Di Ajukan Untuk Memenuhi Bahan Ujian Akhir Semester dalam Mata Kuliah:
“PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SOSIAL”
Di Susun Oleh:
IKRIMA NUR ALFI 11140540000015
Dosen Pembimbing:
Muhtadi, M.Si
1
Pedoman Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu
Jakarta Pintar.
Keluarga Tidak Mampu. Khusus untuk Bantuan Biaya Personal Pendidikan (BBPP) teknis
penyaluranya dilakukan melalui Program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Kartu Jakarta Pintar
(KJP) adalah program strategis untuk memberikan akses bagi warga DKI Jakarta dari
kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal sampai dengan
tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta.2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah permasalahan yang timbul dari program Kartu Jakarta Pintar (KJP)?
2. Apa upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan Kartu Jakarta Pintar (KJP)?
C. MANFAAT
1. Manfaat bagi penulis sendiri adalah menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
kebijakan Kartu Jakarta Pintar (KJP)
2. Manfaat akademisnya yakni sebagai informasi atau referensi baru
dalampengembangan khasanah ilmu sosial terutama perencanaan dan kebijakan
pembangunan sosial mengenaiprogram untuk Kartu Jakarta Pintar (KJP)
2
Tentang JP diakses dari jakarta.kjp.go.id/ diunduh pada Senin, 8 Desember 2014 pukul 08.42 WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu program pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah DKI Jakarta, yang
mempunyai potensi mengurangi ketimpangan adalah program Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Program KJP atau yang secara resmi disebut program Pemenuhan Kebutuhan Biaya Personal
Siswa Miskin (BPSM) menggelontorkan dana Rp 804 miliar per tahun (2013) untuk
mensubsidi pengeluaran kebutuhan siswa miskin di Ibu Kota. Subsidi ini dapat digunakan
oleh siswa miskin untuk belanja kebutuhan transportasi, buku dan alat tulis, baju, sepatu,
bahkan tambahan makanan dan minuman.
Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebagai salah satu program subsidi pendidikan
memberikan solusi bagi masyarakat yang kurang mampu di kota Jakarta. Setiap bulan, siswa
atau siswi SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA akan diberikan bantuan pendidikan
melalui semacam kartu ATM yaitu uang tunai sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Kartu
berbentuk ATM ini bisa digunakan oleh siswa untuk mengambil uang tunai kapanpun mereka
butuhkan. Namun, sistem pemberian uang tunai seperti ini rentan disalahgunakan siswa untuk
kepentingan lain di luar kepentingan pendidikan. Selain itu, dugaan terhadap pemberian
Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang salah sasaran juga merupakan isu yang terus dikaji oleh
pemerintah DKI Jakarta, guna meningkatkan program subsidi pendidikan khususnya bagi
masyarakat yang kurang mampu.
Dari segi besarannya, program KJP ini cukup masif karena ditargetkan untuk
diberikan kepada 332.465 siswa miskin atau 20 persen dari seluruh siswa sekolah dasar dan
menengah di Jakarta. Nilai nominalnya pun relatif cukup besar. Belanja bulanan kelompok
rumah tangga 20 persen termiskin di Jakarta, misalnya, mencapai Rp 1,4 juta per bulan
(SUSENAS, 2012). Jika mereka mempunyai dua anak yang bersekolah di SD, berarti
program KJP mengurangi beban sebesar Rp 360 ribu atau 26 persen dari pengeluaran
totalnya.
Dengan kondisi ketimpangan yang tinggi di Jakarta, program KJP sangat berpotensi
mengurangi ketimpangan tersebut. Namun, dampak program ini terhadap ketimpangan,
sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah diestimasi. Tulisan ini mencoba untuk
melakukan penghitungan tersebut.
Dengan menggunakan data SUSENAS 2012, yaitu data baseline di mana program
KJP belum diimplementasikan, penulis melakukan simulasi program KJP dan menghitung
dampak program tersebut terhadap indikator ketimpangan, yaitu indeks Gini DKI Jakarta.
Hasil pengurangan ketimpangan yang akan dihitung merupakan potensi pengurangan
ketimpangan yang pada realisasinya bergantung pada banyak hal, seperti kebocoran dan
ketidaksempurnaan lainnya.
Perlu juga untuk dicatat bahwa dampak tersebut sifatnya hanyalah immediate impact,
yaitu dampak yang dirasakan melalui peningkatan daya beli dari masyarakat miskin. Dampak
tidak langsungnya melalui peningkatan kualitas sumber daya insani (human capital) dari
masyarakat miskin tentunya juga akan mengurangi ketimpangan ekonomi di masa
mendatang.
