Anda di halaman 1dari 3

EVALUASI KEJADIAN INFEKSI DAERAH OPERASI

DI RSUP Dr. SARJITO YOGYAKARTA PERIODE 2016 – 2018


Komite PPI RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Surveilan aktif Infeksi Rumah Sakit (IRS) merupakan salah satu instrumen evaluasi
kinerja dan indikator mutu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang merupakan salah
satu Pilar Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA). Program PPRA mencakup 2 aspek
pendekatan yaitu penggunaan antimikroba secara bijak dan pencegahan penyebaran mikroba
penyebabnya, khususnya mikroba multiresisten obat.
Surveilans infeksi daerah operasi (IDO) dilakukan rutin pada setiap tindakan bedah,
merupakan indikator luaran yang menggambarkan keamanan tindakan dari sisi PPI mulai
persiapan (pra-bedah), saat tindakan, sampai dengan perawatan luka operasi sesudahnya. Infeksi
daerah operasi didefinisikan sebagai infeksi terjadi pada luka operasi dengan ataupun tanpa hasil
kultur, dalam krun waktu samapi dengan 30 hari pasca operasi tanpa inplan atau dalam waktu 1
tahun pada pasca operasi dengan inplan. Observasi dan pemantauan dilakukan secara aktif oleh
perawat pengendali infeksi atau Infection Prevention Control Nurse (IPCN).

Hasil evaluasi :

2.00

1.75

1.50

1.25

% 1.00

0.75

0.50

0.25

0.00
2016 2017 2018
ILO % 0.62 0.53 0.25

Angka IDO : (jumlah kejadian IDO/jumlah seluruh operasi) x 100%


2
1.8 Trend Angka IDO
1.6
1.4
1.2
% 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
SEPTEMBE NOVEMBE
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS OKTOBER DESEMBER
R R
2016 0 0.91 1.04 0.63 0.33 0.93 1.42 0.77 0.52 0.48 0.15 0.31
2017 0.44 0.48 0.53 0.16 0.43 0.59 0.69 1.07 0.46 0.55 0.13 0.80
2018 0.12 0.41 0.12 0.12 0.25 0.99 0.33 0.12 0.26 0.10

Pada tahun 2016, 2017, dan 2018 (sampai dengan Oktober), jumlah operasi berturut-turut
7476, 8112, dan 7951. Jumlah keseluruhan IDO (109), terdiri atas 18.82 % pada operasi bersih
dan 81.18 % pada operasi bersih terkontaminasi dan operasi kotor. Kejadian IDO berfluktuasi
antar waktu, terkendali di bawah target yang ditetapkan RS, dengan kecenderungan menurun
antar tahun. Faktor risiko yang meningkatkan IDO antara lain kondisi endogen pasien (skor ASA
>3, underlying disease dan komorbiditas, status imunitas, dll), faktor intra operatif (lama operasi,
teknik operasi, dll.) serta faktor eksogen (prinsip aseptik, keamanan alat dan linen, termasuk juga
kondisi lingkungan kamar operasi).
Penggunaan antibiotika profilaksis menjadi komponen penting pada tatalaksana operasi
bersih tertentu dan bersih terkontaminasi. Panduan Kemenkes RI
No.2406/MENKES/PER/XII/2011 menyebutkan antibiotika profilaksis pada operasi
menggunakan sefalosporin generasi I – II, Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan bakteri
anaerob dapat ditambahkan metronidasole , antibiotik profilaksis diberikan dalam 30-60 menit
sebelum insisi.

Profil pengunaan antibiotika pada kasus IDO :

Antibiotika 2016 2017 2018 Keterangan


Profilaksis
Cefotaxim 1 gr 44% 34.88% 5%
Ceftriakson 1 gr 29% 30.2 % 35 %
Ceftasidine 1 gr 7.3 % - 10 %
Ciprofloxsasin - 6.98 % -
Cefotaksim - - 5%
Fosfomycin - - 5%
Tanpa antibiotik 4.9 % - 5%
Antibiotik 4% 6.99% -
empirik
Antibiotik 10,8 % 20.93 % 25 %
therapi

Dok Hepi…..
Talong yg ini dibuat diagram dan dikasih penyelasan,,,

Kejadian IDO multifaktorial, pencegahannya dilakukan melalui pelaksanaan bundle


pencegahan IDO, meliputi : mandi dengan antiseptik sore dan pagi sebelum operasi, pemberian
antibiotik profilaksis 30-60 menit sebelum insisi, preparasi kulit berbasis alkohol kadar gula
darah terkontrol, suhu tubuh normal selama pembedahan, pencukuran bila menggangu operasi
Evaluasi IDO dihubungkan dengan ketapatan penggunaanantibiotika merupakan program PPRA
dan PPI, akan terus ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai