Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan yang bersih merupakan manifestasi kesehatan. Lingkungan
yang bersih dan sehat identik dengan lingkungan yang jauh dari unsur kotor
dan pengganggu lainnya. Pengganggu ini tidak hanya datang dari sampah
yang berserakan atau tempat yang kumuh, akan tetapi lingkungan yang bersih
juga harus jauh dari unsur hewan pengganggu, vektor, maupun hewan lain
yang akan menambah kekumuhan tempat tersebut dan mengganggu kesehatan
(Raharjo, 2012).
Dinamakan hewan pengganggu karena beberapa hewan ini akan
menyebabkan ketidak nyamanan bagi suatu tempat tersebut. Hewan
pengganggu ini biasanya senang dengan tempat yang memiliki unsur bisa
memberikan mereka kenyamanan, salah satunya hewan ini senang berada di
tempat yang kumuh. Salah satu hewan pengganggu ini adalah tikus. Tikus
termasuk dalam hewan rodent.Rodent merupakan salah satu ordo dari
binatang menyusui. Bahasa Latinnya Rodentia. Ada sekitar 2000 sampai 3000
spesies binatang pengerat yang ditemukan di semua benua kecuali Antartika.
Hewan pengerat memiliki gigi depan yang selalu tumbuh dan harus diasah
dengan menggerigiti sesuatu (Maulana, dkk 2012).
Keberadaan vektor dan binatang pengganggu di lingkungan kehidupan
manusia sudah dimulapi sejak pertama kali manusia menciptakan tempat
untuk bermukim. Bangunan tempat tinggal manusia memberikan tempat pula
bagi berbagai vektor dan binatang pengganggu untuk berlindung, memperoleh
makanan dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang relatif tidak
ekstrim dan bebas dari musuh-musuh alaminya serta tercukupinya kebutuhan
makanan, maka populasi vektor dan binatang pengganggu itu dapat terus
meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan masalah kesehatan
manusia (Rahmat, 2013).

1
10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti
nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria,
demam berdarah, dan phylum chordata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla
cheopisyang menyebabkan penyakit pes (Dewi, 2010).
Keberadaan vektor dan binatang pengganggu di lingkungan kehidupan
manusia sudah dimulapi sejak pertama kali manusia menciptakan tempat
untuk bermukim. Bangunan tempat tinggal manusia memberikan tempat pula
bagi berbagai vektor dan binatang pengganggu untuk berlindung, memperoleh
makanan dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang relatif tidak
ekstrim dan bebas dari musuh-musuh alaminya serta tercukupinya kebutuhan
makanan, maka populasi vektor dan binatang pengganggu itu dapat terus
meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan masalah kesehatan
manusia (Rahmat, 2013).
Pinjal merupakan salah satu jenis vektor yang dapat menganggu kesehatan
manusia. Penyakit yang dibawa oleh vektor ini misalnya adalah penyakit pes
(sampar = plague) dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia.
Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa
jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi
manusia. Beberapa spesies pinjal menggigit dan menghisap darah manusia.
Vektor terpenting untuk penyakit pes dan murine typhus ialah pinjal
tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pes, Pasteurella, berkembang biak dalam
tubuh penyakit tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokkan pinjal itu.
Jika pinjal ingin mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk
mengeluarkan kuman-kuman pes yang menyumbat tenggorokkannya.
Muntahan tersebut masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi
dengan Pasteurella (Fanny, 2014).
Penyakit bersumber rodensia dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
ektoparasit dan cacing. Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh
induk semangnya. Endoparasit dapat berupa cacing dan protozoa. Cacing yang

2
terdapat pada rodensia termasuk dalam golongan nematoda, cestoda dan
trematoda. Nematoda (cacing gilig) merupakan parasit pada rodensia dan
beberapa spesies dapat menginfestasi manusia (zoonosis), diantanya capilaria
hepatica, rictularia sp, cyclodontostomum purvisi, Angiostrongylus
malayensis, Angiostrongylus cantonensis (smit dalam wirororeno). Beberapa
spesies nematoda yang pernah ditemukan pada muridae di indonesia adalah
cyclodontostomum purvisi, capilaria hepatica, Hepatojarakus malayae,
Rictularia tani, Masthoporus muris, Physaloptera sp.,Subulara andersoni,
Angiostrongylus cantonensis dan Angiostrongylus malayensis

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara identifikasi Tikus dan cara pembedahan tikus
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui Identifikasi tikus.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis-Jenis Tikus
Ada beberapa jenis tikus di lingkungan pemukiman antara
lain Rattus-rattus (tikusatap), Rattusnorvegicus(tikusgot) dan Rattus
tanezumi (tikus rumah). Identifikasi tikus berdasarkan jenis kelamin,
warna badan&ekor, panjang tikus seluruhnya (TL), panjang ekor (T),
panjang kaki belakang (HF), lebar telinga (E), dan jumlah puting susu (M)
(Fanny, 2014).
1. Rattus-rattus
Tikus atap pada umumnya bersarang di dalam rumah, gedung-
gedung tinggi dan disekitar pelabuhan. Tikus ini memiliki kemampuan
memanjat dan menyeberangi kabel-kabel yang menghubung bangunan
yang satu dengan yang lainnya. Tikus atap memliki moncong runcing,
dengan telinga dan mata yang besar. Berat tikus atap mencapai 150-250
gram. Panjang tubuhnya mencapai 15-22 cm. panjang ekor tikus atap
melebihi panjang tubuhnya, yaitu mencapai 18-25 cm (Fanny, 2014).
Warna bulunya abu- abu kehitaman, dengan bentuk kotoran
ramping, panjangnya mencapai 1,2 cm dan ujung kotoran tersebut
berbentuk runcing. Usia hidupnya 9-24 bulan. Tikus atap mencapai
dewasa 2-3 bulan setelah dilahirkan. Jumlah anak per kelahirannya
antara 6-10 ekor. Kelahiran dalam satu tahun mencapai 6 kali.
Jangkauan tikus atap antara 15-30 meter, dan bisa menembus lubang
1,2 cm (Fanny, 2014)
2. Rattus norvegicus (Tikus Got)
Tikus ini sangat cepat penyebarannya, dan paling merusak secara
ekonomi. Biasanya menyerang gudang, pabrik, supermarket, gedung
dan lain-lain. Tikus ini biasanya bersarang di lubang- lubang saluran
atau got, dibawah bangunan, dibawah timbunan sampah dan lain-lain.
Hewan ini tergolong omnivora yang memakan semua makanan manusia

4
dan hewan. Tikus got sangat bergantung pada makanan dan air (Fanny,
2014).
Karakteristik tikus got antara lain memiliki moncong yang tumpul,
telinga dan mata kecil. Berat tikus dewasa antara 200- 500 gram. Tikus
got memiliki panjang tubuh 19-25 cm, sedangkan panjang ekornya
antara 15-22 cm. Warna bulu tikus got coklat tua dibagian atas, dan
coklat muda dibagian bawah. Bentuk kotoran dari tikus got adalah
kapsul dengan ukuran 2 cm. Usia hidupnya 5-12 bulan, bahkan hingga
3 tahun. Tikus got mencapai dewasa 2- 3 bulan setelah dilahirkan.
Jumlah anak per kelhirannya antara 8-12 ekor. Kelahiran dalam satu
tahun mencapai tujuh kali. Jangkauan tikus got antara 15-30 meter, dan
bisa menembus lubang 1,2 cm (Fanny, 2014).
3. Rattus tanezumi (Tikus rumah)
Tekstur rambut agak kasar dan lebih mengkilap dari tikus riol
(Rattus norvegicus), bentuk hidung kerucut, hidung runcing, badan
kecil, bentuk badan silindris, warna badan bagian atas dan bawah coklat
kelabu, warna ekor bagian atas dan bawah coklat gelap. Tikus ini
memiliki berat badan 60-300 gram, panjang kepala dan badan 100-210
mm, panjang ekor 120-250 mm (lebih dari panjang kepala dan badan),
panjang dari ujung hidung sampai ujung ekor 220-460, panjang telapak
kaki belakang 30-37 mm, lebar telinga 19-23 mm. Tikus betina
mempunyai 10 puting susu, 3 pasang di pektoral dan 2 pasang di
inguinal (3+2=10). Tikus ini terdapat di gudang makanan, pemukiman
manusia terutama di langit-langit rumah. Tikus ini sangat pandai
memanjat (Fanny, 2014).
4. Mus musculus (Mencit rumah)
Mencit rumah biasanya bersarang di dinding kayu, lemari, gudang
makanan, furniture dan dilubang-lubang. Tikus ini lebih teliti dan selalu
menyelidiki dan tikus ini sangat baik dalam meloncat, memanjat dan
berenang. Mencit rumah memiliki moncong yang runcing, dengan
telinga yang besar dan mata kecil. Berat dewasa dari tikus rumah

5
mencapai 50-150 gram. Panjang tubuhnya yaitu 6-10 cm sedangkan
panjang ekornya antara 7,5 cm-10 cm. Warna bulunya coklat muda atau
abu- abu muda. Kotoran mencit rumah berbentuk runcing, dengna
ukuran 0,3-0,6 cm. Usia hidupnya antara 9-12 bulan. Berubah menjadi
dewasa dalam waktu 1,5 bulan. Jumlah anak per kelahirannya antara 6-
7 ekor, dengan kelahiran 8-10 kali dalam satu tahun. Mencit ruah bisa
menembus lubang 0,6 cm (Fanny, 2014).

B. Hubungan Tikus dengan Kesehatan


Tikus domestik dan binatang pengerat lain, karena distribusinya
yang luas dan hubungannya dengan manusia, berpotensi menyebabkan
penyakit yang penting. Penderitaan yang ditimbulkan akibat tikus ini
mulai dari yang ringan berupa rasa tidak enak pada tempat bekas gigitan
sampai keadaan yang serius, seperti typhoid murine fever, dan yang fatal
seperti pes bubonic. Demam gigitan tikus, sesuai dengan namanya
ditularkan ke manusia melalui gigitan binatang yang terinfeksi oleh
binatang pengerat.
Walaupun memiliki angka presentase kasus yang rendah, penyakit
ini sering menjadi masalah kesehatan dibeberapa daerah perkotaan
tempat ratusan orang, digigit oleh binatang pengerat setiap tahunnya.
Penyakit weil atau hemorrhagic jaundice mungkin ditularkan ke manusia
melalui makanan yang terkontaminasi atau akibat kontak dengan tikus
atau ekskreta tikus yang infeksi. Tikus dapat berperan dalam penularan
berbagai macam penyakit seperti disentry amuba, cacing trichinosis, dan
sebagainya. Tikus rumah (mus musculus) dikenal
sebagai reservoir pada rickettsial poks dibaagian timur laut amerika dan
diketahui dapat berperan sebagai reservoir penyakit pes (Maulana,dkk
2011).

6
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang
dilaksanakan pada 16 November 2015.

B. Alat dan Bahan


No Alat No Bahan
1. Masker 1. Obat Bius Artropin
2. Penggaris 2. Obat Bius Ketamin
3. Sarung Tangan 3. Sampel Tikus
4. Kantong / Karung
5. Perangkap Tikus
6. Sisir Serit
7. Timbangan
8. Formulir Identifikasi
9. Pipet Tetes
10. Kertas HVS
11. Baskom Putih
12. Nampan
13. Mikrometer Sekrup
14. Jarum Suntik

C. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil tikus yang ada dikandang kemudian masukkan kedalam
karung.
3. Pegang tikus yang masih berada dalam karung kemudian pegang bagian
tengkuk tetapi posisi tikus masih di dalam karung.
4. Membuka karung tetapi hanya bagian kaki belakang saja yang kelihatan.
5. Melakukan pembiusan, dengan cara pegang kaki tikus dengan tangan kiri,
pegang jarum suntik dengan tangan kanan jempol dan telunjuk, suntik
pada bagian paha yang banyak terdapat dagingnya. Dosis obat bius
antropin dan ketamine yaitu sebanyak 0,6 ml. Setelah obat habis kemudian
ditarik.

7
6. Cara pengambilan darah, pegang tikus pada tengkuk seperti memegang
kucing dengan psisi tikus tegak lurus menghadap ke depan.
7. Mencari letak jantung dengan cara meraba detak jantung.
8. Kemudian raba bagian tonjolan tulang yang disebut sekat diafragma ,
tusuk 45 derajat kearah jantung, indikasi apabila sudah pas di jantung ada
berkas darah di jarum suntik tersebut. Hisap hingga vlume penuh.
Kemudian sisir rambut tikus berlawanan dengan arah tumbuhnya rambut
di baskom putih yang telah di sediakan.
9. Melakukan pengukuran.
10. Mengukur panjang seluruhnya (total length) dari ujung moncong sampai
panjang ekor disingkat TL.
11. Mengukur panjang kepala dan badan (head & body) dari ujung moncong
sampai ke anus yang disingkat HB.
12. Mengukur panjang ekor (tail) dari pangkal ekor/anus sampai ujung ekor
yang disingkat T.
13. Mengukur panjang telapak kaki belakang (hind foot) dari tumit sampai
ujung kuku/cakar yang disingkat HF.
14. Mengukur panjang telinga (ear) dari lekukan dibelakang telinga sampai
ujung daun telinga yang disingkat E.
15. Mengukur tengkorak (skull) dari ujung tulang hidung sampai tonjolan
dibelakang kepala yang disingkat Sk. Kemudian menimbang tikus
tersebut.
16. Setelah tikus siap untuk dilakukan pembedahan. Tikus dijepit bagian
bawah perut dengan pinset dan kemudian gunting sampai kulit bagian
terdalam. Potong horisontal dan kemudian potong lagi tegak lurus keatas
dan potong secara horisontal lagi sampai semua organ dalam dari tikus
dapat terlihat semua.
17. Mengambil organ dalam tikus yang dibutuhkan untuk penelitian misalkan
ginjal untuk penyakit pes , pancreas, dan hati .
18. Yang terakhir mensterilkan alat yang digunakan.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Identifikasi Tikus
Identifikasi tikus dilakukan pada 16 November 2015 di Balai
Litbng P2B2 Banjarnegara. Identifikasi ini bertujuan untuk mengukur BB,
TL, HB, T, E, HF, SK, warna badan, jumlah puting susu, bentuk hidung,
bentuk badan, jenis tikus dan jenis kelamin. Adapun hasil yang kami
peroleh dari identifikasi tersebut yaitu sebagai berikut:

Hasil Identifikasi Tikus

No Identifikasi Hasil
1 Lokasi Balai Litbang P2B2
Banjarnegara
2 Jenis Kelamin Jantan
3 Warna Badan
a. Warna Badan Atas Putih
b. Warna Badan Bawah Putih
c. Ekor Coklat Abu – Abu
4 Berat Badan (Gram) 355 Gram
5 Total Lengs 400 cm
6 Hand and Body 36 cm
7 Tail 186 cm
8 Ear 19 cm
9 Jumlah Puting Susu -
10 Jenis Tikus Rattus rattus Norvegicus albino

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa


jenis tikus yang diamati adalah termasukk ke dalam spesies rattus
norvegicus (tikus roil/got).
2. Identifikasi Pinjal
Berdasarkan hasil identifikasi pinjal, setelah dilakukan penyisiran
tidak ditemukan pinjal pada tubuh tikus. karena tikus yang Kami

