PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus adalah kerusakan lokal atau ekskavasi, permukaan organ atau jaringan
yang ditimbulkan oleh terkelupasnya jaringan (Hartanto,2006). Ulkus lebih dalam
dari pada eksoriasi (eksoriasi mencapai stratum papilare). Gangren adalah kematian
jaringan di bagian tubuh atau kematian sel dalam jumlah besar. Gangren terjadi ketika
bagian tubuh kehilangan suplai darah. Hal ini dapat terjadi karena cedera, infeksi, atau
penyebab lainnya. Ulkus sering menyerang ektremitas bawah maupun atas karena
beberapa sebab seperti infeksi, gannguan pembuluh darah, kelainan saraf dan
keganasan (Sularsito,2007).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ulkus gangrene?
2. Bagaiman etiologi, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan medis, dan komplikasi dari ulkus gangrene?
3. Bagaimana penegakan diagnosis ulkus gangrene?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian ulkus gangrene.
2. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan medis, dan komplikasi dari ulkus gangrene.
3. Mengetahui penegakan diagnosis ulkus gangren.
D. Manfaat Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus adalah Kerusakan lokal atau ekskavasi, permukaan organ atau jaringan
yang ditimbulkan oleh terkelupasnya jaringan (Hartanto,2006). Ulkus lebih dalam
dari eksoriasi (ekskoriasi mencapai stratum papilare). Ulkus sering menyerang
ektrimitas bawah maupun ektrimitas atas karena beberapa sebab seperti infeksi,
gangguan pembuluh darah, kelainan saraf dan keganasan (Sularsito,2007).
Gangren adalah kematian jaringan di bagian tubuh atau kematian sel dalam
jumlah besar. Gangren terjadi ketika bagian tubuh kehilangan suplai darah. Hal ini
dapat terjadi karena cedera, infeksi, atau penyebab lainnya (Sularsito,2007).
1. Faktor endogen
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Gangguan Metabolisme
i. Diabetes Melitus
ii. Hiperlipoproteinemia
iii. Arthritis Urtika
d) Hipertensi
2. Faktor Eksogen
a) Merokok
b) Gaya hidup modern
i. Kelebihan kalori
3
ii. Kebiasaan diet
iii. Kurang aktivitas
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang paling dominan dan kuat.
Perubahan arteriosklerotik berkembang hampir sejajar dengan pertambahan umur.
Kelainan metabolisme yang sangat berpengaruh, terutama penyakit diabetes melitus,
gangguan metabolisme lipid (hiperlipoproteinemia), dan penyakit gout (hiperurisemia
atau arthritis urika). Hipertensi yang berlangsung lama merupakan predisposisi
arteriosklerosis pembuluh darah. Pada saat diagnosis hipertensi ditegakkan pertama
kali, ternyata 60% penderita menunjukan perubahan arteriosklerosis (Hastuti, 2009).
Gangren bisa timbul dalam keadaan lain yang tidak menunjukan penyakit
oklusi arteri kronis. Frossbite bisa menyebabkan gangren jari atau bagian ektrimitas
lebih proksimal. Gangren pada pasien diabetes melitus bisa melibatkan jari kaki,
bagian depan kaki atau keseluruhan bagian kaki. Walaupun penyakit arteri kronis bisa
menyokong gangrene diabetes, namun neuropati, trauma ringan dan infeksi invasif
yang tidak terkendali bisa menyebabkan gangren luas. Infeksi plantaris profunda bisa
sulit dikenal secara klinis dan bisa menyebabkan trombosis sekunder pada arteri
plantaris atau digitalis dengan akibat nekrosis jaringan luas (Hastuti, 2009).
4
3. Patofisologi
Perubahan struktur yang terjadi dalam lapisan intima dan media menyebabkan
penebalan yang menonjol ke arah lumen berupa ateromatosis. Kadang-kadang disertai
endapan kapur.
Dalam kasus dimana sumbatan pada arteri yang mendadak tidak menyebabkan
gangren, gangguan sirkulasi arteri seperti kedinginan, klaudikasio intermiten dan
hipertensi dapat tejadi menetap. Sering terjadi kesalahan dimana denyut nadi dari
arteri yang terlibat tidak diperhatikan. Tempat sumbatan arteri adalah distal dari
denyutan nadi yang masih teraba. Penurunan suhu kulit dan pucat adalah khas untuk
sumbatan arteri (Guyton, 2008).
6
Berkurangnya aliran darah akan menyebabkan perubahan organik, akibat
meluasnya trombosis. Sebelum terjadi gangren akan terbentuk bula, perubahan-
perubahan pada sumbatan total sebagai berikut:
a. Jaringan saraf akan mulai berdegenerasi sesudah kira-kira 6 jam lewat. Lewat 12
jam sampai 24 jam, kelainan sudah ireversibel
b. Lewat 6 jam, terjadi kerusakan sel-sel endotel. Sesudah 12 jam tunika media akan
membengkak dan sesudah 24 jam mulai berdegenerasi.
c. Jaringan otot lebih cepat lagi mengalami degenerasi, yakni sesudah 12 jam dan
lewat dari 24 jam menjadi ireversibel.
d. Sesudah 10 jam akan terlihat perubahan kulit, anatara 10-20 jam lapisan basal
akan terlepas. Nekrosis kulit terjadi anatara 24-48 jam dan dengan ini perubahan-
perubahan sudah irreversible (Guyton, 2008).