Kartu Jakarta Pintar (KJP) adalah program strategis untuk memberikan akses bagi
warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan
minimal sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi
DKI Jakarta. Manfaat dan dampak positif yang diharapkan dari siswa penerima KJP, antara
lain :
Seluruh warga DKI Jakarta menamatkan pendidikan minimal sampai dengan jenjang
SMA/SMK
Mutu pendidikan di Provinsi DKI Jakarta meningkat secara signifikan
Peningkatan pencapaian target APK pendidikan dasar dan menengah
Siswa miskin adalah peserta didik pada jenjang satuan pendidikan sekolah dasar
sampai dengan menengah yang secara personal dinyatakan tidak mampu baik secara materi
maupun penghasilan orang tuanya yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar
pendidikan. Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud mencakup : seragam, sepatu, dan tas
sekolah, biaya transportasi, makanan serta biaya ekstrakurikuler. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka untuk kepentingan pemenuhan kriteria program pemberian BPSM bagi peserta
didik SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Kartu
Jakarta Pintar Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :
1. Nama
2. NIK
3. Tgl Lahir
4. Nama Ibu Kandung
SISWA NEGERI
SD/MI/SDLB Rp 210.000
SMP/MTs/SMPLB Rp 260.000
SMA/MA/SMALB Rp 375.000
SMKN Rp 390.000
PKBM Rp 210.000
SISWA SWASTA
Total
Dana
Tingkatan SPP Dana
KJP
KJP
Rp Rp Rp
SD/MI/SDLB
210.000 130.000 340.000
Rp Rp Rp
SMP/MTs/SMPLB
260.000 170.000 430.000
Rp Rp Rp
SMA/MA/SMALB
390.000 275.000 665.000
Rp Rp Rp
SMKN
390.000 240.000 630.000
Dana KJP masuk ke rekening Tabungan Monas siswa untuk 1 semester sekaligus
Pengambilan dana dibatasi per 2 minggu sesuai tingkatan masing-masing siswa
(setiap tanggal 1 & 15 setiap bulan)
SD Sederajat &
Rp 50.000 Rp 100.000
PKBM
Nominal
Nominal Nominal
Tingkatan KJP/2
KJP/bulan SPP/bulan
minggu
SD Sederajat
Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 130.000
& PKBM
SMP
Rp 75.000 Rp 150.000 Rp 170.000
Sederajat
SMA
Rp 100.000 Rp 200.000 Rp 275.000
Sederajat
Siswa hanya dapat mengambil dana melalui ATM Bank DKI tidak melalui
counter/teller, pengambilan melalui ATM bank lain dikenakan biaya sesuai ketentuan
antar bank
Pada akhir semester dana dapat dicairkan keseluruhan untuk pembelian perlengkapan
sekolah tahun ajaran baru.
Pembelian dapat dilakukan dengan debit di merchant-merchant jaringan Prima (ATM
BCA)
ALUR PENCAIRAN DANA KJP 2015
Persyaratan KJP
Siswa yang berhak menerima KJP harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1. Warga DKI Jakarta yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga atau surat keterangan lain
yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Membuat surat pernyataan tidak mampu/miskin yang diketahui orang tua dan Ketua
Rukun Tetangga (RT) setempat.
3. Terdaftar dan masih aktif disalah satu satuan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta.
4. Diusulkan oleh sekolah yang telah ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Kepala
Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan setempat yang selanjutnya diajukan ke Suku
Dinas/Dinas Pendidikan setempat.
5. Menandatangani lembar Fakta Integritas yang telah disediakan.
Permasalahan Kartu Jakarta Pintar menjadi salah satu hal yang paling banyak
dilaporkan oleh DPRD ke Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dalam rapat Paripurna sore
ini. Selain KJP, permasalahan infrastruktur seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
hingga pelebaran jalan menjadi beberapa hal yang disampaikan DPRD untuk segera
ditindaklanjuti oleh Gubernur.
"Adanya permasalahan KJP yang ditemukan di pasar dan toko yang memasang
Pelangpembelian dengan KJP, namun ditukar dengan uang tunai," ujar wakil ketua DPRD
Mohamad Taufik saat membacakan laporan hasil reses kedua di ruang rapat Paripurna
DPRD, Jumat (22/7/2016).
"Solusi yang dapat kami berikan adalah dengan mengembalikan siswa ke sekolah
dengan menyediakan mesin EDC di sekolah serta menghidupkan kembali koperasi," kata dia.
Selain mengenai KJP, masyarakat juga mengeluhkan adanya permasalahan Kartu Jakarta
Sehat (KJS). Keluhan tersebut disampaikan oleh masyarakat di Jakarta Pusat dan Jakarta
Timur.
Pelebaran jalan di beberapa tempat juga diminta oleh masyarakat Jakarta. Seperti di Jalan
Revolusi, Jakarta Timur, solusi kemacetan terhadap Jalan Raya Pondok Pinang yang
menyebabkan kemacetan hingga permintaan untuk pengaspalan di Jalan Pela Mampang,
Jakarta Selatan.
"Selain itu perlu juga adanya pembangunan jalan arteri di sisi Jalan Ciledug Raya
untuk antisipasi kemacetan di kawasan tersebut. Perempatan di Jalan Perintis Kemerdekaan
Kelapa Gading, Jakarta Utara diminta untuk pelebaran karena sering menimbulkan
kecelakaan," kata Taufik.
Pemprov DKI juga diminta untuk membangun JPO di beberapa wilayah. Karena
selain diperlukan, JPO juga diharapkan dapat menjadi solusi untik menekan angka
kecelakaan.
B. KESIMPULAN
Kartu Jakarta Pintar (KJP) merupakan salah satu program subsidi pendidikan
yang memberikan solusi bagi masyarakat yang kurang mampu di kota Jakarta. Namun
penggunaan dana KJP rawan terhadap penyalahgunaan baik oleh siswa maupun orang
tua siswa. Menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah DKI Jakarta melakukan
evaluasi terhadap program KJP yaitu dengan mengundang orang tua murid untuk
diberikan pengarahan dan diharapkan dapat berkomunikasi dengan sekolah karena
sudah seharusnya anggaran yang disediakan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta
dimanfaatkan untuk menunjang proses program belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Prenenda Media Group.
Dinas Pendidikan. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Nasional tahun
2004/2005.Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Muslimah, Salma. 2 Desember 2012. “Kartu Jakarta Pintar : Jokowi Ajarkan Siswa
Bertanggung Jawab”. Diakses pada 6 Juni 2014
dari http://news.detik.com/read/2012/12/02/010806/2107018/10/kartu-jakarta-pintar-
jokowi-ajarkan-siswa-bertanggung-jawab