat (22/7/2016).

Dia mengatakan hal tersebut ditemukan di Pasar Cengkareng, Pasar Palmerah di


Jakarta Barat dan Citywalk di Jakarta Pusat. Dalam hal ini masyarakat Jakbar juga meminta
agar pemberian KJP seharusnya tidak didiskriminasi dan tepat sasaran.

"Solusi yang dapat kami berikan adalah dengan mengembalikan siswa ke sekolah
dengan menyediakan mesin EDC di sekolah serta menghidupkan kembali koperasi," kata dia.

Selain mengenai KJP, masyarakat juga mengeluhkan adanya permasalahan Kartu Jakarta
Sehat (KJS). Keluhan tersebut disampaikan oleh masyarakat di Jakarta Pusat dan Jakarta
Timur.

"Masyarakat minta pemerintah daerah untuk mengontrol pembuatan BPJS di Puskesmas.


Masyarakat mengeluhkan pendistribusian KJS, khususnya di Kramat Jati dan Jatinegara. Di
Jakarta Pusat masyarakat pemegang KJS diminta agar tidak didiskriminasikan," kata dia.

Pelebaran jalan di beberapa tempat juga diminta oleh masyarakat Jakarta. Seperti di Jalan
Revolusi, Jakarta Timur, solusi kemacetan terhadap Jalan Raya Pondok Pinang yang
menyebabkan kemacetan hingga permintaan untuk pengaspalan di Jalan Pela Mampang,
Jakarta Selatan.

"Selain itu perlu juga adanya pembangunan jalan arteri di sisi Jalan Ciledug Raya
untuk antisipasi kemacetan di kawasan tersebut. Perempatan di Jalan Perintis Kemerdekaan
Kelapa Gading, Jakarta Utara diminta untuk pelebaran karena sering menimbulkan
kecelakaan," kata Taufik.

Pemprov DKI juga diminta untuk membangun JPO di beberapa wilayah. Karena
selain diperlukan, JPO juga diharapkan dapat menjadi solusi untik menekan angka
kecelakaan.

"Masyarakat meminta pembangunan JPO di Jalan Kolonel Sugiono Duren Sawit,


perlunya pembangunan JPO di perbatasan RW 5 dan RW 6 Mampang Prapatan mengingat
sudah 5 kali terjadi kecelakaan di sana. Selain itu DPRD juga meminta pemerintah provinsi
DKI Jakarta untuk memperhatikan JPO di seluruh wilayah yang rawan kecelakaan," jelasnya.
B. WAWANCARA PENERIMA KEBIJAKAN KJP

Nama Informan : Egi


Jabatan : Siswa SMK Pembangunan Jaya
Tempat : Rumah siswa, di jalan raya Lenteng Agung Jakarta selatan
Pertanyaan
1. Seperti apa mekanisme penyaluran dana KJP ? Siswa disuruh mengumpulkan
persyaratan ke sekolah, nanti sekolah yang mengajukan ke kecamatan.
Dari kecamatan langsung ke Dinasnya langsung.
2. Apakah proses penyaluran dana KJP sesuai dengan ketentuan (tidak lambat) ?
Iya sudah sesuai
3. Apakah pembelanjaan dana KJP sudah sesuai dengan kebutuhan siswa ?
Sudah, tapi ada beberapa temen yang belum sesuai membelanjakannya
4. Digunakan untuk apa saja dana KJP tersebut ? Untuk membeli alat tulis, tas,
sepatu, untuk bayaran SPP, dll. Tapi ada juga temen yang gak sesuai,
misalnya untuk membeli sandal, baju/kaos, dan untuk mencairkan dana
KJP atau membelanjakannya diluar kebutuhan sekolah.
5. Apa saja persyaratan untuk menjadi peserta penerima KJP ? SKTM dan surat
pernyataan orang tua
6. Apakah semua siswa penerima KJP layak atau pantas untuk mendapatkan
KJP? Layak
7. Sejauh mana proses sosialisasi yang dilakukan oleh unit pelaksana KJP ? Dari
sekolah, ke kecamatan, ke Dinas
8. Bagaimana proses sosialisasi yang dilakukan oleh unit pelaksana KJP ? Siswa
penerima KJP mendapatkan info apapun dari wali kelas atau staf tata
usaha
9. Apakah sekolah melakukan peninjauan kembali ke rumah siswa calon
penerima KJP ? Tidak semua siswa dikunjungi rumahnya satu-satu.
10. Bagaimana proses pengawasan penggunaan dana KJP oleh pelaksana program
KJP ? Setiap tiga bulan sekali atau tiap satu semester sekali siswa
mengumpulkan laporan berupa bukti transaksi pembayaran
11. Apakah proses pengawasan telah dilakukan secara berkala ? Gak rutin
12. Apakah sekolah dan kecamatan telah memberikan pelayanan yang baik dalam
pelaksanaan program KJP ? Sudah melakukan pelayanan yang baik
13. Bagaimana peran sekolah, kecamatan, dan Dinas Pendidikan dalam
penyelenggaraan program KJP ? Semuanya mendukung proses KJP

