Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS JURNAL

“ THE INPACT OF HOSPITAL BASED INTEGRATED


MANAGEMENT OF CHILDHOOD ILLNESS TRAINING ON PEDIATRIC
NURSE COMPETENCY “

1. Mengapa penulis mengangkat masalah tersebut sebagai masalah utama ?


Tidak ada pelatihan IMCI yang terselenggara di indonesia padahal perawat
IMCI sudah diimplementasikan pada perawatan primer dilebih 100 negara.
Sedangkan di indonesia sendiri terkait pengalamannya terbatas tentang
peran dan pelaksanan IMCI dalam membangun sistem kesehatan keadaan
gawat darurat yang kompleks. Jadi, kompetensi perawat anak dalam
manajemen terpadu penyakit anak atau integrated management of childhood
illness yang selanjutnya kelompok singkat IMCI perlu di tingkatkan.
Sejalan dengan standar JCI dalam Staf Qualification and Education (SQE)
maupun KARS terdapat standar KPS 14 :

Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk staf keperawatan


berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit, termasuk
mengevaluasi kinerja individu bila dibutuhkan. Dalam KPS 14 terdapat 3
elemen penilaian :
a. Staf keperawatan berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan mutu
rumah sakit
b. Kinerja masing-masing anggota staf keperawatan direview bila ada
indikasi akibat temuan pada kegiatan peningkatan mutu
c. Informasi yang tepat dari proses review tersebut didokumentasikan
dalam file kredensial perawat tersebut atau file lainnya.
2. Langkah apa saja yang dilakukan sebelum penulis membuat program
peningkatan mutu ?
Secara terperinci memang tidak disebutkan peneliti mendapatkan fenomena
tentang kurangnya kompetensi perawat anak dalam menilai tanda-tanda
darurat anak-anak yang sakit, manajemen batuk, demam, masalah nutrisi,
perawatan suportif, pemantauan , perencanaan pulang dan tidak lanjut. Tapi
secara teori hal tersebut bisa didapatkan dengan kuesioner pada metode
kuantitatif atau FGD pada metode kualitatif sehingga bisa diidentifikasikan
penyebab masalah (causes) dari effect keterbatasan perawat primer dalam
pelaksanaan IIMCI pada keadaan darurat. Memang pada penelitian tersebut
peneliti menggunakan steeped wedge design, yaitu uji voba terkontrol
secara acak selama beberapa periode waktu, desain Crossover berada dalam
satu arah, biasanya dari kontrol ke intervensi dengan intervensi tidak
dihapus setelah diimplementasikan. Desai wedge-steeped dapat digunakan
sebagai uji coba cluster acak (CRT) seperti halnya dalam penelitian ini ada
beberapa kompetensi penanganan keadaan gawat darurat (komplek) yang
diimplementasikan oleh 39 perawat staf, 13 bidan, 6 kepala perawat, 5
manajer perawat, 5 dokter, 1 dokter anak, dan 3 fasilitas pendukung ( ahli
gizi, apoteker dan laboratorium).

3. Strategi apa yang dilakukan ? mengapa ?


Peneliti ber eksperimen dengan memberikan pelatihan IMCI pada 39
perawat staf, 13 bidan, 6 kepala perawat, 5 manajer perawat, 5 dokter, 1
dokter anak, dan 3 fasilitas pendukung ( ahli gizi, apoteker dan
laboratorium). Sebagai sampel yang diberi perlakuan dan di evaluasi
nantinya dengan FGD melalui manajer perawat dan dokter anak tentang
kompetensi perawat anak yang di beri perlakuan.

4. Apa standar input, proses dan output yang ditetapkan penulis ?


Input :
standar 5M yg digunakan peneliti adalah menitik beratkan pada
Man, Metode dan Money di mana kompetensi perawat anak dalam IMCI yg
tidak kompeten tersebut berakibat tidak terjadi kesinambungan/integrasi
dengan dokter anak dan perawat manajer yg diketahui dari Forum Group
Discuss (FGD) dan ini berdampak pada pemanjangan lama rawat dan
peningkatan biaya rawat pada kasus2 gawat darurat
Proses :

Output :

5. Indikator keberhasilan apa yang ditetapkan, mengapa ?


a. Pelatihan IMCI berbasis rumah sakit dapat meningkatkan kompetensi
perawat anak dalam menilai tanda-tanda darurat, anak-anak yang sakit,
tentang manajemen batuk dan kesulitan bernapas, diare, demam,
masalah nutrisi serta perawatan suportif, pemantauan, perencanaan
pulang dan tindak lanjut. Dalam pelatihan ini penulis menemukan
berbagai masalah dalam proses adaptasi bisa berupa pelatihan materi,
bagaimana proses pelatihan serta implementasi dalam masalah tanda-
tanda darurat.
b. Pelatihan IMCI untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak
berupa perawatan klinis, sumber daya manusia, biaya dalam pengobatan
kesehatan, serta sebagai sistem rujukan yang berkelanjutan dalam ilmu
pendidikan dan pelatihan dalam perawatan pediatric.
c. Pelatihan IMCI sebagai studi dalam mengidentifkasi terhadap layanan
kesehatan terutama komitmen perawat.

6. Alat bantu apa yang digunakan penulis untuk menjamin mutu secara
keseluruhan ?
FGD di gunakan pada fase input untuk mengidentifikasi masalah dan pada
fase output untuk mengevaluasi kompetensi integrasi perawat anak dalam
penatalaksanaan gawat darurat yg kompleks.
kuesioner juga digunakan pada fase input untuk melihat karakteristik
perawat dan brainstorming terkait kasus gawat darurat apa saja yg mereka
rasa tidak kompeten.

pada fase proses digunakan modul pelatihan WHO Pocketbook of Hospital


Care for Children dengan terjemahan dalam bahasa indonesia oleh dokter
anak UGM yg sdh d tunjuk WHO. sedangkan kualifikasi Fasilitator pada
pelatihan adalah peserta lokakarya TOT dari Departemen Kesehatan Anak
RS dr. Sardjito untuk sampel dokter yg diperlakuan dan Sekolah
Keperawatan pada sampel perawat yg di beri perlakuan.

7. Apa pendapat saudara tentang program menjamin mutu secara keseluruhan


? RS Cuk Nyak Dien Aceh adalah rs yg secara regulasi harus melaksanakan
amanat uu no. 44 tahun 2009 ttg rumah sakit di mana pada pasal 40 pasal 1:
dalam peningkatan mutu palayanan RS wajib dilakukan akreditasi secara
berkala minimal 3 tahun sekali. kemudian peraturan menteri kesehatan
nomor 34 tahun 2017 ttg akreditasi rumah sakit pada ketentuan umum
menyatakan akreditasi adalah prngakuan terhadap mutu pelayanan RS yg
telah memenuhi Standar Akreditasi. standar akreditasi adalah pedoman yg
berisi tingkat pencapaian yg harus dipenuhi oleh RS dalam peningkatan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien di mana di dalamnya terdapat
pelayanan gawat darurat. maka kelompok berpendapat dalam penjaminan
mutu terkait keselamatan pasien maka tidak terlepas dari pengembangan
kompetensi/CPD pada standar KPS serta Standar ARK untuk menjamin
kesinambungan pelayanan

Anda mungkin juga menyukai