9
identifikasi adalah tikus laboratorium yang kemungkinan besar tidak ada
ektoparasitnya.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa jenis tikus
yang diamati adalah termasuk ke dalam spesies rattus-rattus nokrvegicus
(tikus roil/got).
Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu: warna rambut putih, ekornya
panjang, bandannya besar. Mereka lebih tenang dan cenderung tidak
menggigit, mereka dapat mentolerir untuk berkumpul dalam jumlah yang
lebih besar, mereka berkembang biak dan memproduksi lebih banyak
keturunan. Otak mereka, hati, ginjal, kelenjar andrenal, dan hati yang
ukurannya kecil. Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit
langsung (melalui gigitan) atau tidak langsung melalui gigitan parasit yang
ditemukan pada tikus atau oleh kontaminasi makanan dengan urine atau feses.
Maka perlu dilakukan identifikasi dan pembedahan pada tubuh tikus.
Pada saat identifikasi kita dapat mengetahui jenis tikus dan ektoparasit
yang ada ditubuh tikus. Sedangkan pembedahan dilakukan untuk mengetahui
organ-organ dalam yang ada di tikus yaitu hati, ginjal, limfa, jantung, dan
lambung. Hati merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan
penting dalam proses metabolisme dalam manusia dan hewan. Hati berwarna
coklat kemerahan dan terletak di bawah diafragma yaitu di dalam rongga
abdomen. Hati menerima makanan terlarut dalam darah yang diserap dan
dicerna oleh usus yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, mengubah zat
buangan dan bahan racun untuk di ekskresi dalam empedu dan urin,
memproduksi garam empedu untuk pencernaan lemak, menghasilkan enzim
glikogenik glukosa menjadi glikogen (Satsix 2009). Pankreas merupakan
kelenjar datar yang ditemukan dalam jaringan antara lambung dan usus kecil
dengan warna kecoklatan. Pankreas memproduksi enzim- enzim pencernaan
yang dikirim ke usus kecil melalui saluran pancreas. Pankreas juga
menghasilkan hormon insulin yang berfungsi mengatur konsentrasi glukosa

10
dalam darah (Satsix 2009). Limfa Limfa terletak dibawah lambung. Organ ini
berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah putih untuk pertahanan
tubuh, limpa termasuk salah satuorgan sistem imun yang terbesar,
memproteksi tubuh dari benda asing yangmasuk ke dalam darah (misalnya
bakteri). Limfa juga tempat menghancurkan seldarah merah dan bisa menjadi
tempat cadangan darah, kalau tubuh butuh lebihbanyak darah, limpa akan
memberi tambahan darah (Satsix 2009). bagian yaitu kardia, fundus, antrum.
Makananmasuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter) yang bisa membuka dan menutup, dalam keadaan normal
sfintermenghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambungberfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung (Satsix 2009). Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra thorakalis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal
kiri,hal ini karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Setiap ginjal
terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa.
Selain itu pembedahan tikus untuk mengetahui apakah tikus tersebut telah
terinfeksi bakteri atau virus maka organ yang di ambil yaitu limfa,
penyebabnya enterobakteria Yersinia pestis yang menyebabkan penyakit pes
atau sampar, Leptospira sp menyebabkan penyakit Leptospirosis organ yang
diambil yaitu ginjal. Karena bakteri tersebut di tularkan melalui kencing tikus
maka organ yang perlu dilakukan pemeriksaan yaitu ginjal.

11
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil identifikasi tikus yang telah dilakukan, maka tikus
yang teridentifikasi adalah Rattus rattus norkvegicus albino.
2. Berdasarkan hasil identifikasi pinjal, setelah dilakukan penyisiran tidak
ditemukan pinjal pada tubuh tikus.
B. Saran
1. Sebaiknya setelah selesai melakukan pemeriksaan dan pembedahan tikus
barang-barang yang suda tidak di gunakan lagi di buang dan sisa tubuh
tikus dibakar agar tidak menyisakan sampah yang dapat menularkan
penyakit.
2. Perlu adanya pengendalian tikus dan pinjal agar tidak ada penyakit yang
dapat ditimbulkan.

12

Anda mungkin juga menyukai