Nama Informan : Novi Nur Syifah


Jabatan : Siswa bukan penerima KJP
Tempat : Di gang pendawa Lenteng Agung Jakarta Selatan
Pertanyaan
1. Apakah pembelanjaan dana KJP sudah sesuai dengan kebutuhan siswa ?
Sudah sih kak
2. Apakah semua siswa penerima KJP layak atau pantas untuk mendapatkan KJP
? Iya kadang masih ada yang kurang layak kak
3. Jika tidak layak, kenapa dapat dikatakan tidak layak ? Ya itu terlihat dari
keseharian siswa yang pulang pergi ke sekolah menggunakan motor, terus
kak menurut saya ada beberapa siswa yang sebenarnya ia mampu
bersekolah dan mampu untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya tanpa
harus mendapatkan KJP.
4. Sejauh mana proses sosialisasi yang dilakukan oleh unit pelaksana program
KJP ? Sekolah sudah cukup jelas dalam memberikan informasi mengenai
KJP
5. Bagaimana proses sosialisasi yang dilakukan oleh unit pelaksana program KJP
? Biasanya yang menyampaikan informasi kepada siswa penerima KJP
adalah wali kelas kak
6. Bagaimana peran sekolah, kecamatan, dam Dinas Pendidikan dalam
penyelenggaraan program KJP ? Semuanya mendukung proses KJP
BAB IV
PENUTUP
A. SARAN
Untuk mengatasi permasalahan KJP yang disebabkan karena banyaknya Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dimanipulasi, penulis berpendapat
sebaiknya pemerintah DKI Jakarta mewajibkan pihak sekolah untuk dapat melakukan
verifikasi terhadap siswa yang mengusulkan SKTM sehingga dana KJP benar-benar
tepat sasaran. Setelah verifikasi dilakukan pihak sekolah, Dinas Pendidikan juga harus
memverifikasi ulang data siswa yang diusulkan untuk memperoleh dana KJP. Hal
tersebut dilakukan agar jangan sampai siswa yang mampu secara finansial menerima
bantuan KJP sementara siswa yang tidak mampu malah tidak mendapatkan dana
tersebut.
apabila program Kartu Jakarta Pintar telah berjalan sebagaimana diharapkan,
ada baiknya pemerintah DKI Jakarta mempelopori satu program serupa yang kali ini
ditujukan bagi para calon mahasiswa atau mahasiswi yang akan menuntut ilmu di
perguruan tinggi. Namun program bantuan keuangan ini tidak seperti Kartu Jakarta
Pintar yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi diberikan sebagai personal loan
dengan ketentuan dan syarat yang tidak memberatkan, sehingga setiap calon
mahasiswa atau mahasiswi yang menunjukkan surat persetujuan dari suatu PTN atau
PTS dapat menguruspersonal loan untuk pembiayaan pendidikannya. Setelah lulus
dari PTN atau PTS dan mendapatkan pekerjaan, para penerima personal loan
diharapkan dapat memulai pembayaran personal loan tersebut kepada para peminjam
sampai lunas.

B. KESIMPULAN
Kartu Jakarta Pintar (KJP) merupakan salah satu program subsidi pendidikan
yang memberikan solusi bagi masyarakat yang kurang mampu di kota Jakarta. Namun
penggunaan dana KJP rawan terhadap penyalahgunaan baik oleh siswa maupun orang
tua siswa. Menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah DKI Jakarta melakukan
evaluasi terhadap program KJP yaitu dengan mengundang orang tua murid untuk
diberikan pengarahan dan diharapkan dapat berkomunikasi dengan sekolah karena
sudah seharusnya anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta
dimanfaatkan untuk menunjang proses program belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Prenenda Media Group.
Dinas Pendidikan. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Nasional tahun
2004/2005.Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Muslimah, Salma. 2 Desember 2012. “Kartu Jakarta Pintar : Jokowi Ajarkan Siswa
Bertanggung Jawab”. Diakses pada 6 Juni 2014
dari http://news.detik.com/read/2012/12/02/010806/2107018/10/kartu-jakarta-pintar-
jokowi-ajarkan-siswa-bertanggung-jawab

Anda mungkin juga menyukai