4. Tanda dan Gejala (klasifikasi)
Perasaan nyeri yang akut pada daerah sumbatan merupakan gejala pertama,
sedangkan perasaan mati rasa, dingin dan seperti ditusuk-tusuk distal dari sumbatan
adalah gejala utama. Kelemahan otot sampai kelumpuhan dapat terjadi. Tidak
diketahui dengan pasti keterangan dari gejala yang berbeda ini, mungkin sekali erat
hubungannya dengan luas sumbatan, faal dari system kolateral yang adekuat dan
derajat spasme arteri (Sudirman, 2009).
a. Perubahan warna (biru atau hitam; merah atau perunggu jika daerah yang terkena
di bawah kulit)
b. Bau busuk
c. Mati rasa di daerah tersebut (Lin P, 2010).
a. Demam
b. Perasaan sakit
c. Tekanan darah rendah
d. Persisten atau nyeri berat
7
Pada Gangrene kering, gejalanya:
a. Luka terinfeksi warna coklat-merah atau berdarah pada cairan jaringan yang
terkena
b. Gas yang dihasilkan oleh clostridia dapat menimbulkan krepitasi saat ditekan
c. Bengkak
d. Nyeri pada daerah yang terkena sangat parah
e. Demam, denyut nadi meningkat, dan bernafas cepat jika racunnya menyebar ke
aliran darah.
Diagnosis dapat dilihat dari pemeriksaan fisik. Selain itu, tes dan prosedur
berikut dapat digunakan untuk mendiagnosis gangrene:
8
6. Penatalaksanaan
Amputasi segera
Debridement dan “drainage”, setelah tenang maka tindakan yang diambil mungkin:
- Amputasi selektif
- Skin/arterial graft”
Indikasi Amputasi :
9
Osteomyelitis pada gambaran radiologi
Selulitis cenderung keatas
Infeksi pada gangren yang menyebabkan keadaan umum semakin memburuk
Faal ginjal semakin menurun (Sibbald, 2003).
7. Komplikasi
Dalam kasus gangren yang parah, di mana seluruh bagian tubuh seperti jari,
kaki, atau anggota tubuh terkena dan debridement tidak mungkin untuk membantu.
Amputasi dapat dipertimbangkan. Amputasi dapat mencegah gangren menyebar ke
bagian lain dari tubuh dan dapat digunakan untuk menghilangkan anggota tubuh rusak
parah sehingga tungkai palsu atau yang lainnya dapat dipasang.
8. Prognosis
10
BAB III
KESIMPULAN
Ulkus gangren merupakan salah safu komplikasi penyakit diabetes yang menjadi
salah satu masalah yang sering timbul pada penderita diabetes. Ulkus gangren menjadi
masalah dibidang sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer, deforrnitas struktur kaki menjadi faktor utama
penyebab ulkus gangren. Faktor lain turut berperan timbulnya ulkus gangren meliputi trauma,
kelainan biomekanik, keterbatasan gerak sendi, dan peningkatan resiko infeksi.
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan penelusuran riwayat dengan baik,
pemeriksaan fisik untuk neuropati perifer dan insufisiensi vaskuler serta beberapa modalitas
pemeriksaan tambahan lainnya. Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus menjadi bagian yang
penting dalam penanganan ulkus gangren, yaitu dalam penentuan rencana terapi yang tepat
serta pengamatannya. Selama ini ada beberapa sistem klasifikasi yang telah dikenalkan.
Klasifikasi ulkus didasarkan pada ukuran dan kedalam ulkus, adanya hubungan dengan
tulang, jumlah jaringan granulasi dan fibrosis, keadaan sekitar luka dan adanya infeksi.
Penatalaksanaan ulkus dibagi menjadi 3 yaitu pengobatan gangren basah, kering dan
tindakan pembedahan. Penegakan diagnosis dini dan penanganan tepat ulkus diabetes
merupakan hal yang penting untuk mencegah amputasi anggota gerak bawah dan menjaga
kualitas hidup penderita.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong DG, Lavery LA. Diabetic Foot Ulcer : Prevention, Diagnosis and Classification.
AmFam Physician. 2008.
Anderson, S. Price & wilson. 2007. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Hastuti. 2009. Faktor-faktor resiko ulkus Diabetika pada penderita Diabetes Melitus.
Semarang, UNDIP. (TESIS).
Sibbald RG, Amstrong DG, Orsted HL. Pain in Diabetic Foot Ulcers. Ostomy Wound
Smelzer, Suzanne and Brenda Bare. 2006. Buku Aajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 10. Jakarta: EGC
Stillman, RM. Diabetic Ulcers. Cited Jun 2008. Available at : URL http
://www.emedicine.com
Sudirman U. Ulkus kulit dalam Harapan M(ed.) Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates,
2009.
Sularsito SA. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Panyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII: FKUI
press,. 2007;247.
12