Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Ditengah meningkatnya kebutuhan hidup manusia maka banyak diantara manusia tersebut
bekerja tanpa mengenal waktu, sehingga kecenderungan untuk stress maupun depresi
sangatlah besar. Akibat himpitan ekonomi yang semakin berat, stres bukan hanya melanda
orang dewasa, bahkan juga melanda anak-anak. Gangguan kesehatan jiwa yang dialami
masyarakat bukan hanya dari kalangan ekonomi lemah, tapi juga dihadapi oleh orang-orang
kaya, terutama mereka yang saat ini sedang dalam tekanan, baik psikis, maupun psikologis.

Stres seringkali dianggap sebagai penyebab utama penyakit fisik psiko-fisiologis


(maag/ulcer, colitis, tekanan darah tinggi). Orang yang hidup dalam kehidupan penuh
dengan tekanan atau terikat dengan jadwal yang sangat ketat berpotensi berpenyakit
jantung koroner. Fakta yang benar-benar mengejutkan tentang stres adalah kenyataan
bahwa stres dapat menyebabkan neurotransmiter hilang dari otak (norepinephrine,
serotonin, dopamine) sehingga orang yang bersangkutan mengalami depresi atau psikosis.
Stres juga dapat memperlambat proses penyembuhan bagian-bagian tubuh yang mengalami
infeksi karena penyakit atau habis dioperasi.

Stress maupun depresi yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan penyakit
gangguan mental. Mengakibatkan kesadaran mulai menurun, perasaan yang menjadi gelisah
tidak tenang, dan emosi yang sering meluap-luap. Apabila hal ini tidak tertanggulangi
dengan baik maka penyakit ini akan mendorong penyakit-penyakit lain untuk timbul seperti
penyakit jantung, karena sering emosi dan marah-marah sehingga tekanan darah pun akan
ikut naik.

Pasien penyakit gangguan mental membutuhkan penanganan khusus dan intensif


dikarenakan orang yang terkena penyakit gangguan mental ini cenderung untuk menyakiti
dirinya sendiri dan orang lain, serta membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
PT. Multi Karadiguna Jasa
Laporan Pendahuluan

penyembuhan dan pemulihan. Selain waktu yang panjang pasien gangguan mental juga harus
ditempatkan di tempat yang khusus karena itulah dibutuhkan rumah sakit jiwa.

RSKJ Soeprapto dibangun pada tanggal 10 Juli 1981 dengan klasifikasi “B” non pendidikan,
dan mulai terbentuk pada tahun 1986. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan jiwa, pada tahun 2003 dilakukan pengembangan dengan
penambahan poliklinik dan Unit Pelaksana Fungsional (UPF), dan hingga saat ini RSKJ
Soeprapto terus melakukan berbagai pengembangan demi memaksimalkan mutu pelayanan.

Pada tahun 2012 RSKJ Soeprapto telah melaksanakan pembuatan Dokumen UKL-UPL, namun
seiring dengan pengembangan rumah sakit maka dokumen tersebut tidak sesuai lagi
sehingga perlu dilakukan pembuatan dokumen lingkungan yang baru. Untuk itu sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan
Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup, maka RSKJ Soeprapto yang telah
beroperasi bermaksud untuk menyusun Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) untuk
memenuhi persyaratan dan kelengkapan dokumen lingkungan.

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN PROYEK

I.2.1. MAKSUD

Maksud rencana kegiatan adalah melakukan penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
(DELH) untuk memenuhi persyaratan dan kelengkapan dokumen lingkungan hidup RSKJ
Soeprapto Provinsi Bengkulu.

I.2.2. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai adalah tersedianya Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu.

I.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN DELH

1.3.1. Tujuan

1. Sebagai acuan dalam mencegah, mengendalikan dan mengurangi dampak negatif yang
timbul dari rencana kegiatan pengembangan RSKJ Soeprapto serta mengembangkan
dampak positif yang ada.
2. Memantau hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dengan cara
melihat perubahan lingkungan yang diakibatkan kegiatan tersebut;

Penyusunan DELH Bab I - 2


RSKJ Soeprapto – Provinsi Bengkulu
PT. Multi Karadiguna Jasa
Laporan Pendahuluan

3. Memberi masukan kepada pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan


apabila terjadi perubahan rona lingkungan.

1.3.2. Kegunaan

1. Memberikan petunjuk tentang cara dalam menangani dampak yang timbul sehingga
dampak negatif dapat dicegah dan diatasi sedini mungkin;
2. Memberikan petunjuk kepada pemrakarsa/pengelola proyek dan instansi terkait
mengenai lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalam upaya pengelolaan lingkungan
hidup.
3. Merupakan dokumen yang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap yang
berkepentingan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan;
4. Dokumen DELH tersebut disebar luaskan mulai dari tingkat kecamatan sampai ke tingkat
pemerintah terendah yaitu kelurahan, termasuk instansi-instansi terkait yang
diharapkan berkontribusi dalam melakukan pemantauan dan pengendalian dampak
lingkungan hidup;
5. Dokumen DELH bersifat dinamis yang dapat direvisi seperlunya/sesuai kebutuhan.

Penyusunan DELH Bab I - 3


RSKJ Soeprapto – Provinsi Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai